Bab 2. Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa asing yang dalam proses pembelajarannya dianggap tidak mudah,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan penerjemahan merupakan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636)

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

METODE PENGAJARAN MEMBACA Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

METODE PENGAJARAN MENYIMAK (Suatu Pengantar)

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui budaya di berbagai negara, dan lain sebagainya.

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

Bab 2. Landasan Teori. tertentu untuk memperoleh kemampuan bahasa kedua atau second language, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 3. Analisis Data. Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

SILABUS MATA PELAJARAN:BAHASA DAN SASTRA JEPANG (PEMINATAN)

BAB 4. Analisis Data

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO (KATA SERAPAN) PADA SISWA KELAS BAHASA DI MAN REJOSO JOMBANG SKRIPSI. Oleh : RIA MA RIFATUN NISA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH

Bab 3. Analisis Data. pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

Bab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM

Bab 2. Landasan Teori. Dalam metode pengajaran, perlu diketahui konsep yang melatarbelakangi

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014

DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. Tinjauan Pustaka

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan

Bab 3. Analisis Data. telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Ada pun responden dari penelitian ini

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) didefinisikan oleh McCafferty dkk. dalam Yamamoto (2011 : 143) sebagai pembelajaran berdasarkan kelompok-kelompok kecil dengan tujuan agar pembelajar dapat bekerja sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran mereka dan sesama pembelajar lainnya. Sedangkan menurut Richards & Rodgers (2003 : 192), pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan dalam proses pengajaran yang memaksimalkan fungsi dari aktivitas kooperatif yang menyertakan penggunaan pasangan dan kelompokkelompok kecil di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif juga dikenal sebagai salah satu cara untuk memunculkan interaksi komunikasi di dalam kelas sehingga pembelajar menjadi lebih aktif dan membuat proses pembelajaran menjadi terfokus pada pembelajar (student-centered learning). Menurut Johnson & Johnson dalam MacKenzie (2013 : 136) terdapat lima elemen penting yang menandakan bahwa sebuah metode pengajaran dapat dikategorikan sebagai pembelajaran kooperatif. Kelima unsur atau elemen tersebut dijabarkan sebagai berikut. 1. Saling ketergantungan yang positif Adanya rasa saling ketergantungan antar anggota kelompok bahwa kesuksesan yang dicapai kelompok tersebut bergantung pada peran masing-masing anggota. Oleh karena itu, peran masing-masing anggota sangat diutamakan demi kesuksesan kelompok. 2. Tanggung jawab perorangan Setiap anggota kelompok secara aktif harus mengkontribusikan bagian pekerjaannya dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok. Setiap anggota kelompok diharapkan bisa sadar akan tanggung jawabnya masing-masing dan berkontribusi untuk kelompok. 7

8 3. Interaksi tatap muka yang promotif Anggota kelompok harus saling membantu secara efektif untuk memecahkan persoalan dan dapat memahami konsep pembelajaran. Setiap anggota juga diharapkan untuk berbagi materi atau sumber agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. 4. Kemampuan interpersonal dan bekerja sama dalam kelompok Anggota kelompok diharapkan dapat bekerja sama, berinteraksi, dan saling percaya satu sama lain di dalam kelompok. Dibutuhkan adanya dinamika kelompok yang positif untuk mewujudkan unsur ini. 5. Proses berkelompok Anggota kelompok mengevaluasi hasil kerja kelompok dan mengidentifikasi seberapa sukses upaya kelompok mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran. Diharapkan melalui proses berkelompok tersebut, masing-masing individu dapat berkembang dan belajar dari anggota kelompok lain. Metode Dictogloss yang dibahas dalam penelitian ini termasuk dalam cara belajar dengan konsep pembelajaran kooperatif tersebut. Grabe & Stoller dalam MacKenzie (2013 : 137) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengharuskan pembelajar untuk bekerja sama dalam kelompok beranggotakan 4-6 orang dengan tujuan untuk mempelajari informasi dan mengerjakan tugas secara berkelompok. Metode Dictogloss dalam hubungannya dengan konsep pembelajaran kooperatif, mengharuskan pembelajar untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian mereka diminta untuk merekonstruksi sebuah wacana yang sudah disimak sebelumnya, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil pembelajaran mereka. Dengan begitu, diharapkan proses pembelajaran dapat lebih terfokus kepada pembelajar. 2.2 Strategi Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, tentunya diperlukan sebuah strategi tertentu agar proses tersebut dapat berjalan dengan lancar. Menurut Brown (2008 : 127), strategi merupakan metode khusus untuk mendekati masalah atau tugas dan rancangan

9 tersusun untuk mengendalikan dan memanipulasi informasi tertentu. Chamot dalam Brown (2008 : 141) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai prosedur-prosedur yang memudahkan sebuah tugas pembelajaran dan digerakkan oleh tujuan tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, strategi pembelajaran adalah metode atau teknik khusus yang digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan tujuan tertentu. Dalam bidang pemerolehan bahasa kedua, Brown (2008 : 143) membagi strategi pembelajaran menjadi tiga, yaitu Strategi Metakognitif, Strategi Kognitif, dan Strategi Sosioafektif. Strategi Metakognitif berkaitan dengan proses perencanaan pembelajaran, pemantauan pemahaman, dan evaluasi belajar. Strategi Kognitif berkaitan dengan pembelajaran spesifik dan melibatkan pemanfaatan secara langsung terhadap proses pembelajaran. Strategi Sosioafektif berkaitan dengan aktivitas dan interaksi sosial dengan orang lain. Sedangkan menurut Oxford (1990 : 16), strategi pembelajaran terbagi menjadi dua, yaitu strategi langsung dan strategi tidak langsung. Berikut bagan yang menyatakan pembagiannya.

10 Gambar 2.2.1 Bagan Strategi Pembelajaran menurut Oxford Strategi Memori Strategi Langsung Strategi Kognitif Strategi Kompensasi Strategi Pembelajaran Strategi Metakognitif Strategi Tidak Langsung Strategi Afektif Strategi Sosial Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori strategi kognitif yang merupakan cabang dari strategi pembelajaran langsung, berdasarkan kesesuaian antara definisi metode dictogloss dengan definisi strategi pembelajaran langsung dan strategi kognitif. Selanjutnya penulis akan membahas lebih lanjut tentang strategi tersebut.

11 Menurut Oxford (1990 : 37), strategi langsung adalah strategi pembelajaran bahasa yang langsung berkaitan dengan bahasa target. Tujuan strategi ini adalah agar pembelajar dapat menerima informasi baru, serta dapat memahami dan memproduksi sesuatu dalam bahasa target. Strategi langsung dan tidak langsung tentu saling berkaitan, dan setiap cabang dari strategi pembelajaran dapat membantu strategi pembelajaran yang lain. Berikut ini merupakan bagan pembagian strategi pembelajaran langsung menurut Oxford (1990 : 17). Gambar 2.2.2 Bagan Pembagian Strategi Pembelajaran Langsung menurut Oxford Menciptakan pertalian mental Strategi Memori Menggunakan gambar dan bunyi Mengkaji dengan baik Bertindak Berlatih Strategi Kognitif Menerima dan mengirim pesan Menganalisis dan menarik kesimpulan Membuat struktur bagi input dan output

12 Menebak secara cerdas Strategi Kompensasi Mengatasi keterbatasan dalam berbicara dan menulis Selanjutnya Oxford (1990 : 43) mendefinisikan strategi kognitif sebagai berikut. Strategi kognitif adalah strategi dimana kita Berlatih (Practicing), Menerima dan Mengirim Pesan (Receiving and Sending Messages), Menganalisa dan Menarik Kesimpulan (Analyzing and Reasoning), serta Membuat Struktur Input dan Output (Creating Structure for Input and Output). Apabila keempat hal tersebut sudah dipenuhi, maka strategi kognitif dapat terlaksana dengan baik. Apabila diperhatikan, huruf pertama dari keempat strategi ini dapat membentuk akronim P-R-A-C, dimana strategi kognitif dapat dipelajari secara praktikal oleh pembelajar bahasa asing. Berdasarkan definisi dan bagan di atas, Oxford (1990 : 44) menjelaskan pembagian strategi kognitif sebagai berikut. A. Berlatih 1. Repetisi (mengulang) Berbicara atau melakukan sesuatu secara berulang-ulang. 2. Berlatih secara formal dengan sistem bunyi dan tulisan Berlatih menggunakan intonasi, pengucapan, serta berlatih menulis menggunakan bahasa target. 3. Mengenali dan menggunakan formula dan pola Berlatih menggunakan formula yang rutin dan pola yang belum teranalisa, misalnya mengisi paragraf yang rumpang.

13 4. Rekombinasi Mengkombinasi elemen-elemen yang sudah diketahui untuk membentuk satu kesatuan yang utuh. 5. Berlatih secara wajar Berlatih dalam keadaan yang wajar dan realistis, misalnya membaca buku, mendengarkan audio, berpartisipasi dalam diskusi di kelas, dan lain-lain. B. Menerima dan mengirim pesan 1. Menangkap gagasan dengan cepat Menggunakan cara skimming untuk memahami gagasan pokok dan cara scanning untuk menemukan informasi yang lebih detail di dalam bacaan atau audio rekaman. 2. Menggunakan sumber-sumber data untuk menerima dan mengirim pesan Menggunakan media cetak atau non-cetak untuk memahami pesan yang masuk dan memproduksi pesan keluar. C. Menganalisis dan menarik kesimpulan 1. Menarik kesimpulan dengan cara pemotongan atau peringkasan (deduktif) Memahami materi dengan cara menghubungkan pengetahuan umum mereka mengenai topik dan menarik kesimpulan secara deduktif. 2. Menganalisis ekspresi Menentukan arti dari suatu ekspresi dengan membaginya menjadi beberapa bagian. 3. Membuat analisis perbandingan (lintas bahasa) Membandingkan elemen (suara, tata bahasa, dan kosa kata) yang ada dalam bahasa target dengan elemen yang ada dalam bahasa ibu untuk menemukan persamaan dan perbedaan. 4. Menerjemahkan Menerjemahkan ekspresi dalam bahasa target ke dalam bahasa ibu, atau sebaliknya.

14 5. Mentransfer Mengaplikasikan pengetahuan mengenai kosa kata, konsep, atau struktur dari suatu bahasa ke bahasa lainnya untuk memahami atau membuat ekspresi baru dalam bahasa target. D. Membuat struktur bagi input dan output 1. Mencatat Mencatat ide-ide pokok atau poin-poin spesifik berdasarkan materi yang dibaca atau disimak. 2. Merangkum Membuat rangkuman atau abstrak dari sebuah wacana. 3. Membuat penegasan (highlight) Menggunakan berbagai macam teknik penegasan untuk menemukan informasi-informasi penting dalam wacana. Menurut Oxford, strategi Berlatih adalah strategi yang paling penting di dalam strategi pembelajaran kognitif (1990 : 43). Kadangkala pembelajar tidak menyadari betapa pentingnya proses berlatih. Apabila semakin banyak berlatih, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih mudah. 2.3 Metode Dictogloss Sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, pada subbab ini penulis akan memaparkan tentang metode Dictogloss itu sendiri. Menurut Brown (2007 : 8), pengajaran adalah proses menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu, serta menjadikan tahu atau paham. Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan antara bahasa asing dan bahasa kedua (second language). Perbedaannya adalah lokasi di mana bahasa tersebut dipelajari serta fungsi sosial dan komunikatif apakah yang terkait di dalamnya. Menurut Oxford (1990 : 6), bahasa asing tidak memiliki fungsi sosial dan komunikatif terhadap komunitas tempat bahasa itu dipelajari, bahasa ini kebanyakan digunakan di negara lain. Misalnya, bahasa asing yang kita pelajari saat kita ingin bepergian ke luar negeri. Sehingga dapat diketahui bahwa pengajaran bahasa asing

15 adalah proses untuk membantu dan menjadikan seseorang paham dalam mempelajari bahasa yang bukan merupakan bahasa sendiri. Dalam proses pembelajaran bahasa, tentunya dibutuhkan strategi atau metode tertentu demi mewujudkan proses pembelajaran yang lebih efektif. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis tentang penggunaan metode dictogloss dalam pembelajaran menyimak (choukai), oleh karena itu selanjutnya penulis akan membahas mengenai metode Dictogloss. Dictogloss terdiri dari dua kata, yaitu dicto yang berarti dikte, dan gloss yang berarti tafsir. Secara garis besar, dictogloss merupakan gabungan antara teknik dikte dan pentafsiran (pemahaman). Metode dictogloss agak mirip dengan teknik dikte tradisional karena terdapat proses dikte di dalamnya, namun cukup berbeda dalam hal prosedur dan tujuan pembelajarannya. Metode Dictogloss diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 oleh Ruth Wajnryb sebagai metode pembelajaran untuk memahami grammar atau tata bahasa. Dictogloss telah sering digunakan dalam pembelajaran menyimak dan ternyata dapat membantu pembelajar dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa, meningkatkan kemampuan gramatikal serta meningkatkan keaktifan pembelajar di dalam kelas. Wajnryb (1990 : 7) menjabarkan bahwa terdapat empat tahap dalam metode dictogloss, antara lain: 1. Preparation (Persiapan) Pada tahap persiapan, pengajar harus melakukan beberapa hal sebagai berikut : a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik rekaman sebagai warm-up pada awal pelajaran. Pertanyaanpertanyaan ini bertujuan untuk mempersiapkan pembelajar terhadap rekaman yang akan didengarnya. b. Membahas kosa kata baru dan sulit yang muncul di dalam rekaman. c. Meyakinkan pembelajar bahwa mereka tahu apa yang harus dilakukan pada setiap tahap metode dictogloss. d. Membagi pembelajar ke dalam kelompok sebelum tahap dikte dimulai

16 2. Dictation (Dikte) Biasanya pembelajar menyimak rekaman sebanyak dua kali. Pertama, mereka hanya mendengarkan untuk mendapatkan garis besar dari rekaman tersebut. Kedua kalinya, mereka menulis kata kunci yang akan membantu mereka dalam tahap rekonstruksi. Namun bila pembelajar belum terbiasa dengan penggunaan metode Dictogloss, kegiatan dikte dapat dilakukan sebanyak tiga kali. 3. Reconstruction (Rekonstruksi) Secara berkelompok, pembelajar diminta untuk mengumpulkan kata kunci yang telah dicatat dan merekonstruksi wacana yang telah disimak dengan kata-katanya sendiri. Tahap ini memiliki dua tujuan, yakni untuk mempertahankan sebanyak mungkin informasi penting dari teks asli dan dapat menghasilkan rekonstruksi teks yang padu. Peran pengajar pada tahap ini hanya mengawasi jalannya kegiatan dan sama sekali tidak membantu pembelajar dalam hal masukan bahasa. 4. Analysis and Correction (Analisis dan Koreksi) Terdapat berbagai cara untuk melakukan tahap analisis dan koreksi ini. Pertama, setiap teks versi pembelajar dituliskan pada papan tulis atau ditampilkan pada proyektor untuk dibahas bersama. Kedua, teks versi pembelajar dapat diperbanyak dan dibagikan kepada seluruh pembelajar. Ketiga, pembelajar dapat membandingkan rekonstruksi teks mereka dengan teks asli, kalimat demi kalimat. Dalam hal pemilihan materi untuk metode dictogloss, Vasiljevic (2010 : 42) mengatakan bahwa teks wacana lebih sesuai untuk digunakan daripada dialog atau instruksi. Teks yang digunakan sebaiknya adalah teks transaksional, dimana teks tersebut bertujuan untuk memberikan informasi baru, sehingga lebih mudah untuk direkonstruksi. Kunci utama dalam metode dictogloss adalah interaksi antar pembelajar dalam kelompok-kelompok kecil di dalam kelas. Menurut Iwanaka (2013 : 38), metode dictogloss dapat mendorong pembelajar untuk terlibat dalam proses sintaksis,

17 tidak hanya sekedar fokus kepada artinya saja. Dalam metode ini, pembelajar dilatih untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran bahasa. Melalui proses tersebut, pembelajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka dalam proses pembelajaran bahasa. 2.4 Teori Menyimak (Choukai) Dalam proses pembelajaran bahasa, terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar. Menurut Toukai Daigaku Ryuugakusei Kyouiku Sentaa ( 東海大学留学生教育センター ) atau Pusat Pelatihan Mahasiswa Asing Universitas Tokai (2005 : 175), keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat, yaitu Menulis, Berbicara, Membaca, dan Menyimak. Keempat keterampilan tersebut merupakan elemen yang penting dalam proses pembelajaran bahasa. Keterampilan menulis dan berbicara disebut sebagai keterampilan produktif, karena pembelajar menghasilkan suatu ujaran atau tulisan, sedangkan keterampilan menyimak dan membaca disebut sebagai keterampilan reseptif karena pembelajar hanya menerima informasi saja dan tidak menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat secara fisik. Berhubungan dengan hal tersebut, Sukyadi (2012 : 1) mengungkapkan bahwa saat menyimak atau membaca, kita secara aktif menggunakan pengetahuan umum kita mengenai dunia, menggunakan skema yang ada dalam benak kita, menggunakan informasi yang ada pada teks, menebak, atau menggunakan kamus untuk memaknai tulisan yang ada di hadapan kita. Sukyadi juga mengatakan bahwa dalam memaknai ujaran lisan, kita juga menggunakan pengetahuan kita mengenai tata bahasa dan intonasi, serta mengabaikan ujaran yang dianggap tidak penting. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa dalam keterampilan menyimak dan membaca, pembelajar tidak hanya menyerap informasi saja, melainkan juga mengolahnya secara aktif agar bisa memaknai ujaran atau wacana yang mereka simak atau baca. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti lebih lanjut tentang metode Dictogloss pada pembelajaran menyimak, maka akan dibahas lebih lanjut tentang keterampilan menyimak itu sendiri. Menyimak dan mendengar merupakan dua kegiatan yang sangat berbeda. Tarigan (2008 : 27) menyatakan, dalam bahasa Inggris, padanan kata mendengar adalah to hear, sedangkan padanan kata menyimak

18 adalah to listen, atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing menjadi hearing dan listening. Dapat dilihat bahwa menyimak lebih tinggi tingkatannya dibandingkan mendengar. Toukai Daigaku Ryuugakusei Kyouiku Sentaa (2005 : 175) mendefinisikan choukai sebagai berikut. 東海大学留学生教育センター (2005 : 175) : 聴解 という言葉は文字通りに言い換えると 聞いて理解すること であり 言語活動の基礎になる 音声言語の知識や運用能力を身につけるために聞く という指導的視点が見落とされがちです Kata menyimak bila diartikan secara harafiah berarti mendengar dan memahami. Namun arti dalam perspektif lain yang sering diabaikan adalah mendengar untuk mempelajari kemampuan berbahasa dan kemampuan menyerap informasi dari bahasa lisan yang menjadi dasar dari kegiatan berbahasa. Sedangkan Tarigan (2008 : 28) mendefinisikan keterampilan menyimak sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa menyimak adalah proses mendengarkan dan memahami makna yang terkandung dalam ujaran atau bahasa lisan. Terdapat beberapa keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan menyimak yang efektif. Keterampilan-keterampilan tersebut menurut Sudjianto (2010 : 120) adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan mengidentifikasi bunyi suara. 2. Kemampuan mengidentifikasi komponen-komponen kebahasaan seperti kata dan sebagainya. 3. Kemampuan memahami maknanya dengan cara menghubungkan bunyi yang didengar dengan kata-kata yang sudah diketahui. Terutama kemampuan memperkirakan arti kata yang belum diketahui dari konteks sebelum dan sesudahnya. 4. Kemampuan memahami arti secara gramatikal.

19 5. Kemampuan menangkap intisari - Menangkap intisari peralinea. - Kemampuan memperkirakan alur alinea berikutnya. 6. Kemampuan membuat catatan-catatan sambil mendengar. Berdasarkan hal-hal diatas, maka diperlukan adanya pengetahuan mengenai tata bahasa, kosa kata, bunyi suara, serta struktur wacana untuk melaksanakan kegiatan menyimak yang efektif. Selain itu, kegiatan menyimak juga memiliki beberapa unsur penting untuk mendukung terjadinya proses menyimak yang efektif. Unsur-unsur menyimak tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembicara 2. Penyimak 3. Bahan simakan (pesan berupa informasi, gagasan, atau konsep yang disampaikan pembicara kepada penyimak) 4. Bahasa lisan yang digunakan Setiap unsur menyimak di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Semuanya bersatu padu untuk mewujudkan proses menyimak yang efektif. 2.4.1 Jenis-jenis Menyimak Tarigan (2008 : 35) membagi menyimak menjadi dua jenis, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak esktensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat secara umum. Sedangkan menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Berikut ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan menyimak intensif menurut Tarigan (2008 : 38): 1. Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman. 2. Menyimak intensif membutuhkan konsentrasi tinggi. 3. Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal. 4. Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.

20 Reproduksi adalah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Reproduksi dapat dilakukan secara lisan (berbicara) dan tertulis (mengarang). Dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di universitas, terjadi proses menyimak intensif, karena pembelajar dituntut untuk memahami bahan simakan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, hanya menyimak intensif yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.