PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA WIRAUSAHA WANITA PADA INDUSTRI PANGAN RUMAHAN DI BOGOR BAYU SUMANTRI

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita: Suatu Studi pada Industri Pangan Rumahan di Bogor

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA PENGRAJIN USAHA KECIL MELALUI BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

TESIS OLEH FIRMANSYAH /IM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN

ABSTRACT. Keywords: Sociodemographic Factor, Attitude Factor, Contextual Factor, Entrepreneurial Intentions

(Studi Kasus pada Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kabupaten Jepara) TESIS

Lab. Penyuluhan dan Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana

ABSTRAK. Kata-kata Kunci: Kesadaran wajib pajak, penerapan sanksi perpajakan, penerapan tarif pajak penghasilan, kepatuhan wajib pajak, SEM.

Perempuan dan Industri Rumahan

PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN MELALUI BUDAYA KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PENINGKATAN KINERJA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MELALUI MOTIVASI DAN KOMPENSASI DENGAN VARIABEL INTERVENING KEPUASAN KERJA

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR (Studi Kasus Mahasiswa FMIPA USU Angkatan 2013) SKRIPSI

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

ANALISIS KINERJA DAN PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA PRODUK REKSA DANA YANG DIPERJUALBELIKAN DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

PENGARUH KELOMPOK REFERENSI, KESADARAN HARGA, DAN PENGALAMAN TERHADAP SIKAP DAN NIAT PEMBELIAN PADA PRODUK NIKE DI CIPUTRA WORLD SURABAYA

TESIS. Oleh : MUHAIMIN NIM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

TESIS. Oleh MUHAMMAD SAMIN /MAG

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA (STUDI KASUS PADA PENGUSAHA RUMAH MAKAN DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN) OLEH

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

TESIS. Oleh : SUGENG HARIYADI NIM

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KARIR TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA PEGAWAI BADAN KOORDINASI WILAYAH II (BAKORWIL II) SURAKARTA

SKRIPSI OLEH HAFIZ EKA PRAWIRA SIREGAR

TESIS. Oleh : RULLY ARISTIYANI NIM

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI. Disusun Oleh: NIM : FAKULTAS EKONOMI

HUBUNGAN MOTIVASI, KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DAN KEPUASAN KERJA KINERJA KARYAWAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR )

SERVICE QUALITY DAN KEPUASAN NASABAH (PADA BANK JATENG KOTA SURAKARTA)

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PRESTASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS.

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

TESIS. Oleh THERESIA INTAN WIDOWATI

PREDIKTOR-PREDIKTOR INTENSI PENGGUNAAN INTERNET DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN ONLINE. (Studi Pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta) TESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PENGGUNA XL CENTER DI SURABAYA

PENGARUH PERCEIVED VALUE, PERCEIVED RISK, DAN TRUST

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MELALUI DISIPLIN, KEPUASAN DAN KEMAMPUAN KERJA PADA PEGAWAI DISKOPUMKM PASAR KABUPATEN JEPARA

ABSTRAK. Kata kunci: kreativitas, motivasi intrinsik, creative self efficacy

TESIS. Oleh: EDI SUSANTO NIM

Diajukan Oleh : SYAIFUL HANAF NIM

PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN DAN PROMOSI PENJUALAN PESAING TERHADAP MINAT UNTUK BERPINDAH MEREK DAN MENCARI VARIASI

PENGARUH IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERKEBUNAN TESIS. Oleh RIANTRI BARUS /MAG

SKRIPSI PENGARUH ENTREPRENEURIAL MARKETING TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING (STUDI KASUS PADA PELAKU USAHA OLEH-OLEH DI JALAN MOJOPAHIT KOTA MEDAN) OLEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MURIA KUDUS

PENGARUH ANTESEDEN KEPUASAN DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS KONSUMEN (STUDI KASUS PADA PT. ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG SOLO)

Caecilia Nastiti Ekasari

TESIS. Oleh: SRI ENDANG WATI NIM

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2016

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KOMPENSASI DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI MEDIASI PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA (Studi pada Guru SMA Swasta di Kota Pati) TESIS

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA PRAKTEK MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT UMUM BOYOLALI TESIS

PENGARUH CITRA MEREK, KUALITAS, HARGA, DAN KEBUTUHAN MENCARI VARIASI TERHADAP KEPUTUSAN BERPINDAH MEREK (STUDI PADA PENGGUNA HANDPHONE

ANALISIS IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA DENGAN EFEKTIVITAS ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PENGARUH PENEMPATAN, KOMPETENSI DAN KOMITMEN TERHADAP KINERJA PEGAWAI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN JEPARA MELALUI KEPUASAN KERJA

FAKTOR-FAKTOR PENENTU YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus Pada Bank Danamon Sudirman Solo) TESIS

KERAGAAN PENYULUH PERTANIAN DALAM UPAYA MENDUKUNG PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT SRI MUSTIKA

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KUALITAS MAKANAN TERHADAP NIAT PERILAKU YANG DIMEDIASI OLEH KEPUASAN PELANGGAN

ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE, COUNTRY OF ORIGIN, PRODUCT QUALITY,

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

SKRIPSI ANALISIS KEBUTUHAN MODAL PADA UMKM SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN TEMBUNG) Oleh:

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, PERSEPSI NILAI DAN KEPUASAN TERHADAP NIAT PERILAKU KONSUMEN

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

PERAN RELATIONSHIP MARKETING (PEMASARAN HUBUNGAN) DALAM MENCIPTAKAN LOYALITAS PELANGGAN PEMASANG IKLAN PADA PERUSAHAAN PENERBIT MEDIA CETAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGAMBILAN KREDIT PADA NASABAH PD. BPR-BKK KUDUS CABANG KECAMATAN GEBOG

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PENGARUH KEPUASAN, KEPERCAYAAN DAN HUBUNGAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG PATI UNUS KEDIRI

Kata Kunci: customer equity, brand equity, value equity, relationship equity, kepercayaan pelanggan, loyalitas pelanggan

TESIS. Oleh: Aprisa Rian Histiarini P

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

SKRIPSI PENGARUH KREDIT PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH. Mardiana Lumbanraja

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

EFEKTIVITAS MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) TERHADAP PENINGKATAN KINERJA MELALUI MOTIVASI KERJA PNS DI PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. KUDUS KARYA PRIMA

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN PT. INTRACO ADHITAMA SURABAYA SKRIPSI

MODEL LOYALITAS MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAKARTA LEONNARD

Transkripsi:

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA WIRAUSAHA WANITA PADA INDUSTRI PANGAN RUMAHAN DI BOGOR BAYU SUMANTRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Bayu Sumantri NIM H451110241

RINGKASAN BAYU SUMANTRI. Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI dan RATNA WINANDI. Salah satu industri yang banyak dijalankan oleh wirausaha wanita di Indonesia adalah industri rumahan. Mayoritas kategori usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor adalah usaha yang berkaitan dengan pangan. Masalah yang dihadapi oleh wirausaha wanita adalah sebagian besar kinerja usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor tidak mengalami kemajuan. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu usaha tidak mengalami kemajuan, diantaranya adalah 1). wirausaha wanita memiliki beragam motivasi dalam menggeluti usahanya, tetapi kenyataannya di lapangan menunjukkan ternyata ada usaha yang dikelola dengan tidak baik oleh wirausaha wanita, 2). tidak mau mengambil risiko, baik dalam hal membuat produk baru ataupun memperluas pasar, 3). pendidikan dan pelatihan yang kurang, dan 4). tidak adanya kebijakankebijakan mengenai dorongan pemerintah untuk meningkatkan kinerja usaha dan jumlah wirausaha wanita berbasis agribisnis dalam lingkup nasional. Adapun tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis pengaruh karakteristik personal dan lingkungan eksternal-internal usaha terhadap jiwa kewirausahaan wirausaha wanita pada industri pangan rumahan dan 2) menganalisis pengaruh jiwa kewirausahaan, karakteristik personal, dan lingkungan eksternal-internal usaha terhadap kinerja usaha wirausaha wanita pada industri pangan rumahan. Penelitian ini dilaksanakan di Bogor. Pemilihan wilayah Bogor dikarenakan Bogor sebagai daerah atau wilayah di mana penduduknya memiliki usaha sendiri yang terbesar pada bulan Agustus 2012 di Jawa Barat, yaitu sebesar 359 193 orang. Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Pada penelitian ini menggunakan sebanyak 100 orang wirausaha wanita, di mana 47 orang berasal dari Kota Bogor dan 53 orang berasal dari Kabupaten Bogor. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Pengolahan data kuantitatif menggunakan LISREL 8.3. Pada hasil analisis dengan menggunakan SEM didapatkan bahwa karakteristik personal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jiwa kewirausahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pendidikan, pelatihan, usia, pengalaman bisnis, asal etnis tertentu, dan latar belakang keluarga yang menjadi wirausaha akan meningkatkan jiwa kewirausahaan wirausaha wanita. Lingkungan internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jiwa kewirausahaan. Berdasarkan hasil diskusi dengan responden bahwa kegiatan pemasaran yang baik, seperti promosi dan saluran distribusi, penggunaan modal (baik modal sendiri maupun pinjaman), kemudahan memperoleh bahan baku, dan lain-lain akan memotivasi dan membuat wanita wirausaha menjadi lebih kreatif. Oleh sebab itu, penguatan dari sisi internal manajemen usaha diperlukan untuk memberikan motivasi ataupun kreatifitas bagi wirausaha wanita agar lebih maju dan tetap memilih wirausaha sebagai pekerjaan wirausaha wanita. Lingkungan eksternal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jiwa kewirausahaan. Salah satu contohnya adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan peranan

lembaga terkait (misalnya bank) yang ada sekarang kurang membantu wirausaha wanita untuk termotivasi atau melakukan inovasi untuk mengembangkan usahanya. Hal ini disebabkan kebijakan yang ada sekarang kurang mendukung kegiatan yang dilakukan oleh wirausaha wanita untuk berwirausaha dan untuk melakukan peminjaman pada bank dikenakan agunan dan suku bunga pinjaman yang tinggi. Hasil lainnya menunjukkan bahwa kinerja usaha wirausaha wanita pada industri pangan rumahan di Bogor hanya dipengaruhi oleh karakteristik personal. Sementara kewirausahaan, lingkungan eksternal usaha, dan lingkungan internal usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini disebabkan karena wirausaha wanita di Bogor selama ini mengandalkan kemampuan yang melekat pada diri pribadinya masing-masing, seperti pendidikan, pelatihan, usia, pengalaman kerja (bisnis), asal etnis, dan latar belakang keluarga dengan pelatihan yang memiliki nilai keeratan hubungan yang paling besar, yaitu 0.66. Kebijakan dari pemerintah yang ada sekarang tidak membantu usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita menjadi lebih baik, peranan lembaga keuangan (misalnya bank) juga tidak membantu peningkatan usaha wirausaha wanita karena masih berlakunya agunan dan suku bunga pinjaman yang tinggi, kegiatan pemasaran yang terkendala modal, tidak menggunakan modal pinjaman kepada bank karena terkendala pada agunan dan suku bunga pinjaman yang tinggi, masih menggunakan alat atau mesin tradisional, dan permasalahan lainnya, sehingga wirausaha wanita cenderung hanya mengandalkan kemampuan pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dirinya dalam mengelola usahanya. Kata kunci : wirausaha wanita, karakteristik personal, lingkungan usaha, kinerja usaha, Structural Equation Modelling (SEM)

SUMMARY BAYU SUMANTRI. The Effects of Entrepreneurships Spirit on Business Performance of Women Entrepreneurs on the Cottage Food Industry in Bogor. Under direction of ANNA FARIYANTI and RATNA WINANDI. One of the industry many cultivated by women entrepreneurs in Indonesia is a cottage industry. The majority of categories of business carried on by women entrepreneurs in Bogor is business related with food. Many factors influence why business performances which is run by women entrepreneurs are not experiencing progress. For example, 1). women entrepreneurs have a variety of motivations to cultivate his efforts, but the fact remains the majority of business is not managed properly, 2). women entrepreneurs do not calculate risk, 3). the lack of training and education, and 4). the absence of government policies to improve business performance and the number of women entrepreneurs agribusiness based in the national scope. There is the objectives of this study are 1). to analyze effects of personal characteristics and external-internal environments on entrepreneurships spirit of women entrepreneurs on the cottage food industry in Bogor and 2). to analyze effects of entrepreneurships spirit, personal characteristics, and externalinternal environments on business performance of women entrepreneurs on the cottage food industry in Bogor. This research actioned in Bogor. Bogor district elections because Bogor as the region or territory where the population has the greatest own business in August 2012 in West Java, in the amount of 359 193 people. Methode for take sample is purposive sampling. On this research used 100 women entrepreneurs, where 47 peoples from Bogor City origin and 53 peoples from Bogor District origin. The analysis used the descriptive and quantitative analysis using Structural Equation Modeling (SEM). Processing quantitative data using LISREL 8.3. In the analysis by using the SEM results showed that the personal characteristics positive effectively and significantly on entrepreneurial spirit. This suggests that an increase in education, training, age, business experience, particular ethnic origin, and family background to be entrepreneurs will increase their entrepreneurial spirit. Internal environment positive effectively and significantly on entrepreneurial spirit woman entrepreneurs. Based on discussions with the respondents that good marketing activities, such as promotion and distribution channels, the use of capital (both equity and loans), the easier of obtaining raw materials, and others will motivate and make women entrepreneurs to be more creative. Therefore, strengthening the internal management of the effort required for provide motivation or creativity for entrepreneurial woman to be more advanced and still choose entrepreneurship as woman entrepreneurs work. External environment negative effectively and significantly on entrepreneurial spirit. One of example is the policy of the government and the role of institutions (such as banks) that there is now less motivated to help women entrepreneurs or innovating to expand its business. This is due to the current policy less supportive of the activities carried out by woman entrepreneurs for entrepreneurship and borrowed on the mortgage and the bank charged a high interest rate loan.

The other result showed that the business performance of women entrepreneurs on the cottage food industry in Bogor only influenced by personal characteristics. While entrepreneurship, external business environment, and internal business environment does not significantly influence the performance of the business. This is because women entrepreneurs in Bogor have been relying on the capabilities inherent in their personal, such as education, training, age, work experience (business), ethnic origin, and family background with training who has the most value of the relationship, that is 0.66. Policy of the present government is not helping businesses carried on by women entrepreneurs to be better, the role of financial institutions (eg. banks) also does not helped increasing their business because of the continuing collateral and high interest rates, marketing activities are capital constrained, not using capital loans to banks due to the constraints on the collateral and high interest rates, still using traditional tools or machines, and other issues, so that women entrepreneurs tend to rely only on her own abilities. Therefore, training is needed to improve her skills in managing their business. Keywords: women entrepreneurs, personal characteristics, business environments, business performance, Structural Equation Modelling (SEM)

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA WIRAUSAHA WANITA PADA INDUSTRI PANGAN RUMAHAN DI BOGOR BAYU SUMANTRI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Rr Heny K Daryanto, MEc Penguji Program Studi : Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Judul Tesis Nama NIM Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor Bayu Sumantri H451110241 Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Anna Fariymrrt1V1Si Ketua Drf:2iMs Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Agtibisnis Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Tanggal Ujian: 29 Agustus 2013 Tanggal Lulus: 2 OC T2 13

Judul Tesis: Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor Nama : Bayu Sumantri NIM : H451110241 Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Ketua Dr Ir Ratna Winandi, MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Agribisnis Dekan Sekolah Pascasarjana Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 29 Agustus 2013 Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-nya, tesis yang berjudul Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada: 1. Dr Ir Anna Fariyanti, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini. 2. Dr Ir Nunung Kusnadi, MS selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik. 3. Dr Ir Rr Heny K. Daryanto, MEc selaku dosen penguji luar komisi dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji perwakilan program studi pada ujian tesis. 4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas dorongan semangat, bantuan, dan kemudahan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis. 5. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MS, Ir Burhanuddin, MM, dan Ir Harmini, MSi atas diskusi selama penulis melakukan penelitian. 6. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIRJEN DIKTI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan Beasiswa Unggulan sehingga penulis dapat melanjutkan kuliah magisternya. 7. Wirausaha wanita di Bogor yang telah bersedia menjadi responden peneliti. 8. Teman-teman seperjuangan Angkatan II pada Program Studi Agribisnis atas diskusi, masukan, dan bantuan selama mengikuti pendidikan. 9. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta Nur Suhartinah, Ayahanda Sugiarto, dan adik Anggun Dwi Nursitha. 10. Khairun Nufus dan keluarga yang telah memberikan semangat dan do a. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2013 Bayu Sumantri

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN xviii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Jiwa Kewirausahaan 6 Pengaruh Lingkungan Eksternal-Internal Usaha terhadap Kinerja Usaha 10 3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 Kerangka Teoritis 12 Kerangka Operasional 20 4 METODE PENELITIAN 24 Waktu dan Lokasi 24 Metode Pengumpulan Data 24 Metode Penarikan Sampel 25 Metode Analisis Data 25 Variabel dan Pengukuran 35 5 KARAKTERISTIK WIRAUSAHA WANITA DI BOGOR 37 6 GAMBARAN UMUM JIWA KEWIRAUSAHAAN, KARAKTERISTIK PERSONAL, LINGKUNGAN USAHA, DAN KINERJA USAHA RESPONDEN 45 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 52 8 IMPLIKASI KEBIJAKAN 72 9 SIMPULAN DAN SARAN 74 DAFTAR PUSTAKA 76 LAMPIRAN 85 RIWAYAT HIDUP 116 xix xix

DAFTAR TABEL 1 Faktor Pendorong dan Penarik 8 2 Sebaran Responden 25 3 Absolute Measures (Ukuran Kecocokan Absolut) 28 4 Incremental Fit Measures (Ukuran Kecocokan Inkremental) 28 5 Parsimonious Fit Measures (Ukuran Kecocokan Parsimoni) 29 6 Keterangan Variabel-Variabel pada Diagram Lintas 34 7 Variabel Indikator Karakteristik Personal 35 8 Variabel Indikator Lingkungan Eksternal 36 9 Variabel Indikator Kewirausahaan 36 10 Variabel Indikator Lingkungan Internal 36 11 Variabel Indikator Kinerja Usaha 37 12 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Usia (Tahun) 39 13 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Pendidikan (Tahun) 39 14 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Asal Daerah 40 15 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) 41 16 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Pengalaman Kerja 42 17 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Keikutsertaan dalam Pelatihan Kewirausahaan 42 18 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Jenis Produk yang Dihasilkan 43 19 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Modal Awal Usaha (Rp Juta) 43 20 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Lamanya Berwirausaha (Tahun) 44 21 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Lamanya Operasional Harian (Jam/Hari) 44 22 Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Omset Penjualan per Hari (Rp Ribu/Hari) 45 23 Hasil Uji Kecocokan Model Awal 55 24 Hasil Uji Validitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor 57 25 Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran Awal 58 26 Hasil Uji Kecocokan Model Respesifikasi 60 27 Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran Respesifikasi 62 28 Nilai R 2 (Koefisien Determinasi) Variabel Indikator dalam Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 63 29 Nilai R 2 (Koefisien Determinasi) Variabel Indikator dalam Model Pengukuran Variabel Laten Endogen 64 30 Hasil Nilai Koefisien dan T-hitung Model Struktural 66

DAFTAR GAMBAR 1 Perbedaan Pendapatan di Antara Wanita dan Laki-Laki (Pendapatan Wanita Relatif $1 dari Pendapatan Laki-Laki) di Seluruh Dunia 1 2 Kategori Usaha Industri Rumahan yang Dijalankan Wanita di Kabupaten Bogor Tahun 2011 (Persen) 3 3 Pembagian Lingkungan Organisasi 17 4 Kerangka Operasional 23 5 Diagram Lintas Model SEM 33 6 Skor Indikator Karakteristik Personal 46 7 Skor Indikator Lingkungan Eksternal 48 8 Skor Indikator Kewirausahaan 49 9 Skor Indikator Lingkungan Internal 50 10 Skor Indikator Kinerja Usaha 51 11 Path Diagram Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor, Estimasi Standardized Solution 54 12 Hasil Uji Validitas (T-hitung) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor pada Output SEM 56 13 Path Diagram Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor Setelah Respesifikasi, Estimasi Standardized Solution 59 14 Hasil Uji Validitas (T-hitung) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor pada Output SEM Setelah Respesifikasi 61 DAFTAR LAMPIRAN 1 Rata-rata Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar Sebelum Ditetapkan UU Nomor 20 Tahun 2008 dari Tahun 2005 dan 2008 85 2 Rata-rata Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar Setelah Ditetapkan UU Nomor 20 Tahun 2008 pada Tahun 2009 dan 2010 86 3 Ukuran Goodness of Fit Statistics Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor Model Awal 87 4 Ukuran Goodness of Fit Statistics Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor Model Respesifikasi 98 5 Kuesioner Penelitian 108

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan kewirausahaan masih dikuasai oleh kaum pria sampai saat ini. Hal ini dikarenakan secara historis kewirausahaan merupakan bidang kekuasaan bagi kaum pria (Casson et al. 2006). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Davidson dan Burke (2004) yang menyatakan bahwa wirausaha wanita masih menjadi kaum minoritas bagi kalangan wirausaha. Penyebab kaum wirausaha wanita masih menjadi kaum minoritas adalah hambatan yang dihadapi wirausaha wanita dalam memulai atau menjalankan suatu usaha. World Bank (2011) menyebutkan bahwa di hampir semua negara, wanita lebih mungkin untuk terlibat dalam kegiatan produktivitas yang rendah dibandingkan pria. Akibat dari perbedaan-perbedaan dalam pekerjaan wanita dan pria tersebut menyebabkan kesenjangan dalam pendapatan di segala bentuk aktivitas ekonomi, seperti pertanian, kewirausahaan, dan manufaktur (Gambar 1). Pada bidang kewirausahaan, usaha yang dijalankan oleh wanita memiliki rata-rata pendapatan yang lebih rendah daripada usaha yang dijalankan oleh pria. Penjelasan yang dapat dijadikan contoh pada Gambar 1 adalah jika usaha di negara Bangladesh dijalankan oleh wanita, maka pendapatan wanita tersebut lebih rendah 88 persen daripada pendapatan pria. Penjelasan yang sama juga ditujukan pada sektor pertanian dan manufaktur. Gambar 1 Perbedaan Pendapatan di Antara Wanita dan Laki-Laki (Pendapatan Wanita Relatif $1 dari Pendapatan Laki-Laki) di Seluruh Dunia a Sumber : World Bank (2011) Perkembangan kewirausahaan wanita memiliki potensi untuk dikembangkan di negara berkembang. Laporan Global Entrepreneurship Monitor (2011) menyatakan bahwa aktivitas kewirausahaan di kalangan wanita yang tertinggi terdapat di negara berkembang, yaitu 45,5 persen dan Tambunan (2009) menyatakan bahwa pembangunan wirausaha wanita di negara berkembang

2 seperti Asia memiliki potensi yang luar biasa dalam pemberdayaan wanita dan transformasi masyarakat di wilayah tersebut. Namun masih menurut Tambunan (2009), di banyak negara terutama di mana tingkat perkembangan ekonomi tercermin dari tingkat pendapatan per kapita dan tingkat industrialisasi yang masih rendah, potensi ini sebagian besar masih belum dimanfaatkan, padahal peluang yang lebih besar bagi wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi baik sebagai pengusaha sukses atau sebagai karyawan bergaji pasti akan banyak membantu dalam penanggulangan kemiskinan. Sinhal (2005), misalnya mengamati bahwa kurang dari 10 persen pengusaha di Asia Selatan, yang terdiri dari Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka adalah wanita. Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja usaha wirausaha wanita, terutama yang berkaitan dalam bidang agribisnis. Hal ini dikarenakan salah satu sektor agribisnis, yaitu pertanian memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto Nasional atas Dasar Harga Berlaku menempati urutan ketiga tertinggi pada tahun 2005 sampai tahun 2007 dan meningkat menjadi urutan kedua tertinggi pada tahun 2008 sampai 2012 (BPS 2005-2012). Mayoritas kinerja usaha wirausaha wanita di Indonesia tidak mengalami kemajuan. Pali (1994) mengemukakan bahwa wirausaha wanita memiliki motivasi untuk memasuki profesi penjual jamu gendong, tetapi 80 persen dari responden memperoleh pendapatan di bawah garis kemiskinan dan Dasaluti (2009) mengemukakan bahwa kinerja usaha wirausaha wanita yang terdapat di pulau kecil kurang berkembang karena masih sedikitnya dukungan dari pemerintah. Selain itu, jumlah wirausaha wanita di Indonesia kurang dari 0.1 persen dari total penduduk Indonesia atau kurang dari 240 000 jumlah wirausaha wanita (Purwadi 2011). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro, yaitu UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. Sebelum diberlakukannya undang-undang tersebut, pertumbuhan usaha mikro lebih baik daripada setelah diberlakukannya undangundang tersebut. Rata-rata pertumbuhan usaha mikro sebelum ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2008 sebesar 4.01 persen dan rata-rata pertumbuhan usaha mikro setelah ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2008 menurun menjadi 2.29 persen (Lampiran 1 dan 2). Hal yang berbeda terdapat pada pertumbuhan usaha kecil, menengah, dan besar, di mana pertumbuhan usaha kecil, menengah, dan besar justru lebih baik setelah ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2008. Salah satu industri yang banyak digeluti oleh wirausaha wanita di Indonesia adalah industri rumahan (Perempuan Kuasai Industri Rumahan 2012). Industri rumahan adalah suatu sistem produksi yang menghasilkan produk melalui proses nilai tambah dari bahan baku tertentu, yang dikerjakan di lokasi rumah dan bukan di pabrik. Salah satu ciri-ciri dari klassifikasi industri rumahan tersebut adalah modal dan sumber modalnya, di mana modal untuk kelas melati antara di bawah Rp 1 juta - Rp 5 juta yang berasal dari modal sendiri, kelas mawar dengan modal yang sama seperti kelas melati tetapi modalnya selain berasal dari dana sendiri tetapi juga berasal dari rentenir dan lembaga keuangan mikro, dan kelas anggrek dengan modal sebesar Rp 50 Rp 100 juta yang berasal dari modal sendiri atau pinjaman (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2012). Mayoritas kategori usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di

Bogor adalah usaha yang berkaitan dengan pangan (Gambar 2). Ini adalah alasan mengapa peneliti memilih industri pangan rumahan sebagai sampel usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor. Usaha yang berkaitan dengan pangan ini adalah olahan makanan yang telah memiliki nilai tambah (added value) didalamnya, baik dari proses pemasakan, kemasan, atau penjualannya. Hal ini sesuai dengan pengertian pangan olahan berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2012, yaitu pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pemilihan wilayah Bogor dikarenakan Bogor sebagai daerah atau wilayah di mana penduduknya memiliki usaha sendiri yang terbesar pada bulan Agustus 2012 di Jawa Barat, yaitu sebesar 359 193 orang (BPS Jawa Barat 2012). 3 Perikanan Pengolahan, 6% Dagang, 3% Pertanian,, 1% 1% Jasa, 1% Peternakan, 0% Konveksi, 3% Kerajinan, 4% Pangan, 81% Gambar 2 Kategori Usaha Industri Rumahan yang Dijalankan Wanita di Kabupaten dan Kota Bogor Tahun 2011 (Persen) a Sumber : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB (2011) dalam Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2012) Perumusan Masalah Industri pangan rumahan yang dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor tersebar sebanyak 47 persen di Kabupaten dan 53 persen di Kota (Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB 2011). Kinerja usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor sebagian besar kurang mengalami kemajuan atau berjalan di tempat. Hal ini berdasarkan fakta di lapangan bahwa walaupun wirausaha wanita di Bogor telah menjalankan usahanya bertahun-tahun, tetapi skala usaha mereka tidak meningkat. Oleh sebab itu, perlu diketahui penyebab mengapa kinerja usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita kurang mengalami kemajuan. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor mengapa kinerja usaha wirausaha wanita kurang mengalami kemajuan adalah faktor kepemilikan jiwa kewirausahaan seperti motivasi dan kemampuan mengambil risiko perlu diperhatikan. Walaupun wirausaha wanita memiliki beragam motivasi dalam menggeluti usahanya, kenyataannya di lapangan menunjukkan mayoritas ternyata ada usaha yang dikelola dengan kurang baik oleh

4 wirausaha wanita. Hal ini mengandung arti bahwa motivasi dalam berwirausaha belum tentu menjadikan kinerja usaha wirausaha wanita menjadi baik. Pali (1994) mengemukakan bahwa wirausaha wanita memiliki motivasi untuk memasuki profesi penjual jamu gendong, tetapi 80 persen dari responden memperoleh pendapatan di bawah garis kemiskinan. Faktor lain yang menyebabkan suatu usaha kurang berkembang adalah para pengusaha kurang mau mengambil risiko, baik dalam hal membuat produk baru ataupun memperluas pasar. Wirausaha wanita lebih senang usahanya berjalan biasa-biasa saja dan kurang melakukan inovasi untuk membuat produk baru dan memperluas pasar karena takut rugi. Temuan ini didukung oleh temuan Cantillon (1734) seperti dikutip Antonic dan Hisrich (2003), kebanyakan orang takut mengambil risiko karena wirausaha wanita ingin hidup aman dan menghindari kegagalan. Bertentangan dengan hal ini, pengambilan risiko justru merupakan suatu unsur kewirausahaan yang sangat penting. Pada kondisi yang lain, bukan hanya faktor kepemilikan jiwa kewirausahaan saja yang menjadi penentu kinerja usaha wirausaha wanita berjalan dengan baik atau tidak. Karakteristik personal yang melekat di individu masing-masing wirausaha juga memegang peranan penting terhadap kemajuan usaha yang dijalankan wirausaha wanita. Salah satu karakteristik personal yang melekat di individu masing-masing wirausaha adalah pendidikan dan pelatihan. Selama ini pendidikan dan pelatihan yang kurang menjadi alasan utama penyebab usaha yang dijalankan tidak berkembang. Menurut Casson et al. (2006), pendidikan memegang peranan penting dalam pertumbuhan wirausaha. Hal ini dikarenakan bahwa penemuan kewirausahaan melibatkan "kombinasi kembali" dari ide-ide dan praktek. Umumnya tingkat pendidikan yang lebih tinggi membuat sebagian besar penduduk tersedia sebagai pengusaha atau sebagai ahli teknologi terampil. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2012) bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan kinerja suatu usaha dan Noersasongko (2005) bahwa pengusaha yang mengikuti banyak pelatihan lebih berhasil daripada pengusaha yang kurang atau tidak mendapat pelatihan. Selain itu, faktor lain penentu kinerja usaha yang dijalankan wirausaha wanita berjalan baik atau tidak adalah lingkungan usaha, khususnya lingkungan eksternal berupa kebijakan dari Pemerintah. Upaya untuk meningkatkan kinerja usaha wirausaha wanita telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah pemerintah telah mengeluarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, di mana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro. Namun demikian, industri rumahan yang dikelola oleh kaum wanita kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bahkan, wanita justru lebih sering dirugikan dibanding dengan laki-laki. Padahal, wirausaha wanita adalah yang telah menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan (Klobor 2012). Pelaksanaan kebijakan-kebijakan mengenai dorongan pemerintah untuk meningkatkan kinerja usaha berbasis agribisnis yang ada pada saat ini dinilai kurang atau belum efektif yang mengakibatkan masih rendahnya pendapatan wirausaha wanita dibandingkan dengan wirausaha pria, khususnya di bidang agribisnis. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting untuk meneliti mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di subsektor hilir

pada sektor agribisnis. Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah wirausaha wanita yang bekerja di sektor tersebut (Fajar 2012). 5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh karakteristik personal dan lingkungan eksternalinternal usaha terhadap jiwa kewirausahaan wirausaha wanita pada industri pangan rumahan. 2. Menganalisis pengaruh jiwa kewirausahaan, karakteristik personal, dan lingkungan eksternal-internal usaha terhadap kinerja usaha wirausaha wanita pada industri pangan rumahan. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti : 1. Bagi pembuat kebijakan, baik di pusat maupun daerah dan pemerintah maupun swasta, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukan untuk meningkatkan kinerja usaha wirausaha wanita di Indonesia. 2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu yang didapat selama perkuliahan di kampus. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor sebagai studi kasus, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan kondisi di wilayah lain. Selain itu, industri pangan rumahan yang dikaji adalah berbagai jenis olahan pangan (makanan dan minuman) dikarenakan keterbatasan informasi jika hanya memilih salah satu jenis olahan pangan dengan persyaratan skala rumahan dan jumlah sampel minimal 100 responden. 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan usaha dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah motivasi yang kuat dari pelaku usahanya, inovasi yang terus menerus dilakukan, kemampuan dalam mengambil keputusan dalam situasi menghadapi risiko, karakteristik personal yang dimiliki oleh wirausaha, dan kemampuan dalam menghadapi lingkungan usaha yang senantiasa berubah-ubah, baik lingkungan eksternal maupun internal usaha. Kinerja usaha merupakan suatu ukuran apakah usaha yang dijalankan oleh wirausaha, khususnya wirausaha wanita berjalan dengan baik atau sukses. Kinerja usaha yang dijalankan oleh

6 wirausaha dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini menggunakan faktor jiwa kewirausahaan (seperti motivasi, inovasi, dan risiko), karakteristik personal, dan lingkungan eksternal-internal usaha sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha. Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Jiwa Kewirausahaan Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin, yaitu kharakter, kharassein, dan kharax, yang maknanya tools for marking, to engrave, dan pointed stake. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia, yaitu karakter. Karakter mengandung pengertian (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) reputasi seseorang; (3) seseorang yang memiliki kepribadian yang eksentrik. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) ialah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain (Suryana dan Bayu 2011). Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan karakteristik wirausaha dilakukan oleh Rahardjo (2010) yang meneliti mengenai hubungan karakteristik individu dengan keputusan menjadi wirausaha baru di Purwokerto (studi tentang alternatif karir lulusan Peguruan Tinggi). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kerangka keputusan menjadi wirausaha baru adalah merupakan kombinasi dari aspek sikap terhadap perilaku berwirausaha, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Selain itu, hasil lainnya adalah ada hubungan secara positif dan signifkan antara karakteristik individu dengan keputusan menjadi wirausaha baru di Purwokerto dan sekitarnya. Hasil penelitian terdahulu lainnya yang terkait dengan karakteristik wirausaha dilakukan oleh Syafiuddin (2008) yang meneliti mengenai hubungan karakteristik dengan kompetensi pembudidaya rumput laut (Eucheuma spp) di tiga kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Mayoritas pembudidaya rumput laut yang diamati pada penelitian ini berumur muda, pendidikan formal rendah, tanggungan keluarga sedang, pendapatan keluarga rendah, pengalaman dan motivasi usaha sedang, pemanfaatan media rendah, luas lahan budidaya sempit dan modal usaha tergolong sedang. (2) Tiga bidang kompetensi pembudidaya yang paling dikuasai adalah: (a) kemampuan pada aspek panen, (b) pembibitan dan penanaman serta (c) aspek berkomunikasi dan memotivasi. Tiga kompetensi pada urutan paling rendah adalah: (a) kemampuan pada aspek perencanaan, (b) pengelolaan pascapanen dan (c) aspek pengawasan, evaluasi dan pengendalian usaha. (3) Derajat hubungan sembilan dari dua belas karakteristik pembudidaya rumput laut menunjukkan kesepakatan yang tinggi dalam penjenjangan seluruh bidang kompetensi yang diamati (4) Hasil analisis jalur menunjukkan kompetensi manajerial berpengaruh nyata terhadap kompetensi teknis. Pengaruh tersebut di satu sisi akibat kontribusi peubah motivasi usaha, pelatihan dan modal sosial,

sedangkan di pihak lain akibat kontribusi peubah pendidikan formal, luas lahan, dan pendapatan keluarga. Zimmerer, Scarborough, dan Wilson (2008) mengemukakan bahwa seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan. Dari penjelasan tersebut dikemukakan bahwa terdapat beberapa indikator kewirausahaan, yaitu motivasi, inovasi, dan risiko. Indikator tersebut sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Noersasongko (2005), sedangkan Nitisusastro (2009) menyebut hal tersebut sebagai jiwa kewirausahaan, Chaudhary et al. (2012) menyebutnya sebagai pendorong kewirausahaan (entrepreneurial drive), dan Ginn dan Young (1992), Manu dan Sriram (1996), Rajagopalan (1997), dan Veliyath et al. (1994) dalam Fredianto (2001) menyebutnya sebagai orientasi kewirausahaan atau orientasi strategik. Hubungan motivasi, inovasi, dan risiko dengan kinerja usaha dijelaskan oleh Noersasongko (2005) yang menyatakan bahwa kewirausahaan dianggap memiliki pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan usaha. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya untuk menjelaskan teori motivasi. Lowe dan Marriott (2006) yang mengemukakan bahwa selain keuntungan, motivasi seseorang untuk menjadi seorang wirausaha adalah prestasi dan ambisi wirausaha wanita. Prestasi berarti hal yang berbeda untuk berbeda dengan orang lain. Walaupun bagi banyak pengusaha, menjadi kaya mungkin tidak menjadi tujuan sendiri, melainkan sarana bagi pengusaha yang dapat menunjukkan bahwa wirausaha wanita telah mencapai keberhasilan dengan membentuk sebuah organisasi yang berkelanjutan. Langkah pertama seorang individu akan membuat keputusan yang signifikan dan mungkin yang mengubah hidup. Wirausaha wanita akan mempertimbangkan apa yang akan wirausaha wanita harapkan untuk dicapai, apakah kemungkinan bahwa wirausaha wanita bisa mencapainya, apa risiko yang wirausaha wanita akan perlu diambil, dan bagaimana kenyamanan wirausaha wanita dengan tingkat risiko yang wirausaha wanita anggap ada. Kedengarannya seperti perhitungan biaya-manfaat yang sederhana, namun bukan seperti itu. Ada sering banyak variabel yang perlu dipertimbangkan, dan kemungkinan hasil itu sulit untuk diprediksi. Titik balik untuk setiap individu berbeda, apa yang bisa tampak seperti dua situasi yang sama mungkin menghasilkan pilihan yang berbeda. Meskipun keputusan untuk menjadi seorang pengusaha adalah individu dan satu pribadi, adalah mungkin untuk melihat beberapa kesamaan dalam faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi keputusan pribadi untuk memilih menjadi wirausaha (Tabel 1). Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan motivasi berwirausaha pada wirausaha wanita dilakukan oleh Kamal (1991) yang meneliti mengenai wanita pengusaha pada masyarakat matrilineal dan peranannya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat luas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peluang wanita Minangkabau untuk menjadi pengusaha disebabkan oleh tradisi atau adat merantau yang kuat, di mana tercatat dari 45 rumah tangga, 9 orang (20 persen) berusaha dengan keadaan suami dirantau sehingga istri (wanita) harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan ekonomi rumah tangga yang menyebabkan istri (wanita) bekerja sebagai pengusaha. Selain itu, seorang wanita 7

8 menjadi pengusaha disebabkan karena aspek struktur keluarga, di mana istri (wanita) mempunyai orientasi untuk mencari nafkah dibandingkan pria karena posisi suami sebagai seorang pendatang dari suku lain karena perkawinan. Hasil penelitian yang lainnya menunjukkan faktor yang dominan yang menyebabkan banyak wanita pengusaha selain faktor budaya adalah faktor ekonomi, geografis, kemajuan pembangunan, dan sebagainya. Tabel 1 Faktor Pendorong dan Penarik FAKTOR PENDORONG Keterbatasan pada intensif finansial Ketidaknyamanan pekerjaan Kompetisi pekerjaan Keterbatasan karir Kurangnya kesempatan bagi inovasi Kurangnya pengakuan dan ketidakcocokan Ketidakpuasan dengan atasan a Sumber : Lowe dan Marriott (2006) FAKTOR PENARIK Bekerja untuk diri sendiri Perolehan pendapatan Keseimbangan kerja-hidup Kebutuhan akan prestasi Kebebasan untuk berinovasi Mendapatkan status sosial Fleksibilitas Kewirausahaan sangat berkaitan sekali dengan pengambilan resiko. Richard Kontilton, seorang ekonom Perancis, pada tahun 1734 adalah orang yang mengkonsepkan kewirausahaan untuk pertama kalinya dan sebagai seorang ekonom, dia memiliki definisi konsep kewirausahaan ini didasarkan pada pengambilan risiko yang tidak tergaransi" (Yaghoubi dan Ahmadi 2010). Jong dan Wennekers (2008) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan. Praag (2005) membedakan antara peluang dan kesediaan sebagai seorang wirausaha. Individu dapat menjadi wirausaha ketika wirausaha wanita bersedia dan mempunyai peluang yang dapat dikerjakan. Jika di antara kesediaan (motivasi) atau peluang (kemampuan atau modal) tidak ada, individu tidak dapat memulai sebagai seorang wirausaha. Peluang adalah kemungkinan menjadi seorang wirausaha jika salah satu menginginkannya, seperti modal awal, kemampuan kewirausahaan, dan lingkungan (makro) ekonomi. Individu yang bersedia untuk memulai sebagai seorang wirausaha mempunyai peluang sewaktu-waktu wirausaha wanita memiliki modal yang cukup, atau dapat meminjam modal. Ini seperti pinjaman yang bergantung pada kemampuan yang dirasa (wirausaha) untuk menjadi wirausaha, yang diberikan kondisi-kondisi ekonomi. Kesediaan untuk memulai sebagai seorang wirausaha adalah penilaian dari pekerjaan di dalam pekerjaan sendiri melawan pekerja atau penganggur, dalam artian situasi identik. Kesediaan positif ketika kewirausahaan terlihat sebagai pilihan karir terbaik yang tersedia. Konsekuensinya, kesediaan bergantung kepada di antara pilihan individu untuk ciri-ciri khusus dari wirausaha sebaik pilihan alternatif yang tersedia dan daya pikat wirausaha wanita.

Hasil penelitian terdahulu lainnya yang terkait dengan motivasi dan risiko berwirausaha pada wirausaha wanita dilakukan oleh Jyoti, Sharma, dan Kumari (2011) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi dan kepuasan pengusaha wanita di pedesaan India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang berorientasi pada bisnis wirausaha wanita memiliki tingkat kepuasan yang tinggi. Intensitas dari faktor-faktor yang berbeda (positif dan negatif) seperti sosial, psikologis, keuangan, permasalahan, ketertarikan, dorongan adalah elemen yang diputuskan untuk orientasi dan kepuasan dari pengusaha wanita. Studi ini dianalisa lebih lanjut bahwa faktor ketertarikan memotivasi pengusaha wanita untuk masuk ke bidang usaha dan mempengaruhi orientasi terhadap bisnis dan dengan demikian wirausaha wanita mencerminkan kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengusaha wanita yang termotivasi melalui faktor dorongan. Hasil penelitian menggambarkan pentingnya faktor keuangan yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pengusaha wanita. Bantuan keuangan dari pemerintah maupun dari keluarga wirausaha wanita untuk mendukung bisnis mempengaruhi tingkat kepuasan wirausaha wanita tetapi tidak berlaku dikasus orientasi wirausaha wanita karena kepuasan lebih tercermin dalam keuntungan finansial dari bisnis, yang dapat terjadi hanya ketika wirausaha wanita memiliki akses awal untuk itu, apakah melalui lembaga keuangan atau melalui keluarga wirausaha wanita. Penelitian lebih lanjut membuktikan hubungan antara faktor psikologis dan orientasi pengusaha wanita. Hal ini dikarenakan hubungan antara faktor psikologis dan orientasi pengusaha wanita memainkan peran penting di dalam orientasi pengusaha wanita karena kebutuhan untuk mencapai kekuasaan dan keanggotaan semua tercermin melalui karakteristik psikologis. Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial mempengaruhi orientasi pengusaha wanita. Pasangan yang bermanfaat merupakan sumber motivasi bagi pengusaha wanita sebagai dukungan moral positif yang mendorong wirausaha wanita menghadapi dunia dengan lebih berani. Lebih lanjut, fenomena ini diperkuat jika keluarga dan masyarakat juga memotivasi dan mendukung wirausaha wanita. Penelitian ini mencerminkan bahwa wirausaha wanita juga bersedia untuk mengambil risiko bisnis, yang mencerminkan tingkat orientasi untuk bisnis wirausaha wanita. Hal ini menyimpulkan bahwa pengusaha wanita telah datang dari berbagai usia dan wirausaha wanita tahu bagaimana menangani pekerjaan yang berhubungan dengan masalah. Lebih lanjut mencerminkan kepercayaan diri wirausaha wanita dalam menjalankan bisnis. Kemampuan wirausaha yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausaha wanita untuk menghasilkan ide bisnis, menguraikan ide wirausaha wanita, dan membuat produk atau jasa yang memiliki nilai pasar (Gries dan Naude 2008). Menurut Drucker (1985), wirausahawan sangat berkaitan dengan inovasi. Lebih jauh lagi Drucker (1985) mengungkapkan bahwa inovasi adalah alat spesifik wiraswastawan, suatu alat untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda atau jasa yang berbeda. Wiraswastawan perlu secara sengaja mencari sumber inovasi, perubahan dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil dan wirausaha wanita perlu mengetahui dan menerapkan prinsip inovasi yang berhasil. Penelitian dari Small Business Administration menemukan bahwa perusahaan kecil menghasilkan lebih banyak inovasi yang penting secara ekonomi dan secara teknis dibandingkan dengan perusahaan besar. Hal ini berkaitan 9

10 dengan penerapan inovasi untuk memecahkan masalah dan untuk memanfaatkan peluang yang ditemui orang setiap hari. Inovasi (innovation) adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan orang-orang. Seorang wirausahawan sukses dengan cara memikirkan dan mengerjakan hal-hal baru atau hal-hal lama dengan cara-cara baru. Memiliki ide yang hebat tidaklah mencukupi, mengubah ide menjadi produk, jasa, atau usaha bisnis yang berwujud merupakan tahapan berikutnya yang esensial (Zimmerer, Scarborough, dan Wilson 2008). Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan inovasi dan risiko dilakukan oleh Hadiyati (2011) yang meneliti mengenai kreativitas dan inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan usaha kecil. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1) kreativitas meliputi terbuka terhadap pengalaman, suka memperhatikan dan melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa, kesungguhan, menerima dan merekonsiliasi sesuatu yang bertentangan, toleransi terhadap sesuatu yang tidak jelas, independent dalam mengambil keputusan, berpikir dan bertindak, memerlukan dan mengasumsikan otonomi, percaya diri, tidak menjadi subjek dari standar dan kendali kelompok, rela mengambil resiko yang diperhitungkan, gigih, sensitif terhadap permasalahan, kemampuan untuk mengenerik ide-ide yang banyak, fleksibel, keaslian, responsif terhadap perasaan, terbuka terhadap fenomena yang belum jelas, motivasi, bebas dari rasa takut gagal, berpikir dalam imajinasi, selektif. (2) Inovasi yang meliputi menganalisis peluang, apa yang harus dilakukan untuk memuaskan peluang, sederhana dan terarah dimulai dari yang kecil, berpengaruh secara parsial terhadap variabel kewirausahaan. (3) Berdasarkan analisis yang dilakukan, kreatifitas dan inovasi berpengaruh secara simultan terhadap kewirausahaan dengan variabel inovasi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kewirausahaan. Pengaruh Lingkungan Eksternal-Internal Usaha terhadap Kinerja Usaha Lingkungan usaha adalah dinamika pergerakan lingkungan bisnis yang merupakan lingkungan internal (mikro) dan lingkungan ekonomi yang merupakan lingkungan eksternal (makro). Analisis lingkungan adalah suatu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang (opportunities) dan tantangan (threats) yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Adapun tujuan dilakukan analisis lingkungan adalah agar organisasi dapat mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat untuk kesuksesan organisasi (Dirgantoro 2001). Kinerja merupakan hal yang sangat menentukan di dalam perkembangan usaha. Menurut Day (1990), performance outcomes (keberhasilan) perusahaan berupa : (1) satisfaction (kepuasan), artinya semakin banyak pihak merasa terpuaskan oleh keberadaan perusahaan itu, seperti pelanggan, pemilik saham, karyawan, pemberi pijaman, pemasok, dan pemerintah; (2) loyality (loyalitas), menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga wirausaha wanita tidak berpindah dalam pembelian pada produk perusahaan lain; (3) market share (pangsa pasar), dalam hal ini sejauh mana perusahaan tersebut mampu untuk terus meningkatkan dan memperluas

pangsa pasarnya bahkan mampu menjadi pemimpin pasar; dan (4) profitability (peningkatan pendapatan), suatu perusahaan dikatakan berhasil dalam usahanya dan menunjukkan kinerja yang baik jika secara bertahap terus memperlihatkan peningkatan profit yang signifikan. Sementara itu, Armstrong (2004) mengemukakan ukuran kinerja bisa mengacu pada peningkatan income, sales, output, produktivitas, biaya, penerimaan layanan, kecepatan reaksi atau berubah, pencapaian standar kualitas atau reaksi pelanggan/klien. Sedangkan Cambridgeshire County Council (Dewan Kota Cambridgeshirez) dalam Armstrong (2004) telah mengidentifikasi empat tipe ukuran yang berbeda-beda, yaitu : 1. Ukuran uang : termasuk memaksimalkan income, meminimalkan pengeluaran, dan meningkatkan tingkat pendapatan. 2. Ukuran waktu : mengekspresikan kinerja terhadap daftar waktu kerja, jumlah jaminan simpanan, dan kecepatan aktivitas. 3. Ukuran pengaruh : termasuk pencapaian standar, perubahan dalam perilaku (kolega, staff, klien, atau pelanggan), pelengkap fisik kerja, dan tingkat penerimaan layanan. 4. Reaksi : menunjukkan bagaimana orang lain menilai pekerja dan oleh karenanya kurang obyektif. Reaksi dapat diukur dengan penilaian kinerja oleh klien atau pelanggan internal atau eksternal atau analisis komentar dan komplain. Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan lingkungan usaha dilakukan oleh Suharyono (2010) yang meneliti mengenai analisis kapabilitas organisasi dan lingkungan usaha terhadap kinerja bisnis dan implikasinya bagi pengembangan usaha di pasar tradisional spesifik PD Pasar Jaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari hasil ANOVA dapat dijelaskan bahwa omset pelaku usaha di pasar Induk Kramat Jati dan Lindeteves/HWI merupakan yang dominan dan berbeda nyata dengan pelaku usaha di pasar tradisonal spesifik lainnya karena adanya perbedaan skala usaha dari aspek modal dan jumlah pekerja, serta perbedaan pengalaman usaha. Hasil analisis aspek manajemen dan bisnis menjelaskan bahwa peubah lingkungan usaha internal secara langsung berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja pemasaran, sedangkan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja bisnis. Di samping itu peubah kinerja pemasaran secara langsung berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja bisnis. Peubah lingkungan usaha internal yang berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja pemasaran dan kinerja bisnis terdapat pada indikator reflektif sumber daya teknologi yang dipresentasikan dengan cara kerja dan pengawasan terprogram untuk meningkatkan mutu produk/barang dagangan, sedangkan kinerja pemasaran dipresentasikan dengan loyalitas pelanggan, kemampuan menjual produk bermutu dengan harga bersaing dan pelanggan lama yang pindah ke penjual lain, sementara itu kinerja bisnis dipresentasikan dengan keuntungan. Industri pangan rumahan yang terdapat di Bogor berada dalam pasar persaingan monopolistik. Dalam pasar yang ditandai oleh persaingan monopolistik, ada banyak perusahaan dan konsumen, seperti dalam persaingan sempurna. Tidak seperti di persaingan sempurna, bagaimanapun, setiap perusahaan menghasilkan produk yang sedikit berbeda dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain (Baye 2010). 11