PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DAN FREKUENSI BIOFERTILIZER TERHADAP PRODUKTIVITAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Februari 2012 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

Ainun Masfufah, Agus Supriyanto, Tini Surtiningsih Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Teknologi Universitas Airlangga dan di rumah kaca (green haouse) UPT

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

PENGARUH VARIASI DOSIS DAN FREKUENSI PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN. 1. Pertambahan tinggi tanaman kacang hijau (Vigna radiata) Jenis Perlakuan

LAMPIRAN. Jumlah mikroba (CFU/ml) penyusun pupuk hayati (Biofertilizer) pada media selektif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di areal persawahan dusun Mojorejo

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

Sunali Agus Eko Purnomo*, Agus Supriyanto, Hery Purnobasuki Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya 60115

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan

THE EFFECTIVENESS OF BIOFERTILIZER ON PLANT GROWTH SOYBEAN EDAMAME (Glycin max)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK HAYATI (Bio organic fertilizer) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)

PENGARUH PEMBERIAN BIOFERTILIZER DAN JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

Oleh: Norma Rahmawati Dosen Pembimbing: Tutik Nurhidayati, S.Si.,M.Si.

I. METODE PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR TANGGAL I. METODE PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI Azolla pinnata TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.))

Soilrens, Volume 14 No.2 Tahun 2016

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O,

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Diah Sudiarti 1) Haning Hasbiyati 2) Universitas Islam Jember

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA

ABSTRACT. Key words: Green beans (Vigna radiate L), biofertilizer dilution 1:10, Growth, productivity.

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. Lampiran : Uji ANAVA jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PH-E TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

LAMPIRAN. A. Penanaman (Trapping) Kedelai Pada Tanah Gambut. Pengambilan sampel tanah gambut. Penanaman Kedelai. Pemanenan kedelai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DAN FREKUENSI BIOFERTILIZER TERHADAP PRODUKTIVITAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) Riza Anggriani*, Tini Surtiningsih, Salamun Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya 6115 *Email: anggrianiriza.ra@gmail.com ABSTRACT This study is conducted to find out the impact of dosage, frequency, and the combination of dosage and frequency biofertilizer on growth and yield of Phaseolus vulgaris L., and the value of RAE (Relative Agronomic Effectiveness). Biofertilizer on this study consisted of three group of microbes, these are nitrogen fixing microbes (Azospirillum, Azotobacter, Rhizobium), phospat solving microbes (B. megaterium, B. licheniformis, P. fluorescens, P. putida), and organic degradationer microbes (S. cereviceae, L. plantarum, Cellulomonas). This study was experimentally research by using 5 x 3 factorial design with 15 treatments. It consisted of negative control is group of plant without biofertilizer, positive control by giving NPK 5 gram/plant, biofertilizer 5 ml, 1 ml, and 15 ml, with the frequent once, twice, and three times. Each treatment consisted of 4 replicates. The plant yield include of pod weight and pod amount. The data result was analyzed using two way ANOVA and to be continued by Duncan test at 5% level. The results showed that variation dosage of biofertilizer influenced to increase the yield of plant with the best dosage of biofertilizer is 15 ml on the pod length (27,92 ± 1,32 gram/plant) and pod amount (1,25 ± 2,83 pod/plant). The frequency of biofertilizer influenced to increase the pod ammount by using the best frequency is three times, but the combination of dosage and frequency not influenced the yield of plant. The best RAE value (33 %) also influenced by 15 ml biofertilizer with three times of frequency. Keywords : biofertilizer, Phaseolus vulgaris L., and yield

PENDAHULUAN Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan kelompok tanaman Legum (kacang-kacangan) yang berasal dari Amerika dan merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah dikembangkan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Dibandingkan tanaman kacang-kacangan lainnya, buncis memiliki kadar karbohidrat yang tertinggi, kadar protein yang setara kacang hijau, kadar lemak yang jauh lebih rendah dibandingkan kacang kedelai dan kacang tanah, serta memiliki kadar serat yang setara dengan kacang hijau, kedelai dan kacang tanah. Kadar serat pada kacang buncis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman padi, jagung, dan gandum (Astawan, 29). Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (213), pada tahun 29 produksi buncis di Jawa mencapai 8,57 ton/ha. Kemudian pada tahun 21 produksi buncis mengalami penurunan menjadi 8,21 ton/ha. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 211 yang mengalami penurunan menjadi 7,57 ton/ha. Hingga pada tahun 212 produksi buncis mengalami penurunan yang signifikan menjadi 6,15 ton/ha. Bentuk usaha untuk meningkatkan produksi pertanian seperti tanaman buncis adalah tidak terlepas dari peranan pupuk sebagai bahan penyubur (Ismawati, 23). Penggunaan pupuk kimia sintetis yang tidak terkendali menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas kesuburan biologis, fisik, dan kimia tanah. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian Indonesia, sehingga produktivitas lahan semakin turun. Selain itu, residu pupuk kimia sintetis merupakan salah satu penyebab utama mengerasnya tanah pertanian. Keadaan ini banyak terjadi di sentra pertanian terutama di Pulau Jawa. Residu pupuk kimia sintetis di dalam tanah ini mengakibatkan terhambatnya proses dekomposisi secara alami oleh mikroba tanah. Hal ini dikarenakan sifat bahan kimia anorganik yang lebih sukar terurai daripada bahan organik (Istiqomah, 213) Solusi yang ditawarkan untuk kendala yang timbul adalah dengan penggunaan biofertilizer yang lebih ramah lingkungan secara ekologis dan lebih murah secara ekonomis dengan perlakuan dosis dan yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal. Biofertilizer merupakan kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah (Simanungkalit et al., 26). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai penentuan dosis dan biofertilizer yang optimal terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) karena biofertilizer merupakan salah satu solusi aplikatif dalam pemupukan tanaman tanpa

merusak lingkungan. Biofertilizer dalam penelitian ini mengandung berbagai mikroba yaitu mikroba pemfiksasi nitrogen (Azospirillum sp., Azotobacter sp., Rhizobium sp.), mikroba pelarut fosfat dan penyedia fitohormon (Bacillus megaterium, Bacillus licheniformis, Pseudomonas flourescens, Pseudomonas putida), mikroba pendegradasi bahan organik Lactobacillus plantarum dan Cellulomonas sp. Serta dari golongan yeast digunakan Saccharomyces cereviceae yang berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan mikroba dalam tanah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan di lahan pekarangan peneliti di desa Purwodadi kabupaten Kediri pada bulan Februari-Juni 216. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas: Peremajaan dan Inokulasi mikroba Peremajaan isolat mikroba pada media slant agar yang dilakukan dengan menginokulasikan satu ose biakan mikroba dari kultur murni ke dalam media slant agar NA secara aseptik dengan metode streak yang dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Selanjutnya melakukan inokulasi mikroba dengan memasukkan satu ose biakan mikroba dari slant agar kedalam media NB + glukosa 1% 15 ml dan semua inokulum mikroba diinkubasi dalam suhu ruang selama 48 jam. Pengukuran Kekeruhan dan TPC (Total Plate Count) Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan cara mengambil masing-masing 4 ml kultur mikroba dari media NB + glukosa 1% dan dimasukkan ke dalam tabung cuvet. Nilai OD diukur pada panjang gelombang 6 nm. Setelah itu dilakukan perhitungan TPC dengan langkah awal yaitu melakukan pengenceran dengan cara 1 ml inokulum mikroba dimasukkan ke dalam 9 ml akuades steril yang kemudian disebut pengenceran ke 1-2. Kemudian 1 ml mikroba dari tabung pengenceran 1-2 dimasukkan ke dalam 9 ml akuades steril yang kemudian disebut pengenceran ke 1-3. Begitu seterusnya sampai pengenceran 1-8, 1-9, 1-1. Setelah itu dilanjutkan dengan pencawanan untuk penghitungan jumlah koloni mikroba menggunakan metode pour plate dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah 24 jam, koloni mikroba yang tumbuh diamati dan dihitung menggunakan colony counter (Galaxy 23). Jumlah koloni yang memenuhi syarat penghitungan mikroba adalah 3-3 koloni.

Pembuatan biofertilizer Pembuatan biofertilizer dilakukan dengan cara molase 45 ml dilarutkan ke dalam akuades hingga volume menjadi 15 ml. Kemudian dituang ke dalam 1 botol ukur masing-masing sebanyak 15 ml dan disterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Kemudian mencampurkan 15 ml inokulum mikroba dengan molase 3% sebanyak 15 ml sehingga volume total menjadi 3 ml. Dari semua campuran tersebut dimasukkan ke dalam jirigen sehingga volume menjadi 3 ml kemudian dihomogenkan dan diinkubasi selama 48 jam dalam suhu ruang. Tahap Perlakuan Volume media tanam yang digunakan sebanyak 4 kg tiap polybag. Penanaman dilakukan dengan menanam dua biji tiap polybag dengan kedalaman 5 cm dan jarak antar polybag 3 cm x 3 cm. Apabila kedua biji tersebut tumbuh, maka salah satu dari kedua biji yang tumbuh perlu dibenamkan ke dalam tanah agar jumlah tanaman dalam polybag seragam. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode Rancangan Faktorial 5 x 3 (5 perlakuan dosis dengan 3 pemberian). Dosis yang diberikan terdiri atas 5 perlakuan yaitu NPK 5 gram/tanaman, biofertilizer ml, 5 ml, 1 ml, dan 15 ml dengan pemberian yang berbeda yaitu 1 kali (7 hari setelah tanam), 2 kali (7 hari setelah tanam dan 21 hari setelah tanam), dan 3 kali (7 hari setelah tanam, 21 hari setelah tanam, dan 3 hari setelah tanam). Analisis Data Data dianalisis secara statistik yaitu meliputi uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas menggunakan Levene Test. Data yang normal dan homogen dianalisis mengggunakan ANOVA dua arah (Two Way Analysis of Varians). Dalam hal ini, derajat signifikasi yang digunakan adalah 5%. Hasil data yang memiliki pengaruh, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk membandingkan hasil antar perlakuan. Sedangkan hasil data yang normal dan tidak homogen diuji dengan menggunakan uji Brown-Forsyithe untuk kemudian hasil data yang memiliki pengaruh dilanjutkan dengan uji Games Howell. Penghitungan Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) Menurut Permentan (211), nilai Relative Agronomic Effectiveness dapat dihitung dengan rumus dibawah ini. RAE = Keterangan : B B (B ) B + (B ) x1% = Hasil tanaman yang diberi biofertilizer

Rata-rata Jumlah polong Rata-rata Berat polong (gram) B - = Hasil tanaman tanpa diberi biofertilizer B + = Hasil tanaman yang diberi pupuk NPK jika nilai RAE lebih dari atau sama dengan 1%, maka penggunaan biofertilizer tersebut efektif. Jika nilai RAE kurang dari 1%, maka penggunaan biofertilizer tersebut tidak efektif (Permentan, 211). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Rata-rata produktivitas berdasarkan pengaruh dosis Perlakuan Jumlah polong Berat polong (gram) B - 6,33 ± 3,57a 11,83 ± 7,87a B + 7,33 ± 2,15 ab 12,58 ± 1,45a B5 7,75 ± 4,11abc 18,25 ± 15,73a B1 1, ± 3,54bc 16,33 ± 8,a B15 1,25 ± 2,83c 27,92 ± 1,32b Keterangan: B - (tanpa biofertilizer); B + (NPK 5 gram/tanaman); B5, B1, B15 (biofertilizer 5 ml, 1 ml, 15 ml) *Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 5%. Huruf yang berbeda menunjukkan terdapat beda nyata antar perlakuan. *Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai rata-rata tertinggi 16 14 12 1 8 6 4 2 abc bc c a ab B- B+ B5 B1 B15 5 4 3 2 1 b a a a a B- B+ B5 B1 B15 Perlakuan dosis Perlakuan dosis Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, dosis biofertilizer berpengaruh terhadap produktivitas tanaman buncis. Data pengaruh dosis terhadap produktivitas tanaman buncis diuji statistik yang diawali dengan uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan bahwa semua data parameter pertumbuhan berdistribusi normal. Berdasarkan uji Levene s Test, semua data produktivitas yang meliputi jumlah polong dan berat polong memiliki hasil yang sama yaitu varians yang homogen dan hasil uji anova menunjukkan hasil yang signifikan karena p,5, Sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan yang

menunjukkan bahwa pemberian dosis berpengaruh terhadap jumlah polong dan berat polong dengan bosis terbaik yaitu 15 ml. Hubungan antara produksi suatu tanaman erat kaitannya dengan istilah produktivitas. Bila ditinjau dari parameter jumlah polong dan berat polong menunjukkan hasil bahwa dosis terbaik adalah biofertilizer 15 ml, yaitu 1,25 ± 2,83 polong/tanaman dan 27,92 ± 1,32 gram/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa dosis tersebut optimum untuk peningkatan jumlah dan berat polong, sehingga ukuran polong pada perlakuan ini lebih besar dari pada perlakuan yang lain dan menyebabkan berat yang juga lebih besar dari perlakuan lain. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chusnia (212), yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati (biofertilizer) sebanyak 15 ml/tanaman juga mampu meningkatkan jumlah polong dan berat polong tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada polybag yaitu 1, ± 7,94 polong/tanaman dan,82 ±,5 gram/tanaman. Berdasarkan uji statistik dikatakan bahwa dosis berpengaruh terhadap jumlah dan berat polong. Hal ini menunjukan bahwa pemberian biofertilizer pada dosis yang berbeda, menunjukan respon tanaman yang berbeda pula. Hal ini dapat disebabkan karena pada biofertilizer yang digunakan terdapat mikroba. Mikroba-mikroba tersebut memanfaatkan bahan organik sebagai sumber nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Menurut Simanungkalit (26), keberadaan mikroba pelarut fosfat berkaitan dengan banyaknya jumlah bahan organik yang mempengaruhi mikroba. Kompos pada media tanam merupakan bahan organik yang dimanfaatkan mikroba. Dengan demikian mikroba dapat membantu melarutkan fosfat untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman buncis, sehingga dosis yang diberikan berpengaruh terhadap hasil jumlah dan berat polong. Tabel 4.2 Rata-rata produktivitas berdasarkan pengaruh Perlakuan Jumlah polong Berat polong (gram) F1 9,1 ± 3,94 b 19,7 ± 15,3 F2 6,7 ± 2,73 a 15,5 ± 9,13 F3 9,2 ± 3,46 b 17,4 ± 11,21 Keterangan: B - (tanpa biofertilizer); B + (NPK 5 gram/tanaman); B5, B1, B15 (biofertilizer 5 ml, 1 ml, 15 ml) *Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 5%. Huruf yang berbeda menunjukkan terdapat beda nyata antar perlakuan. *Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai rata-rata tertinggi Data pengaruh terhadap produktivitas tanaman buncis diuji statistik yang diawali dengan uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan bahwa semua data parameter pertumbuhan berdistribusi normal. Berdasarkan uji Levene s Test, semua data produktivitas yang

Rata-rata Jumlah polong Rata-rata Berat polong (gram) meliputi jumlah polong dan berat polong memiliki varians yang homogen. Hasil uji anova pada jumlah polong menunjukkan hasil yang signifikan karena p,5, Sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan yang menunjukkan bahwa pemberian berpengaruh terhadap jumlah polong. Sedangkan hasil uji anova pada berat polong menunjukkan hasil yang tidak signifikan karena p,5. Sehingga pemberian tidak berpengaruh terhadap berat polong. 14 12 1 8 6 4 2 b a b 4 35 3 25 2 15 1 5 1x 2x 3x 1x 2x 3x Perlakuan Perlakuan Berdasarkan hasil statistik penelitian menunjukkan bahwa pemberian biofertilizer hanya berpengaruh pada jumlah polong yaitu pada 3 kali dengan hasil 9,2 ± 3,46 polong/tanaman, sedangkan pada parameter pertumbuhan tidak berpengaruh. Hal ini disebakan karena tidak berbeda nyatanya hasil yang ditunjukan oleh pengaruh dosis biofertilizer terhadap parameter pertumbuhan dan berat polong. Keberhasilan inokulasi biofertilizer dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan mutu inokulum. Persyaratan inokulum mikroba adalah apabila populasi mikroba berkisar antara 1 6-1 9 sel setiap gram atau setiap ml (Suriadikarta et al, 24). Berdasarkan tabel 4.3 hasil kombinasi dosis dan terbaik pada produktivitas yaitu jumlah dan berat polong terdapat pada perlakuan B15F3 (11,25 ± 4,11 polong/tanaman) dan (32,75 ± 8,84 gram/tanaman). Menurut Adisarwanto (25), bahwa jumlah nitrogen yang diserap tanaman melalui tanah pada awalnya tertimbun pada bagian batang dan daun. Setelah terbentuk polong, nitrogen selanjutnya dihimpun didalam kulit polong, semakin tua polong maka sebagian besar nitrogen (8-85 %) diserap ke dalam biji. Semakin tinggi unsur P dalam tanah maka semakin tinggi pula unsur hara N tersedia dalam tanah, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman dan akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan generatifnya.

B-F1 B-F2 B-F3 B+F1 B+F2 B+F3 B5F1 B5F2 B5F3 B1F1 B1F2 B1F3 B15F1 B15F2 B15F3 B-F1 B-F2 B-F3 B+F1 B+F2 B+F3 B5F1 B5F2 B5F3 B1F1 B1F2 B1F3 B15F1 B15F2 B15F3 Rata-rata Jumlah polong Rata-rata Berat polong (gram) Tabel 4.3 Rata-rata pertumbuhan akhir panen berdasarkan pengaruh kombinasi dosis dan Perlakuan Jumlah polong Berat polong (gram) B - F1 6, ± 4,97 16,75 ± 12,5 B - F2 6,3 ± 2,94 1, ± 3,56 B - F3 7, ± 3,56 8,75 ± 2,99 B + F1 8,75 ± 2,22 19,75 ± 16,9 B + F2 6,2 ±,82 1, ± 5,71 B + F3 7,5 ± 2,5 8, ± 1,82 B5F1 9,5 ± 5,8 17, ± 13,34 B5F2 4,5 ± 1, 13, ± 6,5 B5F3 9,25 ± 5,8 17,75 ± 7,85 B1F1 1,25 ± 2,99 15, ± 5,3 B1F2 7,5 ± 3,7 14,25 ± 9,3 B1F3 1,25 ± 3,3 19,75 ± 1,21 B15F1 1, ± 2,45 23, ± 13,49 B15F2 9,5 ± 2,8 28, ± 8,16 B15F3 11,25 ± 4,11 32,75 ± 8,84 Keterangan: B - (tanpa biofertilizer); B + (NPK 5 gram/tanaman); B5, B1, B15 (biofertilizer 5 ml, 1 ml, 15 ml); F1, F2, F3 ( 1 kali, 2 kali, 3 kali). *Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 5%. Huruf yang berbeda menunjukkan terdapat beda nyata antar perlakuan. *Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai rata-rata tertinggi 18 16 14 12 1 8 6 4 2 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Perlakuan kombinasi dosis dan Perlakuan kombinasi dosis dan Hasil kombinasi dosis dan terbaik pada produktivitas yaitu jumlah dan berat polong terdapat pada perlakuan B15F3 (11,25 ± 4,11 polong/tanaman) dan (32,75 ± 8,84 gram/tanaman). Menurut Adisarwanto (25), bahwa jumlah nitrogen yang diserap tanaman melalui tanah pada awalnya tertimbun pada bagian batang dan

daun. Setelah terbentuk polong, nitrogen selanjutnya dihimpun didalam kulit polong, semakin tua polong maka sebagian besar nitrogen (8-85 %) diserap ke dalam biji. Semakin tinggi unsur P dalam tanah maka semakin tinggi pula unsur hara N tersedia dalam tanah, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman dan akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan generatifnya. Tabel 4.4 Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) dari pemberian kombinasi dosis dan biofertilizer Perlakuan Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) (%) B5F1 8,33 B5F2 15 B5F3 13 B1F1 58,3 B1F2 212,5 B1F3 1566,6 B15F1 28,3 B15F2 1 B15F3 33 Keterangan: B - (tanpa biofertilizer); B + (NPK 5 gram/tanaman); B5, B1, B15 (biofertilizer 5 ml, 1 ml, 15 ml); F1, F2, F3 ( 1 kali, 2 kali, 3 kali). *Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai RAE tertinggi Menurut Saraswati (27), keefektifan pupuk hayati (biofertilizer) didasarkan pada peningkatan pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif (tinggi dan biomassa tanaman), hasil panen atau kualitas yang dibandingkan dengan perlakuan lain berdasarkan hasil analisis RAE (Relative Agronomic Effectiveness). Berbagai jenis mikroba mempunyai fungsi dan keefektifan yang berbeda. Penilaian keefektifan biofertilizer lebih ditekankan pada aspek teknis agronomis. Pada penelitian ini, nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan B15F3 yaitu 33%. Beberapa penelitian terkait mengenai pemberian biofertilizer juga menghasilkan nilai RAE tertinggi antara lain nilai RAE dengan pemberian pupuk hayati 15 ml terhadap tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) adalah 347,37 % (Chusnia, 212) dan pada penelitian lain yaitu mengenai pemberian biofertilizer terhadap tanaman bawang merah (Allium cepa) memiliki nilai RAE tertinggi pada dosis 2 ml yaitu 217,1 % (Jaya, 215). KESIMPULAN 1. Pemberian variasi dosis biofertilizer berpengaruh terhadap produktivitas buncis (Phaseolus vulgaris L.). Dosis terbaik terdapat pada biofertilizer 15 ml dengan

hasil jumlah polong adalah 1,25 ± 2,83 polong/tanaman, dan berat polong 27,92 ± 1,32 gram/tanaman. 2. Pemberian variasi biofertilizer berpengaruh terhadap produktivitas buncis (Phaseolus vulgaris L.). Frekuensi terbaik terdapat pada pemberian tiga kali dengan hasil jumlah polong (9,2 ± 3,46 polong/tanaman), 3. Kombinasi dosis dan biofertilizer tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. 4. Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) dari pemberian kombinasi dosis dan biofertilizer terhadap produktivitas tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah 33% pada perlakuan dosis biofertilizer 15 ml dengan pemberian tiga kali. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto. 25. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta Astawan, M. 29. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya. Jakarta. Chusnia, W. 212. Kajian aplikasi pupuk hayati dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) pada polybag. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan. 213. Produksi Buncis. www.diperta.jabarprov.go.id. 2 November 215 Ismawati, E. 23. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta Istiqomah, B.A. 213. Kajian preparasi dan kondisi optimum ekstraksi bionutrien berbasis tanaman. Laporan Penelitian. Universitas Pendidikan Indonesia Jaya, D.K. 215. Pengaruh variasi konsentrasi biofertilizer dan bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium cepa). Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Permentan. 211. Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 7/Permentan/SR.14/1/211. Jakarta Rubatzky,V.E dan Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi, diterjemahkan oleh Catur Herison. ITB. Bandung. Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., dan Hartatik, W. 26. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor Suriadikarta, Setyorini D., dan Hartatik W. 24. Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian