BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

ANALYSIS OF THE AGGREGATE PLANNING TO MINIMIZE THE PRODUCTION COST AT PT.ANELA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) YULIATI,SE,MM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dewasa ini semakin menuju pasar global, hal ini

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Matakuliah : Ekonomi Produksi Peternakan Tahun : Oleh. Suhardi, S.Pt.,MP

BAB I PENDAHULUAN. tetap bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat. beli masyarakat. Sehingga harga yang ditawarkan menjadi tinggi, dan

Perencanaan Agregat. Dosen : Somadi, SE., MM., MT

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB III METODE PENELITIAN. diajukan. Sugiyono (2014:2) mengatakan bahwa: secara umum metode. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menghasilkan dodol di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan Materi #7

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis semakin berkembang dan dihadapkan pada persaingan antar

BAB 2 LANDASAN TEORI

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #3 Ganjil 2015/2016. EMA302 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstract. Keywords : fluctuating demand, aggregate planning, strategy. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

EMA302 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

AGGREGATE PLANNING (AP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERSPEKTIF PERAMALAN 2 Titien S. Sukamto

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Heizer dan Render (2009:4) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. seperti buku, jurnal papers, artikel dan karya ilmiah lainnya yang dikutip dalam

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

PERAMALAN DAN PERENCANAAN AGREGAT MANAJEMEN OPERASIONAL MINGGU KEEMPAT BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.SI. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

PERAMALAN (FORECASTING)

Perencanaan Agregat. Perencanaa & Pengendalian Produksi_TI-UG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Key words: production, aggregate planning, cost efficiency. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkoordinasi penggunaan sumber daya yang berupa sumber daya manusia,

Bab 1 Pendahuluan. Pada saat ini perekonomian Indonesia memburuk dilihat dari kurs dolar yang merosot terus.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian semakin ketat.perusahaan-perusahaan beroperasi dan

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Operasi Kegiatan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, beikut adalah beberapa pengertian Manajemen Operasi menurut para ahli: Menurut Heizer dan Rander (2011), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Menurut Stevenson dan Chuong (2014), dijelaskan bahwa manajemen operasi merupakan manajemen dari bagian operasi yang bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa. Menurut Herjanto (2008), manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumberdaya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. Menurut Russel dan Taylor (2011), manajemen operasi sering didefinisikan sebagai proses transformasi Input (seperti bahan, mesin, tenaga kerja, manajemen, dan modal diubah menjadi output (barang dan jasa). Dan menurut Chase, Aquilano, dan Jacobs (2006) mengatakan manajemen operasi didefinisikan sebagai desain, operasi, dan perbaikan sistem yang menciptakan produk dan layanan utama perusahaan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan produksi atau pembuatan barang dan jasa atau kombinasinya melalui proses transformasi dari input sumber daya produk menjadi output yang diinginkan. manajemen operasional terintegrasi pada 3 komponen utama yang mendukung

dalam proses organisasi, yaitu : Customer (Pelanggan) Customer merupakan seseorang yang selalu mengkonsumsi kebutuhan pada sistem manajemen operasional. Customer merupakan orang yang memiliki peran khusus dimana selalu memberikan saran serta pendapat di awal dan di akhir sistem manajemen operasional paling tidak, perusahaan dengan jelas dapat diidentifikasikan pada segmen pasar dan pada segmen customer itu sendiri. Keefektifitas serta keefisienan fungsi manajemen operasional tidak dapat terstruktur. Process (Proses) Sebuah proses dalam perusahaan merupakan hubungan dari semua aktifitas yang diperlukan untuk mengubah input menjadi output (hasil). Proses menggambarkan keseluruhan input, aktifitas perubahan, dan output pada keseluruhan sistem. Hal itu menandakan hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah kegiatan serta menspesifikasikan bahan apa yang dibutuhkan dan seberapa besar jumlahnya. Proses juga menggambarkan kegiatan yang diperlukan untuk mengubah input mejadi output. Pada akhirnya seluruh kegiatan pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa semua memenuhi standar kualitas, kuantitas, lead time, atau pembagian waktu. Proses manajemen operasional dapat melibatkan produksi pada sebuah produk atau jasa. Capacity (Kapasitas) Saat proses menjelaskan bagaimana sistem manajemen operasional bekerja, kapasitas mendeterminasikan seberapa besar sistem produksi. Untuk kebanyakan orang, kapasitas mengartikan seberapa besar dari hasil yang diproduksi perusahaan, bahkan membatasi hasil per unit dalam satuan waktu. 2.1.1 Sepuluh Keputusan Strategis Manajemen Operasional Menurut Haizer dan Render (2011) terdapat sepuluh keputusan strategis dalam Manajemen Operasional yaitu: 1. Desain barang dan jasa: menjelaskan apa yang diperlukan dari kegiatan operasi pada masing-masing keputusan manajemen operasi. Misalkan, desain produk biasanya menentukan batas bawah dari biaya dan batas atas dari kualitas.

2. Pengelolaan kualitas: menentukan ekspektasi kualitas dari pelanggan dan membuat kebijakan serta prosedur untuk mengidentifikasikan dan mencapai kualitas tersebut 3. Desain proses dan kapasitas: menentukan seberapa baik barang dan jasa dihasilkan dan menjalankan manajemen terhadap teknologi, kualitas, SDM dan investasi modal yang spesifik yang menentukan struktur biaya dasar perusahaan. 4. Pemilihan lokasi: mentukan dimana lokasi perusahaan akan beroperasi dengan penilaian terkait kedekatan dengan pelanggan dan pemasok sementara mempertimbangkan mengenai biaya, infrastruktur, dan aturan pemerintah. 5. Perancangan tata letak: menentukan tata letak fasilitas kerja yang dapat menunjang dan memperlancar proses kerja. 6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan: menentukan bagaimana cara untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan personel dengan bakat dan kemampuan yang dibutuhkan. 7. Manajemen rantai pasokan: menentukan bagaimana mengintegrasikan rantai pasokan ke dalam strategi perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang menentukan apa yang dibeli, dari siapa dan dengan persyaratan apa. 8. Persediaan: menetukan keputusan pemesanan dan penyediaan persediaan dengan mempertimbangkan kapabilitas pemasok dan jadwal produksi. 9. Penjadwalan: menentukan dan menerapkan jadwal jangka waktu menengah dan pendek yang secara efektif dan efisien baik karyawan maupun fasilitas, sementara memenuhi permintaan pelanggan. 10. Pemeliharaan: menentukan siapa yang dapat bertanggung jawab dalam melakukan pemiliharan agar kualitas tetap terjaga. 2.2 Peramalan Salah satu keputusan penting dalam perusahaan yang dilakukan oleh manajemen adalah menentukan tingkat produksi dari barang atau jasa yang perlu disiapkan untuk masa yang akan datang. Penentuan tingkat produksi yang merupakan tingkat penawaran diperngaruhi oleh jumlah permintaan pasar yang dapat dipenuhi oleh perusahaan. Tingkat penawaran yang yang lebih tinggi dari permintaan pasar dapat mengakibatkan terjadinya pemborosan biaya.

Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang optimal diperlukan adanya suatu cara yang tepat, sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu alat yang diperlukan oleh manajemen dan merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan adalah ialah metode peramalan. Berikut adalah definisi peramalan menurut para ahli: Heizer and Render, (2011), peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya kemasa akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Menurut Schroeder (2007), mengatakan bahwa peramalan merupakan suatu seni dan ilmu untuk memprediksi masa yang akan datang. Sampai masa sepuluh tahun terakhir, sebagian besar dari peramalan adalah sebuah seni, namun saat ini peramalan juga menjadi sebuah ilmu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peramalan adalah suatu metode ilmiah yang menggunakan data dari masa lalu untuk memprediksi peristiwa di masa depan secara sistematis yang digunakan untuk membantu menetapkan suatu keputusan yang optimal. Menurut Heizer dan Render (2011), peramalan memiliki dua model yang terdiri dari masingmasing metode yaitu: 1. Model deret waktu Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. 2. Model asosiatif Model asosiatif (hubungan sebab akibat), seperti regresi linier, menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan. Peramalan dapat diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu, menurut Heizer dan Render (2015) klasifikasi peramalan berdasarkan horizon waktu ialah sebagai berikut: 1. Peramalan jangka pendek adalah peramalan yang memiliki rentang waktu sampai dengan satu tahun, tetapi umunya kurang dari tiga bulan. Digunakan untuk perencanaan pembelian, penjadwalan pekerjaan, tingkat angkatan kerja, penugasan pekerjaan dan tingkat produksi

2. Peramalan jangka menengah adalah peramalan yang memiliki rentang waktu dari tiga bulan hingga tiga tahun. Dapat digunakan dalam perencanaan penjualan, perencanaan produksi, penganggaran dan analisis variasi rencana operasional. 3. Peramalan jangka panjang adalah peramalan yang memiliki rentang waktu pada umumnya tiga tahun atau lebih. Perencanaan jangka panjang digunakan dalam perencanaan untuk produk baru, pengeluaran modal, lokasi tempat fasilitas atau perluasan dan penelitian serta pengembangan. Menurut Heizer dan Render (2011), organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan organisasi di masa depan: 1. Peramalan ekonomi (economic forecast), menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan teknologi (technological forecast), memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat menghasilkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik, dan peralatan baru. 3. Peramalan permintaan (demand forecast), merupakan proyeksi permintaan suatu produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. 2.2.1 Fungsi Peramalan Menurut Stevenson dan Chuong (2014), terdapat dua fungsi peramalan. Salah satu kegunaan peramalan adalah membantu manajer untuk merencanakan sistem dan membantu manajer untuk merencanakan penggunaan sistem. Menurut Heizer dan Render (2011), tujuan dan fungsi peramalan adalah untuk mengkaji kebijakan perusahaan yang berlaku saat ini dan dimasa lalu serta melihat sejauh mana pengaruh di masa datang. Peramalan merupakan dasar penyusun bisnis pada suatu perusahaan sehingga dapat meningkatkan efektifitas suatu rencana bisnis. Dari definisi-definisi yang dinyatakan diatas mengandung beberapa aspek persamaan yaitu dimana fungsi peramalan berkaitan dengan perencanaan, penyusunan penggunaan sistem

pada suatu perusahaan, dan jangka waktu yang dibutuhkan untuk sebuah peramalan. Maka dari keterangan-keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi peramalan adalah upaya untuk perencanaan sistem yang akan dipakai oleh sebuah perusahaan yang melibatkan rencana jangka panjang mengenai jenis produk dan jasa yang ditawarkan serta fasilitas dan peralatan yang dimiliki. 2.2.2 Metode Peramalan Time Series Analisis Time Series merupakan metode peramalan kuantitatif untuk menentukan pola data masa lampau yang dikumpulkan berdasarkan urutan waktu, yang disebut data time series. Dalam membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu dengan kata lain melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. Terdapat beberapa metode Time Series (Deret Waktu) yaitu: 1. Linier Regression Regresi linier adalah sebuah model matematis garis lurus untuk menggambarkan hubungan fungsional antara variabel dependen dan independen. Untuk peramalan time series, formula regresi linier cocok digunakan bila pola data adalah trend. Dalam melakukan peramalan menggunakan regresi linier dapat ditentukan dengan persamaan: Dimana: y = nilai dari variabel dependen a = perpotongan sumbu y b = kemiringan garis regresi x = variabel independen Untuk menentukan dan dapat ditemukan dengan persamaan: Dimana: b = kemiringan dari garis regresi

= tanda jumlah x = nilai dari variabel independen yang diketahui y = nilai dari variabel dependen yang diketahui n = jumlah poin data = rata-rata dari nilai x = rata-rata dari nilai y 2. Exponential Smoothing Merupakan kasus khusus dari metode rata-rata bergerak tertimbang dimana penimbang dipilih hanya untuk observasi terbaru. Penimbang yang diletakkan pada observasi terbaru adalah nilai konstanta penghalusan α. Penimbang untuk menilai adata selain dihitung secara otomatis dan semakin lama periode waktu suatu observasi nilainya akan semakin kecil. F t+1 = αy t + (1 α)ft 3. Rata-rata bergerak tertimbang (Weighted Moving Average) Melibatkan penimbang untuk setiap nilai data dan kemudian menghitung rata-rata penimbang sebagai nilai peramalan. Contoh rata-rata bergerak tertimbang 3 periode dihitung sebagai berikut: Ft = W 1 A t -1 + W 2 A t-2 +... + W n A t-n 4. Rata-rata bergerak (Moving Average) Metode ini menggunakan n nilai data terbaru dalam suatu deret berkala untuk meramalkan periode yang akan datang, rata-rata perubahan atau pergerakan sebagai observasi baru, dan perhitungan rata-rata bergerak adalah sebagai berikut F t = A t-n-1 +... + A t 1 + A t n

2.3 Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) Perencanaan agregat dibutuhkan oleh para manajer operasional untuk menentukan jalan terbaik dalam meningkatkan kapasitas dan memenuhi permintaan yang diperoleh dari peramalan disesuaikan dengan tingkat produksi. Berikut adalah definisi perencanaan agregat menurut para ahli: Menurut Heizer dan Render (2011) perencanaan agregat adalah sebuah pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah dengan jangka waktu 3 hingga 18 bulan kedepan. Para manajer produksi berusaha menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan cara menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerja lembur, tingkat subkontrak dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Menurut Herjanto (2007), perencanaan agregat merupakan bagian rencana bisnis yang menyangkut kegiatan produksi atau operasi yang disebut rencana produksi. Sedangkan Schroeder (2007) mendefinisikan perencanaan agregat sebagai perencanaan yang difokuskan untuk melakukan penyesuaian antara tingkat produksi yang ditawarkan dengan tingkat permintaan untuk 12 bulan mendatang. Perencanaan agregat adalah bentuk pengambilan keputusan yang digunakan secara teratur dalam banyak manufaktur dan industri jasa, Michael L. Pinedo (2009). Menurut Sukendar dan Kristomi (2008) Perencanaan agregat berarti menggabungkan sumber daya-sumber daya yang sesuai ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan menyeluruh. Dengan adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas, persediaan jumlah tenaga kerja dan input produksi yang saling berkaitan, maka perencana harus memilih tingkat output untuk fasilitas selama tiga sampai delapan belas bulan ke depan. Selanjutnya menurut Panneerselvam (2012) perencanaan agregat merupakan suatu proses yang mengikuti perencanaan kapasitas, dan menggunakan perkiraan jangka menengah. Perencanaan ini tidak harus selalu terperinci dalam memberikan instruksi yang spesifik untuk kegiatan operasi harian atau mingguan seperti memuat, mengurutkan, ekspedisi, dan pengiriman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi dari perencanaan agregat adalah untuk menentukan perencanaan operasional jangka menengah untuk mengoptimalkan penggunaan

sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar yang tidak menentu dengan tetap mempertimbangkan efisiensi biaya. 2.3.1 Planning Horizons Heizer & Render (2011) menyatakan bahwa terdapat 3 jangka waktu didalam perencanaan agregat, yaitu : 1. Rencana jangka panjang : merupakan perencanaan yang berhubungan dengan hal-hal strategis, sehingga pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab top management. Hal-hal strategis yang direncanakan oleh top management antara lain kebijakan seperti lokasi fasilitas dan ekspansi fasilitas, pengembangan produk baru, pendanaan riset, dan investasi dengan periode tahunan. 2. jangka menengah : perencanaan jangka menengah dimulai saat keputusan mengenai kapasitas jangka panjang telah dibuat. Ini merupakan pekerjaan dari manajer operasi. Hal ini mencakup perumusan rencana bulanan dan kuartalan, yang mengedepankan masalah mencocokkan produktivitas dengan permintaan yang berfluktuasi. 3. Rencana jangka pendek : perencanaan jangka pendek merupakan rencana untuk jangka waktu kurang dari 3 bulan (namun dapat diperpanjang untuk jangka waktu 1 tahun). Rencana jangka pendek ini memisahkan rencana jangka menengah kedalam jadwal mingguan, harian, dan bulanan. 2.3.2 Pilihan Perencanaan (Planning Options) Pilihan perencanaan menurut Heizer dan Render (2011) dapat dibagi menjadi 2 yaitu dengan memodifikasi permintaan dan pilihan kedua adalah memodifikasi kapasitas. Strategistrategi berikut ini mencakup manipulasi tingkat persediaan, produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas, dan variabel-variabel lain yang dapat dikendalikan. Berikut adalah penjelasannya: a. Capacity Options Capacity Options tidak mencoba untuk mengubah permintaan, namun berupaya untuk menyesuaikan dengan permintaan konsumen. Perusahaan dapat memilih beberapa pilihan kapasitas berikut ini :

1. Changing Inventory Manager dapat menambah atau mengurangi persediaan sepanjang suatu periode dimana tingkat permintaan rendah atau untuk memenuhi tingkat permintaan yang tinggi pada periode-periode di masa datang. 2. Varying workforce size by hiring or layoffs Salah satu cara memenuhi permintaan adalah mempekerjakan atau memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Pemecatan atau PHK dapat menurunkan moral semua pekerja dan mendorong terjadinya produktivitas yang lebih rendah. 3. Varying production rates through overtime or idle time Tenaga kerja terkadang dapat dijaga tetap konstan dengan mengubah-ubah waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah, dan menambah jam kerja saat permintaan naik. Meskipun demikian, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan mengenai banyaknya jam lembur yang dapat diberlakukan. Upah lembur memerlukan lebih banyak biaya, dan terlalu banyak jam lembur dapat membuat tingat produktivitas pekerja secara keseluruhan menurun. 4. Subcontracting Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan subkontrak selama periode permintaan yang tinggi. Bagaimanapun juga, sub-kontrak memiliki beberapa kekurangan. Pertama, kemungkinan biaya yang lebih mahal. kedua, sub-kontrak membawa risiko dengan membuka kesempatan bagi konsumen terhadap pesaing. Ketiga, sulitnya untuk mendapatkan pemasok subkontrak yang sesuai. 5. Using part time workers Terutama di sektor jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran, dan supermarket. b. Demand Options Pada Demand Options perusahaan berusaha mempengaruhi pola permintaan lewat ketiga pilihan permintaan ini agar dapat mempermudah perubahan-perubahan sepanjang periode perencaannya. Pilihan dari demand options antara lain :

5. Influencing Demand Saat permintaan rendah, perusahaan dapat mencoba meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, penjualan secara pribadi, dan diskon. Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif untuk musim yang sepi, beberpa perguruan tinggi memberikan diskon bagi penduduk usia lanjut, dan alat pendingin udara dijual lebih murah di waktu musim dingin. 6. Backordering during high demand periods Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan, tetapi tidak mampu(secara sengaja maupun kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan ketertarikan terhadap produk pesanannya maka tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan yang melakukan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan. 7. Counterseasonal product and service mixing Sebuah teknik perencanaan yang secara luas digunakan oleh perusahaan manufaktur denagn mengembangkan sebuah bauran produk dari barang-barang untuk melawan tren musiman. Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan dimana kedua produk saling berlawanan karena digunakan pada saat yang berbeda dengan fungsi yang berbeda. 2.3.3 Strategi Perencanaan Agregat Menurut Heizer dan Render (2011) perencanaan agregat dapat dilakukan dengan melakukan pilihan atas 2 strategi, yaitu strategi Chase dan strategi Penjadwalan Bertingkat (Level Scheduling Strategy). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing strategi: 1. Chase Strategy Chase strategy adalah strategi yang mencoba untuk mencapai tingkat output untuk setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. memiliki keunggulan dimana sistem produksi mengikuti jumlah pemesanan sehingga sangat minim untuk mengalami kelebihan produksi. Biaya persediaan sangat minim karena jarang terjadi kelebihan biaya produksi. Namun, kelemahan yang muncul sebagai akibat dari

penerapan chase strategy adalah apabila pemesanan dilakukan secara mendadak, maka besar kemungkinan pemesanan tidak dapat diterima atau harus menggunakan sistem yang berbeda sehingga akan menyulitkan perusahaan. 2. Level Strategy Level strategy adalah rencana agregat di mana tingkat produksi tetap sama dari periode ke periode (produksinya konstan). Penjadwalan dengan mempertahankan tingkat output, tingkat produksi, atau tingkat tenaga kerja yang konstan pada horizon perencanaan. keunggulan jika diterapkan Mencoba untuk mencapai tingkat output untuk setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut sistem persediaan sehingga untuk pemesanan selanjutnya, dapat menggunakan persediaan yang sebelumnya. Namun, apabila pemesanan selanjutnya berbeda dengan pemesanan saat ini, maka persediaan tersebut akan menjadi loss atau kerugian untuk perusahaan.