EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MIND MAPPING DALAM QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR Wahyudi, Mujiyem Sapti, Wharyanti Ika P. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: qzoedye@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prestasi belajar materi segitiga dan segiempat yang menggunakan Mind Mapping dalam model pembelajaran Quantum Learning lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo yang terdiri dari 6 kelas. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Sampel penelitian ini yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Dengan α = 0,05 diperoleh sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari rataan marginalnya, diperoleh mean pada model pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping dalam Quantum Learning diperoleh 76,5; sedangkan nilai mean pada model pembelajaran konvensional diperoleh 61,2. Uji hipotesis menggunakan uji t dengan α = 0,05 menunjukkan t obs sebesar 3,8199 lebih besar dari t tabel sebesar 1,645 sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti prestasi belajar matematika siswa menggunakan Mind Mapping dalam Quantum Learning lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional. Kata kunci: Mind Mapping, Quantum Learning, Prestasi Belajar PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pendidian di Indonesia selalu mengalami perubahan dan pembaharuan. Pendidikan dewasa ini merupakan perkembangan pendidikan yang terjadi sebelumnya, baik secara sadar atau secara tidak sadar. Perkembangan dalam pendidikan dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas sehingga diperlukan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi. Selain sebagai tanggapan terhadap masalah pendidikan dan tuntutan zaman, perubahan pendidikan juga merupakan usaha aktif untuk mempersiapkan diri (hari esok) yang lebih memberi harapan sesuai dengan cita-cita yang didambakan. 37
Menurut seorang ilmuwan sosial dalam The Liang Gie (2007: 21), matematika adalah bahasa, suatu logika, tentang hubungan-hubungan di antara konsep-konsep, suatu bahasa teramat berguna dan cermat yang memungkinkan kemajuan-kemajuan besar dalam banyak bidang ilmu, namun tidak boleh dikelirukan dengan teori ilmiah. Jadi, matematika sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, sehingga dalam penyajian materi pelajaran, matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan dapat menjadikan siswa lebih termotivasi. Karena dengan motivasi yang tinggi, siswa lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan lebih mudah menangkap apa yang dijelaskan guru di depan kelas SMP Negeri 11 Purworejo merupakan salah satu SMP yang terletak di wilayah kecamatan Ngombol. Berdasarkan observasi, bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII ternyata masih rendah. Dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70,00; data yang diberikan guru menunjukkan rata-rata hasil Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 dari kelas VII sebesar 69,00. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM masih tergolong banyak. Hal tersebut disebabkan karena siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami. Dapat dilihat dari siswa yang cenderung masih mengandalkan guru dan tidak ingin bertanya pada guru meskipun sebenarnya belum mengerti materi yang diajarkan. Kurangnya motivasi yang tertanam pada siswa dan kurangnya pemahaman matematika. Dari keterangan guru matematika bahwa beliau menyelenggarakan pembelajaran di kelas sering menggunakan metode ceramah. Akibatnya, penyampaian guru dalam pembelajaran matematika di kelas masih kurang bervariasi dan kreatif. Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran (Tony Buzan, 2009: 4). Sedangkan Quantum learning memberikan siswa memiliki motivasi yang tinggi dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Menurut Booby 38
De Porter (2002: 34), Lingkungan belajar yang baik akan memberikan kekuatan AMBAK (Apa manfaatnya bagiku). Jika siswa memiliki kekuatan tersebut, maka akan senantiasa termotivasi dan semangat karena mengerti tujuan belajar itu sendiri. Dari permasalahan di atas, di dalam memperbaiki prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo yaitu dapat menggunakan Mind Mapping dalam model pembelajaran Quantum Learning. Dengan model pembelajaran tipe ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo terhadap konsep matematika. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain randomisasi matched subjects posttest only (memasangkan subjek hanya postes secara random). Dasar pertimbangan dalam memilih desain ini adalah karena penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini mengambil sampel dua kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu dengan cara mengambil anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Terpilih secara acak yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan VII A sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa diambil dari nilai Ujian Akhir Semester 1 kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo mata pelajaran matematika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan Metode tes digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar matematika pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika pada materi segitiga dan segiempat dilakukan pada akhir pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 39
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini diawali dengan melakukan uji analisis tahap awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu dengan menggunakan data nilai UAS semester 1. Dari hasil analisis uji normalitas diperoleh nilai L obs untuk kelas eksperimen sebesar 0,1436 dan kelas kontrol memiliki L obs sebesar 0,1469 dengan L tabel sebesar 0,1591 Jika L obs DK, karena L obs < L tabel, maka L obs DK. Ini menunjukkan bahwa data UAS semester 1 kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan pada uji homogenitas diperoleh χ 2 obs = 0,8163 dengan χ2 tabel = 3,841, karena χ 2 obs <χ2 tabel, maka χ2 obs DK. Ini menunjukkan bahwa data nilai UAS semester 1 kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi homogen. Selanjutnya dilakukan uji keseimbangan dengan uji t. Dari hasi uji analisis uji keseimbangan untuk α = 5% dengan dk = 64 diperoleh t hitung = 0,3077 dan t tabel = 0,683. Karena t hitung < t tabel, maka H 0 diterima yang berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan mind mapping dalam quantum learning. Sedangkan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Dalam penelitian ini masing-masing waktu yang digunakan adalah 8 kali pertemuan (16 jam pelajaran) dengan jumlah peserta didik masing-masng sebanyak 32 siswa. Pada pembelajaran dengan menggunakan mind mapping dalam quantum learning, siswa lebih termotivasi dan antusias untuk mengikuti pelajaran. Karena mind mapping dalam quantum learning sendiri memiliki keunggulan bagaimana meningkatkan motivasi dan kesenangan pada siswa dalam belajar. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian barulah diadakan tes untuk mengetahui prestasi belajar matematika. Dari data nilai tes diperoleh nilai tertinggi kelompok kelas eksperimen 100 dan nilai terendah 41. Sedangkan untuk kelompok kelas kontrol memiliki nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 30. Rerata nilai kelompok kelas eksperimen 76,5 dan rerata 40 nilai kelompok kelas kontrol 61,2.
Selanjutnya dilakukan Uji normalitas dan uji homogenitas kembali sebelum dilakukan uji hipotesis dari data nilai tes prestasi belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dari hasil analisis uji normalitas diperoleh nilai L obs untuk kelas eksperimen L obs = 0,0869 dan kelas kontrol L obs = 0,1183 dengan L tabel = 0,1591 Jika L obs DK, maka data akhir berdistribusi normal. Karena L obs < L tabel, maka L hitung DK. Ini menunjukkan bahwa data nilai tes prestasi belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan pada uji homogenitas diperoleh χ 2 obs = 1,1338 dengan χ2 tabel = 3,841. Jika χ 2 obs DK, maka data akhir memiliki variansi homogen. Karena χ2 obs <χ2 obs, maka χ 2 obs DK. Ini menunjukkan bahwa data nilai tes prestasi belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi homogen. Analisis uji hipotesis (uji t) diperoleh t obs = 3,8199 dan t tabel = 1,645 ternyata t obs < t tabel, maka H 0 ditolak. Hal ini berarti prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan mind mapping dalam quantum learning lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo tahun ajaran 2012/2013. SIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini memberikan hasil bahwa: Berdasarkan hasil uji t dengan huruf signifikansi (α) = 0,05 diperoleh t obs = 3,8199 dan t tabel = 1,645 ternyata t obs > t tabel sehingga t obs DK dengan demikian H 0 ditolak. Jadi, prestasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan mind mapping dalam quantum learning lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model konvensional materi segitiga dan segiempat pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Dalam proses pembelajaran matematika seorang guru perlu memperhatikan dan memahami keinginan siswanya, kadang siswa merasa bosan dengan mencatat dalam bentuk catatan tradisional. Disini, guru harus mampu menghilangkan rasa bosan tersebut misalnya dengan mengajarkan mind mapping. Guru perlu mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi 41
dan learning. menyenangkan misalnya dengan menggunakan model belajar quantum DAFTAR PUSTAKA Buzan, Tony. 2009. Mind Map. Jakarta: Gramedia. De Porter, Bobby. 2002. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. Gie, The Liang. 2007. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. 42