MEMBENTUK SUARA UNTUK MENYANYIKAN MAZMUR Pelatihan vokal Program PPM Oleh : M.G. Widyastuti Mazmur merupakan puisi doa yang dinyanyikan, oleh karena itu mazmur dinyanyikan dengan gaya recitative, yaitu pengucapan teks dinyanyikan seperti seseorang membawakan deklamasi. Maka menyanyikan mazmur dituntut kejelasan artikulasi. Latihan pembentukan suara hampir 90% ditentukan oleh cara bernafas yang benar. Adapun cara bernafas yang baik dan benar adalah menggunakan pernafasan diafragma. Kontrol pernafasan merupakan salah satu teknik bernyanyi disamping teknik Resonansi, Artikulasi, dan intonasi. PERNAFASAN Pernafasan dalam bernyanyi bisa dibayangkan sama dengan pernafasan sewaktu menghirup wanginya bunga, atau menghirup nafas seperti orang yang sedang menguap. Pernafasan tersebut adalah pernafasan diafragma. Diafragma adalah aktifitas menghirup udara/bernafas dengan mengembangkan sekat diafragma seperti karet, sehingga mendorong dada dan bagian perut ke depan ( in hale ). Tulang belakang tegak, lemaskan kedua bahu (diturunkan) tanpa bergerak. Dada dipertahankan dengan kondisi naik, bagian perut ditarik ke dalam, dagu ditarik ke bawah. Saat mengeluarkan nafas dilakukan tahap demi tahap dengan tidak memboroskan udara ( ex hale ). Lakukan teknik ini secara rutin. Latihan nafas : In hale, kedua tangan lurus ke depan setinggi bahu. Yang perlu diperhatikan: Ex hale, kedua tangan diturunkan perlahan-lahan. 1. kekuatan suara ditentukan oleh banyaknya nafas yang dihirup, maka kontrollah banyaknya suara yang diharapkan. 2. Jangan membuang nafas terlalu banyak pada awal, akan tetapi keluarkan nafas dengan teratur (sedikit demi sedikit). 3. Tariklah nafas dengan ringan, kemudian ditahan sebentar lalu dikeluarkan 4. Bagian bahu tidak boleh naik turun, dada tidak boleh ditekan. 5. Pada saat mengeluarkan suara, usahakan pengeluaran udara diirit seminimal mungkin. 6. Biarkan bagian hidung bergetar, tetapi udara jangan bocor. 7. Udara dihirup melalui hidung dan mulut menjadi hangat, setelah sampai ke perut kemudian udara dikeluarkan. Melakukan kontrol pernafasan dan penempatan suara/bunyi pada tempatnya yang benar sangat penting. Apabila seorang penyanyi kelihatan dalam mengambil nafas menunjukkan dia belum professional, sebab penyanyi yang berpengalaman akan berusaha untuk menyembunyikan pernafasannya.
RESONANSI Apabila penempatan suara dilakukan dengan tepat dan benar, akan menghasilkan resonansi yang benar pula. Sehingga, getaran suara tersebut kedengarannya keluar dari badan sendiri. Tenggorokan hanya berperan sebagai jalan suara yang terbuka untuk menghasilkan resonansi. Adapun fungsi penggunaan resonansi tersebut adalah untuk memperbesar tingkat kekerasan suara. Latihan : 1) dagu diturunkan 2) angkat tenggorokan seperti saat menguap 3) pusat suara resonansi terletak di atas hidung dan diantara kedua mata serta sedikit tersenyum. Dagu, gigi, lidah dan bibir digunakan hanya untuk membentuk kata ( text ). ARTIKULASI Ketajaman ucapan harus lebih dari sekedar percakapan biasa. Pengucapan konsonan dan vokal yang jelas akan membantu maksud dari teks lagu. Oleh sebab itu keterpaduan suara akan banyak ditentukan dari keseragaman dalam diksi da vokalisi. INTONASI Ketepatan dalam membidik nada merupakan tuntutan mutlak bagi setiap warga kor. Pada tahap awal penyanyi sebaiknya dibantu dengan iringan, dengan demikian seseorang memiliki pendengaran baik (peka dalam nada). YANG PERLU DIINGAT DALAM MENYANYIKAN MAZMUR Pengambilan nafas penuh disertai kesadaran untuk masuk ke dalam atmosfir doa Mengungkapkan ekspresi dengan dinamik (mis: keras, lembut, crescendo, decrescendo), tempo, serta warna suara untuk mengungkapkan suasana tenang menghibur, sedih maupun gegap gempita penuh dengan suka cita. Artikulasi ( pengucapan konsonan, vokal, diftong) jelas. Produksi suara lantang, teks dinyanyikan mengalir akan tetapi tidak terburu-buru, namun juga tidak terlalu lambat. Tempo seperti orang berbicara normal, jelas, tegas. Tidak dibutuhkan vibrasi atau getaran, karna mazmur dinyanyikan untuk memberikan perhatian makna/isi hasil kesusasteraan suci umat Israel kuno. Maka dibutuhkan kesederhanaan, namun keindahan suara tetap diupayakan. Perhatikan pemenggalan kata atau frase dalam ayat (kalimat) VOKALISI
4/4, 1= C, Cis, D, Dis dst. 1. 1 2 3 4 / 5 5 5 5 / 5 4 3 2 / 1.. 0 // ma- ma-ma ma - ma ma ma ma - ma ma ma ma ma 2. 1 1 1 2 2 2 / 3 3 3 4 4 4 / 5 5 5 6 6 6 / 7 7 7 1 1 1 // Ni ne na ni ne no ni ne na ni ne no ni ne na ni ne no ni ne na ni ne-no 3. 1 3 5 3 / 1.. 0 :// Ma me mi mo mu 3/4 4. 1 3 5 / 1 5 3 / 1 3 5 / 1 5 3 / 1.. / 1. 0 // a a u o o o a a u o o o a 4/4 5. 1 3 5 3 / 1 4 6 4 / 1 3 5 3 / 1.. 0 // Yaha a a a a a a a a a a a 6. bisa dibuat sendiri Selamat Berlatih PERANAN DIRIGEN DALAM PADUAN SUARA Dirigen dituntut menguasai teknik aba-aba, dan perlu menyadari bahwa aba-aba tersebut untuk menunjukkan kepada anggota kor/umat tentang irama, tempo dan dinamik. Saat terpenting bagi dirigen maupun anggota kor adalah saat nyanyian akan dimulai dan diakhiri. Oleh karena itu latihan memberi aba-aba dengan isyarat gerak tangan, merupakan dasar yang paling penting bagi dirigen. Aba-aba yang kurang
sempurna dapat menghilangkan komunikasi yang seharusnya terjalin antara dirigen sebagai pemimpin musik dengan anggota kor. Menentukan interpretasi Seorang dirigen juga dituntut sebagai interpreter/penterjemah musik. Artinya mereka akan mengulang atau mencoba menghidupkan kembali suatu komposisi yang sudah tersedia, dan berhasil mewujutkan kembali gagasan, ide musik dari sang komponis/pengarang lagu. Interpretasi tersebut bisa dipahami oleh dirigen melalui penafsiran: teks lagu/syair, melodi, tanda-tanda ekspresi (dinamik) dan tanda tempo. Penafsiran inilah yang disebut interpretasi atas nyanyian, yang harus dilaksanakan oleh seluruh anggota kor dipandu oleh dirigen. Penguasaan Teknik Vokal Dirigen sebaiknya juga menguasai teknik vokal, karena aktifitas aba-aba merupakan kegiatan menghidupkan suara manusia untuk mengekspresikan lagu. Teknik tersebut antara lain: Pernafasan, Artikulasi, Resonansi dan Intonasi. Pada komunitas paduan suara, teknik tersebut sangat diperlukan untuk mencapai homogenitas suara. Sikap Badan Dirigen Rieleks Posisi kaki agak terbuka, kaki kiri maju sedikit untuk keseimbangan badan. Bahu tidak tegang, pandangan menyeluruh ke depan. Sikap siap, kedua tangan di depan dada Saat insetting (lagu mulai dinyanyikan), sikap siap tidak hanya tangan tetapi juga mata, kepala, badan mengarah ke paduan suara. Wilayah Aba-aba Gerak turun tidak lebih rendah dari pusar Gerak keluar (dari badan), ke kiri/ke kanan tidak terlalu lebar. Gerak naik tidak lebih dari mata Teknik Terpenting Dalam Aba-aba
A. Attack Merupakan gerak pendahuluan satu pukulan sebelum insetting Attack dimulai bila dirasa konsentrasi pemain/pengiring telah siap Dipentingkan kontak mata antara dirigen dan penyanyi, untuk ekspresi jiwa lagu riang, serius, sedih, jenaka. Lakukan satu tarikan nafas sebelum insetting, baik untuk pengiring / penyanyi Gerak attack harus kelihatan jelas dan tegas Contoh Agunglah Nama Tuhan, Madah Bakti 468 - Lagu ini menggunakan birama 3/4, insetting pada pukulan pertama, maka attack akan dimulai pada pukulan ke tiga 3 2 3 / 1. 1 / - - - / - - - / 2 3 2 / 1.. // Insetting (pukulan 1) attack (pukulan 3) attack insetting Attack dan insetting tidak bisa dipisahkan, karena attack bertujuan untuk menciptakan kekompakan pada saat insetting. Maka kontak mata antara dirigen dan penyanyi tidak boleh putus. B. Hold Menahan selama lagu dibawakan Perhatikan ekspresi lagu, seperti: keajekan tempo, tanda dinamik, tanda fermata. Pola aba-aba dalam setiap tanda birama yang berbeda. Birama dua
Contoh MB. No. 211, 210 (opmat), 233, 282 3 1 / 2 5 4 / 3 2 1 / 2. / > - > - > - > - Ket. : > aksen kuat, - aksen ringan Opmat (birama gantung), insetting tidak pada pukulan pertama Birama empat Contoh MB. No. 367, 232, 379 (opmat), 395, 228 3 / 6 5 4 3 / / / 3.. // - > - > - > - > 4 Pukulan 1 2 3 Insetting attack Birama tiga Contoh MB. No. 427, 469, 382(opm), 413(opm) 5 3 1 / 1 7 1 / / / 1.. // > - - > - - > - - C. Release Gerak aba-aba untuk mengakhiri lagu. Perlu diperhatikan dalam menutup lagu, konsentrasi dirigen tidak boleh berkurang sampai selesai.
Gerak untuk mengakhiri lagu dilakukan dengan gerak tangan ke bawah disertai aksen pada pukulan pertama birama terakhir, kemudian mengayun ke atas, ditahan sambil menghitung dalam hati sampai pukulan terakhir. Ada kebiasaan lain, mengakhiri lagu dengan masih mengayun pada semua pukulan pada birama terakhir. MB. No. 294 4 / 3 3 5 1 2 / 1. 0 // Me - nem - puh hi -dup - ku MB. No. 540 5. 3 4 3 / 1... // Kar ya ta- ngan - Nya Langkah Yang Perlu Diperhatikan Harus melihat tujuan dan hakekat nyanyian, untuk itu perlu melihat judul lagu dan mempelajari teks. Kepastian tempo (cepat lambatnya nyanyian), karena dirigen adalah sebagai metronome, maka dituntut untuk selalu ajeg. Melihat tanda birama pada masing-masing nyanyian, sehingga ada ketetapan pola gerakan aba-aba. Untuk menghadirkan dinamik dan interpretasi, perlu mempelajari terlebih dahulu nyanyian tersebut dan berlatih dengan mendemonstrasikan di depan cermin. Selamat Berlatih M.G.Widyastuti Blora, 12 Maret 2010
MEMBENTUK SUARA Pelatihan vokal Program PPM Oleh : M.G. Widyastuti, M.Sn Menyanyi di paduan suara berarti membawakan suatu karya yang memerlukan beberapa penguasaan teknik menyanyi serta bobot musikalitas dari penyanyi, pemain musik/instrumen dan pemimpin atau dirigen. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara mempelajari lagu (repertoire) yang dinyanyikan, dengan membangun kemampuan (skill) dalam hal membaca notasi, memproduksi suara dan teknik vokal. Latihan pembentukan suara hampir 90% ditentukan oleh cara bernafas yang benar. Adapun cara bernafas yang baik dan benar adalah menggunakan pernafasan diafragma. Kontrol pernafasan merupakan salah satu teknik bernyanyi disamping teknik Resonansi, Artikulasi, dan intonasi. PERNAFASAN Pernafasan dalam bernyanyi bisa dibayangkan sama dengan pernafasan sewaktu menghirup wanginya bunga, atau menghirup nafas seperti orang yang sedang menguap. Pernafasan tersebut adalah pernafasan diafragma. Diafragma adalah aktifitas menghirup udara/bernafas dengan mengembangkan sekat diafragma seperti karet, sehingga mendorong dada dan bagian perut ke depan ( in hale ). Tulang belakang tegak, lemaskan kedua bahu (diturunkan) tanpa bergerak. Dada dipertahankan dengan kondisi naik, bagian perut ditarik ke dalam, dagu ditarik ke bawah. Saat mengeluarkan nafas dilakukan tahap demi tahap dengan tidak memboroskan udara ( ex hale ). Lakukan teknik ini secara rutin. Latihan nafas : In hale, kedua tangan lurus ke depan setinggi bahu. Yang perlu diperhatikan: Ex hale, kedua tangan diturunkan perlahan-lahan. 1. kekuatan suara ditentukan oleh banyaknya nafas yang dihirup, maka kontrollah banyaknya suara yang diharapkan. 2. Jangan membuang nafas terlalu banyak pada awal, akan tetapi keluarkan nafas dengan teratur (sedikit demi sedikit). 3. Tariklah nafas dengan ringan, kemudian ditahan sebentar lalu dikeluarkan 4. Bagian bahu tidak boleh naik turun, dada tidak boleh ditekan. 5. Pada saat mengeluarkan suara, usahakan pengeluaran udara diirit seminimal mungkin. 6. Biarkan bagian hidung bergetar, tetapi udara jangan bocor.
7. Udara dihirup melalui hidung dan mulut menjadi hangat, setelah sampai ke perut kemudian udara dikeluarkan. Melakukan kontrol pernafasan dan penempatan suara/bunyi pada tempatnya yang benar sangat penting. Apabila seorang penyanyi kelihatan dalam mengambil nafas menunjukkan dia belum professional, sebab penyanyi yang berpengalaman akan berusaha untuk menyembunyikan pernafasannya. RESONANSI Apabila penempatan suara dilakukan dengan tepat dan benar, akan menghasilkan resonansi yang benar pula. Sehingga, getaran suara tersebut kedengarannya keluar dari badan sendiri. Tenggorokan hanya berperan sebagai jalan suara yang terbuka untuk menghasilkan resonansi. Adapun fungsi penggunaan resonansi tersebut adalah untuk memperbesar tingkat kekerasan suara. Latihan : 1) dagu diturunkan 2) angkat tenggorokan seperti saat menguap 3) pusat suara resonansi terletak di atas hidung dan diantara kedua mata serta sedikit tersenyum. Dagu, gigi, lidah dan bibir digunakan hanya untuk membentuk kata ( text ). ARTIKULASI Ketajaman ucapan harus lebih dari sekedar percakapan biasa. Pengucapan konsonan dan vokal yang jelas akan membantu maksud dari teks lagu. Oleh sebab itu keterpaduan suara akan banyak ditentukan dari keseragaman dalam diksi dan vokalisi. INTONASI Ketepatan dalam membidik nada merupakan tuntutan mutlak bagi setiap warga kor. Pada tahap awal latihan penyanyi sebaiknya dibantu dengan iringan, dengan demikian seseorang memiliki pendengaran baik (peka dalam nada). VOKALISI 4/4, 1= C, Cis, D, Dis dst. 1. 1 2 3 4 / 5 5 5 5 / 5 4 3 2 / 1.. 0 // ma- ma-ma ma - ma ma ma ma - ma ma ma ma ma 2. 1 1 1 2 2 2 / 3 3 3 4 4 4 / 5 5 5 6 6 6 / 7 7 7 1 1 1 // Ni ne na ni ne no ni ne na ni ne no ni ne na ni ne no ni ne na ni ne-no 3. 1 3 5 3 / 1.. 0 :// Ma me mi mo mu
3/4, 1=C dst. 4. 1 3 5 / 1 5 3 / 1 3 5 / 1 5 3 / 1.. / 1. 0 // a a u o o o a a u o o o a 4/4, 1=C dst. 5. 1 3 5 3 / 1 4 6 4 / 1 3 5 3 / 1.. 0 // Yahha-ha h a ha ha ha ha ha ha ha ha ha 6. bisa dibuat sendiri
PERANAN DIRIGEN DALAM PADUAN SUARA Dirigen dituntut menguasai teknik aba-aba, dan perlu menyadari bahwa aba-aba tersebut untuk menunjukkan kepada anggota paduan suara/kor tentang irama, tempo dan dinamik. Saat terpenting bagi dirigen maupun anggota kor adalah saat nyanyian akan dimulai dan diakhiri. Oleh karena itu latihan memberi aba-aba dengan isyarat gerak tangan, merupakan dasar yang paling penting bagi dirigen. Aba-aba yang kurang sempurna dapat menghilangkan komunikasi yang seharusnya terjalin antara dirigen sebagai pemimpin musik dengan anggota kor. Menentukan interpretasi Seorang dirigen juga dituntut sebagai interpreter/penterjemah musik. Artinya mereka akan mengulang atau mencoba menghidupkan kembali suatu komposisi yang sudah tersedia, dan berhasil mewujutkan kembali gagasan, ide musik dari sang komponis/pengarang lagu. Interpretasi tersebut bisa dipahami oleh dirigen melalui penafsiran: teks lagu/syair, melodi, tanda-tanda ekspresi (dinamik) dan tanda tempo. Penafsiran inilah yang disebut interpretasi atas nyanyian, yang harus dilaksanakan oleh seluruh anggota kor dipandu oleh dirigen. Penguasaan Teknik Vokal Dirigen sebaiknya juga menguasai teknik vokal, karena aktifitas aba-aba merupakan kegiatan menghidupkan suara manusia untuk mengekspresikan lagu. Teknik tersebut antara lain: Pernafasan, Artikulasi, Resonansi dan Intonasi. Pada komunitas paduan suara, teknik tersebut sangat diperlukan untuk mencapai homogenitas suara. Sikap Badan Dirigen Rieleks Posisi kaki agak terbuka, kaki kiri maju sedikit untuk keseimbangan badan. Bahu tidak tegang, pandangan menyeluruh ke depan. Sikap siap, kedua tangan di depan dada Saat insetting (lagu mulai dinyanyikan), sikap siap tidak hanya tangan tetapi juga mata, kepala, badan mengarah ke paduan suara. Wilayah Aba-aba Gerak turun tidak lebih rendah dari pusar Gerak keluar (dari badan), ke kiri/ke kanan tidak terlalu lebar. Gerak naik tidak lebih dari mata Teknik Terpenting Dalam Aba-aba A. Attack
Merupakan gerak pendahuluan satu pukulan sebelum insetting Attack dimulai bila dirasa konsentrasi pemain/pengiring telah siap Dipentingkan kontak mata antara dirigen dan penyanyi, untuk ekspresi jiwa lagu riang, serius, sedih, jenaka. Lakukan satu tarikan nafas sebelum insetting, baik untuk pengiring / penyanyi Gerak attack harus kelihatan jelas dan tegas Contoh Di Timur Matahari Lagu ini menggunakan birama 3/4, insetting pada pukulan pertama, maka attack akan dimulai pada pukulan ke tiga. 3. 5 / 1. 2 / 1. 1 / 7.. / 3. 5 / 2. 3 / 1.. / 1. 0 // Insetting (pukulan 1) attack (pukulan 3) attack insetting Attack dan insetting tidak bisa dipisahkan, karena attack bertujuan untuk menciptakan kekompakan pada saat insetting. Maka kontak mata antara dirigen dan penyanyi tidak boleh putus. B. Hold Menahan selama lagu dibawakan Perhatikan ekspresi lagu, seperti: keajekan tempo, tanda dinamik, tanda fermata. Pola aba-aba dalam setiap tanda birama yang berbeda. Birama dua Contoh: Sipatokaan 1 1. 1 / 1 5 5 / 3. 2 / 1 4 3 / > - > - > - > - Ket. : > aksen kuat, - aksen ringan Birama empat Contoh: Merah Putih 5 / 3. 3 4 2 / 3. 1 5 / 5 4 3 2 / 1.. // Opmat (birama gantung), insetting tidak pada pukulan pertama
Birama tiga Contoh: Di Timur Matahari 3. 5 / 1. 2 / 1. 1 / 7.. / > - - / > - - / > - - C. Release Gerak aba-aba untuk mengakhiri lagu. Perlu diperhatikan dalam menutup lagu, konsentrasi dirigen tidak boleh berkurang sampai selesai. Gerak untuk mengakhiri lagu dilakukan dengan gerak tangan ke bawah disertai aksen pada pukulan pertama birama terakhir, kemudian mengayun ke atas, ditahan sambil menghitung dalam hati sampai pukulan terakhir. Ada kebiasaan lain, mengakhiri lagu dengan masih mengayun pada semua pukulan pada birama terakhir. 3 / 5 4 3 2 / 1.. // 3 / 2 4 7 2 / 1... // Bende-ra bangsa - ku Ba- gi In- do ne - sia Langkah Yang Perlu Diperhatikan Harus melihat tujuan dan hakekat nyanyian, untuk itu perlu melihat judul lagu dan mempelajari teks. Kepastian tempo (cepat lambatnya nyanyian), karena dirigen adalah sebagai metronome, maka dituntut untuk selalu ajeg. Melihat tanda birama pada masing-masing nyanyian, sehingga ada ketetapan pola gerakan aba-aba. Untuk menghadirkan dinamik dan interpretasi, perlu mempelajari terlebih dahulu nyanyian tersebut dan berlatih dengan mendemonstrasikan di depan cermin. Selamat Berlatih Pemalang, 15 Desember 2010