ANALISIS PROSES BERPIKIR DALAM PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI APLIKASI OPERASI HITUNG MATEMATIKA DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah dengan Pemberian Scaffolding

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

THINKING PROCESS OF STUDENTS IN UNDERSTANDING INTEGERS BY GIVING SCAFFOLDING TO CLASS VI AT SD INPRES PERUMNAS ANTANG I

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI RECIPROCAL TEACHING

DESKRIPSI ASIMILASI DAN AKOMODASI MAHASISWA BERKEMAMPUAN SEDANG DALAM BELAJAR ELLIPS, HIPERBOLA, DAN PARABOLA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

Scaffolding dalam Menyelesaikan Permasalahan KPK dan FPB

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL PROSEDURAL BENTUK PANGKAT BULAT DAN SCAFFOLDING

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VIII SMPN 2 BLITAR DALAM PEMECAHAN MASALAH HIMPUNAN DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract)

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA SD KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PERMAINAN TRAD ISIONAL

KEMAMPUAN MENDENGARKAN LAGU BERBAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS X SMA ISLAMIC CENTRE DEMAK PADA TAHUN AJARAN 2006/2007

Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CORE

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRACT

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

Dewan Redaksi. Forum Didaktik. Penanggung Jawab Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M. Pd. Redaktur Ade Maftuh, M. Pd.

Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok Bahasan Vektor

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

PENELUSURAN KESALAHAN SISWA DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 GORONTALO PADA MATERI ALJABAR

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS

Proses Scaffolding Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear dengan Menggunakan Mapping Mathematic

PROFIL PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA MELALUI COLLABORATIVE ANALYSIS OF SAMPLE STUDENT RESPONSES

KOMPETENSI STRATEGIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PROGRAM LINIER DI SMK-SMTI PONTIANAK

PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. kecil, manusia telah mengenal matematika dalam bentuk yang paling

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika materi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IX-G DI SMP NEGERI 3 CIMAHI DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PADA MATERI LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN SCAFOLDING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP INTEGRAL MAHASISWA. Satrio Wicaksono Sudarman 1), Nego Linuhung 2)

ANALISIS KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

PEMAHAMAN RELASIONAL MAHASISWA STKIP PGRI SIDOARJO DALAM GEOMETRI LUKIS

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

By SRI SISWANTI NIM

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

IG.A.K. Wardani (2009: 10.7), yang menyatakan bahwa: Pemerintah telah berupaya keras meningkatkan profesionalitas

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERTANYAAN PADA MATERI BIOLOGI

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALISIS PROSES BERPIKIR DALAM PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING PGSD FKIP, Universitas Perjuangan Tasikmalaya geri.syahril.unper@gmail.com Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keunikan hasil jawaban siswa SD ketika diberikan soal mengenai materi operasi hitung campuran bilangan buat. Jawaban tersebut, menggambarkan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang proses berpikir siswa, kesulitan dan scaffolding yang diberikan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh data digunakan lembar tugas yang diberikan kepada seluruh siswa untuk mengetahui proses berpikir sebelum mendapatkan scaffolding. Kemudian dipilih dua orang siswa yang kemampuan matematikanya baik, dua orang siswa yang kemampuan matematikanya sedang, dan dua orang siswa yang kemampuan matematikanya rendah. Subjek yang terpilih diberikan wawancara klinis dan scaffolding untuk melihat proses berpikirnya. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa proses berpikir diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu proses berpikir instrumental dan proses berpikir relasional instrumental. Proses berpikir relasional instrumental terdiri dari empat bagian, yaitu (1) relasional kuat instrumental kuat, (2) relasional kuat instrumental lemah, (3) relasional lemah instrumental kuat, (4) relasional lemah instrumental lemah. Dengan dasar temuan pada penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru untuk menggunakan teknik scaffolding dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami permasalahan dan guru perlu memperhatikan pemahaman siswa terhadap penguasaan konsep matematika dengan memberikan analogi cerita nyata yang dekat dengan lingkungan siswa terkait materi yang dipelajari. Kata Kunci : Proses Berpikir, Pemahaman Matematis, Pemberian Scaffolding Abstract. This research examined the thinking process of students before and when getting scaffolding at one of the elementary schools. The purpose of this study was to obtain information about the students thinking process, difficulties and scaffolding. This research is a descriptive qualitative. It aims to describe the thinking process of mathematical understanding of elementary school students. Assignment was taken to obtain the data. It was given to all students to know the thinking prrocess before getting the scaffolding. Then six students were choosen. Each two students were clasified by their abilities; high, medium and low. The choosen subjects were interviewd clinically to determine their thinking process. Besd on those data, thinking process is clasified into two types, namely the instrumental and relational instrumental thinking process. Intrumental relational thinking process consists of four part, they are (1) strong relational and instrumental, (2) strong relational weak instrumental, (3) strong instrumental weak relational, (4) weak relational and instrumental. Based on the findingdings of this research, reserchers suggest the teacher to use scaffolding technique in assistings their students who have obstacles on comprehending problem. Teacher are supposed to give more attention to students comprehension to ward the mastery of mathematical concept by delivering the analogy of real story which related to the given material. Keywords : Thinking Process, Mathematical Understanding, Scaffolding Giving 192

A. Pendahuluan Operasi hitung campuran mampu melakukan perhitungan saja bilangan bulat merupakan salah satu melainkan siswa tidak memahami kompetensi bagi siswa kelas V. permasalahan. Kompetensi tersebut sebagaimana Memahami konsep matematika diamanatkan dalam Standar Isi Sekolah merupakan salah satu tujuan Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) diajarkannya matematika. Depdiknas tentang standar kompetensi yaitu (2006) menyebutkan bahwa salah satu melakukan operasi hitung campuran tujuan diajarkannya matematika adalah bilangan bulat dalam pemahaman memahami konsep matematika, matematik dan kompetensi dasar yaitu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan melakukan operasi hitung campuran mengaplikasikan konsep atau algoritma bilangan bulat (Depdiknas, 2006). secara luwes, akurat, efisien, dan tepat Untuk itu materi ini harus dikuasai dalam pemecahan masalah. Namun masih dengan baik oleh siswa, karena materi banyak siswa yang mengalami kesulitan ini akan menunjang materi-materi dalam memahami masalah matematika saat selanjutnya. belajar. Dapat disadari bersama bahwa Dalam proses pembelajaran, sejauh ini siswa masih banyak munculnya kesulitan untuk memahami mengalami kesulitan dalam suatu konsep merupakan hal yang pembelajaran materi operasi bilangan wajar. Ini menggambarkan bahwa bulat. Soekisno (2002, hlm. 3) siswa sedang melakukan proses menyatakan bahwa soal-soal yang berpikir. Mereka berusaha untuk berkaitan dengan bilangan tidaklah mengintegrasikan informasi baru ke begitu menyulitkan siswa, namun soalsoal dalam struktur kognitif yang telah yang menggunakan kalimat, dimilikinya. Marpaung (1986, hal. 6 ) sangat menyulitkan bagi siswa yang mengatakan proses berpikir adalah kurang memiliki kemampuan dalam proses yang dimulai dari penemuan berhitung. Kesulitan-kesulitan yang informasi (dari luar atau diri siswa), dihadapi siswa bukan disebabkan tidak pengolahan, penyimpanan dan 193

memanggil kembali informasi itu dari ingatan siswa. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Pada kenyataanya justru guru tidak menyadari bahwa kesulitankesulitan yang dihadapi siswa didiknya itu disebabkan oleh kurangnya perhatian, pemahaman dan peran guru di dalam proses pembelajaran. Selain itu, tidak jarang bantuan atau intervensi yang diberikan guru pun kurang memperhatikan letak kesulitan siswa. Terkadang guru justru memberikan bantuan di saat siswa juga mampu, jelas hal ini akan membuat siswa merasa terganggu. Sedangkan di saat justru diabaikan. Salah satu teori yang membahas mengenai tingkat kesulitan siswa serta konsep pemberian bantuan adalah teori kontruktivisme Vygotsky. Shabani, Khatib dan Ebadi (2010, hal. 237) menjelaskan setidaknya ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam penerapan teori Vigotsky, yaitu pembelajaran harus prospektif dan kolaboratif. Prospektif artinya potensi siswa harus dapat meningkat di pertemuan selanjutnya. Kolaboratif artinya terdapat interaksi siswa dengan lingkungan. Siswa mendapat bantuan dari guru atau teman sebaya yang lebih mampu. Peran guru atau teman sebaya tidak memberikan isyarat terstruktur untuk memfasilitasi kinerja siswa, tetapi melalui pembicaraan, penjajakan dan media sosial lainnya yang membantu peserta didik dalam mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Vygotsky menyebut bantuan yang demikian ini dengan dukungan dinamis atau Scaffolding. Sebenarnya pemberian Scaffolding oleh guru sudah banyak dilakukan saat pembelajaran. Namun praktek pemberian Scaffolding yang siswa merasa memerlukan bantuan telah dilakukan tidak terencana, 194

sehingga tidak diperoleh suatu gambaran mengenai pola pikir siswa ketika memperoleh Scaffolding selama pembelajaran berlangsung. Gambaran mengenai pola pikir siswa ini seharusnya dicermati dan selanjutnya dapat dipakai sebagai salah satu bahan acuan untuk melakukan perbaikan perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran tentang proses berpikir, kesulitan dan scaffolding yang diberikan dalam pemahaman matematis siswa sekolah dasar pada materi operasi hitung campuran bilangan bulat. B. Metodologi Penelitian Penelitian ini mendeskripsikan dalam pemahaman matematis dengan tahapan proses berpikir siswa dalam pemberian scaffolding. menyelesaikan suatu masalah Aktivitas ini diharapkan dapat matematika dengan pemberian mengungkap pokok permasalahan scaffolding oleh peneliti. Proses mendasar yang dialami oleh siswa berpikir siswa diamati dengan ketika menyelesaikan soal matematika mencermati (mengkaji) hasil kerja yang merupakan masalah. Selanjutnya siswa dalam menyelesaikan suatu dicermati tahap-tahap proses berpikir masalah yang dihadapi. Ketika siswa siswa serta bantuan apa saja yang menemui kesulitan atau kemacetan diperlukan siswa tersebut untuk sampai dalam menyelesaikan permasalahan, pada kemampuan menyelesaikan guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dihadapinya. Data yang pernyataan untuk memberikan bantuan diperoleh dalam penelitian ini adalah (scaffolding) pada siswa, supaya siswa data verbal, oleh karenanya penelitian dapat melanjutkan penyelesaian ini termasuk penelitian kualitatif masalah yang dihadapinya. Tindakan deskriptif eksploratif. ini merupakan suatu upaya untuk Untuk mengetahui proses mengetahui proses berpikir siswa berpikir siswa dalam pemahaman matematis sebelum mendapatkan 195

bantuan dari peneliti (sebelum pemberian Scaffolding), peneliti memberikan lembar tugas. Lembar tugas yang digunakan dalam penelitian ini disusun untuk mengetahui proses berpikir siswa kelas V di salah satu SD Negeri di kecamatan Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya dalam menyelesaikan masalah sederhana terkait dengan operasi hitung campuran bilangan bulat. Permasalahan mendasar yang terkait dengan operasi hitung campuran bilangan bulat adalah siswa kesulitan memahami maksud soal, menerjemahkan dari soal cerita kedalam kalimat matematika dan kesulitan mengoperasikan operasi hitungnya. C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Proses Berpikir Dalam Pemahaman Matematik Pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat Secara rinci, proses berpikir dalam pemahaman matematis yang terjadi pada penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Proses berpikir Instrumental Proses berpikir instrumental ditandai dengan jawaban subjek yang tidak relevan dengan maksud soal. Subjek terkesan sembarang dalam menjawab dan hanya memperhatikan angka yang ada dalam soal. Proses ini terjadi pada S1 ketika mengerjakan Q3, dan Q4, terjadi pada S3 ketika mengerjakan ketika mengerjakan Q5.dan terjadi pada S6 ketika mengerjakan Q2, Q3, Q4, dan Q5 2) Proses berpikir relasional instrumental Proses berpikir relasional instrumental ditandai dengan subjek yang mencoba mencari makna soal menggunakan logika berpikirnya kemudian melanjutkan perhitungan secara algoritmik. Proses ini dapat dikategorikan menjadi: (1) Relasional kuat, instrumental kuat Proses berpikir ini ditandai dengan jawaban subjek yang relevan dengan maksud soal. Kategori ini Q1, Q2, Q4, dan Q5, terjadi pada S5 terjadi pada S1 ketika mengerjakan 196

Q2, terjadi pada S4 ketika mengerjakan Q2, Q3, dan Q5 dan terjadi pada S5 ketika mengerjakan Q2 dan Q3 (2) Relasional kuat, instrumental lemah Proses berpikir ini ditandai dengan jawaban subjek yang relevan dengan maksud soal, namun masih salah dalam melakukan operasi hitung. Secara konsep sudah sesuai, namun secara teknis pengerjaan masih lemah. Kategori ini terjadi pada S2 ketika mengerjakan Q1 dan Q2, terjadi pada S4 ketika mengerjakan Q1, dan terjadi pada S5 ketika lemah, namun secara teknis pengerjaan sudah bagus. Kategori ini terjadi pada S1 ketika mengerjakan Q1, terjadi pada S2 ketika mengerjakan Q4, terjadi pada S4 ketika mengerjakan Q4 terjadi pada S5 ketika mengerjakan Q4, dan terjadi pada S6 ketika mengerjakan Q1 (4) Relasional lemah instrumental lemah Proses berpikir ini ditandai dengan jawaban subjek yang tidak relevan dengan maksud soal dan salah dalam perhitungan, namun dalam pengerjaan masih dalam koridor materi yang dimaksudkan oleh mengerjakan Q1. soal. Kategori ini terjadi pada S1 (3) Relasional lemah instrumental ketika mengerjakan Q5, terjadi kuat pada S2 ketika mengerjakan Q3 dan Proses berpikir ini ditandai dengan Q5, dan terjadi pada S3 ketika jawaban subjek yang tidak relevan mengerjakan Q3. dengan maksud soal, namun Berdasarkan hasil penelitian yang subjek dapat melakukan telah dipaparkan, dapat di ketahui perhitungan dengan baik walaupun bahwa proses berpikir merupakan hasilnya tidak sesuai maksud soal. aktifitas kognitif subjek dalam Subjek keliru membuat model pemahaman matematis ketika matematika dari soal, tetapi subjek menyelesaikan masalah matematis dapat melakukan perhitungan yang berkaitan dengan operasi hitung menurut model matematika yang campuran bilangan bulat. Proses dibuatnya. Secara konsep masih berpikir subjek tercermin pada langkah 197

langkah kerja yang mereka tulis dalam memahami masalah matematika yang mereka hadapi, maupun ungkapan verbal yang mereka kemukakan terkait 2006). Dalam hal ini yaitu memahami maksud soal dan menghubungkannya dengan model matematika. Menurut Michener (Sumarmo, 1987, hal. 24) langkahlangkah kerja yang mereka untuk memahami suatu objek secara tuliskan. Hal ini sependapat dengan mendalam seseorang harus Herbert (dalam Siswono, 2002, hal. 46) mengetahui: 1) objek itu sendiri; 2) menyatakan bahwa Proses berpikir relasinya dengan objek lain yang dalam belajar matematika adalah sejenis; 3) relasinya dengan objek lain kegiatan mental yang ada dalam pikiran yang tidak sejenis; 4) relasi dual subjek. Karena itu untuk dengan objek lainnya yang sejenis; dan mengetahuinya hanya dapat diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan hasil yang ditulis secara terurut. Selain itu ditambah dengan wawancara mendalam mengenai cara kerjanya. 5) relasi dengan objek dalam teori lainnya. Pendapat lain disampaikan oleh Soekisno, (2002, hal. 3) yang mengatakan bahwa: Soal-soal yang berkaitan dengan 2. Kesulitan Dalam Pemahaman bilangan tidaklah begitu Matematik Pada Materi Operasi menyulitkan subjek, namun soalsoal Hitung Campuran Bilangan Bulat yang menggunakan kalimat, Pada umumnya, subjek kesulitan sangat menyulitkan bagi subjek pada tahap pemahaman soal. Kesulitan yang kurang memiliki kemampuan tersebut terjadi karena subjek kurang dalam berhitung. Kesulitankesulitan memahami bahasa, kalimat atau konsep yang dihadapi subjek matematika yang ada pada soal. Hal ini bukan disebabkan tidak mampu menunjukkan bahwa subjek belum melakukan perhitungan saja mampu menyelesaikan soal melainkan subjek tidak memahami pemahaman relasional yaitu soal yang permasalahan. Hal ini diakibatkan menunjukkan kemampuan subjek karena subjek tidak terbiasa dalam menguasai suatu konten yang dikaitkan dengan konten yang lain mengerjakan soal yang kontekstual atau soal yang dikemas dalam cerita. kemudian menyelesaikannya, (Skemp, 198

Subjek berusaha menerjemahkan secara langsung kata-kata kunci dalam soal untuk menyelesaikan masalah yang terdapat dalam soal. Tindakan yang dilakukan oleh subjek akan mengarahkan kepada jawaban yang salah. Kesalahan yang dilakukan subjek dapat terjadi diantaranya karena subjek kurang dapat memahami tentang apa yang ditanyakan dalam soal cerita, sehingga ketika menyusun rencana penyelesaian dan dilanjutkan dengan melakukan perhitungan, subjek akan melakukan kesalahan. Kesulitan subjek banyak juga terjadi pada saat melakukan operasi hitung. kesulitan-kesulitan disebabkan karena pemahaman konsep operasi hitung yang dimiliki subjek sangat lemah. Banyak subjek yang masih belum memahami maksud dari operasi hitung dasar seperti penjumlahan, pengurangan perkalian atau pembagian pada konsep bilangan bulat. Akibatnya subjek lemah dalam mengoperasikan operasi hitung tersebut. Kebanyakan subjek mengalami kesulitan pada saat melakukan operasi hitung pembagian dan operasi hitung yang memuat tanda negatif. Terlihat bahwa pemahaman yaitu kemampuan subjek dalam memahami konten tertentu secara algoritmik, belum dikuasai dengan baik oleh subjek. Kesulitan yang terjadi pada proses berpikir dalam pemahaman matematis ini memberikan gambaran bahwa subjek yang memiliki pemahaman relasional lebih sedikit mengalami kesulitan dibandingkan dengan subjek yang hanya memiliki pemahaman instrumental. Jawaban subjek yang berpikir instrumental lebih mengarah kepada jawaban sembarangan, sedangkan jawaban subjek yang berpikir relasional instrumental, cenderung ada konstruksi logis dalam menyelesaikan persoalan. 3. Scaffolding Dalam Pemahaman Matematis Siswa Pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat Kesulitan dalam berpikir subjek dapat terungkap dan teratasi dengan pemberian scaffolding dari peneliti. Scaffolding tersebut dilakukan setelah mengetahui bentuk kesulitan yang dialami subjek. Kegiatan scaffolding dalam proses berpikir subjek yang diberikan mengacu pada tingkatan instrumental menurut Skemp (2006) Scaffolding yang dikemukakan Julia 199

Anghileri (2006) adalah sebagai berikut: 1) Proses berpikir Instrumental Scaffolding yang diberikan pada jenis berpikir ini antara lain: (1) Meminta subjek mengulangi membaca soal atau peneliti yang membacakan soal (2) Membaca soal tiap kalimat dan peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk memahami kalimat yang dibacakan. (3) Memberikan analogi dengan kasus serupa yang cenderung lebih mudah dipahami subjek (4) Memberikan pemahaman konsep terkait materi yang dihadapi (5) Mengajukan pertanyaan arahan hingga subjek memahami masalah. (6) Meminta subjek melakukan refleksi terhadap jawaban sehingga dapat menemukan kesalahan (7) Diskusi tentang jawaban dan memberikan pertanyaanpertanyaan arahan sampai subjek menyadari kesalahannya (8) Memeriksa kembali kepahaman subjek terhadap masalah (9) Meminta subjek menyusun kembali rancangan jawaban dan memperbaiki pekerjaannya 2) Proses berpikir Relasional Instrumental (1) Relasional kuat, instrumental kuat Tidak ada scaffolding yang diberikan peda jenis berpikir ini. (2) Relasional kuat, instrumental lemah Scaffolding yang diberikan pada jenis berpikir ini antara lain: a. Meminta subjek melakukan refleksi terhadap jawaban sehingga dapat menemukan kesalahan b. Diskusi tentang jawaban dan memberikan pertanyaanpertanyaan arahan sampai subjek menyadari kesalahannya c. Memeriksa kembali kepahaman subjek terhadap masalah d. Meminta subjek menyusun kembali rancangan jawaban dan memperbaiki pekerjaannya 200

(3) Relasional lemah instrumental kuat a. Meminta subjek mengulangi membaca soal atau peneliti yang membacakan soal b. Membaca soal tiap kalimat dan peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk memahami kalimat yang dibacakan. c. Memberikan analogi dengan kasus serupa yang cenderung lebih mudah dipahami subjek d. Memberikan pemahaman konsep terkait materi yang dihadapi e. Mengajukan pertanyaan arahan hingga subjek memahami masalah. (4) Relasional lemah instrumental lemah a. Meminta subjek mengulangi membaca soal atau peneliti yang membacakan soal b. Membaca soal tiap kalimat dan peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk memahami kalimat yang dibacakan. c. Memberikan analogi dengan kasus serupa yang cenderung lebih mudah dipahami subjek d. Mengajukan pertanyaan arahan hingga subjek memahami masalah. e. Meminta subjek melakukan refleksi terhadap jawaban sehingga dapat menemukan kesalahan f. Diskusi tentang jawaban dan memberikan pertanyaanpertanyaan arahan sampai subjek menyadari kesalahannya g. Memeriksa kembali kepahaman subjek terhadap masalah h. Meminta subjek menyusun kembali rancangan jawaban dan memperbaiki pekerjaannya. Dalam pemahaman matematis, subjek mengalami empat tahapan, yaitu pemahaman soal, mengubah soal ke dalam model matematika, melakukan operasi hitung dan menarik kesimpulan. Sejalan dengan Margaret (2006) yang menyatakan ada empat dimensi Pemahaman Matematik sebagai kerangka dasar dalam memecahkan masalah, yaitu: (a) reading/extracting all information from the question (membaca/ mendapatkan 201

semua informasi dari pertanyaan); (b) real-life and common sense approach to solving problems (pendekatan kehidupan nyata dan akal sehat untuk menjawab soal); (c) mathematics concepts, mathematisation and reasoning (konsep matematika, matematisasi dan pemberian alasan); dan (d) Standard computational skills and carefulness in carrying out computations (keterampilan dan ketelitian berhitung standar). D. Simpulan Dari hasil penelitian tentang kesimpulan. Tahapan memahami soal proses berpikir yang dilaksanakan di dan mengubah soal ke dalam model kelas V di salah satu SD negeri di matematika digolongkan ke dalam jenis Kecamatan Parungponteng Kabupaten pemahaman relasional sedangkan Tasikmalaya pada materi operasi tahapan melakukan operasi hitung dan hitung campuran bilangan bulat, menarik kesimpulan di golongkan ke disimpulkan bahwa subjek mengalami dalam jenis pemahaman instrumental. dua jenis proses berpikir, yaitu proses Pada umumnya subjek kesulitan berpikir instrumental dan proses dalam tahap pemahaman soal. Subjek berpikir relasional instrumental. Proses lemah dalam pemahaman konsep, berpikir relasional instrumental terdiri akibatnya subjek salah menerjemahkan dari empat bagian, yaitu (1) relasional soal ke dalam model matematika. kuat instrumental kuat, (2) relasional Selain itu subjek kesulitan dalam tahap kuat instrumental lemah, (3) relasional melakukan perhitungan. Kebanyakan lemah instrumental kuat, (4) relasional subjek mengalami kesulitan pada saat lemah instrumental lemah. Selain itu melakukan operasi hitung pembagian terdapat empat tahapan proses berpikir dan operasi hitung yang memuat tanda dalam pemahaman matematis yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ditemukan dalam penelitian yaitu kemampuan pemahaman matematis tahapan pemahaman soal, mengubah subjek (pemahaman relasional dan soal ke dalam model matematika, pemahaman instrumental) masih melakukan operasi hitung dan menarik lemah. 202

Scaffolding yang diberikan berkaitan dengan kesulitan yang dialami subjek dalam proses berpikir diantaranya: 1) Proses berpikir Instrumental Scaffolding yang diberikan berupa pemberian kesempatan kepada subjek untuk memahami setiap kalimat dalam soal, memberikan analogi kasus serupa yang cenderung lebih mudah dipahami subjek, memberikan pemahaman konsep terkait materi yang dihadapi dan memberi penjelasan terkait prosedur pengerjaan. Pemberian scaffolding cenderung lebih sulit dan memerlukan waktu yang cukup lama. 2) Proses berpikir Relasional Instrumental (1) Relasional kuat, instrumental kuat Scaffolding yang diberikan berupa pertanyaan arahan untuk mencari alternatif lain dalam penyelesaian masalah yang dihadapi. (2) Relasional kuat, instrumental lemah Scaffolding yang diberikan berupa permintaan melakukan refleksi terhadap jawaban, pertanyaan-pertanyaan arahan sehingga subjek dapat menemukan kesalahan (3) Relasional lemah instrumental kuat Scaffolding yang diberikan berupa pemberian kesempatan kepada subjek untuk memahami setiap kalimat dalam soal, memberikan analogi kasus serupa yang cenderung lebih mudah dipahami subjek. (4) Relasional lemah instrumental lemah Scaffolding yang diberikan berupa pemberian kesempatan kepada subjek untuk memahami setiap kalimat dalam soal, memberikan analogi kasus serupa yang cenderung lebih mudah dipahami subjek, memberikan pemahaman konsep terkait materi yang dihadapi dan memberi penjelasan terkait prosedur pengerjaan. 203

Daftar Pustaka Anghileri, J. (2006). Scaffolding Practices That Enhance Mathematics Learning. Journal of Mathematics Teacher Education, 9, 33-52. Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur Majumandiri. Margaret, W. (2006). Modelling Mathematics Problem Solving Item Responses Using a Multidimensional IRT Model. University of Melbourne. Mathematics Education Research Journal, 18 (2), 93-113. Marpaung, Y. (1986). Proses Berpikir Siswa dalam Pembentukan Konsep Algoritma Matematis. Makalah Pidato Dies Natalies XXXI IKIP Sanata Dharma Salatiga, 25 Oktober 1986. Shabani, K. Khatib, M. & Ebadi, S. (2010). Vygotsky's Zone of Proximal Development: Instructional Implications and Teachers' Professional Development : Journal Canadian Center of Science and Education, 3 (4), 237-248. Siswono, Y. E. (2002). Proses Berpikir Siswa dalam Pengajuan Soal. Jurnal Nasional Matematika, ISSN: 0852-7792, hlm. 44-50. Skemp, R. (2006). Relational Understanding and Instrumental Understanding. Journal of Mathematics Teaching in The Middle School, 12 (2), 88 95. Soekisno B.A.R, (2002), Kemampuan Pemahaman Matematik Matematika Siswa Dengan Strategi Heuristik. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA dikaitkan dengan kemampuan penalaran logik siswa dan beberapa unsur proses belajar mengajar. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. 204