HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRE OPERASI KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN CIAMIS 1. Yanti Srinayanti, Jajuk Kusumawaty, Angga Nugroho ABSTRACT

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

BUDI HARTOYO NIM G2B Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLI KIA PUSKESMAS TUMINTING

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

HUBUNGAN PENGETAHUAN PROSEDUR BEDAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN BEDAH USIA DEWASA DI RUANG BEDAH RSUD CIDERES PERIODE MEI-JUNI TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

PERANAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PENCABUTAN GIGI YANG BERUMUR 6-12 TAHUN DI PUSKESMAS NARAS TAHUN 2013

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

PENGARUH RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP KECEMASAN KLIEN PRE OPERASI KATARAK DENGAN ANASTESI LOKAL

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SOESELO SLAWI

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG PELAKSANAAN 10T PADA ASUHAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS SUKA MAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ORANG SAKIT JIWA (SUATU STUDI DI DESA TRUCUK KECAMATANTRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2014)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM DI RS Dr.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

HUBUNGAN DAMPAK HOSPITALISASI ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DI IRINA E ATAS RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

: BAYU SETIAWAN J

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

ABSTRAK. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Proses Hemodialisa Di RSUD Dr. Hardjono Ponorogo.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRE OPERASI KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) MANADO Rolly Rondonuwu, Lucia Moningka dan Ramandha Patani Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRAK Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau hilangnya transparansi lensa sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan. Yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau kedua-duanya, seseorang yang mengalami katarak penglihatannya menjadi berkabut atau buram. Salah satu penatalaksanaan katarak adalah operasi atau pembedahan yang seringkali menimbulkan kecemasan. Salah satu tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental dari pasien. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross-Sectional yaitu melihat hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak. Penelitian ini dilakukan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat pada tanggal 09 Juni sampai 23 Juni 2014 dengan jumlah populasi 75 orang dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 responden. Cara pengambilan sampel dengan cara Accidental sampling dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Hasil penelitian dengan menggunnakan uji chi-square Melalui uji diperoleh nilai α sebesar 0,001 yaitu lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan klien pre operasi katarak, Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapatkan bahwa responden yang tidak memiliki kecemasan dengan Berpengetahuan baik ada 2 orang (4,8%), responden yang memiliki kecemasan ringan dengan pengetahuan baik ada 15 orang (35,7%), responden yang memiliki kecemasan sedang dengan pengetahuan baik ada 10 orang (23,8%), maka dapat disimpulkan pendidikan kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pada pasien pre operasi katarak. Profesi keperawatan diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan pemahaman keperawatan tentang mengatasi kecemasan pada klien pre operasi katarak Kata kunci : Pengetahuan, Tingkat Kecemasan dan Pre operasi Katarak ABSTRACT Cataracts are opacities in the lens or loss of transparency of the lens resulting in a decrease in visual acuity. Which may occur as a result of hydration (fluid replenishment) lens, lens protein denaturation, or both, someone who had a cataract becomes hazy or blurred vision. One treatment of cataracts is surgery or surgery that often cause anxiety. One of the measures to reduce the level of anxiety is to prepare mentally from the patient. This research is analytic survey with crosssectional approach, namely the relationship of knowledge to the level of anxiety in the client pre cataract surgery. This study aimed to determine the relationship of knowledge to the level of anxiety in the client pre cataract surgery. This research was conducted in Community Eye Health Center on 09 June to June 23, 2014 with a population of 75 people and the sample in this study amounted to 42 respondents. How to sampling by means of accidental sampling by using a list of questions (questionnaire). Research results with chi-square test assay values obtained α of 0.001 is smaller than α = 0.05. This shows that there is a significant relationship between knowledge with clients preoperative anxiety levels cataract, conclusion of this study is found that respondents who do not have anxiety with both existing Knowledgeable 2 (4.8%), respondents who have mild anxiety with knowledge well there are 15 persons (35.7%), respondents who have moderate anxiety with good knowledge there are 10 persons (23.8%), it can be concluded health education 27

PENDAHULUAN can reduce anxiety and increase knowledge in the preoperative cataract patients. This study nursing profession is expected to provide input for the nursing profession in developing an understanding of the client overcome anxiety preoperative cataract Keywords: Knowledge, Anxiety Level and Pre Cataract surgery Sehat merupakan modal utama bagi suatu pembangunan, untuk itu sehat menjadi suatu hal yang sangat diidamkan oleh semua orang, baik sehat secara fisik, psikis, dan juga sosial. Salah satu kesehatan yang sangat penting untuk di jaga adalah kesehatan mata. Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat 180 juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta di antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia. Angka kebutaan negara Asia Tenggara yang cukup tinggi antara lain Bangladesh (1,0%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%), Jumlah itu akan bertambah besar di masa depan seiring peningkatan usia harapan hidup (Sidarta, Ilyas 2006). Indonesia saat ini terdapat sekitar 1,7 juta orang menderita katarak dan setiap tahunnya terdapat sekitar 200.000 penderita katarak baru, sedangkan jumlah dokter spesialis mata berjumlah 400 orang tiap tahun hanya melakukan operasi sebanyak 50.000 penderita katarak oleh karena itu untuk dapat menanggulangi jumlah penderita katarak yang sekitar 1.7 juta jiwa di Indonesia setiap dokter mata harus mampu melakukan operasi mata terhadap 3.420 pasien pertahun. Semua ini akan berhasil jika ditunjang dengan tenaga kesehatan medis lain, terutama perawat sebagai orang yang berhadapan langsung dengan pasien sebelum dilakukan operasi katarak. (Ady N, 2011) Ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kebutaan di Indonesia masih tinggi antara lain yaitu, peningkatan jumlah penduduk, penambahan usia harapan hidup, kondisi geografis yang tidak menguntungkan terkait paparan sinar ultra violet yang tinggi serta kurang meratanya pelayanan dan tenaga kesehatan mata. ( Ady N, 2011). Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia (0,78%) diikuti gloukoma (0.20%), kelainan refraksi (0,14%), sedangkan sisanya akibat penyakit kornea, retina dan kekurangan vitamin A (xeroptalmia) diperkirakan setiap menit terdapat satu orang menjadi buta dan tiap tahun bertambah 500.000 orang buta terutama bagi penduduk yang berada didaerah miskin dengan sosisal ekonomi lemah. Hal ini menunjukan adanya kecenderungan peningkatan kebutaan akibat katarak dari tahun ketahun (Ady N, 2011). Sesuai data yang di peroleh dari Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Manado, pada bulan Desember 2013 klien dengan kasus katarak sebanyak 75 orang, data yang didapat dari wawancara langsung dengan klien yang akan menjalankan operasi katarak, klien mengatakan jantungnya berdetak lebih cepat, gelisah dan muka klien tampak pucat. Salah satu penatalaksanaan katarak adalah operasi atau pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Tindakan pembedahan atau operasi seringkali menimbulkan kecemasan. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan klien timbul dari rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya, serta obyek yang tidak spesifik. Kecemasan tersebut dimanifestasikan secara 28

langsung melalui perubahan fisiologis seperti (gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, nyeri abdomen, sesak nafas) dan secara perubahan perilaku seperti (gelisah, bicara cepat, reaksi terkejut) dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan kecemasan (Stuart, 2006) Salah satu tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental dari klien. Persiapan mental tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan (Health education). Kemampuan perawatan untuk mendengarkan secara aktif untuk pesan baik verbal dan nonverbal sangat penting untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan pre operasi dapat menbantu klien dan keluarga mengidentifikasi kekhawatiran yang dirasakan. Perawat kemudian dapat merencanakan intervensi keperawatan dan perawatan suportif untuk mengurangi tingkat kecemasan klien. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang baik. Sehingga, pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Notoatmojo, 2007). Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Manado METODE Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross-Sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 09 Juni 23 Juni 2014, Lokasi penelitian adalah Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Manado. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Variabel Independen adalah pengetahuan pada klien pre operasi katarak 2. Variabel dependen adalah tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian adalah 42 orang, sampel yang diambil semua penderita katarak yang akan dengan cara Accidental sampling yaitu melaksanakan operasi di Balai Kesehatan mengambil sampel yang kebetulan ada atau Mata Masyarakat Manado pada bulan Desembar tersedia sesuai dengan tujuan penelitian, dengan 2013 adalah 75 orang. Besar sampel dalam menggunakan rumus menentukan sampel : N 75 n = n = n = 42 Nxd 2 +1 75x0,10 2 +1 Kriteria Inklusi a. Pasien yang akan melakukan operasi katarak pada hari itu b. Pasien yang bersedia menjadi responden Kriteria Eksklusi : a. Pasien yang akan melakukan operasi glaukoma b. Pasien yang tidak bersedia untuk menjadi respoden Pengumpulan data dilakukan dengan dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 yang terbagi menjadi dua aspek yaitu, 12 pertanyaan untuk 29

JUIPERDO, VOL 3, N0. 2 September 2014 Hubungan Pengetahuan dengan Rolly Rondonuwu, dkk aspek kecemasan dan 8 pertanyaan untuk aspek pengetahuan. Setiap jawaban kecemasan diberi nilai 0-4 dengan kriteria objektif, skor kurang dari 11 = tidak ada kecemasan, skor 12-22 = kecemasan ringan, skor 23-33 = kecemasan sedang, skor 34-44 = kecemasan berat dan skor lebih dari 45 kecemasan panik. Dan bila jawaban yang benar 5 dianggap kurang dan > 5 dianggap baik. Data diperoleh melalui lembar kuesioner diolah dengan menggunakan SPSS 21. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi-square (X 2 ), dengan tingkat kemaknaan 95% (α 0,05). HASIL Analisis Univariat Umur yang paling banyak 55-65 tahun dengan 19 responden (45,2%) dan yang paling sedikit umur > 77 tahun dengan 5 responden (11,9%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Responden Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Manado (BKMM) No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%) 1 Laki-Laki 19 45,2 2 Perempuan 23 54,8 Total 42 100 Berdasarkan tabel 1 didapatkan responden dengan jenis kelamin perempuan paling banyak dengan 23 responden (54,8%) dan yang paling sedikit jenis kelamin laki-laki dengan 19 responden (45,2%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Responden Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Manado (BKMM) No Pendidikan Frekuensi Presentase (%) 1 SD 10 23,8 2 SMP 11 26,2 3 SMA 17 40,5 4 S1 4 9,5 Total 42 100 Berdasarkan tabel 2 didapatkan responden dengan pendidikan SMA paling banyak dengan 17 responden (40,5%), dan yang paling sedikit pendidikan S1 dengan 4 responden (9,5%) 30

JUIPERDO, VOL 3, N0. 2 September 2014 Hubungan Pengetahuan dengan Rolly Rondonuwu, dkk Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Manado (BKMM) No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%) 1 Baik 29 69,0 2 Kurang 13 31,0 Total 42 100 Berdasarkan tabel 3 didapatkan tingkat pengetahuan baik paling banyak dengan 29 responden (69,0%) dan tingkat pengetahuan kurang dengan 13 responden (31,0%) Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Manado (BKMM) No Kecemasan Frekuensi Presentase (%) 1 Tidak Cemas 2 4,8 2 Ringan 3 Sedang 4 Berat 16 38,1 14 33.3 10 23,8 Jumlah 42 100 31

JUIPERDO, VOL 3, N0. 2 September 2014 Hubungan Pengetahuan dengan Rolly Rondonuwu, dkk Berdasarkan tabel 4 didapatkan tingkat kecemasan ringan paling banyak dengan 16 responden (38,1%), dan yang paling sedikit tingkat kecemasan panik dengan 0 responden (0%). 2. Analisis Bivariat Tabel 5. Analisis Hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Pengetahuan Kecemasan Klien Jumlah Klien Tidak Cemas Ringan Sedang Berat Α n % n % n % n % n % Baik Kurang 2 4,8 15 35,7 10 23,8 2 4,8 0 0,0 0 0,0 6 14,3 7 16,7 Total 2 15 16 9 42 100 29 69,0 13 31,0 0,001 Berdasarkan tabel 5. didapatkan bahwa responden yang tidak memiliki kecemasan dengan berpengetahuan baik ada 2 orang (4,8%), responden yang memiliki kecemasan ringan dengan pengetahuan baik ada 15 orang (35,7%), responden yang memiliki kecemasan sedang dengan pengetahuan baik ada 10 orang (23,8%), responden yang memiliki kecemasan berat dengan pengetahuan baik ada 2 orang (4,8%), dan responden yang memiliki kecemasan sedang dengan pengetahuan kurang ada 6 orang (14,3%), responden yang memiliki kecemasan berat dengan pengetahuan kurang ada 7 orang (16,7%). Dan dari hasil uji chi- square Melalui uji diperoleh nilai α sebesar 0,001 yaitu lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan klien pre operasi katarak PEMBAHASAN 1) Umur Sebagian besar responden berumur 55-65 tahun. Umur termuda yaitu 55 tahun dan yang tertua > 77 tahun. Umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Mengungkapkan bahwa semakin bertambahnya umur kematangan psikologi individu semakin baik, artinya semakin matang psikologi seseorang, semakin baik pula adaptasi terhadap kecemasan. (Feist, 2009). Semakin tua semakin banyak seseorang mendapatkan pengalaman sehingga semakin baik pula pengetahuannya. (Notoatmodjo, 2007). 2) Jenis Kelamin Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, dari 42 responden 23 responden adalah perempuan, hasil penelitian juga menunjukkan perempuan lebih banyak mengalami tingkat kecemasan dibandingkam dengan laki-laki. Pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dan laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih dibandingkan dengan perempuan. (Sunaryo, 2004). Gannguan kecemasan merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami wanita dari pada pria (Varcoralis, 2000). Kecemasan dapat dialami oleh setiap individu, pasien yang akan menjalani operasi dan masuk ke kamar operasi akan mengalami cemas. Jumlah wanita yang mengalami gangguan kecemasan dua kali lipat dari pada pria (Copel, 2007). 27

3) Pendidikan Sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SMA, dari 42 responden, 17 responden berpendidikan SMA, hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makan semakin berkurang tingkat kecemasannya. Pendidikan adalah usaha manusia untuk menentukan dan mengembangkan potensipontensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan (Istiari, 2000). Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan dan mencerna informasi secara lebih mudah. Akhirnya pemahaman suatu perubahan kondisi akan lebih mudah dipahami dan diinternalisasi (Hidayat, 2008). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki respon adaptasi yang lebih baik karena respon yang diberikan lebih rasional dan juga memengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus. (Feist,2009). 4). Pengetahuan Sebagian besar responden berpengetahuan baik, hasil penelitian menunjukkan dari 42 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 29 responden, Pengetahuan seseorang biasanya diperolah dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertantu dapat menghasilakn pengetahuan dan keterampilan. (Hidayat, 2008). Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang diketahui seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo,2007). 5). Tingkat Kecemasan Sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan ringan dan sedang, hasil penelitian menunjukkan dari 42 responden yang memiliki kecemasan ringan 16 responden dan kecemasan sedang 14 responden, Kecemasan ialah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan miaslnya seorang pasien yangbingin sembuh dari penyakitnya denagn menjalani operasi, maka dari hasil tersebut akan memicu timbulnya kecemasan (Stuart, 2006). Kecemasan timbul akibat reaksi pasikologis individu, kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan, akibat stimulus tang berlebihan sehingga melampaui kemampuan untuk menanganinya (Kusumawati, 2010). Hasil penelitian menunjukan pengetahuan atau informasi yang diberikan sebelum dilakuakn operasi dapat mengalami penurunan tingkat kecemasan seseorang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dimi Pipi Marianti (2011) Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak Di Poli Klinik Mata Rumah Sakit Islam Siti Khodijah, yang menyimpulakan pendidikan kesehatan dapat menurutkan tingkat kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pada pasien pre operasi fraktur. Salah satu penatalaksanaan katarak adalah operasi atau pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Tindakan pembedahan atau operasi seringkali menimbulkan kecemasan. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. 28

Kecemasan klien timbul dari rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya, serta obyek yang tidak spesifik. Kecemasan tersebut dimanifestasikan secara langsung melalui perubahan fisiologis seperti (gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, nyeri abdomen, sesak nafas) dan secara perubahan perilaku seperti (gelisah, bicara cepat, reaksi terkejut) dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan kecemasan (Stuart, 2006). Salah satu tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental dari klien. Persiapan mental tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan (Health education). Kemampuan perawatan untuk mendengarkan secara aktif untuk pesan baik verbal dan nonverbal sangat penting untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan pre operasi dapat menbantu klien dan keluarga mengidentifikasi kekhawatiran yang dirasakan. Perawat kemudian dapat merencanakan intervensi keperawatan dan perawatan suportif untuk mengurangi tingkat kecemasan klien. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang baik. Sehingga, pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007). SIMPULAN Responden yang tidak memiliki kecemasan dengan berpengetahuan baik ada 2 orang (4,8%), responden yang memiliki kecemasan ringan dengan pengetahuan baik ada 15 orang (35,7%), responden yang memiliki kecemasan sedang dengan pengetahuan baik ada 10 orang (23,8%), responden yang memiliki kecemasan berat dengan pengetahuan baik ada 2 orang (4,8%), dan responden yang memiliki kecemasan sedang dengan pengetahuan kurang ada 6 orang (14,3%), responden yang memiliki kecemasan berat dengan pengetahuan kurang ada 7 orang (16,7%). Dan dari hasil uji chi-square melalui uji diperoleh nilai α sebesar 0,001 yaitu lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan klien pre operasi katarak SARAN 1. Profesi keperawatan diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan pemahaman keperawatan tentang mengatasi kecemasan pada klien pre operasi katarak. 2. Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Manado diharapkan sebelum melakukan operasi pada klien sebaginya berikan informasi yang dapat mengurangi tingkat kecemasan klien DAFTAR PUSTAKA Ady, N. 2011, katarak, Acessed From : http://www.scribd.com/doc/779903 7 /KTI, Diakses 25 Februari 2013 Asmadi, 2008, Kebuthan dasar manusia, Salemba Medika, Jakarta Copel, L. 2007. Psychiatric and Mental Health Care, http//www.books.google.co.id, Diakses 25 Juni 2014. Dimi Pipi Marianti, 2011, Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak, http://wwwdimiluph.blogspot.com/, Diakses 15 Agustus 2014 Feist, Jess, 2009, Kepribadian Buku 2, Salemba Humanika, Jakarta Fitri, Fausiah, 2005, Psikologi abnormal Klinik dewasa, UI-Press, Jakarta Hawari, Dadang. 2008, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, FKUI Jakarta 29

Hidayat, A. Azis Alimul. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Salemba Medika, Jakarta Ilyas, Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Istiari, 2000, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Kusumawati,F., Hartono, H. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta Stuart, Gail W, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta Suyanto, 2011, Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Nuha Medika, Yogyakarta Suzanne & Brenda, 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC, Jakarta Varcarolis. 2000. Manual Of Psychiatric Nursing Care Planning: Assessment Guides, Diagnoses, and Psychopharmacology, http//www.books.google.co.id, Diakses 25 Juni 2014. Wijayana Nana. 2005. Ilmu penyakit mata. Abadi Tegal, Jakara 30

31