Modul Pelatihan Routing dengan Cisco NCC Teknik Informatika ITS

dokumen-dokumen yang mirip
ROUTING STATIS DAN DINAMIS

MODUL CISCO STATIC ROUTING

Modul 4 Routing RIP (Routing Information Protocol)

KONFIGURASI CISCO ROUTER

Modul 8 Cisco Router (Dynamic Routing)

Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer

PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER

2 ) menggunakan simulator untuk mensimulasikan Routing & konfigurasi sebenarnya. 4 ) Mampu mengkonfigurasi Routing Dynamic RIP,EIGRP, OSPF

9.1 Menghubungkan dua jaringan yang berbeda dengan satu router

Private IP network adalah IP jaringan yang tidak terkoneksi secara langsung ke internet IP addresses Private dapat dirubah sesuai kebutuhan.

AKHMAD FAJRI YUDIHARTO( ) Tugas 3. Vlan Menggunakan 2 Switch

MODUL III Membuat Server HTTP Pada Jaringan

Materi Praktikum Studi Kasus Penyelesaian Subnetting dan Routing Static

Static Routing & Dynamic Routing

KONFIGURASI ROUTING OSPF PADA ROUTER CISCO Kamaldila Puja Yusnika

Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer

Routing. Institut Tekonolgi Sepuluh Nopember Surabaya

Konfigurasi Router. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Tekonolgi Sepuluh Nopember Surabaya

MODUL PRAKTIKUM. (Mengkonfigurasi Router dengan Metode Static Routing) Disusun Oleh : Yudi Firman Santosa, ST. Static Routing

KONFIGURASI ROUTER. CLI (Command Line)

Modul 8 Cisco Router RIP

IP Subnetting dan Routing (1)

LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS. Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B

Modul 3 Konfigurasi Router

Sip, sekarang coba designkan saya sebuah jaringan Komputer seperti dibawah ini. Gambar 1 : Jaringan Komputer Lab A

Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 6 DYNAMIC ROUTING

KONFIGURASI ROUTING OSPF PADA ROUTER CISCO

Konfigurasi VLAN Menggunakan 1 Router dan 2 Switch pada Cisco Packet Tracer

Modul 5 Open Shortest Path First (OSPF)

MODUL 5 OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF)

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Rancangan jaringan lokal pada PT. Yamatogomu Indonesia

PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN ROUTING PROTOCOL OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) DENGAN MENERAPKAN METODE FAILOVER

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state.

Modul 5 Cisco Router

MODUL 1 VIRTUAL LAN (VLAN)

JARINGAN KOMPUTER MODUL 8

PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER SEMESTER GENAP MODUL V PENYETINGAN 2 ROUTER DENGAN ROUTING PROTOCOL LINK STATE MENGGUNAKAN PACKET TRACER

MODUL PRAKTIKUM 08 DYNAMIC ROUTING CISCO, WINDOWS

TUTORIAL SOFTWARE SIMULASI JARINGAN KOMPUTER PACKET TRACER 5.0 (DILENGKAPI DENGAN CD PROGRAM DAN VIDEO TUTORIAL)

TUGAS 3 JARINGAN KOMPUTER. Analisa: Gambar di atas adalah topologi jaringan VLAN dengan menggunakan dua switch. PC A

Pada bab 6 akan dijelaskan tentang konsep Routing dan jenisnya serta jenis-jenis protokol routing untuk komunikasi antar router di jaringan.

BAB III TUGAS PENDAHULUAN

LAMPIRAN A: MODE ROUTER

Modul 6 Routing dan protokol routing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Modul 5 Cisco Router

MODUL 5 ACCESS CONTROL LIST

MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING)

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

Routing LOGO. Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOKOL OSPFv3 DENGAN RIPng PADA JARINGAN IPv6

TIPE TIPE VLAN Keanggotaan dalam suatu VLAN dapat di klasifikasikan berdasarkan port yang di gunakan, MAC address, tipe protokol.

MODUL 7 ANALISA QoS pada MPLS

MENGATUR PERANGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE

Praktikum Minggu ke-11 Konfigurasi Routing OSPF menggunakan Mikrotik

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host

MODUL 6 STATIC ROUTING

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP

Protokol Routing. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc.

BAB 4 PERANCANGAN DAN UJI COBA. untuk menghadapi permasalahan yang ada pada jaringan BPPT adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STATIC & DYNAMIC ROUTING. Rijal Fadilah, S.Si

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM ET3100 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 3: JARINGAN KOMPUTER

Pertemuan 2: ARP dan Ping

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan

Percobaan VLAN. Konfigurasi VLAN

Studi Kasus Subnetting dan Routing Static

Melakukan Perbaikan dan atau Setting Ulang Koneksi Jaringan MENJELASKAN LANGKAH PERSIAPAN SETTING ULANG KONEKSI JARINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakana dalam penulisan skripsi ini adalah

PENERAPAN ACCESS CONTROL LIST PADA PROTOKOL OSPF MENGGUNAKAN SUBNETTING VARIABLE LENGTH SUBNET MASK (VLSM)

TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mahasiswa memahami konsep subnetting 2. Mahasiswa mampu melakukan konfigurasi jaringan memakai IP Subnetting

Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM

LINUX. Gambar 1. Komunikasi antar jaringan membutuhkan penghubung (Router)

MODUL 6 TUNNELING IPv6 OVER IPv4

MODUL 4 PC ROUTER. Gambar 1 Komunikasi dua komputer

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 0 Tanggal Berlaku : September 2013

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Translator. Politeknik Elektronik Negeri Surabaya ITS - Surabaya

JARINGAN KOMPUTER MODUL 5

ROUTING. Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng.

Perancangan dan Simulasi Routing Static Berbasis IPV4 Menggunakan Router Cisco

Perancangan dan Analisis Perbandingan Implementasi OSPF pada Jaringan IPv4 dan IPv6

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Membuat Simulasi Jaringan Router OSPF Part 2 (Cisco Packet Tracer)

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol


BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UNIT I IP Address, Subnetting, VLSM dan IP Assignment

BAB 4. Implementasi Protokol BGP & OSPF Untuk Failover

Pengalamatan Jaringan Menggunakan IPv4

ROUTING. Pengiriman Langsung & Tidak Langsung

Mode-mode pada router

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN WAN MENGGUNAKAN METODE VLSM DAN ROUTING

Transkripsi:

Modul Pelatihan Routing dengan Cisco Router @Laboratorium NCC Teknik Informatika ITS Oleh: Baskoro Adi Pratomo 5109201005 Hudan Studiawan 5109201038 Dosen: Prof. Ir. Supeno Djanali, M.Sc, Ph.D Ir. Muchammad Husni, M.Kom Program Magister Bidang Keahlian Komputasi Berbasis Jaringan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009

Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas LAN, Subneting, dan Routing... 3 LAN... 3 Subneting... 3 Routing... 3 Topologi Uji Coba untuk Routing Statis... 3 Subnetting pada Topologi untuk Routing Statis... 4 Perhitungan netmask... 4 Perhitungan network id, broadcast, dan ip address... 5 Special case... 6 Konfigurasi Routing Statis pada Cisco... 8 Sekilas Routing Dinamis... 14 Static Routing vs Dynamic Routing... 14 Link State Routing... 14 OSPF... 15 Fitur-fitur OSPF... 15 Shortest Path Algorithm... 15 OSPF Areas... 15 Topologi Uji Coba untuk Routing Statis... 16 Konfigurasi Routing Dinamis pada Cisco... 16 2

Sekilas LAN, Subneting, dan Routing LAN Salah satu arsitektur jaringan paling sederhana Bisa dikembangkan lebih luas Luas LAN: suatu area terdiri dari beberapa terminal yang saling berhubungan Penamaan tiap terminal IP Address. Subneting Cara membagi jaringan besar menjadi beberapa jaringan kecil Bila mungkin, hasil pembagian bisa dibagi menjadi jaringan lebih kecil Biasanya digunakan untuk membedakan bagian administratif. Routing Proses penyampaian data dari pengirim ke tujuannya Jika pengirim dan tujuan berada pada jaringan berbeda, proses ini membutuhkan router Secara umum dibagi dua: routing statis dan dinamis. Topologi Uji Coba untuk Routing Statis Uji coba routing akan dilakukan pada GNS3 yaitu sebuah software simulasi untuk konfigurasi router Cisco. Berikut ini topologi jaringan yang akan digunakan untuk melakukan routing statis. A B III I II 3

Subnetting pada Topologi untuk Routing Statis Subneting ini mempunyai dua tahap utama yaitu perhitungan netmask serta perhitungan network id, broadcast, dan ip address. Perhitungan netmask dilakukan dari bagian bawah topologi. Sedangkan perhitungan network id dan broadcast dilakukan dari bagian atas topologi. Tahap-tahap subneting lebih detail dijelaskan di bawah ini. Perhitungan netmask Pada topologi yang telah digambarkan pada subbab sebelumnya, subnet I mempunyai 15 host, subnet II mempunyai 20 host, dan subnet III mempunyai 30 host. Sebelum melakukan perhitungan, perlu diketahui bahwa IP versi 4 mempunyai 32 bit yang dibagi menjadi dua bagian yaitu net id dan host id. Untuk menghitung netmask tiap-tiap subnet maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Pilih subnet terdalam (level terendah) dengan host terbanyak yaitu subnet III dengan 30 host. Maka, gunakan rumus: 2 n jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast 2 n 30 + 1 network id + 1 broadcast 2 n 32 n = 5 n adalah jumlah bit yang akan digunakan sebagai host id. Sehingga, jumlah bit yang akan digunakan sebagai net id bisa dihitung dengan rumus: jumlah bit net id = 32 n = 32 5 = 27 32 merupakan jumlah bit yang masih tersisa pada IP v4. Selanjutnya, netmask didapatkan dengan cara jumlah bit yang menjadi net id diberi nilai 1 semua sedangkan jumlah bit yang menjadi host id diberi nilai 0 semua. Agar lebih jelas, simak ilustrasi di bawah ini: 32 bit IPv4 :... 27 bit net id : 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 _ 5 bit host id : 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 0 0 0 0 0 Konversi ke desimal : 255.255.255.224 Jadi, netmask untuk subnet level terendah (subnet I, II, dan III) pada topologi di atas adalah 255.255.255.224 atau bisa ditulis /27. 4

2. Selanjutnya dihitung netmask untuk subnet di level atasnya yaitu subnet A dan B. a. Perhitungan jumlah bit host id: 2 n jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast 2 n 2 + 1 network id + 1 broadcast 2 n 4 n = 2 Jadi, jumlah bit host id = 2 bit. b. Perhitungan net id: jumlah bit net id = 27 n = 27 2 = 25 27 merupakan jumlah bit IPv4 yang masih tersisa dari subnet level sebelumnya. Jadi, jumlah bit net id = 25 bit. c. Perhitungan netmask: 32 bit IPv4 :... 25 bit net id : 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 _ 5 bit host id : 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 1 1 1 1 1 1 1. 1 0 0 0 0 0 0 0 Konversi ke desimal : 255.255.255.128. Jadi, subnet A dan B mempunyai netmask 255.255.255.128 atau bisa ditulis /25. Perhitungan network id, broadcast, dan ip address Pada jaringan private, ip address yang bisa digunakan adalah 10.x.x.x. Pada subnet A, netmask-nya adalah /25. Perhatikan ilustrasi di bawah ini: 32 bit IPv4 :... 10.x.x.x : 10... 10.66.1.x : 10. 66. 1. 0 _ Network id didapatkan dengan memberikan nilai 0 pada semua bit sisa. Bit sisa ditandai dengan persegi merah pada ilustrasi di atas. Bit sisa bisa dihitung dengan Bit sisa = 32 jumlah bit pada netmask = 32 25 = 7 5

Broadcast diperoleh dengan memberikan nilai 1 pada semua bit sisa. 10.x.x.x : 10... Network id : 10. 66. 1. 0 0 0 0 0 0 0 0 Broadcast : 10. 66. 1. 0 1 1 1 1 1 1 1 Jika dikonversi ke desimal, network id adalah 10.66.1.0/25 dan broadcast adalah 10.66.1.127. Nilai 66 dan 1 pada 10.66.1.x bisa dipilih secara sembarang. Dengan cara yang sama, network id pada subnet B adalah 10.66.3.0/25 dan broadcast adalah 10.66.3.127. Special case Kondisi jaringan yang kita konfigurasi seringkali berubah. Pada bagian ini, diberikan suatu contoh kasus jika jaringan yang telah konfigurasi berubah. Perubahan terjadi pada subnet A yaitu ditambahkan satu host baru. Maka, harus dilakukan perhitungan ulang untuk menentukan network id dan broadcast pada subnet A. Perhitungannya sebagai berikut: 1. Perhitungan jumlah bit host id: 2 n jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast 2 n 3 + 1 network id + 1 broadcast 2 n 5 n = 3 Jadi, jumlah bit host id = 3 bit. 2. Perhitungan net id: jumlah bit net id = 32 n = 32 3 = 29 Jadi, jumlah bit net id = 29 bit. 3. Perhitungan netmask, network id, dan broadcast Netmask : 255.255.255.248 Network id : 10.66.1.8/29 Broadcast : 10.66.1.15 Untuk subnet B, kebutuhan ip address yang hanya sedikit (yaitu 2 ip address saja) bisa dibuat lebih efisien dengan perhitungan di bawah ini. 6

1. Perhitungan jumlah bit host id: 2 n jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast 2 n 2 + 1 network id + 1 broadcast 2 n 4 n = 2 Jadi, jumlah bit host id = 2 bit. 2. Perhitungan net id: jumlah bit net id = 32 n = 32 2 = 30 Jadi, jumlah bit net id = 30 bit. 3. Perhitungan netmask, network id, dan broadcast Netmask : 255.255.255.252 Network id : 10.66.3.4/30 Broadcast : 10.66.3.7 IP address bisa dipilih sembarang di antara network id dan broadcast. Setelah konfigurasi selesai, maka contoh topologi yang telah lengkap bisa dilihat pada gambar di bawah ini. N: 10.66.1.8/29 B : 10.66.1.15 A 10.66.1.9 10.66.3.5 B N: 10.66.3.4/30 B : 10.66.3.7 10.66.1.10 10.66.3.6 III 10.66.3.65 10.66.3.66 N: 10.66.3.64/27 B : 10.66.3.95 I 10.66.1.33 II 10.66.3.33 10.66.1.34 10.66.3.34 N: 10.66.1.32/27 B : 10.66.1.63 N: 10.66.3.32/27 B : 10.66.3.63 7

Konfigurasi Routing Statis pada Cisco Routing statis disimulasikan dengan software GNS3 dan langkah-langkahnya akan dijelaskan di bawah ini. 1. Buka software GNS3. Jika ada kotak dialog New Project, Cancel saja. 2. Letakkan router sesuai topologi pada layar kerja GNS3 dengan cara drag and drop 8

3. Koneksikan router dengan pilihan koneksi fastethernet 4. Nyalakan router dengan cara klik kanan pada router dan pilih Console 5. Nyalakan console dengan cara klik kanan pada router dan pilih Start 9

6. Tunggu sejenak sampai ada penawaran Would you like to enter the initial configuration dialog? [yes/no]: dan ketikkan no saja. 7. Selanjutnya, terdapat pesan Press RETURN to get started! Dan tekan tombol enter saja. 8. Setting ip address Dari mode user exec, masuk ke privileged exec: Router> Router>enable Router# Dari mode privileged exec, masuk ke global configuration. Perintah configure terminal bisa juga disingkat dengan conf t. Router# Router#configure terminal Router(config)# Tentukan interface yang akan diatur ip address-nya. Perintahnya secara umum adalah: Router(config)#interface [jenis interface] [nama interface pada router] Contoh: Router(config)#interface fastethernet 1/0 Router(config-if)# Tentukan ip address dengan perintah secara umum: Router(config-if)#ip address [ip address] [netmask] Contoh: Router(config-if)#ip address 10.66.1.34 255.255.255.224 Router(config-if)#no shutdown Jangan lupa memberikan perintah no shutdown untuk mengaktifkan interface yang diberi ip address. Tunggu sejenak sampai tampil status interface telah menyala dan diberi ip address dengan benar (up). Lakukan perintah setting ip address tersebut untuk semua interface pada semua router. Jika proses berjalan dengan benar, maka akan keluar seperti gambar di bawah ini: 10

Untuk melihat hasil konfigurasi ip address, perintahnya umumnya adalah: Router#show interfaces [jenis interface] [nomor interface] Contoh: Router#show interfaces fastethernet 1/0 Dan akan keluar tampilan seperti di bawah ini: 9. Setting gateway Untuk melakukan pengaturan gateway, user harus masuk ke global configuration: Router> Router>enable Router#configure terminal Router(config)# Selanjutnya perintah untuk pengaturan gateway secara umum adalah sebagai berikut: 11

Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 [ip gateway] Contoh: Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.66.1.33 Lakukan pengaturan gateway untuk semua subnet. 10. Konfigurasi routing statis Jika melihat topologi jaringan uji coba untuk routing statis, proses routing cukup dilakukan pada router nomor 1 (R1) karena routing statis mengacu filosofi kakek-bapak-cucu. Seorang kakek (dalam topologi uji coba bisa dianalogikan dengan R1) bisa berkomunikasi dengan cucu (dianalogikan dengan R4) jika tahu bapak (dianalogikan dengan R2). Routing bisa berjalan dengan lancar dengan syarat semua subnet telah diatur ip address dan gateway-nya secara benar. Perintah routing dilakukan dari router R1 ke semua subnet di bawahnya. Untuk melakukan routing, user harus terlebih dulu masuk ke global configuration. Router> Router>enable Router#configure terminal Router(config)# Setelah itu, lakukan routing dengan perintah sederhana sebagai berikut: Router(config)#ip route [network id] [netmask] [ip untuk masuk ke subnet tujuan] Contoh: Router(config)#ip route 10.66.1.32 255.255.255.224 10.66.1.10 Untuk mempermudah pemahaman terhadap perintah routing, Perintah tersebut bisa dibaca sebagai berikut: Lakukan routing ke subnet dengan network id 10.66.1.32 dan netmask 255.255.255.224 lewat pintu ip address 10.66.1.10. Perintah routing tersebut juga bisa diilustrasikan dengan gambar sebagai berikut: 12

Kakek Pintu masuk: 10.66.1.10 Bapak Network id : 10.66.1.32 Netmask : 255.255.255.224 Anak Untuk melihat hasil konfigurasi routing statis, perintahnya umumnya adalah: Router#show ip route Dan akan keluar tampilan seperti di bawah ini: 13

11. Pengetesan routing Untuk melakukan pengetesan apakah routing yang dilakukan sudah benar atau belum, tinggal menggunakan perintah ping [ip address tujuan]. Sekilas Routing Dinamis Static Routing vs Dynamic Routing 1. Static Routing a. Bentuk paling sederhana dari routing b. Tidak bisa mengatasi koneksi yang terputus c. Penggunaan bandwidth yang kecil 2. Dynamic Routing a. Secara dinamis mencari tujuannya b. Bisa mengatasi koneksi yang terputus c. Penggunaan bandwidth yang lebih besar Link State Routing 1. Setiap node memiliki salinan topologi 2. Jika ada node yang terputus, node yang lain bisa mencari jalan lain 3. Setiap node harus selalu memiliki gambaran kondisi jaringan yang sama 14

OSPF 1. Open Shortest Path First 2. Link State Routing paling banyak digunakan di internet 3. Sejarah : a. 1989: RFC 1131 OSPF Version 1 b. 1991: RFC1247 OSPF Version 2 c. 1994: RFC 1583 OSPF Version 2 (revised) d. 1997: RFC 2178 OSPF Version 2 (revised) e. 1998: RFC 2328 OSPF Version 2 (current version) Fitur-fitur OSPF 1. Ada mekanisme autentikasi 2. Load Balancing 3. Subnetting 4. Multicasting 5. Hierarchical Routing Shortest Path Algorithm 1. Menggunakan algoritma Dijkstra 2. Link Cost Metric a. Metric = 10 8 / Bandwidth (dalam kilobits) OSPF Areas 1. Mengurangi beban komputasi dan pemakaian memori 2. Teridentifikasi berdasarkan angka-angka 3. Terdiri dari: a. Backbone Area b. Stub Area c. Not So Stubby Area 4. Aturan: a. Semua paket yang tujuannya dalam 1 area, harus tetap berada di area itu b. Semua paket yang tujuannya di luar area itu, harus melewati backbone area 15

Topologi Uji Coba untuk Routing Dinamis 192.168.1.1 172.16.4.5 172.16.4.14 172.16.4.6 172.16.4.13 192.168.2.1 172.16.4.9 172.16.4.10 192.168.3.1 Konfigurasi Routing Dinamis pada Cisco Setting ip address dan gateway pada topologi sama dengan yang dilakukan pada routing statis pada subbab sebelumnya. Untuk routing dinamis, perintahnya secara umum adalah sebagai berikut. Router(config)#router ospf 1 Router(config-router)#network [ip address] [wildcard] area [nomor area] Contoh konfigurasi pada router R0 : Router(config)#router ospf 1 Router(config-router)# network 192.168.1.1 0.0.0.0 area 0 Router(config-router)# network 172.16.4.5 0.0.0.0 area 0 Router(config-router)# network 172.16.4.14 0.0.0.0 area 0 Lakukan perintah routing ini pada semua router. Kemudian untuk mengetahui jalannya paket, bisa digunakan perintah traceroute [ip tujuan] 16