PERBANDINGAN PERHITUNGAN ANGSURAN KPR KONVENSIONAL DENGAN KPR SYARIAH Oleh: Peter

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

Produk KPR Syariah. Lain-lain

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dikenal dengan istilah Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) dan KPR

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

Perbedaan Bunga Kredit Anuitas (Annuity) VS Bunga Kredit Tetap (Flat)

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. KPR BTN Sejahtera FLPP adalah kredit pemilikan rumah program

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang tampak secara jelas bagaimana bidang konstruksi

PELAKSANAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG PEMBANTU UNAIR SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

SELUK BELUK TENTANG KONSEP BUNGA KREDIT BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA SISTEM PERHITUNGAN BUNGA PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SISTEM PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

PELAKSANAAN PEMBERIAN KPR BTN SEJAHTERA FLPP PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BTN PLATINUM PADA PT BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha dan bisnis saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Bank Umum Konvensional di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

PERHITUNGAN BUNGA KREDIT

BAB V PENUTUP. 1. Kebijakan yang diberikan PT. Bank Nagari Cabang Sijunjung dalam. a. Kredit Kepada Masyarakat yang Berpenghasilan Tetap (Kredit

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Sistem Bunga Flat, Efektif, Fixed & Floating

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI PT BANK TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG SURABAYA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah pula kebutuhan akan perumahan. Menurut teori Maslow yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau seluruh lapisan masyarakat dikarenakan harganya yang tinggi. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan memiliki fungsi yang penting dalam

Bab VIII Mengelola Keuangan Usaha

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank BTN, adapun

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

Pilih produk PermataKPR yang sesuai dengan kebutuhan dan nikmati berbagai keuntungan PermataKPR bagi Anda dan Keluarga.

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia perbankan saat ini menyebabkan banyak bank bank mengeluarkan

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan.

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB II PEMBIAYAAN MODAL KERJA DAN SISTEM PERHITUNGAN BUNGA PADA PERBANKAN KONVENSIONAL

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB I PENDAHULUAN. warga perseorangan lainnya, kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum

ANALISIS PERHITUNGAN ANGSURAN PEMBIAYAAN KPR SYARIAH DENGAN AKAD IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK (IMBT) PADA BANK DKI SYARIAH, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/ 11 /PBI/2002 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK UMUM PASCATRAGEDI BALI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto,

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

ANALISIS PERHITUNGAN ANGSURAN KREDIT PEMILIKAN APARTEMEN DENGAN METODE PERHITUNGAN BUNGA KREDIT EFFECTIVE RATE, SLIDING RATE DAN FLAT RATE

BAB IV PENUTUP. ditujukan bagi MBR yang memenuhi kriteria, yaitu Untuk pembelian rumah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

MANAJEMEN PERKREDITAN

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL (PT

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

PENDAHULUAN. modal kerja dan usaha, perdagangan, dan distribusi banyak ditentukan oleh ada

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual

Transkripsi:

PERBANDINGAN PERHITUNGAN ANGSURAN KPR KONVENSIONAL DENGAN KPR SYARIAH Oleh: Peter Abstract KPR is one of bank product which offering Debitur to get credit for buying a house. KPR has a different way to calculating the interest from credit which debitur had. Bank can calculate the interest with flat rate and effective rate, also now the bank give the new choice with KPR Syariah, so we can say that the regular KPR as KPR konvensional. All of that have one purpose that increase the credit distribution at KPR and make more options for new debitur. In the simulation we can see together that every result from every way to calculate the interest have own good and bad. We also can conclusion at the last, that KPR syariah is similar with KPR Konvensional if using flat rate for the credit which debitur get. Pendahuluan Bank menurut fungsinya adalah sebuah lembaga yang mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat ataupun pihak ketiga yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Kebutuhan dana dari pihak perbankan oleh masyarakat semakin terasa dibutuhkan terutama untuk kebutuhan dana yang cukup besar. Salah satunya untuk kredit investasi maupun konsumsi yang menjadi kredit / pembiayaan jangka panjang, dapat diambil contoh yang paling mudah adalah KPR ( Kredit Pemilikan Rumah ). Kebutuhan akan perumahan telah membuat pihak perbankan serius untuk menggarap dan membuat produk yang benar benar sesuai dengan harapan masyarakat, yang pada akhirnya akan membuat masyarakat menjatuhkan pilihan pengambilan KPR-nya pada bank tersebut. Banyaknya persaingan antar bank, telah membuat persaingan semakin ketat dan semakin memudahkan konsumen untuk memiliki rumah idamannya dengan berbagai kemudahan syarat dan rendahnya tingkat suku bunga yang bersaing antara satu bank terhadap bank yang lainnya. Banyak masyarakat yang memililiki persepsi bahwa mengajukan kredit akan membebani mereka dengan bunga yang cukup tinggi, hal ini juga yang telah membuat beberapa bank memulai pengenalan KPR Syariah yang bertujuan untuk menjadi

produk andalan baru yang akan membuat masyarakat tidak terlalu merasa dibebani oleh biaya bunga KPR. Pembahasan KPR ( KREDIT PEMILIKAN RUMAH ) Pada dasarnya KPR adalah kredit atau pinjaman yang diberikan bank kepada masyarakat untuk membantu pembiayaan mereka dalam membeli rumah. Dalam KPR terdapat biaya bunga yang pada dasarnya dikenal ada dua jenis yaitu bunga flat dan bunga efektif. Biaya bunga flat adalah biaya bunga yang dikenakan oleh pihak bank kepada debiturnya dengan cara menghitung bunga secara menyeluruh sekaligus kemudian dibagikan dengan merata untuk setiap bulan, berikut adalah perumusan umum yang biasa dipakai untuk menghitung cicilan per bulan pinjaman ditambah dengan bunga : Bunga = Jumlah Pinjaman X Tingkat Suku Bunga X Periode pinjaman ( Tahun ) Total pinjaman = Jumlah Pinjaman + Bunga Angsuran per bulan = Total Pinjaman : ( Periode pinjaman X 12 bulan ) Sedangkan biaya bunga efektif adalah biaya bunga yang didasarkan pada perhitungan jumlah pinjaman riil berjalan sehingga besarnya bunga untuk setiap bulan akan berbeda, demikian juga dengan jumlah pokok yang dibayarkan akan berbeda untuk setiap bulannya walaupun jumlah cicilan yang dibayarkan tetap besarannya. Hal ini disebabkan karena adanya perhitungan faktor bunga yang mempengaruhi besarnya cicilan setiap bunga. Berikut adalah cara perhitungannya: Faktor Bunga = ( 1 : K ) ( 1 : (K (1 + K) N ) Dimana K = bunga per bulan Angsuran per bulan = Jumlah pinjaman : Faktor bunga N = Jumlah bulan pinjaman

Setiap cara perhitungan bunga memiliki kelebihan dan juga kekurangan masing masing, tetapi yang biasanya sering digunakan adalah perhitungan bunga secara efektif. Hal ini disebabkan karena pemikiran bahwa: 1. Pihak Debitur membayar besar bunga sesuai dengan sisa jumlah pinjaman yang masih dimilikinya. Biasanya besar cicilan dan bunga yang dibayarkan akan relatif lebih kecil. 2. Pihak bank terhindar dari kerugian akan fluktuasi tingkat suku bunga, karena pada perhitungan efektif rate maka biasanya bunga untuk tahun pertama tetap dan barulah pada awal tahun kedua dan seterusnya berubah sesuai dengan kebijakan yang ada pada bank yang bersangkutan dengan mengikuti tingkat suku bunga yang berlaku. Terlepas dari sistem perhitungan bunga, pada saat ini terdapat pilihan baru bagi para pemohon KPR. Hal ini sebenarnya telah diperkenalkan beberapa tahun sebelumnya tetapi baru populer akhir akhir ini karena dianggap lebih mengnutungkan bagi pihak debitur. Maka dengan adanya pilihan baru ini akan membandingkan antara perhitungan angsuran KPR konvensional dengan KPR Syariah. KPR Konvensional Sistem KPR Konvensional mengenal istilah yang sudah biasa di dengar yaitu bunga, hal ini yang menjadi pembeda utama dari sistem KPR syariah selain cara perhitungan angsuran yang ditetapkan oleh bank. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagaimana cara perhitungannya melalui contoh berikut ini : Contoh : Tuan X menerima pinjaman dalam bentuk KPR dari Bank ABC sebesar Rp.140.000.000,- ( seratus empat puluh juta rupiah ) atau sebesar 70 % dari harga rumah yang hendak dibelinya, diluar segala macam biaya. Bunga yang berlaku 10% ( asumsi untuk Flat Rate dan Efective Rate untuk tahun pertama dianggap sama ). Jangka waktu KPR 10 tahun. Maka Angsuran yang harus dibayar jika menggunakan : FLAT RATE : BUNGA = 140.000.000 X 10% X 10 = Rp. 140.000.000,- ANGSURAN PER BULAN = ( Rp.140.000.000,- + Rp. 140.000.000,-) / (10 X 12 ) ANGSURAN PER BULAN = Rp. 280.000.000 / 120 = Rp.2.333.334,- Maka dapat dilihat melalui contoh tabel angsurannya sebagai berikut :

Bulan ke Angsuran Pinjaman + Bunga Bunga Pokok 1 Rp2,333,334.00 Rp280,000,000.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 2 Rp2,333,334.00 Rp277,666,666.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 3 Rp2,333,334.00 Rp275,333,332.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 4 Rp2,333,334.00 Rp272,999,998.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 5 Rp2,333,334.00 Rp270,666,664.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 6 Rp2,333,334.00 Rp268,333,330.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 7 Rp2,333,334.00 Rp265,999,996.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 8 Rp2,333,334.00 Rp263,666,662.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 9 Rp2,333,334.00 Rp261,333,328.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 10 Rp2,333,334.00 Rp258,999,994.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 11 Rp2,333,334.00 Rp256,666,660.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 12 Rp2,333,334.00 Rp254,333,326.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 dst 119 Rp2,333,334.00 Rp4,666,588.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 120 Rp2,333,334.00 Rp2,333,254.00 Rp1,166,667.00 Rp1,166,667.00 Bunga Efektif / EFECTIVE RATE: FAKTOR BUNGA = ( 1 : K ) ( 1 : (K (1 + K) N ) FAKTOR BUNGA = ( 1 : 0,0083 ) ( 1 : ( 0,0083 (1 + 0,0083) 120 ) FAKTOR BUNGA = 75,798 ANGSURAN PER BULAN = Rp.140.000.000,- : 75,798 = Rp.1.847.010,68 Maka tabel cicilannya untuk tahun pertama dapat dilihat seperti di bawah ini : Bulan ke Angsuran Pinjaman Bunga Pokok 1 Rp1,847,010.68 Rp140,000,000.00 Rp1,166,666.67 Rp680,344.02 2 Rp1,847,010.68 Rp139,319,655.98 Rp1,160,997.13 Rp686,013.55 3 Rp1,847,010.68 Rp138,633,642.43 Rp1,155,280.35 Rp691,730.33 4 Rp1,847,010.68 Rp137,941,912.10 Rp1,149,515.93 Rp697,494.75 5 Rp1,847,010.68 Rp137,244,417.36 Rp1,143,703.48 Rp703,307.21 6 Rp1,847,010.68 Rp136,541,110.15 Rp1,137,842.58 Rp709,168.10 7 Rp1,847,010.68 Rp135,831,942.05 Rp1,131,932.85 Rp715,077.83 8 Rp1,847,010.68 Rp135,116,864.22 Rp1,125,973.87 Rp721,036.81 9 Rp1,847,010.68 Rp134,395,827.41 Rp1,119,965.23 Rp727,045.45 10 Rp1,847,010.68 Rp133,668,781.95 Rp1,113,906.52 Rp733,104.17 11 Rp1,847,010.68 Rp132,935,677.78 Rp1,107,797.31 Rp739,213.37 12 Rp1,847,010.68 Rp132,196,464.42 Rp1,101,637.20 Rp745,373.48 Pada kedua tabel angsuran diatas dapat dilihat bersama bahwa perbedaan cara pengenaan bunga untuk jumlah pinjaman yang sama akan menghasilkan dua buah perhitungan yang sangat berbeda dikarenakan jumlah yang dikenakan bunga untuk setiap metode perhitungan berbeda.

Apabila debitur pada suatu saat sebelum masa kredit habis ingin melunasi maka biasanya akan dikenakan biaya penalti yang besarnya untuk setiap bank berbeda. KPR Syariah Dalam perbankan syariah, pembiayaan KPR dapat diberikan dengan menerapkan dua macam prinsip yaitu Ijarah Muntahiya Bittamik (IMB) atau perjanjian sewa beli ataupun Ba'i Bithaman Ajil (BBA) atau perjanjian jual beli dengan angsuran ( sumber www.btn.co.id ). Dengan prinsip IMB nasabah KPR mengajukan sewa rumah kepada bank untuk menyewa rumah yang diinginkannya dalam jangka tertentu, dan membayar sewanya setiap bulan. Dalam perjanjian tersebut juga disertai dengan akad tambahan bahwa pada akhir sewa nasabah dapat membeli rumah tersebut atau bank dapat menghibahkan rumah tersebut kepada nasabah ( hal ini memiliki kemiripin seperti halnya Leasing ). Pada prinsip yang kedua BBA atau jual-beli dengan angsuran, nasabah membeli rumah diinginkannya ke bank dengan harga pokok plus keuntungan bank. Kemudian nasabah akan membayar uang pembelian tersebut dengan angsuran setiap bulan dalam jangka waktu yang disepakati. Dibandingkan sistem IMB atau sewa-beli, sistem BBA lebih mudah karena hanya membutuhkan satu kali perjanjian. Dengan sistem ini harga jual ditentukan dimuka saat akad jual beli. Harga jual bank ditentukan oleh besarnya harga pokok, rate keuntungan dan jangka waktu angsuran. Besar angsuran tiap bulan dapat dibuat sama persis dengan angsuran KPR konvensional. Hanya bedanya, angsuran KPR syariah ini tidak akan berubah sampai kredit lunas ( mirip dengan perhitungan bunga Flate Rate ). Cara Perhitungan KPR Syariah Cara menghitung harga jual KPR sistem syariah ini adalah berdasarkan pendapatan atau laba yang ingin didapat oleh bank per tahunnya selama jangka waktu kredit ( sumber www.btn.co.id ). Besarnya tingkat keuntungan ini dapat disamakan dengan bunga KPR konvensional. Sebagai gambaran dapat diambil contoh sebagai berikut: Seorang calon nasabah yang mengajukan KPR syariah berminat pada rumah yang berharga Rp 200 juta dari developer. Dia mempunyai uang muka sebesar Rp 20 juta sehingga dia membutuhkan KPR sebesar Rp 180 juta yang akan diangsur selama 20 tahun.

Misalkan bank menghendaki pendapatan sebesar 14% per tahun-sesuai bunga KPR- RS saat ini-maka didapat angka annuitas tahunan sebesar 0,150986. ANGSURAN PER BULAN = 0,150986 x Rp 180 juta / 12 = Rp 2.264.790 Pada waktu akad perjanjian antara bank dengan nasabah dibuat akad jual-beli dimana bank menjual rumah dengan harga sebesar: 20 tahun x 12 bulan x Rp 2.264.790 per bulan = Rp 543.549.600,- KPR KONVENSIONAL VS KPR SYARIAH Secara sepintas perhitungan KPR syariah ini tidak berbeda dengan KPR konvensional yang mempergunakan sistem bunga. Pada KPR syariah ditetapkan Flat Rate yang tidak disesuaikan lagi selama masa perjanjian KPR dilaksanakan. Selain itu pada sistem syariah tidak dikenal Time Value of Money maka bila terjadi penunggakan tidak dapat diterapkan perhitungan denda yang berdasarkan suku bunga. Lalu apabila terjadi penunggakan terus menerus yang kemungkinan akan berakhir dengan kredit macet yang mengakibatkan kerugian Bank maka akan dilakukan sita jaminan ( sumber www.btn.co.id ). Sebagai contoh ( sumber www.btn.co.id ) : Di Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), untuk penanganan tunggakan KPR ini dilakukan cukup ketat. Pada tunggakan bulan pertama dibuat surat peringatan pertama (first reminder). Untuk tunggakan bulan kedua dibuat surat peringatan kedua atauterakhir (last reminder) yang memberi jangka waktu 14 hari kepada debitur untuk melunasi tunggakannya. Setelah 14 hari apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya maka akan dibuat instruksi kepada debitur untuk melakukan legal action yakni mengajukan surat tuntutan utang (letter of demand) sehingga bisa dilakukan penagihan seketika atau penyitaan rumah yang diagunkan. Memang dengan penerapan hukum yang cukup ketat ini kredit bermasalah cukup kecil yaitu hanya berkisar 6%. Apabila debitur KPR syariah hendak melakukan pelunasan sebelum jangka waktu kredit berakhir, maka tentunya akan sangat memberatkan, apalagi bila jangka waktu kreditnya masih lama. Didalam contoh di atas bila nasabah akan melunasi pinjamannya setelah lima tahun, maka seharusnya yang harus dibayar adalah Rp 543.549.600 - (5 x 12 x Rp 2.264.790) = Rp 407.662.200. Jumlah ini tentu tidak realistis karena malah jauh lebih besar dari harga pokok rumah tersebut yang hanya Rp 200 juta.

Seperti halnya pada KPR konvensional untuk KPR syariah ini dapat dibuatkan tabel pembayaran atau repayment schedule. Tabel ini dapat terdiri dari kolom bulan, angsuran, profit atau keuntungan (tingkat keuntungan dikalikan pokok pinjaman dibagi 12), angsuran pokok (angsuran dikurangi keuntungan), pokok pinjaman dan pendapatan yang belum diterima (unearned income balance/uib). KESIMPULAN Di sini dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian KPR sistem syariah ini dapat menjadi alternatif penyaluran KPR yang sama-sama menguntungkan bagi nasabah ataupun bank. Bagi nasabah ada kepastian angsurannya tidak akan naik selama jangka waktu kredit sama halnya dengan KPR yang menggunakan perhitungan bunga Flat Rate. Pada akhirnya dapat dilihat bersama bahwa KPR Konvensional dengan KPR Syariah pada dasarnya sama, hanya saja terdapat perbedaan istilah dan juga cara penanganan kasus khusus yang terjadi seperti pada saat terjadi pelunasan ataupun adanya tunggakan. DAFTAR PUSTAKA: 1. Informasi Publik, 14 Juni 2000 2. www.btn.co.id 3. Kuncoro, Mudrajad; Suhardjono Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi BPFE Yogyakarta Edisi pertama Juli 2002. 4. Kasmir, Manajemen Perbankan Rajawali Pers Jakarta ;2000.