ANALISIS INFORMASI TIGA DIMENSI DALAM KESELAMATAN PENERBANGAN DAERAH PERKOTAAN (Studi Kasus : Bandara Husein Sastranegara)

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia

SAT. Analisis Batas Ketinggian Maksimum Bangunan Pada Kawasan Pendekatan Pendaratan Dan Lepas Landas Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II.

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA. (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo)

ANALISIS KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) BANDAR UDARA PEKON SERAI DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Andius Dasa Putra dan Aleksander Purba 1)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :

Aplikasi GPS Geodetic Dalam Penentuan Titik Kontrol Horisontal Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Studi Kasus: Bandara Kasiguncu Poso

Abstract. Key Word: Sultan Syarif Kasim II International Airport, Obstacle Limitation Surface, AES

Studi Penentuan Lokasi Runway 2 Dengan Memperhatikan Kontur Kebisingan Bandara Juanda

Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS)

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

PEMBUATAN PETA ZONA BATAS TINGGI OBSTACLE SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN TATA RUANG DI SEKITAR BANDARA Studi Kasus: Bandara Ngurah Rai Bali

INTEGRASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KONDISI OBSTACLE BANDAR UDARA ADISUTJIPTO

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

ANALISIS PERKERASAN LANDAS PACU BANDARA SOEKARNO-HATTA MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FAARFIELD

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA)

Jurnal Teknik WAKTU Volume 14 Nomor 01 Januari 2016 ISSN :

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

Bab III Pembentukan Kadaster Tiga Dimensi (3D) untuk Kepentingan Pendaftaran Tanah Terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS)

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG BANDARA INTERNASIONAL ADI SUMARMO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

PERENCANAAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA TUANKU TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU. B U D I M A N 1 ARIFAL HIDAYAT, ST, MT 2 BAMBANG EDISON, S.

PENGARUH LINGKUNGAN LAPANGAN TERBANG PADA PERENCANAAN PANJANG LANDASAN DENGAN STANDAR A.R.F.L. Oleh : Dwi Sri Wiyanti. Abstract

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BAB III ANALISIS APLIKASI. terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dirasakan perlu untuk melakukan

PA U PESAW PESA AT A T TER

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Edwin Martha P. 1, Chatarina Nurjati S. 1, dan Roedy Rudianto 2. Abstrak

ANALISIS SFC PADA BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24

Selain digunakan untuk operasional penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

PT. INDOAVIS NUSANTARA GIS-AIS SOFTWARE Aeronautical Cartography and Aeronautical Data Monitoring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NUR MARTIA

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

OPTIMASI KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

OPTIMASI PERGERAKAN PESAWAT PADA BANDARA HUSEIN SASTRANEGARA ABSTRAK

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

STUDI PENENTUAN LOKASI RUNWAY 2 DENGAN MEMPERHATIKAN KONTUR KEBISINGAN BANDARA JUANDA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU

TUGAS AKHIR PEMETAAN NILAI KEKESATAN PADA PERMUKAAN PERKERASAN EKSISTING LANDAS PACU UTARA DI BANDARA SOEKARNO-HATTA

PENDAHULUAN. lainnya (Peraturan Menteri Nomor: PM.66 Tahun 2015). (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta) dan Bandara

EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia merupakan negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaturan Pemanfaatan Ruang di Atas Tanah dalam Penerapan Kadaster 3-Dimensi

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DESAIN SEBARAN TITIK KERANGKA DASAR PEMETAAN DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BANDUNG. Oleh: Jupri *), Dede Sugandi **), Nanin T. Sugito ***) Abtrak

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

KEJADIAN CROSSWIND DI LANDASAN PACU BANDARA SUPADIO PONTIANAK TAHUN 2016

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

APLIKASI SIG UNTUK PEMBUATAN DATA POKOK EVALUASI RAWAN GENANGAN

Transkripsi:

ANALISIS INFORMASI TIGA DIMENSI DALAM KESELAMATAN PENERBANGAN DAERAH PERKOTAAN (Studi Kasus : Bandara Husein Sastranegara) Nanin Trianawati Sugito yellow_gd01@yahoo.com Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Jl. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 ABSTRACT Safety of flight is very related to the factors of air transportation infrastructure is the airport. One of the measures to minimize the occurrence of the accident airplane and the possibility to fall in residential areas because the location of the airport and fly the aircraft trajectory relative to urban areas is the existence of a regulation called is Flight Operations Safety Area. The function of Flight Operations Safety Area is adjusting the height of buildings or objects grow both fixed and which can move (mobile) to no higher than the permitted height limit. Flight Operations Safety Area is a virtual surface (imaginary surface) with the provisions of height, length (distance) or radius, and angle of slope or widening a distinct difference for each surface area. Flight Operations Safety Area formation in 3-dimensional object is appropriate to produce cutting-edge information about the list of objects that become an obstacle (obstacle). This information include by regarding obstacle height that exceeds the provisions in each region Flight Operations Safety Area for the sake of flight safety. In this study focuses on the study of the formation of 3-dimensional information Flight Operations Safety Area urban airports in support of security and safety of aircraft in terms of determining the legal basis Flight Operations Safety Area in organizing the flight. Very important Flight Operations Safety Area applied to airports located in urban areas. Because most land use in areas Flight Operations Safety Area in urban areas are housing, the height of buildings in the area of absolute Flight Operations Safety Area note to support aviation safety. Flight Operations Safety Area generated 3-dimensional expected to provide solution in analyze the height of buildings around the airport to support aviation safety. Keywords: three dimensions of information, aviation safety, urban. PENDAHULUAN Latar Belakang Pada suatu daerah atau kota yang memiliki atau berdekatan dengan bandar udara (bandara), terdapat ketentuan yang membatasi ketinggian bangunan yang disebut Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Pada KKOP tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap (fixed) maupun yang dapat berpindah (mobile) yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang diperkenankan sesuai dengan Kode Referensi Landas Pacu (Aerodrome Reference

Code) dan Klasifikasi Landas Pacu (Runway Clasification) dari suatu bandar udara. Kawasan keselamatan operasi penerbangan sangat penting diterapkan untuk bandara yang terletak di kawasan perkotaan. Karena sebagian besar land use di wilayah KKOP pada kawasan perkotaan adalah perumahan, maka ketinggian bangunan di wilayah KKOP mutlak diperhatikan untuk menjamin keselamatan penerbangan. Dengan demikian, KKOP ini dapat menjadi salah satu alat kendali dalam pengaturan bangunan bertingkat tinggi di suatu kota terutama di sekitar bandara. Untuk menjamin keselamatan penerbangan di wilayah KKOP maka lahirlah sebuah konsep baru yang dinamakan informasi 3 dimensi. Diharapkan melalui penerapan informasi 3 dimensi ini akan memberi solusi dalam menganalisis ketinggian bangunan di sekitar bandara demi menjamin keselamatan penerbangan. Beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu 1) apakah dasar hukum penetapan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara telah dipenuhi secara menyeluruh dalam penyelenggaraan penerbangan?, 2) apakah setiap bandara dapat dikatakan aman untuk operasi penerbangan? Tujuan Manfaat penelitian dibedakan atas dua macam, yaitu kegunaan bagi ilmu pengetahuan dan bagi pembangunan negara dan bangsa. Kegunaan bagi ilmu pengetahuan, yaitu sebagai salah satu masukan dalam penentuan kawasan keselamatan operasi penerbangan suatu bandara yang dapat digunakan untuk kepentingan keselamatan penerbangan bila ditinjau dari dasar hukum penetapan kawasan keselamatan operasi penerbangan dalam penyelenggaraan penerbangan. Tujuan penelitian ini adalah membentuk model informasi 3 dimensi kawasan keselamatan operasi penerbangan bandara yang dapat digunakan untuk kepentingan keselamatan penerbangan. METODE PENELITIAN Tahap Persiapan a. Penentuan Wilayah Penelitian Wilayah penelitian ini adalah kawasan keselamatan operasi penerbangan bandar udara Husein Sastranegara Bandung, meliputi Kotamadya DT. I Bandung dan Kabupaten DT.II Bandung. Berdasarkan Tatanan Kebandarudaraan Nasional Tahun 2002-2007 yang tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002, bandara Husein Sastranegara Bandung termasuk dalam klasifikasi bandar udara kelompok C dengan area runway 2.250m x 45 m. Koordinat geodetik titik referensi bandara (Titik O yang terletak pada ujung landasan 11) adalah 06º 54' 07" S - 107º 34' 34" E. Ketinggian bandara Husein Sastranegara 2430 kaki (740 m) dari muka laut. Arah landas pacu membentang dari barat (Landasan 11) ke timur (Landasan 29), dimana sudut jurusan Landasan 11-Landasan 29 adalah 109.48º dan sudut jurusan Landasan 29- Landasan 11 adalah 289.48º.

b. Alat Penelitian Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah Personal Computer (PC) dan perangkat lunak pendukungnya, yaitu komputer Desktop dengan spesifikasi : Processor Intel Pentium 4 2,66 GHz, RAM 256 MB, Harddisk 40 GB, Monitor LG Workstudio 17. Komputer ini digunakan sebagai alat untuk memasukan, menyimpan, mengelola data, serta penyajian hasil; printer Canon Pixma IP1000; dan perangkat lunak yang digunakan, yaitu 1) sistem operasi menggunakan Microsoft Windows XP Profesional; 2) microsoft Word, digunakan untuk penulisan laporan hasil penelitian; 3) microsoft Excel, digunakan untuk konversi koordinat geodetik ke koordinat proyeksi UTM; 4) microsoft Visio 2003, digunakan untuk membuat diagram yang diperlukan dalam penelitian; 5) autocad map 2000i, digunakan untuk membuat visualisasi tiga dimensi untuk kepentingan keselamatan penerbangan di bandara Husein Sastranegara Bandung; dan 6) ER Mapper 6.4, digunakan untuk rektifikasi citra satelit Ikonos. Tahap Pengumpulan Data Dalam pembentukan informasi 3 dimensi untuk kepentingan keselamatan penerbangan di bandara Husein Sastranegara menggunakan data sebagai berikut: 1) peta digital kota Bandung yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung Skala 1:5000 Sistem Proyeksi UTM Referensi WGS 84 Tahun 1998/1999. Peta digital kota Bandung digunakan untuk menentukan land use kota Bandung; 2) peta kontur kota Bandung yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung Skala 1:5000 Sistem Proyeksi UTM Referensi WGS 84 Tahun 1998/1999. Peta kontur kota Bandung digunakan untuk menentukan ketinggian objek bangunan terhadap MSL; 3) ukuran dan batas-batas kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara Husein Sastranegara yang diperoleh dari PT. (Persero) Angkasa Pura II. Data ini digunakan untuk pemodelan tiga dimensi; 4) koordinat Geodetik Objek-Objek Obstacle di sekitar bandar udara Husein Sastranegara yang diperoleh dari PT. (Persero) Angkasa Pura II; 5) citra Satelit Ikonos Kota Bandung Sistem Proyeksi UTM Zona 48 Referensi WGS 84 Tahun 1999. Tahap Pengolahan Data a. Konversi Koordinat Geodetik ke Koordinat Proyeksi UTM Objek-objek obstacle berada dalam koordinat geodetik. Adapun koordinat geodetik di sini merupakan posisi mendatar (horizontal) pada ruang dengan ketinggian nol meter dari ellipsoida. Untuk itu harus dilakukan konversi koordinat dari koordinat geodetik Objek-objek obstacle (L,B) untuk dinyatakan dalam koordinat sistem proyeksi UTM (X,Y). Syarat dalam melakukan konversi koordinat geodetik ke koordinat proyeksi UTM adalah kedua sistem proyeksi tersebut adalah konform (sama bentuk, sama sudut). b. Unifikasi Data Unifikasi data dilakukan setelah proses konversi koordinat geodetik ke koordinat proyeksi UTM pada Objek-objek Obstacle. Apabila semua koordinat objek sudah berada dalam satu sistem maka dapat dilakukan pemodelan informasi 3 dimensi KKOP.

Pembentukan Objek Tiga Dimensi untuk Kepentingan Keselamatan Penerbangan di Bandara Husein Sastranegara Bandung Sebelum objek 3 dimensi ini dibuat, semua koordinat objek harus berada dalam satu sistem. Dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah koordinat sistem proyeksi UTM (X,Y), karena semua proses pembentukan objek 3 dimensi dilakukan di bidang proyeksi. Pembentukan objek 3 dimensi untuk kepentingan keselamatan penerbangan diperlukan representasi koordinat z. Koordinat z yang dipakai adalah koordinat z absolut, yaitu koordinat z yang mengacu dalam sistem referensi nasional. Sistem tinggi nasional merupakan sistem tinggi dimana besaran elevasi suatu titik direferensikan terhadap kedudukan permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level/MSL). Adapun model permukaan Batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (BKKOP) diperlihatkan pada Lampiran 1. Setelah model permukaan BKKOP bandara Husein Sastranegara dibentuk dalam 2 dimensi dan 3 dimensi, maka sebaran objek obstacle perlu ditampilkan untuk melengkapi informasi keselamatan penerbangan. Objek obstacle yang sudah dalam koordinat sistem proyeksi UTM (X,Y) dapat ditumpangsusunkan dengan model permukaan BKKOP. Gambar mengenai sebaran objek obstacle di kawasan keselamatan operasi penerbangan di bandara Husein Sastranegara diperlihatkan pada Lampiran 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Bandara Husein Sastranegara terletak di kota Bandung yang merupakan daerah perkotaan. Kawasan keselamatan operasi penerbangan bandara ini, tidak hanya meliputi Kota Bandung, tetapi meliputi juga Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung. Karena sebagian besar land use di wilayah KKOP bandara Husein Sastranegara adalah perumahan, maka ketinggian bangunan di wilayah KKOP mutlak diperhatikan untuk menjamin keselamatan penerbangan. Dengan demikian, KKOP ini dapat menjadi salah satu alat kendali dalam pengaturan bangunan bertingkat tinggi di Kota Bandung terutama di sekitar bandara Husein Sastranegara. Untuk menguji apakah kawasan keselamatan operasi penerbangan di bandara Husein Sastranegara cukup layak untuk penerbangan, maka dalam penelitian ini dipilih beberapa objek yang memiliki ketinggiian cukup signifikan dalam wilayah KKOP. Beberapa bangunan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Hotel Planet, Istana Plaza, dan Gereja Pandu. Tabel 1. dalam Wilayah KKOP No Objek Alamat Tinggi (m) Tinggi Kontur (m) 1. Hotel Planet Jl. Kebon Kawung 18 711.9 No. 3 Bandung 2. Istana Plaza Jl. Pasir Kaliki 18 725 No. 121-123 Bandung 3. Gereja Pandu Jl. Pandu No. 2 Bandung 10 725

Ketinggian ujung landasan bandara Husein Sastranegara adalah 2430 kaki (740 m) terhadap kedudukan permukaan air laut rata-rata (MSL) (Setiawan, 2002). Dari data ketinggian objek bangunan dan data ketinggian terhadap MSL akan diperoleh beda tinggi total antara ujung landasan dengan objek bangunan. Berikut ini adalah rumus untuk mendapatkan beda tinggi total antara bandara dengan objek bangunan : H Ujung Landasan-Objek = (Tinggi KonturUjung Landasan - Tinggi Kontur Objek) + Tinggi Objek... (1) Dari rumus (1) akan diperoleh beda tinggi total antara ujung landasan dengan objek bangunan sebagai berikut. Tabel 2. Beda Tinggi Total antara Ujung Landasan dengan Objek No Objek H Ujung Landasan-Objek (m) 1. Hotel Planet 46.1 2. Istana Plaza 33 3. Gereja Pandu 25 Koordinat ujung landasan 29 (terletak di sebelah timur) bandara Husein Sastranegara adalah (785846.38, 9236060.295) meter. Koordinat objek bangunan diperoleh dari interpolasi citra satelit Ikonos yang telah bergeoreferensi. Dari data ini diperoleh jarak mendatar antara ujung landasan dengan objek bangunan. Berikut ini adalah koordinat objek bangunan dan jarak mendatar antara ujung landasan dengan objek bangunan. Tabel 3. Koordinat Objek dan Jarak Datar Ujung Landasan- Objek No Objek Koordinat Objek X (meter) Y (meter) Jarak Ujung Landasan-Objek (meter) 1. Hotel Planet 787691.65 9235118.17 2071.864 2. Istana Plaza 786811.73 9235929.92 974.114 3. Gereja Pandu 786442.18 9235948.66 606.168 Berkaitan dengan kawasan keselamatan operasi penerbangan, dapat diketahui bahwa Hotel Planet, Istana Plaza, dan Gereja Pandu berada dalam kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan yang meliputi area sepanjang 3000 meter dari ujung landasan. Batas ketinggian pada kawasan ini ditentukan oleh kemiringan 2% dari ujung landasan. Jadi, beda tinggi maksimum antara bandara Husein Sastranegara dengan objek bangunan sebagai berikut. No Objek Tabel 4. Kelebihan Ketinggian Objek H Ujung Landasan-Objek (meter) H Ujung Landasan-Objek (meter) 1. Hotel Planet 41.437 46.1

2. Istana Plaza 19.482 33 3. Gereja Pandu 12.123 25 Analisis Pembentukan Objek 3 Dimensi untuk Kepentingan Keselamatan Penerbangan di Bandara Husein Sastranegara Bandung Pada dasarnya tujuan dari pembentukan objek 3 dimensi untuk kepentingan keselamatan penerbangan di bandara Husein Sastranegara Bandung adalah memberikan informasi posisi obctacle dan bangunan di wilayah KKOP secara akurat kepada pengguna kegiatan penerbangan demi kepentingan keselamatan penerbangan. Selain Objek-objek Obstacle di sekitar bandar udara Husein Sastranegara yang harus ditampilkan dalam pembentukan objek 3 dimensi, ukuran kawasan keselamatan operasi penerbangan multak diperlukan untuk pembuatan permukaan imajiner terhadap bandar udara. Sebelum objek 3 dimensi ini dibuat, semua koordinat objek harus berada dalam satu sistem. Dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah koordinat sistem proyeksi UTM (X,Y), karena semua proses pembentukan objek 3 dimensi dilakukan di bidang proyeksi. Koordinat model KKOP sudah dalam koordinat sistem proyeksi UTM, sedangkan objek-objek obstacle dalam sistem penerbangan yang ada saat ini masih menggunakan koordinat geodetik (L,B). Untuk itu harus dilakukan konversi koordinat dari koordinat geodetik Objek-objek obstacle (L,B) untuk dinyatakan dalam koordinat sistem proyeksi UTM (X,Y). Apabila objek obstacle sudah dalam koordinat sistem proyeksi UTM (X,Y) maka dapat secara otomatis dapat ditumpangsusunkan dengan model permukaan KKOP. Dalam pembentukan objek 3 dimensi untuk kepentingan keselamatan penerbangan diperlukan representasi sistem tinggi. Sistem tinggi bandar udara mengacu kedudukan ALT (Ambang Landasan terendah) dari bandar udara yang bersangkutan. Penentuan kedudukan dari ALT berdasarkan pada pertimbangan teknis desain suatu bandar udara. Dengan demikian kedudukan ALT dari masingmasing bandara akan berbeda-beda. Dalam penelitian ini sistem tinggi yang digunakan adalah sistem tinggi nasional, dimana besaran elevasi suatu titik direferensikan terhadap kedudukan permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level/MSL). Analisis di Wilayah KKOP Bandara Husein Sastranegara Pemilihan beberapa objek bangunan, yang diduga dapat membahayakan keselamatan penerbangan di bandara Husein Sastranegara, dimaksudkan untuk menguji apakah kawasan keselamatan operasi penerbangan di bandara Husein Sastranegara cukup layak untuk penerbangan. Objek bangunan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Hotel Planet, Istana Plaza, dan Gereja Pandu. Beberapa objek tersebut berada tepat dalam kawasan di bawah permukaan pendekatan dan lepas landas. Melalui perhitungan secara metematis dapat dibuktikan bahwa jarak mendatar antara ujung landasan 29 dengan Hotel Planet, Istana Plaza, dan Gereja Pandu kurang dari 3000 meter. Berarti Hotel Planet, Istana Plaza, dan Gereja Pandu berada dalam kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan. Idealnya dalam kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan tidak ada bangunan yang melebihi batas

ketinggian maksimum yang telah ditetapkan. Tapi pada kenyataannya Hotel Planet melebihi batas ketinggian maksimum hingga 4.663 meter, Istana Plaza melebihi batas ketinggian maksimum hingga 13.518 meter, dan Gereja Pandu melebihi batas ketinggian maksimum hingga 12.877 meter. Seharusnya semua pihak dapat menjaga bersama dalam konteks saling mengawasi ketika timbul potensi untuk mendirikan bangunan yang membahayakan penerbangan mulai terlihat. Apabila hal ini tidak diantisipasi oleh pelaku penerbangan maka diduga akan menambah tingkat kefatalan kecelakan pesawat. Pada saat penelitian ini dilakukan, Hotel Planet masih dalam status disegel oleh Satpol Pengusutan dan Pembongkaran Disbang Kota Bandung. Penyegelan terhadap Hotel Planet dilakukan karena pembangunan hotel tersebut dinilai menyimpang dari ketentuan IMB, yakni rencana proyek pembangunan empat lantai menjadi enam lantai. Dalam IMB No. 503.643/S1-1876 Disbang 2004 yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 2004, Hotel Planet diberikan izin untuk membangun hotel berlantai empat serta dua basement di atas lantai seluas 1.268 m 2. Namun pada kenyataannya, pengembang menambah ketinggian menjadi enam lantai serta dua basement. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari Disbang Kota Bandung terhadap pengembang Hotel Planet. Dari penelitian ini, KKOP yang dibuat secara 3 dimensi diharapkan dapat menjadi salah satu alat kendali dalam pengaturan bangunan bertingkat tinggi di Kota Bandung terutama di sekitar bandara Husein Sastranegara. SIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu 1) dasar hukum penetapan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara belum dipenuhi secara menyeluruh dalam penyelenggaraan penerbangan di bandara Husein Sastranegara. Hal ini telah terbukti oleh masih ada beberapa bangunan di wilayah KKOP yang melebihi batas ketinggian maksimum yang telah ditetapkan; 2) Bandara Husein Sastranegara dapat dikatakan kurang aman untuk operasi penerbangan, karena sebagian besar land Use di wilayah KKOP bandara Husein Sastranegara adalah perumahan. Kecelakaan jatuhnya pesawat terbang yang terjadi di daerah pemukiman, tidak terlepas dari faktor terlalu dekatnya bandar udara dan lintasan pesawat terbang, terutama ketika take off dan landing, dengan daerah permukiman atau perkotaan. Ketidakamanan bandara Husein Sastranegara untuk operasi penerbangan diperkuat oleh banyaknya obstacle yang menyebar di seluruh wilayah KKOP. Selain itu terdapat beberapa bangunan yang menjulang tinggi di wilayah KKOP yang melebihi batas ketinggian maksimum yang telah ditetapkan; 3) pembentukan objek 3 dimensi untuk kepentingan keselamatan penerbangan di bandara Husein Sastranegara Bandung dapat menjadi salah satu alat kendali dalam pengaturan bangunan bertingkat tinggi di Kota Bandung terutama di sekitar bandara Husein Sastranegara.

Beberapa saran penelitian, yaitu 1) perlu dilakukan pengukuran objek bangunan di wilayah KKOP dengan menggunakan alat yang mempunyai tingkat ketelitian cukup tinggi, sehingga diperoleh posisi horizontal dan vertikal yang akurat; 2) diperlukan objek bangunan yang berpengaruh secara signifikan pada keselamatan penerbangan di wilayah KKOP untuk menghasilkan informasi 3 dimensi yang mendekati keadaan sebenarnya di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Dale F, Peter & MC. Laughlin, John D. (1988). Land Administration. USA: Oxford Clarenden Press. Dewi, Novi Kristina. (2006). Pendaftaran Objek Kadaster 3 Dimensi. Tugas Akhir pada Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan ITB: Tidak diterbitkan. Gultom, Andy Nahil. (2003). Memetakan Sistem Kadaster Indonesia terhadap Negara ASEAN Lainnya dalam Rangka Pengembangan Pasar Lahan dan Properti. Skripsi pada Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan ITB: Tidak diterbitkan. Hartono, Andri. (2006). Aspek Geodetik pada Peta Navigasi Udara (Studi kasus: World Aeronautical Chart). Tugas Akhir pada Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan ITB: Tidak diterbitkan. ICAO (International Civil Aviation Organization). (1995), Aerodrome Design and Operation. Annex 14 (Second Edition). Canada. Keputusan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 49/2000 Tahun 2000 Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Sekitar Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1996 Tentang Kebandarudaraan. Priatna, Dede. (2000). Pemanfaatan Perangkat Lunak Soft Copy Photogrametry dalam Penentuan Batas-batas Keselamatan Operasi Penerbangan di Sekitar Bandara. Tugas Akhir pada Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan ITB. PT. Dirgantara Indonesia. (2004). Laporan Akhir Penyusunan Rencana Optimasi Bandara Husein Sastranegara. Bandung. PT. NINCEC Multi Dimensi. (1996). Penentuan Batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. Bandung: Final Report. Rais, Jacub. (2004). Perkembangan Sistem Kadaster. Materi Kuliah Umum: Tidak diterbitkan. Sarah, Kurdinanto. (1978). Pendaftaran Tanah. Bandung : Departemen Teknik Geodesi ITB. Sarah, Kurdinanto. (2006). Sistem Kadaster, Materi Kuliah GD 6241 Sistem Kadaster: Tidak diterbitkan.

Sari, Anggia Permata. (2005). Kajian Kadaster 3 Dimensi untuk Kepemilikan Strata Title Indonesia. Tugas Akhir pada Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan ITB: Tidak diterbitkan. Setiawan, Eddy Budi. (2002). Mengenal Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. Pikiran Rakyat. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com Setiawan, Yan. (1995). Peta Navigasi Udara (Studi Kasus Peta Penerbangan Sipil Skala 1:250.000. Tugas Akhir pada Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan ITB: Tidak diterbitkan. Siahaan, Marihot P. (2006). Kadaster 3 Dimensi Properti dengan Kepemilikan Strata Title untuk Kepentingan Kadaster Fiskal PBB (Studi Kasus : Istana Bandung Electronic Centre Bandung). Tesis pada Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan ITB: Tidak diterbitkan. Soedomo, Agoes Soewandito. (2004). Sistem Transformasi Koordinat. Bandung: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB. Stoter, Jantien E. (2004). 3D Cadastre, Nederlandse Commissie voor Geodesie Netherlands Geodetic Commission, Delft. Undang Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan.