III.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.

dokumen-dokumen yang mirip
BAGIAN III AKAD JUAL BELI

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Akuntansi Istishna' ED PSAK 104 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 104 AKUNTANSI ISTISHNA'

BAGIAN V AKAD SEWA V.1. IJARAH ATAS ASET BERWUJUD

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI ISTISHNA' IKATAN AKUNTAN INDONESIA

AKUNTANSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARAREL (FINANCING)

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS Pembahasan Soal-Soal Akuntansi Istishna

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT.

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

AKUNTANSI ISTISHNA. Materi: 9. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

Dealin Mahaputri Leonika

BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan

BAB VI AKUNTANSI IJARAH

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

BAB VI PENUTUP. (Akuntansi Murabahah) dan fikih muamalah. Dalam rangka meningkatkan dan

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAGIAN IX ASET

BAB II LANDASAN TEORI

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

BAB IV ANALISIS. Ny.Indah yang beralamat di JL. Beruang Raya No. 102 Kecamatan. Gayamsari Semarang Timur ingin membeli sepeda motor Supra X 125 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106)

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

PRAKTEK PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT SYARIAH BAITUL KARIM DAN PSAK 102. N.P.M : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 110 AKUNTANSI HAWALAH

Dr. Iwan P. Pontjowinoto 1

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

Transkripsi:

III.2. ISTISHNA A. Definisi 01. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/ mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). 02. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad Istishna antara pemesan (pembeli/mustashni ) dengan penjual (pembuat/shani ), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani. 03. Pembiayaan Istishna adalah Penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan pesanan nasabah yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang disepakati. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna. C. Penjelasan 01. Spesifikasi dan harga barang pesanan dalam Istishna disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Pada dasarnya harga barang tidak dapat berubah selama jangka waktu akad, kecuali disepakati oleh kedua belah pihak. 02. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, macam, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya. 3.2.1

03. Jika nasabah dalam akad Istishna tidak mewajibkan Bank untuk membuat sendiri barang pesanan, maka untuk memenuhi kewajiban pada akad pertama, Bank dapat mengadakan akad Istishna kedua dengan pihak ketiga (supplier). Akad Istishna kedua ini disebut Istishna paralel. Dalam konteks Bank, piutang Istishna timbul dari Istishna paralel. 04. Pada dasarnya akad Istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi: a. kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; dan b. akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad. 05. Mekanisme pembayaran Istishna harus disepakati dalam akad dan dapat dilakukan dengan cara: a. Pembayaran dimuka secara keseluruhan atau sebagian setelah akad namun sebelum pembuatan barang. b. Pembayaran saat penyerahan barang atau selama dalam proses pembuatan barang. Cara pembayaran ini dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai dengan progres pembuatan aset Istishna. c. Pembayaran ditangguhkan setelah penyerahan barang. d. Kombinasi dari cara pembayaran di atas. 06. Metode pengakuan pendapatan Istishna dapat dilakukan dengan menggunakan metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode persentase penyelesaian, Bank dapat mengakui pendapatan Istishna sebesar proporsi penyelesaian barang pesanan. Sedangkan, pada metode akad selesai, Bank akan mengakui pendapatan Istishna pada saat barang telah diserahkan kepada nasabah. 07. Jika estimasi penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode Laporan Keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut: 3.2.2

a. tidak ada pendapatan Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; b. tidak ada harga pokok Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; c. tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan d. pengakuan pendapatan Istishna, harga pokok Istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan. 08. Pada pembiayaan Istishna, Bank melakukan pesanan barang kepada supplier atas pesanan dari nasabah. Pendapatan yang diperoleh Bank lebih disebabkan untuk aktivitas penyediaan fasilitas pendanaan kepada nasabah, bukan dari aktivitas pembuatan barang pesanan. 09. Nasabah dapat membayar uang muka barang pesanan kepada Bank sebelum barang diserahkan kepada nasabah dan Bank juga dapat membayar uang muka barang pesanan kepada supplier. 10. Bank dapat menagih kepada nasabah atas barang pesanan yang telah diserahkan dan supplier dapat menagih kepada Bank atas barang pesanan yang telah diserahkan. 11. Selama barang pesanan masih dibuat, Bank akan menggunakan rekening Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian ketika melakukan pembayaran kepada supplier dan menggunakan rekening Termin Istishna ketika melakukan penagihan kepada nasabah. 12. Pengakuan pendapatan untuk transaksi Istishna menggunakan metode sebagaimana pengakuan pendapatan pada transaksi murabahah. 13. Dalam hal nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran, Bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aset untuk piutang Istishna sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh otoritas pengawasan. 3.2.3

D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Uang muka pesanan nasabah yang diterima Bank diakui sebagai uang muka Istishna sebesar uang yang diterima. 02. Uang muka yang dibayarkan Bank kepada supplier diakui sebagai uang muka kepada supplier sebesar uang yang diberikan dan diakui sebagai Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian pada saat barang diserahkan oleh supplier. 03. Tagihan Bank kepada nasabah atas sebagian barang pesanan yang telah diserahkan diakui sebagai piutang Istishna sebesar persentase harga jual yang telah diselesaikan dan diakui sebagai Termin Istishna sebesar persentase harga pokok yang telah diselesaikan. 04. Tagihan supplier kepada Bank atas sebagian barang pesanan yang telah diselesaikan diakui sebagai Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian dan utang Istishna sebesar tagihan supplier. 05. Dalam hal Bank menggunakan metode persentase penyelesaian maka Bank dapat mengakui pendapatan Istishna atas pembayaran yang telah dilakukan nasabah sebesar persentase penyelesaian. 06. Pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada nasabah, Bank melakukan jurnal balik atas rekening Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian dan Termin Istishna. 07. Utang Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya bersamaan dengan proses pembuatan aset Istishna: a. diakui pada saat diterima tagihan dari supplier kepada Bank sebesar nilai tagihan. b. dihentikan-pengakuannya dari Laporan Keuangan pada saat dilakukan pembayaran sebesar jumlah yang dibayar. 08. Uang muka Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya dilakukan di muka secara penuh: a. diakui pada saat pembayaran harga barang diterima dari nasabah sebesar jumlah yang diterima. 3.2.4

b. dihentikan-pengakuannya dari Laporan Keuangan pada saat dilakukan penyerahan barang kepada nasabah sebesar nilai kontrak. 09. Jika nasabah membayar uang muka kepada Bank dalam proses pembuatan aset Istishna maka penerimaan uang muka tersebut diperlakukan sebagai pembayaran termin sebesar jumlah uang muka yang dibayarkan. D2. Penyajian 01. Uang muka Istishna disajikan sebagai kewajiban lainnya. 02. Uang muka kepada supplier disajikan sebagai aset lainnya. 03. Utang Istishna disajikan sebesar tagihan dari supplier yang belum dilunasi. 04. Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan Bank kepada supplier. 05. Termin Istishna disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah. 06. Piutang Istishna disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. 07. Marjin Istishna ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang Istishna. 08. Pendapatan marjin Istishna yang akan diterima disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan marjin Istishna yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. 09. Penyisihan Penghapusan Aset piutang Istishna disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang Istishna. E. Ilustrasi Jurnal 01. Penerimaan uang muka pesanan dari nasabah Db. Kas/rekening Kr. Kewajiban lainnya Uang muka Istishna 02. Penerimaan barang dari supplier 3.2.5

a. Mekanisme uang muka i. Pemberian uang muka Db. Aset lainnya Uang muka kepada supplier Kr. Kas/rekening ii. Penerimaan sebagian barang pesanan dari supplier Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian Kr. Aset lainnya Uang Muka kepada supplier b. Mekanisme tagihan dari supplier i. Menerima tagihan dari supplier Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian Kr. Kewajiban lainnya Utang Istishna ii. Pembayaran kepada supplier Db. Kewajiban lainnya Utang Istishna Kr. Kas/rekening 03. Penagihan termin kepada nasabah Db. Piutang Istishna Kr. Marjin Istishna ditangguhkan Kr. Termin Istishna 04. Pembayaran oleh nasabah Db. Kas Kr. Piutang Istishna Db. Marjin Istishna ditangguhkan Kr. Pendapatan Istishna 05. Penyerahan barang kepada nasabah Db. Termin Istishna Kr. Aset Istishna Dalam Penyelesaian 06. Pada saat pengakuan pendapatan diakhir periode pelaporan (akru) Db.Pendapatan marjin Istishna yang akan diterima Kr. Pendapatan marjin Istishna 07. Pada saat pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset atas piutang Istishna Db. Beban kerugian penghapusan asset piutang Istishna 3.2.6

Kr. Penyisihan Penghapusan Aset piutang Istishna 08. Pada saat dilakukan koreksi Penyisihan Penghapusan Aset atas piutang Istishna Db. Penyisihan Penghapusan Aset piutang Istishna Kr. Beban kerugian penghapusan aset piutang Istishna / Koreksi Penyisihan Penghapusan Aset piutang Istishna F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian piutang Istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan kualitas piutang dan Penyisihan Penghapusan Aset piutang Istishna. 02. Jumlah piutang Istishna yang diberikan kepada pihak yang berelasi. 03. Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan Penyisihan Penghapusan Aset, penghapusan dan penanganan piutang Istishna yang bermasalah. 04. Besarnya piutang Istishna baik yang dibiayai sendiri oleh Bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan Bank, jika ada. 05. Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan. 06. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak. 07. Nilai kontrak Istishna paralel yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya. 08. Nilai kontrak Istishna yang telah ditandatangani Bank selama periode berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya. 09. Rincian utang Istishna berdasarkan jumlah, tujuan (supplier atau nasabah), jangka waktu dan jenis mata uang. 10. Utang Istishna kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi. 11. Jenis dan kuantitas barang pesanan. 3.2.7