BAGIAN I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Pertemuan: 3

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah ED KDPPLKS Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 1 ED KDPPLKS PENDAHULUAN Tujuan

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN

PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA Latar Belakang Pelaporan Keuangan ETAP

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

Materi 4 Perkembangan Lembaga Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /POJK.05/ TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA PENJAMIN

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH. xxiii

BAB II TINJAUAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PRINSIP SYARIAH. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN USAHA PERGADAIAN

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

PERLUNYA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MENGENAI PASAR MODAL BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PSAK Akad Partnership

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

Bismillahirrahmanirrahim

NILAI DASAR EKONOMI ISLAM. Binti Nur Asiyah, M.si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah)

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus

PERBANKAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

Oleh: Rahmat Ilyas 1

STIE DEWANTARA Hukum Bisnis Syariah

Koperasi Prinsip Koperasi

Ikhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah PENDAHULUAN

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan berkembangnya industri perbankan syariah yang terjadi pada

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

No. 15/22/DPbS Jakarta, 27 Juni 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB 5. Prinsip Dasar Bank Syariah. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

Prinsip prinsip Islam

BAB I PENDAHULUAN BUS UUS BPRS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB II LANDASAN TEORI

...Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

1. Pengertian bank konvensional & bank syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut UU no. 1 tahun 2013 pasal 1, Lembaga keuangan Mikro. pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

BAB II PEMBAHASAN PENDAHULUAN I.1 Tujuan dan Peranan KDPPLKS

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

BAB VI SUDUT AKUNTANSI SYARI AH DALAM PENETAPAN MARGIN AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARI AH CABANG PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

THE EXISTENCE OF BMT MANAGEMENT IN PUBLIC ECONOMICS

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Undang-Undang dan Pengaturan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan lembaga Islam di Indonesia termasuk cukup signifikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAGIAN I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG 01. Tujuan Laporan Keuangan entitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (untuk selanjutnya disebut Bank) adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari aktivitas Bank yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta Laporan Keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, Laporan Keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 02. Suatu Laporan Keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa Laporan Keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan Bank karena secara umum Laporan Keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. Namun dalam beberapa hal, Bank perlu menyediakan informasi yang mempunyai pengaruh keuangan masa depan. 03. Bank memiliki fungsi sebagai: a. Manajer investasi. Bank dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad mudharabah dan wadiah. b. Agen investasi. Bank dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad wakalah. 1.1

c. Investor. Bank dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya dan dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan melakukan penempatan yang sesuai dengan prinsip Syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagihasilkan sesuai nisbah yang disepakati antara Bank dan nasabah. d. Penyedia jasa keuangan. Bank dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan Perbankan Syariah dengan mengacu kepada Undang - Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. e. Pengemban fungsi sosial. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 4 Ayat 2 dan 3, menjelaskan: i. Bank dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat; dan ii. Bank dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). 04. Bank sebagai investor pada dasarnya melakukan fungsi intermediari penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan yang meliputi, antara lain transaksi investasi untuk mendapatkan bagi hasil, transaksi atas dasar jual beli aset untuk mendapatkan keuntungan, dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan. 1.2

I.2. ASAS DAN KARAKTERISTIK TRANSAKSI SYARIAH A. Asas Transaksi Syariah 01. Transaksi syariah berasaskan pada prinsip persaudaraan (ukhuwah), keadilan ( adalah), kemaslahatan (maslahah), keseimbangan (tawazun), dan universalisme (syumuliyah). 02. Prinsip persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat saling menolong. Transaksi Syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi Syariah berdasarkan prinsip saling mengenal (ta aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf). 03. Prinsip keadilan ( adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang adanya unsur: a. Unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun riba fadhl (riba). Esensi riba adalah setiap tambahan pada jumlah piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi pinjam-meminjam uang serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya, seperti murabahah tangguh; dan setiap tambahan yang dipersyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang ribawi termasuk pertukaran uang (money exchange) yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan yang tidak sejenis secara tidak tunai. 1.3

b. Unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (zalim). Esensi zalim (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran, kualitas dan temponya, mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memperlakukan sesuatu tidak sesuai posisinya. Kezaliman dapat menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya sebagian; atau membawa kemudharatan bagi salah satu pihak atau pihak-pihak yang melakukan transaksi. c. Unsur judi dan sikap spekulatif (maysir). Esensi maysir adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan produktivitas serta bersifat perjudian (gambling). d. Unsur ketidakjelasan (gharar). Esensi gharar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak karena mengandung unsur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian pelaksanaan akad. Bentuk-bentuk gharar antara lain: i. tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada; ii. menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual; iii. tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa; iv. tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat pembayaran; v. tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad; 1.4

vi. kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang ditentukan dalam transaksi; vii. adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang kurang atau dimanipulasi dan ketidaktahuan atau ketidakpahaman yang ditransaksikan. e. Unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional yang terkait (haram). Esensi haram adalah segala unsur yang dilarang secara tegas dalam Al Quran dan As Sunah. 04. Prinsip kemaslahatan (mashlahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan Syariah (halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan. Transaksi Syariah yang dianggap bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan ketetapan Syariah (maqasid syariah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap: a. akidah, keimanan dan ketakwaan (dien); b. akal ( aql); c. keturunan (nasl); d. jiwa dan keselamatan (nafs); dan e. harta benda (mal). 05. Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi Syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi 1.5

keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi. 06. Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin). 07. Transaksi Syariah terikat dengan nilai-nilai etis meliputi aktivitas sektor keuangan dan sektor riil yang dilakukan secara koheren tanpa dikotomi sehingga keberadaan dan nilai uang merupakan cerminan aktivitas investasi dan perdagangan. B. Karakteristik Transaksi Syariah 01. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi Syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut: a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha; b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib); c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas; d. Tidak mengandung unsur riba; e. Tidak mengandung unsur kezaliman; f. Tidak mengandung unsur maysir; g. Tidak mengandung unsur gharar; h. Tidak mengandung unsur haram; 1.6

i. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip alghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk); j. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta alluq) dalam satu akad; k. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar); dan l. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah). 02. Transaksi Syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi Syariah komersial dilakukan, antara lain, berupa investasi untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang untuk mendapatkan laba, dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan. 03. Transaksi Syariah nonkomersial dilakukan, antara lain, berupa pemberian dana pinjaman atau talangan (qardh) serta penghimpunan dan penyaluran dana sosial, seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah. 1.7

I.3. TUJUAN DAN RUANG LlNGKUP A. Tujuan 01. Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (untuk selanjutnya disebut Pedoman ) antara lain: a. Membantu Bank menyusun Laporan Keuangan supaya sesuai dengan tujuan Laporan Keuangan, yaitu menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. b. Menciptakan keseragaman penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan sehingga meningkatkan daya banding antara Laporan Keuangan Bank. c. Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh Bank dalam menyusun Laporan Keuangan. Namun, keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam Pedoman ini tidak menghalangi masing-masing Bank untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan sesuai kondisi masing-masing Bank. B. Ruang Lingkup 01. Pedoman ini berlaku bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam menyusun Laporan Keuangan. 1.8

I.4. ACUAN PENYUSUNAN 01. Acuan yang digunakan dalam menyusun Pedoman ini didasarkan pada referensi yang relevan. Adapun referensi yang digunakan adalah: a. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah; b. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah; c. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia; d. Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia; e. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan Laporan Keuangan; dan f. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. 02. Berdasarkan referensi di atas diadopsi ketentuan yang relevan dan sesuai dengan kondisi lingkungan usaha berdasarkan prinsip Syariah di Indonesia yang kemudian dikodifikasi dalam Pedoman ini. Selanjutnya sebagai dasar pengaturan penyusunan Laporan Keuangan Bank digunakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pedoman ini. 1.9

I.5. KETENTUAN LAIN 01. Ilustrasi jurnal yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat. Bank dapat mengembangkan metode pencatatan dan pengakuan sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil yang tidak berbeda. Ilustrasi jurnal yang dicantumkan dalam Pedoman ini menggambarkan pencatatan akuntansi secara manual. 02. Transaksi yang dicantumkan pada Pedoman ini diprioritaskan pada transaksi yang umum terjadi pada setiap Bank. 03. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan produk pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, ketentuan SAK, ketentuan Bank Indonesia, dan ketentuan lainnya yang terkait dengan industri Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 1.10