PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

dokumen-dokumen yang mirip
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 A. Pengertian PPh Pasal 25 dan Pajak Final B. Jenis Pajak Final C. Perhitungan Angsuran PPh 25 dan Pajak Final 1.

PPh Pasal 26. Pengantar

PPh Pasal 25. Rp Rp. Angsuran PPh pada tahun Berjalan

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 522/KMK.04/2000 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini. PPh Pasal 25 = Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini dibagi dua belas.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERTEMUAN 12: PPh Pasal 24 (Umum /Perhitungan)

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Modul ke: PERPAJAKAN I. PPh PASAL Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

PAJAK PENGHASILAN PAJAK 25

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

GRAHA ILMU Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

PERSANDINGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

ABSTRAK. : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan Keuangan Fiskal, Rekonsiliasi Fiskal.

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

Definisi. Ketentuan PPh Pasal 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

LAMPIRAN - I. SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PAJAK WP ORANG PRIBADI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Transkripsi:

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan 1. Wajib pajak membayar sendiri (pph pasal 25) 2. Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal 21,22,23,dan 24)

Cara menghitung besarnya PPh pasal 25 Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat pemberitahuan pajak tahunan pajak penghasilan tahun yang lalu dikurangi dengan: 1. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 23, serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 24. dibagi 12(dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Direktur jendral pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan apabila 1. Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian 2. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur 3. SPT tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan 4. Wajib pajak diberikan perpangjangan jangka waktu penyampaian SPt tahunan PPh. 5. Wajib pajak membetulkan sendiri SPT tahunan PPh yang mengkibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan 6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan pajak

Sesuai pasal 25 ayat (7) UU PPh, penghitungan PPh psal 25 bagi WP baru,bumn,bumd, dan WP tertentu lainnya ditetapkan oleh menteri keuangan a. Agsuran PPh pasal 25 bagi wajib pajak baru Besarnya angsuran PPh pasal 25 setiap bulan bagi WP baru dihitung berdasarkan jumlah pajak yang diperoleh dari penerapan tarif umum atas penghasilan netto sebilan yang disetahunkan,dibagi 12 bulan Penghasilan neto dihitung berdasarkan pembukuan (dalam hal wajib pajak wajib melaksanakan pembukuan) atau berdasarkan norma penghitungan (dalam hal wajib pajak tidak wajib melaksanakan pembukuan/melaksanakan pembukuan tetapi tidak diketahui penghasilan netonya Untuk wajib pajak pajak orang pribadi, penghasilan netonya dikurangi PTKP terlebih dahulu

Untuk triwulan berikutnya dihitung kembali PPh pasal 25 tiap-tiap triwulan Besarnya angsuran PPh psal 25 setiap bulan bagi WP bank atau sewa guna usaha dengan hak opsiyang merupakan WP baru, maka besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk triwulan pertama adalah jumlah pajak yag dihitung berdasarkan penerapan tarif umum ata perkiraan laba-rugi fiskal triwulan pertama yang disetahunkan,dibagi 12 Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu ditetapkan sebesar 2% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan

Besarnya angsuran PPh pasal 25 setiap bulan bagi BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun kecuali wajib pajak bank dan wajib pajak sewa guna usaha dengan hak opsi, adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum pemegang saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh pasal 22 dan 23 serta pasal 24 yang dibayar atau terulang diluar negeri pada tahun pajak yang lalu,dibagi 12

PAJAK PNGHASILAN PASAL 26

Penghasilan yang menjadi obyek PPh pasal 26 adalah 1. Deviden 2. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbaln sehubungan dengan jaminan pengembalian utang. 3. Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 4. Imbalan sehubungan dengan jasa,pekerjaan dan kegiata 5. Hadiah dan penghargaan 6. Pensiun dan pembyaran berkala lainnya 7. Penghasilan dari penjualan harta di indonesia 8. Premi asuransi termasukpremi reasuransi 9. Penghasilan kena pajak esudah dikurangi PPh suatu BUT (branch profit tax)kecuali penghasilan tersebut ditamankan kembali diindonesia

Besarnya tarif PPh 26 dibedakan atas kelompok opje PPh 26 seperti berikut 1. Atas penghasilan yang berupa A. Deviden B. Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehbungan dengan jaminan pengembalian utang C. Royalti D. Hadiah dan penghargaan E. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya PPh pasal 26 = penghasilan bruto x 20%

Atas penghasilan yang berupa 1. Penghasilan dari penjualan harta di indonesia 2. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi. Dipotog PPh pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan netto PPh pasal 26 = (penghasilan bruto x perkiraan penghasilan neto) x 20 %

Pemotongan PPh pasal 26 berifat final, kecuali : Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di indonesia Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh arang pribadi atau badan luar nergi yang berubah status menjadi WP dalan negeri atau BUT

Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan pasal 26 wajib dilakukan oleh 1. Badan pemerintahan 2. Subyek pajak dalam negeri 3. Penyelenggara kegiatan 4. Bentu usaha tetap 5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

Laporan keuangan fiskal Adalah laporan yang disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan

Hal yang perlu tercangkup dalam 1. Neraca fiskal laporan keuangan fiskal 2. Perhitungan rugi laba dan perubahan laba yang ditahan 3. Penjelasan laporan keuangan fiskal 4. Ikhtisar kewajiban pajak

Naraca fiskal Ialah laporan yang menggambarkan posisi keuangan yang terdiri dari harta,utang, dan modal pada tanggal penutupan buku yang disusun dari pembukuan wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan dan sesuai dengan prinsip akuntangsi indonesia

Penggolongan pos neraca fiskal adalah 1. Harta Harta lancar Piutang dalam hubungan istimewa Investasi jangka panjang Harta tatap Harta tidak berwujud harta lain-lain

2.utang Utang lancar Utang dalam hubungan istimewa Utang jangka panjang Utang subordinasi Utang lain-lain

3. modal Modal saham Tambahan modal disektor Selisih penilaian kembali harta tetap Laba yang ditahan

Perhitungan rugi laba fiskal Adalah laporan yang menggambarkan hasil atau pekerjaan bebas wajib pajak selama satu tahun pajak, yang disusun dari pembukuan wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dengan prinsip akuntansi indonesia

Ada 6 hal dalam menyajikan perhitungan rugi laba fiskal 1. Harus dipisahkan antara penghasilan dan biaya dalam rangka usaha dengan penghasilan dan biaya diluar usaha. 2. Harus memuat rincian unsur-unsur penghasilan dan biaya wajib pajak 3. Rincian penghasilan dilakukan menurut sifat atau jenis penghasilan lain. Perincian biaya dilakukan menurut sifat atau tujuan biaya. 4. Disusun dalam bentuk urutan ke bawah 5. Laba bersih mencerminan seluruh pos rugi dan laba selama satu tahun 6. Koreksi masa lalu yang tidak mempengaruhi perhitungan pajak tahun sebelumnya disajikan sebagai penyesuaian atas saldo laba ditahan sehingga tidak memerlukan perbaikan SPT yang lalu.

Nama : wahyu kurniawan e.s Nim : 07409134038