BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

I. PENDAHULUAN. mengalami masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia tersebut,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN


BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

KONDISI SOSIAL EKONOMI

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KONDISI SOSIO-EKONOMI KELUARGA DI KOTA SALATIGA JAWA TENGAH 1 BAB 1. PENDAHULUAN

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

Faktor Karakteristik Keluarga, Tingkat Fertilitas dan Pemakaian Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

Universitas Gadjah Mada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk

FERTILITAS MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BANJARKEMUNING KABUPATEN SIDOARJO. Singgih Susilo 1.

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDAHULUAN SUMBER DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan tentang Persepsi. Sebuah proses internal yang dinamakan persepsi, yang bermanfaat

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN. Suku asli penduduk Kota Makassar adalah Makassar, dan sukusuku

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN*

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia ternyata lebih tinggi daripada perkiraan. Revisi prediksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh fertilitas diukur dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fertilitas. Andri Wijanarko,SE,ME.

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade terakhir dinilai sebagai prestasi yang sangat baik. Pada tahun 1971-an Total Fertility Rate (TFR) berkisar antara 5,29 hingga 5,81 sementara pada tahun 1991-an turun menjadi sekitar 3,22 hingga 3,25. Dilihat dari persentasenya, penurunan tersebut hampir mencapai 40 persen (Faturochman, 1996). Data TFR dari hasil Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 1997) menunjukkan penurunan dari tahun 1991 sebesar 3,02 menjadi 2,86 pada tahun 1994, dan 2,79 pada tahun 1997 (BPS, 1998). Penurunan angka fertilitas terjadi di semua daerah atau propinsi, termasuk Propinsi Sulawesi Selatan. Angka TFR Sulawesi Selatan menurun sampai lebih dari setengah dibandingkan kondisi pada awal tahun 1970-an. Berdasarkan Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 1996, 1998 dan 2001, TFR di Sulawesi Selatan masingmasing 2,59; 2,67; dan 2,81. Ini menunjukkan bahwa selama periode Susenas 1996-2001, setiap wanita melahirkan rata-rata 2-3 anak selama masa reproduksinya. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan sekitar 30 tahun yang lalu, dengan TFR pada saat itu masih tinggi yaitu 5,71. Namun angka tersebut dari tahun ke tahun semakin

2 menunjukkan penurunan. Kondisi tersebut juga terjadi di Kota Makassar. Berdasarkan data Susenas 2002, TFR Kota Makassar pada tahun 2001 sebesar 2,16. Nilai TFR-nya lebih rendah dari Prop.Sul-Sel (BPS, 2002). Penurunan fertilitas menunjukkan adanya pergeseran nilai anak. Dahulu sebagian besar masyarakat, menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo banyak anak banyak rezeki, maka sekarang pameo itu berubah menjadi banyak anak banyak beban. Keuntungan finansial (materi) dan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang tua apabila mempunyai anak, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam membesarkan anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu besar, maka biaya dan waktu alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebut dapat membebani orang tuanya. Dari beberapa hasil penelitian tentang fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang menjadi sebab utama tinggi rendahnya fertilitas adalah beban ekonomi keluarga. Dalam hal ini ada dua pandangan yang saling bertentangan. Pandangan pertama beranggapan bahwa dengan mempunyai jumlah anak yang banyak dapat meringankan beban ekonomi yang harus ditanggung orang tua. Di sini anak dianggap dapat membantu (meringankan) beban ekonomi orang tua bila mereka sudah bekerja. Pandangan kedua, yang dapat dikatakan pandangan yang agak maju, beranggapan bahwa anak banyak bila tidak berkualitas justru menambah dan bahkan akan memperberat beban orangtua kelak. Dengan anggapan seperti ini, mereka menginginkan (mengharapkan) jumlah anak sedikit,

3 tetapi berkualitas. Untuk memiliki anak yang berkualitas sudah jelas diperlukan waktu, tenaga, perhatian, dan biaya yang tidak sedikit yang pada akhirnya akan menjadi beban orang tua. Berkaitan dengan ini, agar beban tidak terlalu berat, orang tua cenderung ingin memiliki anak sedikit. Fawcett (1986) mengemukakan bahwa ada enam nilai anak bagi orang tua, yaitu (1) perekat cinta kasih, (2) sumber tenaga kerja, (3) asuransi di hari tua, (4) pelangsung keturunan, (5) sumber rezeki, (6) anak sebagai teman, penolong dan pelindung. Persepsi tentang nilai anak akan dapat mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan atau dimiliki. Sebagian orang berpendapat bahwa jumlah anak banyak dapat merupakan asset keluarga yang menguntungkan karena dapat diharapkan untuk membantu keluarga, khususnya di bidang ekonomi. Akan tetapi sebagian orang lain berpendapat sebaliknya, yaitu anak banyak hanyalah merupakan beban ekonomi keluarga yang tidak ringan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya jumlah anak akan menyebabkan juga banyaknya waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan sebagai kewajiban dan rasa tanggung jawab orang tua. Penurunan fertilitas tentu memberikan kenyataan bahwa jumlah anak yang dimiliki seorang wanita semakin sedikit. Akibatnya, wanita semakin mempunyai banyak waktu, selain mengasuh anaknya. Terlebihlebih bagi perempuan yang sudah memiliki anak yang sudah beranjak dewasa. Maka banyak wanita yang memanfaatkan tenaga dan waktu

4 luang yang dimiliki untuk melakukan aktivitas di luar tugas domestik mereka, terutama aktivitas ekonomi. Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 31, menyatakan bahwa wanita mempunyai kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Dengan jumlah anak yang rendah, maka tugas-tugas wanita sebagai ibu rumah tangga, khususnya dalam mengasuh, memelihara, dan membesarkan anak akan berkurang (Ediastuti, 1995). Dengan demikian, dapat diartikan pula bahwa fertilitas yang rendah akan menyebabkan banyaknya tenaga dan waktu luang bagi wanita, yang seharusnya untuk mengurus anak. Didukung oleh semakin banyaknya wanita yang memiliki anak sedikit, maka banyak wanita yang memanfaatkan tenaga dan waktu luang. Hal tersebut memberikan peluang besar kepada wanita untuk memasuki dunia kerja. Dibandingkan dengan penduduk laki-laki maka wanita yang masuk dalam dunia kerja berjumlah lebih sedikit. Namun peningkatan partisipasi angkatan kerja justru lebih banyak terjadi pada wanita. Tjiptoherijanto (1999) mengemukakan bahwa antara tahun 1980 dan 1990 angkatan kerja wanita meningkat sebesar sekitar 7% yaitu dari 32,6% menjadi 39,6%. Sementara pada periode yang sama, angkatan kerja laki-laki meningkat hanya 1,8% yaitu dari 68,8% menjadi 70,6%. Pada kelompok pendidikan rendah, jumlah wanita yang bekerja relatif sama dengan lakilaki. Untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi angka ini relatif lebih rendah dan semakin tinggi tingkat pendidikan nampak bahwa proporsi

5 wanita yang bekerja semakin kecil. Akan tetapi di masa depan wanita dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih banyak masuk ke pasar kerja. Selain karena jumlahnya meningkat, juga karena lapangan kerja membutuhkan keahlian tertentu, terutama di bidang-bidang jasa seperti misalnya tenaga penjualan, kesehatan, pendidikan, pelayanan dan lain sebagainya. Kondisi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita di Sulawesi Selatan tidak jauh berbeda dengan kondisi di daerah lain. TPAK di Sul-Sel, perbedaan antara laki-laki dan wanita cukup menyolok, tapi beberapa tahun ini terjadi peningkatan TPAK pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Pada tahun 1996 TPAK laki-laki sekitar 71% dan wanita 29%, kemudian pada tahun 1998 terjadi peningkatan, TPAK laki-laki menjadi 73% dan wanita 32%.Kemudian pada tahun 2001, TPAK laki-laki 72% dan wanita 31%. Data tersebut menunjukkan bahwa selama 5 tahun (tahun 1996-2001) TPAK wanita lebih tinggi peningkatannya yaitu sekitar 2-3% sedangkan TPAK laki-laki sekitar 1-2% (BPS, 2002). Walaupun peningkatan TPAK wanita di Sul-Sel tidak terlalu tajam, tetapi dengan semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi keluarga dan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan diri dan adanya peluang besar kepada wanita untuk masuk ke dunia kerja sehingga semakin banyak wanita yang ingin memiliki anak sedikit, terutama untuk kondisi wanita di Kota Makassar.

6 Fenomena yang terjadi berdasarkan pada fakta di atas, yaitu semakin menurunnya fertilitas serta semakin besarnya peluang wanita untuk masuk ke dunia kerja. Dengan kondisi demikian, memunculkan ketertarikan untuk mengetahui bagaimana gambaran persepsi nilai anak dan kecenderungan permintaan anak pada wanita terutama wanita dari pasangan usia muda. Persepsi tentang nilai anak dan berapa jumlah anak yang diinginkan atau dimiliki berbeda antara satu orang dengan lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi nilai dan permintaan anak bagi seseorang, diantaranya tingkat pendidikan, penghasilan, status kerja, usia perkawinan, kematian anak, kondisi pemukiman, status migrasi, umur, dan agama. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut di atas, secara konkret permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migran, status kerja, dan kematian bayi/balita. 2. Bagaimana hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, dan umur perkawinan pertama dengan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda. 3. Bagaimana perbedaan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migran, status kerja, dan kematian bayi/balita.

7 4. Bagaimana hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, umur perkawinan pertama dan persepsi nilai anak dengan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda. 5. Bagaimana besar rata-rata permintaan anak antara pemukiman kumuh dan tidak kumuh menurut agama, status migrasi, umur, pendidikan, penghasilan, umur perkawinan pertama, status kerja, kematian bayi/balita pada wanita pasangan usia muda. C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migrasi, status kerja, dan kematian bayi/balita di Kota Makassar. 2. Mengetahui hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, dan umur perkawinan pertama dengan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda di Kota Makassar. 3. Mengetahui perbedaan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migrasi, status kerja, dan kematian bayi/balita di Kota Makassar. 4. Mengetahui hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, umur perkawinan pertama dan persepsi nilai anak dengan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda di Kota Makassar. 5. Mengetahui rata-rata permintaan anak antara pemukiman kumuh dan tidak kumuh menurut agama, status migrasi, umur, pendidikan,

8 penghasilan, umur perkawinan pertama, status kerja, kematian bayi/balita pada wanita pasangan usia muda di Kota Makassar. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pengambil kebijakan di bidang kependudukan dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya bagi Pemerintah Kota Makassar. 2. Sumbangan ilmiah dalam memperkaya wawasan kajian kependudukan dan pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.