Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Kesehatan Daerah (Siskesda) di Kabupaten Wonosobo

Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan

Program Pelayanan Komprehensif Peduli Ibu dan Anak ( Pelayanan Peduli Bunda )

Kebijakan Diklat Satu Pintu

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

Peningkatan Kinerja UPT RS Paru Batu Dalam Pelaksanaan Program P2TB (Pengendalian Penyakit Tuberkulosa)

Stakeholder Mendukung, UPT Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Optimal

SOP Pelaporan Gratifikasi dan Aplikasi Pelaporan Gratifikasi Secara Online

Kolaborasi Program Contra War dan Sutera Emas

Sistem Pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Green Hospital Berbasis Kearifan Lokal RSUD Wates

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

Prioritas Kebijakan Pemda Untuk Optimalisasi PATEN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH

Kurikulum Diklat Pertanian Model On Farm/Off Farm

e-msa (Elektronik Monitoring Serapan Anggaran) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Peningkatan Jumlah Peserta Diklat Melalui e-learning dan Jumlah Auditor yang Tersertifikasi

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. izin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Pemerintah dari Gubernur Jawa

Peningkatan Kualitas Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Optimalisasi JRA Untuk Peningkatan Akses Informasi Publik

Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan

Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok

Pembinaan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca

Sistem Pembayaran Online Pajak Daerah Kota Cimahi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

Sistem Pendayagunaan Hasil Litbang Sumatera Selatan

Diklat Aparat Desa Melalui Mobile Training

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

Rightsizing Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Pelayanan Administrasi Kepegawaian Secara Elektronik di Lingkungan Puslabfor Bareskrim POLRI

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

Produk Pertanian Berdaya Saing di Magelang

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

INDONESIA BEBAS PASUNG

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

Resort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

1/7 PENGEMBANGAN JEJARING KERJA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENANGANAN PASCA BENCANA DI KABUPATEN CILACAP

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. HB.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Sistem Kerja, Kompetensi dan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

Pengalihan Penerapan Akuntansi Berbasis Kas Kepada Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Metro

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Keterlibatan Peran Adat & Letigasi (Proses Hukum) Dalam Penyelesaian Konflik Pertanahan Biak Numfor

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

INDIKATOR KINERJA UTAMA

1/6 SISTEM PELAYANAN INFORMASI BELANJA LANGSUNG SECARA ONLINE DI KOTA TEGAL

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud dengan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) merupakan upaya

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi. mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

Transkripsi:

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Nama Inovasi Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Produk Inovasi Meningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Family Gathering Terpadu Dalam Rangka Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Jiwa Berkelanjutan di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta Penggagas drg. Pembayun Setyaningastutie, M.Kes Kelompok Inovator Provinsi / Kabupaten / Kota Gambar Ilustrasi 1 / 6

Deskripsi 2 / 6

Family Gathering Terpadu merupakan program bersama antara RSJ Grhasia, ODGJ, dan keluarga pasien untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. paya peningkatan efektivitas penyelenggaraan family gathering terpadu dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa berkelanjutan Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DI Yogyakarta yang digagas merupakan usaha untuk menjaring kepedulian keluarga pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Sesungguhnya Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI memperlihatkan bahwa rata-rata nasional gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 % dan untuk gangguan mental emosional (cemas dan depresi) di atas usia 15 tahun sebesar 6,0%. Sedangkan prevalensi untuk gangguan jiwa berat di Provinsi DIY sebesar 2,7 % dan untuk angka prevalensi gangguan mental emosional (umur 15+ tahun) juga berada di atas angka nasional. Dampak sosial akibat masalah kesehatan jiwa tersebut antara lain adalah tingginya angka kekerasan baik di rumah tangga maupun di masyarakat, meningkatnya kejadian bunuh diri, penyalahgunaan napza pada remaja, kenakalan remaja, masalah pendidikan, perceraian, pengangguran, kemiskinan, pemasungan, dan lain sebagainya. Upaya rehabilitative kesehatan jiwa merupakan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan untuk mencegah atau mengendalikan disabilitas, memulihkan fungsi sosial, memulihkan fungsi okupasional, dan mempersiapkan dan memberi kemampuan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) agar mandiri di masyarakat.keterlibatankeluarga perlu diberdayakan dalam bentuk kegiatan secara bersama (family gathering) untuk konseling, latihan perilaku, asuhan keperawatan diperlukan untuk kesembuhan anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan. Kondisi ini akan memberi dampak menurunnya angka relaps (kekambuhan) penderita gangguan jiwa yang sekitar 25% - 50%. Dalam mewujudkan misi memberi pelayanan yang berkualitas dan menjamin keselamatan pasien serta pelayanan yang beretika dan mencerminkan budaya masyarakat DIY, diperlukan sebuah pedoman atau prosedur yang menjamin program Family Gathering Terpadu dapat berjalan secara berkesinambungan.tujuannya adalah untuk meningkatkan penyelenggaraan family gathering terpadu dalam rangka pelayanan kesehatan berkelanjutan di RSJ Grhasia - DIY. Penyelenggaraan family gathering pada dasarnya untuk melakukan pendekatan pelayanan jiwa berbasis komunitas (masyarakat) dimana seluruh potensi yang ada di masyarakat dilibatkan secara aktif. Manfaat yang ingin dicapai dari program ini adalah 1) Didapatkannya kesepakatan bersama antara RSJ Grhasia dengan stakeholders dalam penyelenggaraan pelayanan berkelanjutan pasca perawatan pasien di Rumah Sakit; 2) Terwujudnya keluarga sadar jiwa secara mandiri dalam mengelola pasien atau orang dengan gangguan kesehatan jiwa; 3) Terbentuknya pelayanan kesehatan jiwa paripurna, mulai dari sistem rujukan pasien di tingkat Puskesmas, RSU tingkat kabupaten/kota, sampai RSJ Grhasia DIY. Strategi yang dilakukan untuk menjalankan program tersebut adalah 1) Menyusun kebijakan dan pedoman penyelenggaraan family gathering; 2) Menyelenggarakan pertemuan dalam rangka meningkatkan kerjasama dalam penyelenggaraan family gathering terpadu untuk menyusun kesepakatan bersama; 3) Menyusun draft Peraturan Gubernur tentang TP-KJM dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat yang terpadu dant erintegrasi; 4) Memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa paripurna, mulai dari sistem rujukan pasien di tingkat Puskesmas, RSU tingkat kabupaten/kota sampai RSJ Grhasia DIY; 5) Pembentukan jejaring pelayanan kesehatan jiwa dalam Self Help Group yang merupakan pemberdayaan masyarakat secara mandiri dalam penanganan masalah kesehatan jiwa; 6) Mensosialisasikan serta melaksanakan Peraturan Gubernur tentang Tim Pembina/Pengarah/Pelaksana Kesehatan Jiwa Terpadu Pemda DIY (TP-KJM) secara berjenjang. Stakeholders yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta baik Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota maupun Puskesmas, keluarga orang dengan gangguan jiwa dan masyarakat sekitar penderita gangguan jiwa. Jenis Inovasi Metode Nama Instansi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3 / 6

Unit Instansi Rumah Sakit Jiwa Grhasia Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Inisiasi 2014 Tahun Implementasi 2014 Faktor Pendorong Faktor pendorong keberhasilan program ini adalah: 1. Adanya komitmen dari pihak eksekutif dan legislatif dalam pelayanan kesehatan Jiwa dan NAPZA di DIY; 2. Adanya kebijaksanaan Kemenkes tentang Pemberdayaan Keluarga dalam pelayanan kesehatan jiwa; 3. RSJ Grhasia memiliki instalasi Keswa dan instalasi rehab mental yang akan mendukung pelaksanaan kegiatan ini; 4. SDM RSJ Grhasia yang terlatih dalam kegiatan family gathering; 5. Sebagai salah satu faktor dalam penilaian akreditasi RS versi terbaru dari KARS; 6. Readmission patient sebagai indikator keberhasilan pelayanan kesehatan jiwa paripurna RSJGrhasia. Faktor Penghambat Faktor yang menghambat keberhasilan implementasi program ini lebih kepada internalisasi sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan family gathering masih bersifat parsial; 2. Kurangnya promosi pelayanan RSJ Grhasia kepada masyarakat dan stakeholder; 3. Tingginya angka kekambuhan pasien (rellaps); 4. Peran serta aktif keluarga dalam perawatan pasien di RS masih rendah; 5. Belum optimalnya sistem rujukan pasien gangguan jiwa; 6. Kurangnya komitmen stakeholders karena bukan menjadi indikator kinerja utama, sehingga anggaran sedikit; 7. Keluarga pasien masih ada yang tidak bisa baca tulis. Tahapan Proses Tahapan yang dilakukan untuk program ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penyusunan kebijakan, pedoman dan SOP penyelenggaraan family gathering secara terpadu; 2. Menjalin kesepakatan dengan stakeholder untuk mewujudkan pelayanan berkelanjutan bagi pasien jiwa; 3. Penyusunan draft Peraturan Gubernur tentang Tim Pengarah-Kesehatan Jiwa Masyarakat kepada Kepala Dinas Kesehatan DIY; 4. Merancang sistem rujukan pelayanan kesehatan secara berjenjang yang didukung jejaring kerja dan dikuatkan oleh Peraturan Gubernur; 5. Pelatihan dan workshop untuk mewujudkan keluarga sadar jiwa mandiri dalam pengelolaan pasien/ orang dengan gangguan jiwa (ODGJ); 6. Penyusunan pedoman Self Help Group dan pembentukkan kelompok tersebut; 7. Pengintegrasian pelayanan kesehatan jiwa dalam program dan kegiatan stakeholder/ pengampu kebijakan terkait. Manfaat Program Family Gathering ini bermanfaat baik secara internal maupun eksternal, sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Family Gathering Terpadu menumbuhkan minat dan semangat bagi sarana pelayanan kesehatan dasar dan terdepan (puskesmas) sebagai lini terdepan untuk memberi pelayanan tahap awal bagi penderita gangguan jiwa dan keluarganya; 2. Menumbuhkan minat Lembaga Swadaya Masyarakat (contoh LSM Karinakas) untuk mendukung program kesehatan jiwa di 4 / 6

masyarakat dengan membentuk Desa Siaga Sehat Jiwa yang juga telah diinisiasi oleh RSJ Grhasia pada tahun sebelumnya; 3. Dalam perkembangan pelaksanaan program Family Gathering Terpadu, ternyata lebih efektif menggunakan model program edukasi keluarga, karena pertemuan tidak hanya 1 kali dan ada muatan transfer of knowledge yang lebih detail tentang bagaimana mendampingi ODGJ untuk meningkatkan kapasitas mental, pengetahuan, dan keterampilan keluarga ODGJ; 4. Penyembuhan kesehatan jiwa terbukti lebih cepat dengan pendampingan keluarga yang didapatkan dari program Family Gathering. Sampai saat ini, kebijakan, pedoman, dan SOP penyelenggaraan family gathering secara terpadu telah berhasil disusun dan disahkan. Implementasinya: 1. Dalam pelaksanaan Family Gathering Terpadu sampai saat ini masih dilakukan dengan menggunakan dasar perangkat aturan yang telah ada tersebut yang akan terus disempurnakan pelaksanaannya.; 2. Sistem rujukan balik telah dilakukan oleh RSJ Grhasia secara manual (dengan surat rujukan balik yang dikirimkan kepada sarana pelayanan kesehatan jejaring melalui keluarga) dan saat ini sedang dikembangkan surat rujukan balik tersebut dikirim melalui email agar lebih cepat mendapatkan tindak lanjut dari jejaring kerja RSJ Grhasia 3. Pembentukan TP-KJM (Tim Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat) yang dikuatkan oleh Peraturan Gubernur sampai saat ini masih berproses dan merupakan kewenangan Dinas Kesehatan DIY sebagai pengampu kebijakan bidang kesehatan di wilayah DIY (RSJ Grhasia sudah mengusulkan kembali kepada Dinas Kesehatan DIY untuk kepentingan pembentukan TP-KJM) Prasyarat Replikasi Agar program ini dapat direplikasi dengan baik, ada beberapa prasyarat kondisi yang harus dipenuhi antara lain: 1. Komitmen dari pimpinan dan utamanya Dinas Kesehatan dan kepala daerah; 2. Program ini dapat direkomendasi untuk diterapkan pada daerah yang langka, memiliki tenaga perawat dan tenaga medis kedokteran jiwa ataupun yang jauh jaraknya dengan RSJ; 3. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penanganan kesehatan jiwa sangat dibutuhkan agar kondisi akut dan berat kelainan jiwa seseorang dapat diminimalisir; 4. Pemahaman dan keterlibatan keluarga dan masyarakat diawali dengan deteksi dini kesehatan jiwa seseorang, sehingga pengenalan dan penanganan kasus gangguan jiwa ringan bisa disosialisasikan dan dilatih dalam masyarakat dibantu oleh pemangku bidang kesehatan dan lintas sektor terkait. Kontak Person Rumah Sakit Jiwa Grhasia Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Telp.(0274) 895143, 895142, 895297 Email: grhasia@jogjaprov.go.id Sumber Dokumen Proyek Perubahan Diklatpim & Observasi Teknik Validasi Observasi Jumlah Dilihat 340 Kali Waktu Dibuat 2016-03-24 00:22:30 Terakhir Diubah 2016-03-24 00:29:30 5 / 6

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Waktu Diunduh 2017-01-12 16:53:18 6 / 6