MODEL POPULASI PENDEKATAN PERTUMBUHAN DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla raphidea WAKTU TANGKAPAN PADA PAGI HARI DI PERAIRAN UTARA PULAU TARAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POPULASI PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla Raphidea WAKTU TANGKAPAN SIANG HARI DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

NILAI INDEKS KONDISI DARI IKAN SIGANUS JAVUS BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN. Gazali Salim

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DENGAN FEKUNDITAS HARPODON NEHEREUS YANG BERASAL DARI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.2. Oktober ISSN : X

ANALISIS PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI CAESIO CUNNING DIDAPATKAN DARI HASIL TANGKAPAN NELAYAN KOTA TARAKAN.

UJI VARIABEL INDEKS KONDISI GELOINA COAXANS YANG BERASAL DARI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) KOTA TARAKAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

ANALISIS MODEL PERTUMBUHAN IKAN BERONANG TULIS (SIGANUS JAVUS) DARI HASIL TANGKAPAN NELAYAN KOTA TARAKAN ABSTRACT

PERBANDINGAN RASIO KELAMIN, MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN IKAN NOMEI (Harpadon nehereus) YANG BERASAL DARI HASIL PENANGKAPAN NELAYAN JUATA KOTA TARAKAN

3. METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

Jurnal Harpodon Borneo Vol.10. No.1. April ISSN : X

3. METODE PENELITIAN

Dhimas Wiharyanto, Gazali Salim, Muhammad Firdaus, dan M. Yusuf Awaluddin

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

UJI VARIABEL POTENSI DAN PERTUMBUHAN DARI KOMUNITAS KEPITING WARNA WARNI GENUS FIDDLER (Uca Spp) DI KKMB KOTA TARAKAN

2. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

PENGUKURAN MORFOMETRI KERANG KAPAH (Meretrix lyrata) DI PANTAI AMAL LAMA KOTA TARAKAN ABSTRAK

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

3. METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN REPRODUKSI IKAN KEMBUNG LELAKI

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 01 No. 01 (01 11) ISSN :

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

PENGUKURAN INDEKS KONDISI KERANG KAPAH (Meretrix lyrata) DI PANTAI AMAL LAMA PULAU TARAKAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

3. METODE PENELITIAN

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3. METODE PENELITIAN

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udang Mantis Harpiosquilla raphidea Klasifikasi

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

3. METODE PENELITIAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN ANALISA STRUKTUR KOMUNITAS SPESIES PLANKTON. Encik Weliyadi, 2) Dedy Harto

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi

3. METODE PENELITIAN

POTENSI SUMBERDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA TARAKAN, PROPINSI KALIMANTAN UTARA. Natanael 1), Dhimas Wiharyanto 2)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

HUBUNGAN PANJANG BERAT LORJUK (Solen spp) DI PERAIRAN PESISIR PANTAI SELATAN PULAU MADURA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR UMUR IKAN NOMEI (Harpadon nehereus) DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN

UJI VARIABEL FEKUNDITAS, VARIABEL TKG DAN IKG DALAM SKALA RASIO KELAMIN PADA IKAN NOMEI (HARPODON NEHEREUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

3.3 Pengumpulan Data Primer

KEPADATAN POPULASI DAN REPRODUKSI IKAN BELANAK (Mugil dussumieri) DI PERAIRAN BELAWAN, SUMATERA UTARA TESIS OLEH ALI RAMADHAN /BIO

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

3. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KELIMPAHAN UDANG KARANG BERDURI (Panulirus spp) DI PERAIRAN PANTAI WATUKARUNG PACITAN SKRIPSI

PERTUMBUHAN IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis Bleeker) DI PERAIRAN SUNGAI AEK ALIAN KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR SUMATERA UTARA


spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Raya Jakarta Serang Km. 04 Pakupatan, Serang, Banten * ) Korespondensi: ABSTRAK

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

Transkripsi:

Model Populasi Pendekatan Pertumbuhan (Tomy Chandra, dkk) MODEL POPULASI PENDEKATAN PERTUMBUHAN DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla raphidea WAKTU TANGKAPAN PADA PAGI HARI DI PERAIRAN UTARA PULAU TARAKAN 1) Tomy Chandra, 2) Gazali Salim, 2) Dhimas Wiharyanto 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan 2) Staf Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan Jl. Amal Lama No.1, Tarakan. Kalimantan Utara. 77123. 2) E-mail : axza_oke@yahoo.com ABSTRACT The research method uses descriptive method. The main variables to be measured in this study are variable length relationship in total and the total weight, variable carapace length and weight of the meat, the correlation length variable weight, condition index variable. Secondary variables of physical and chemical parameters will be measured in this study were ph, DO, temperature, salinity and brightness. Data collection techniques using survey research design. The sampling technique shrimp H.raphidea use way of "sampling". Raphidea Harpiosquilla shrimp sampling using purposive sampling method. Sampling was performed 12 times in three months as many as 343 samples (213 males and 130 females) are expected to represent the population of shrimp in the waters Juata Harpiosquilla raphidea Tarakan City. Environmental aspects Harpiosquilla raphidea for shrimp in the waters of the Tarakan city juata analysis such as ph, DO, salinity, temperature, and brightness. Results of research on the growth model allometri based (relations total length and total weight) and (relationship carapace length and weight of meat) of shrimp H.raphidea gender Male and Female allometri found to have growth is negative with the value of b <3. Results The percentage of the value of research data processing conditions index, By (Relationship Length and Weight Total Total) of H.raphidea Male and Female-dominated form of body fat. Based (carapace length and weight relationship Meat) H.raphidea maledominated form of body fat and lean body shape female dominated. Results of research on the sex ratio of shrimp H.raphidea sex Males and Females were 62% and 38% which is 1.6: 1. Keywords : population, growth, conditions index, morning, Tarakan PENDAHULUAN Pulau Tarakan memiliki luas daratan sekitar 657,33 km 2 dimana 61,8% atau sekitar 406,53 km 2 merupakan lautan. Perairan Juata merupakan wilayah utara pulau Tarakan yang dijadikan potensi perikanan yang cukup besar jenis hayati laut bernilai ekonomis dan potensi yang cukup tinggi yaitu udang Harpiosquilla raphidea. Udang Harpiosquilla raphidea memiliki nilai potensi ekonomis yang cukup tinggi dari uji protein sebesar 16,49% (Salim dan Firdaus, 2013). Hasil wawancara dengan nelayan udang Harpiosquilla raphidea tertangkap oleh jaring nelayan, maka udang tersebut akan dikembalikan ke habitatnya (di lepaskan ke laut) sehingga biasa disebut dengan hasil tangkapan Discard. 122 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X Namun untuk penelitian mengenai Model populasi pendekatan pertumbuhan dan indeks kondisi Harpiosquilla raphidea waktu tangkapan pada pagi hari di perairan Utara Pulau Tarakan, sedikit dilakukan sehingga kurangnya ilmu pengetahuan dan informasi mengenai udang Harpiosquilla raphidea di Kota Tarakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan terhadap udang tersebut secara lestari dan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini yaitu, mengetahui pertumbuhan allometri dan indeks kondisi dari udang Harpiosquilla raphidea, mengetahui aspek lingkungan/habitat hidupnya dengan menggunakan parameter fisika kimia dan mengetahui perbandingan jenis kelamin udang Harpiosquilla raphidea. Manfaat penelitian adalah dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan secara komprehensif atau pertumbuhan individu dan perbandingan jenis kelamin dari udang Harpiosquilla raphidea serta aspek lingkungan habitat dari udang Harpiosquilla raphidea di perairan Juata Kota Tarakan. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dari bulan Januari 2015 hingga Mei 2015. Waktu pengambilan sampel udang dilakukan sebanyak 12 kali yaitu pada tanggal 01 Maret 2015 hingga 12 Mei 2015. Lokasi penelitian dilaksanakan di perairan Juata Laut Kota Tarakan. Berikut ini adalah gambar peta yang menunjukkan lokasi penelitian Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Variabel utama yang akan di ukur dalam penelitian ini yaitu variabel hubungan panjang total dan berat total, variabel panjang karapas dan berat daging, variabel korelasi hubungan panjang berat, variabel indeks kondisi. Variabel sekunder paramater fisika dan kimia yang akan di ukur dalam Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 123

Model Populasi Pendekatan Pertumbuhan (Tomy Chandra, dkk) penelitian ini adalah ph, DO, suhu, salinitas dan kecerahan. Teknik Pengumpulan Data Desain Penelitian Teknik pengumpulan data menggunakan desain penelitian survey. Teknik pengambilan sampel udang Harpiosquilla raphidea menggunakan cara sampling. Data yang diperoleh dari hasil sampling selama penelitian merupakan data perkiraan (estimate value). Pengumpulan data dengan cara sampling hanya membutuhkan biaya sedikit, waktu lebih cepat, tenaga tidak terlalu banyak dan dapat dihasilkan cakupan data yang lebih luas dan terperinci. Pengambilan sampel udang Harpiosquilla raphidea menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 12 kali dalam tiga bulan sebanyak 343 sampel (213 ekor jantan dan 130 betina) diharapkan dapat mewakili populasi udang Harpiosquilla raphidea di perairan Juata Kota Tarakan. pengambilan sampel udang Harpiosquilla raphidea dilakukan pada saat kondisi air mati atau terjadinya surut air laut (Dirjenkan, 1979 dalam Burhanuddin, 2010). Analisis Data Aspek pertumbuhan allometri Morfometri (hubungan panjang dan bobot) Analisa dan pengolahan data dilakukan dengan cara memasukkan data karapas (panjang karapas dan tebal karapas) dan panjang tubuh udang (panjang total dan panjang standar) serta berat tubuh udang (berat total dan berat daging) yang sudah diubah dalam bentuk Logaritma kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel. Hubungan panjang dan berat dapat diperoleh data nilai panjang dan berat untuk dapat dianalisa, kemudian untuk mengetahui hubungan panjang dan berat dalam sifat pertumbuhan. Hubungan panjang dan berat menggunakan metode Effendie (1979) yang dirumuskan sebagai berikut : Y = a X b atau Log Y = Log a + b Log X atau W = a L b Keterangan : Y = berat (gram) X = panjang (mm) a = konstanta (intercep) b = kosntanta (Slope) Indeks kondisi Untuk mencari nilai KTI jika sifat pertumbuhannya isometrik yaitu dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979) sebagai berikut : W K(TI) = 10 5 x ---------- L 3 Dimana : K(TI) = faktor kondisi W = berat yang sebenarnya (gram) L = panjang udang (mm) Harga 10 5 dari rumus diambil sedemikian rupa sehingga K(TI) mendekati nilai 1. Menurut Weatherley (1972) sifat pertumbuhannya allometrik menggunakan metode sebagai berikut. W Kn = ----------- Ŵ Dimana : W = berat udang total (gram) Ŵ = berat udang dugaan (gram) Ŵ = (W = a L b berasal dari persamaan regresi dari hubungan panjang berat). Menurut Modifikasi Effendi dalam Salim (2013) menunjukkan bahwa kisaran angka dari nilai indeks kondisi di bagi mejadi 5 (lima) bagian yaitu: 1. Apabila nilai KTI berkisar antara 0,01 0,49 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat pipih. 2. Apabila KTI berkisar antara 0,50 0,99 menunjukkan bahwa bentuk tubuh pipih. 3. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh proporsional. 124 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X 4. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,01 1,50 menunjukkan bahwa bentuk tubuh gemuk. 5. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,51 2,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat gemuk. Koefisien korelasi Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono, 2006): 0 : Tidak ada korelasi >0 0,25 : Korelasi sangat lemah >0,25 0,5 : Korelasi cukup >0,5 0,75 : Korelasi kuat >0,75 0,99: Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna Aspek lingkungan Aspek lingkungan bagi udang Harpiosquilla raphidea di perairan juata kota Tarakan dilakukan analisis berupa ph, DO, salinitas, suhu, dan kecerahan. Pengamatan beberapa parameter fisikakimia air yang cirikan pengambilan contoh di lakukan dari perairan Juata kota Tarakan. Pengambilan parameter fisika-kimia secara in-situ dan ek-situ dilakukan pada variabel ph, DO, salinitas, suhu, dan kecerahan. Perbandingan jenis kelamin Pengambilan data jenis kelamin dilakukan dalam skala laboratorium. Pengambilan data rasio kelamin di lakukan dengan cara metode pembedahan di Laboratorium Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan (Gambar 2). Pengolahan data rasio kelamin menggunakan software Excel dengan menggunakan metode perbandingan persentase. \\ Jantan Betina Gambar 2. Udang Harpiosquilla raphidea jenis kelamin jantan dan betina Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 125

Model Populasi Pendekatan Pertumbuhan (Tomy Chandra, dkk) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hubungan panjang total dan berat total Berdasarkan hasil analisa hubungan panjang total dan berat total pada udang Harpiosquilla raphidea jenis kelamin jantan diperoleh nilai b yaitu 2,757 (Gambar 3) dengan nilai korelasi 0,99, sedangkan nilai b pada udang betina yaitu 2,707 (Gambar 4) Berat (gram) 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 dengan nilai korelasi 0,97. Keduanya memiliki nilai b < 3, dan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan udang Harpiosquilla raphidea jantan dan betina bersifat allometrik negatif. Artinya pertambahan panjangnya lebih cepat dari pada pertambahan beratnya/pertumbuhan beratnya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan panjangnya. y = 2.7577x - 4.8422 R² = 0.9873 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 Panjang (mm) Gambar 3. Model Pertumbuhan Udang Harpiosquilla raphidea Jantan Berat (gram) 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 y = 2.7071x - 4.7432 R² = 0.941 0.000 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 Panjang (mm) Gambar 4. Model Pertumbuhan Allometri Udang Harpiosquilla raphidea) betina Hubungan Panjang Karapas Dan Berat Daging Berdasarkan hasil analisa hubungan panjang karapas dan berat daging pada udang Harpiosquilla raphidea jenis kelamin Jantan diperoleh nilai b yaitu 2,607 (Gambar 5) dengan nilai korelasi 0,93, sedangkan nilai b pada udang Betina yaitu 2,787 (Gambar 6) dengan nilai korelasi 0,87. Keduanya memiliki nilai b < 3, dan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan udang Harpiosquilla raphidea jantan dan betina bersifat allometrik negatif. Artinya pertambahan panjangnya lebih cepat dari pada pertambahan beratnya/pertumbuhan beratnya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan panjangnya. 126 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X Berat (gram) Berat (gram) 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 y = 2.607x - 3.096 R² = 0.8662 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 panjang (mm) Gambar 5. Model Pertumbuhan Allometri Udang Harpiosquilla raphidea jantan y = 2.7876x - 3.3861 R² = 0.7652 0.000 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 Panjang (mm) Gambar 6. Model Pertumbuhan Allometri Udang Harpiosquilla raphidea betina Indeks Kondisi Indeks Kondisi Hubungan Panjang Total dan Berat Total Jantan Hasil analisa data indeks kondisi pada udang Harpiosquilla raphidea jantan didapatkan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 213 ekor, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea Jantan berkisar antara 0,79 1,24 berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang total dan berat total. 44,13% 0% 5,16% 0% 50,70% Sangat Gemuk Gemuk Proporsional Kurus Sangat Kurus Gambar 7. Persentase bentuk tubuh udang Harpiosquilla raphidea jantan berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang total dan berat total. Hasil analisa data dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea jantan (Gambar 7) yaitu : 1. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 0%, 2. Bentuk tubuh gemuk 50,70%, 3. Bentuk tubuh porposional 5,16%, 4. Bentuk tubuh kurus 44,13%, 5. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 0%, Betina Hasil analisa data indeks kondisi pada udang Harpiosquilla raphidea betina didapatkan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 213 ekor, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea Betina berkisar antara 0,18 2,21 berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang total dan berat total. Hasil analisa data dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea Betina (Gambar 8) yaitu : 1. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 1,54%, 2. Bentuk tubuh gemuk sebesar 51,54%, 3. Bentuk tubuh porposional 3,08%, 4. Bentuk tubuh kurus 43,08%, 5. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 0,77%, Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 127

Model Populasi Pendekatan Pertumbuhan (Tomy Chandra, dkk) 0,77% 1,54% Sangat Gemuk Gemuk 43,08% Proporsional Kurus 51,54% Sangat Kurus 3,08% Gambar 8. Persentase bentuk tubuh udang Harpiosquilla raphidea Betina berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang total dan berat total. Indeks Kondisi Hubungan Panjang Karapas dan Berat Daging Jantan Hasil analisa data indeks kondisi pada udang Harpiosquilla raphidea jantan didapatkan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 213 ekor, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea jantan berkisar antara 0,13 1,64 berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang karapas dan berat daging. Dari hasil analisa data dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea jantan (Gambar 9) yaitu : 1. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 1,88%, 2. Bentuk tubuh gemuk 50,70%, 3. Bentuk tubuh porposional sebesar 0,94%, 4. Bentuk tubuh kurus 44,60%, 5. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 1,88% 1,88% 1,88% Sangat Gemuk Gemuk 44,60% Proporsional Kurus 50,70% Sangat Kurus 0,94% Gambar 9. Persentase bentuk tubuh udang H.raphidea Jantan berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang karapas dan berat daging Betina Hasil analisa data indeks kondisi pada udang Harpiosquilla raphidea betina didapatkan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 130 ekor, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea betina berkisar antara 0,13 1,64 berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang karapas dan berat daging. Dari hasil analisa data dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea betina (Gambar 10) yaitu : 1. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 6,15%, 2. Bentuk tubuh gemuk 43,85%, 3. Bentuk tubuh porposional 2,31%, 4. Bentuk tubuh kurus 46,15%, 5. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 1,54% 1,54% 6,15% Sangat Gemuk Gemuk 46,15% Proporsional 43,85% Kurus 2,31% Sangat Kurus Gambar 10. Persentase bentuk tubuh udang Harpiosquilla raphidea betina berdasarkan indeks kondisi hubungan panjang karapas dan berat daging. Aspek Lingkungan Hasil pengukuran kualitas air (parameter fisika-kimia), didapatkan ratarata nilai ph yaitu 8,12; DO 7,46 (mg/l); suhu 29,4 ( ) ; salinitas 20 (ppt); dan kecerahan 113,5 (cm). Nilai-nilai yang didapatkan tersebut merupakan bagian/kehidupan dari habitat udang Harpiosquilla raphidea di perairan Juata Kota Tarakan. Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas Air (Parameter Fisika-Kimia) No ph DO Suhu Sal. Kecerahan (mg/l) ( ) (ppt) (cm) 1 8,04 7,60 28,4 25 106 2 8,12 6,44 30,1 20 122 3 8,14 7,07 29,7 18 121 4 8,14 7,80 29,4 17 110 5 8,12 7,79 29,4 18 109 6 8,17 8,06 29,4 22 113 128 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X Rasio Kelamin Hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan rasio kelamin dari hasil tangkapan udang Harpiosquilla raphidea berdasarkan pada tangkapan nelayan yang berasal dari perairan Juata Laut Kota Tarakan dimana jumlah udang Harpiosquilla raphidea jantan yaitu sebanyak 213 ekor (68%) lebih besar dibandingkan udang Harpiosquilla raphidea Betina sebanyak 130 ekor (32%) dengan perbandingan rasio kelamin 1,6 : 1 (Gambar 11). 62% (1,6) Betina Jantan 38% (1) Gambar 11. Perbandingan Jenis Kelamin Udang Mantis (Harpiosquilla raphidea). Pada gambar 11 menggambarkan bahwa jenis kelamin dari populasi udang Harpiosquilla raphidea jantan memiliki nilai persentase lebih besar dibandingkan dengan udang Harpiosquilla raphidea betina. Hal ini dilihat dari nilai persentase udang Harpiosquilla raphidea jenis kelamin jantan sebesar 62% dan nilai persentase udang Harpiosquilla raphidea jenis kelamin betina sebesar 38% dari total keseluruhan udang Mantis yang didapatkan dari 12 (dua belas) sampel yaitu jenis kelamin Jantan sebanyak 215 ekor dan jenis kelamin Betina sebanyak 132 ekor dengan perbandingan 1,6 : 1. Perbandingan jenis kelamin udang diharapkan seimbang, bahkan diharapkan jumlah betina lebih banyak dari pada yang jantan sehingga populasinya dapat dipertahankan walaupun ada kematian alami dan penangkapan. Keseimbangan perbandingan jumlah individu jantan dan betina mengakibatkan kemungkinan terjadinya pembuahan sel telur oleh spermatozoa hingga menjadi individuindividu baru semakin besar (Effendie, 2002). Menurut Suparjo (2005), pada perairan normal memiliki perbandingan udang jantan dan betina 1:1, namun pada masa bertelur jumlah udang jantan akan menurun karena mungkin sekali udang jantan akan mati lebih awal. Jadi ini menjadi salah satu faktor kenapa semakin lama udang betina jumlahnya lebih banyak dari pada udang jantan dalam suatu perairan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan 1. Hasil penelitian mengenai model pertumbuhan allometri berdasarkan (hubungan panjang total dan berat total) dan (hubungan panjang karapas dan berat daging) dari udang Harpiosquilla raphidea jenis kelamin jantan dan betina didapatkan memiliki pertumbuhan bersifat allometri negatif dengan nilai b<3. 2. Hasil pengolahan data penelitian Persentase nilai indeks kondisi, berdasarkan (Hubungan Panjang Total dan Berat Total) dari Harpiosquilla raphidea jantan didominasi bentuk tubuh gemuk sebesar 50,70% dan betina didominasi bentuk tubuh gemuk sebesar 51,54%. Berdasarkan (Hubungan Panjang Karapas dan Berat Daging) Harpiosquilla raphidea jantan didominasi bentuk tubuh gemuk sebesar 50,70% dan betina didominasi bentuk tubuh kurus sebesar 46,15%. 3. Hasil penelitian mengenai perbandingan jenis kelamin udang Harpiosquilla raphidea yang lebih mendominasi adalah jenis kelamin jantan dimana didapatkan sampel udang Harpiosquilla raphidea berjenis kelamin jantan sebanyak 62% dan udang Harpiosquilla raphidea berjenis kelamin betina sebanyak 38% yaitu 1,6 : 1. Rekomendasi Diharapkan adanya penelitian kembali mengenai udang Harpiosquilla raphidea Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 129

Model Populasi Pendekatan Pertumbuhan (Tomy Chandra, dkk) mengenai pertumbuhan menggunakan model Von Bertalanffy di perairan Juata Kota Tarakan sehingga dapat di jadikan suatu kebijakan mengenai pertumbuhan populasi dari udang Harpiosquilla raphidea. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. 336 hlm. Aziz KA, Boer M, Widodo J, Djamali A, Gofar A, & Rahmawati R. 2001. Perikanan udang di Perairan Indonesia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Aziz KA. 1986. Distribusi dan komposisi udang palaemonidae yang tertangkap di Perairan Teluk Banten. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Azmarina, 2007. Karakteristik Morfometrik Udang Mantis, Harpiosqiulla raphidea (Fabricius 1798), di Perairan Bagansiapiapi. Skripsi Sarjana. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. (tidak dipublikasikan). 53 hal. Chandra et al, 2013. Studi Aspek Pertumbuhan Udang Nenek (Harpiosquilla raphidea) di perairan Juata Laut Kota Tarakan. Effendie M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan Pertama.Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal. Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama, Yogyakarta. Faizah R. 2001. Struktur populasi (Kepadatan, Distribusi dan Rasio Kelamin) keong macan (Babylonia spirata L.) di Teluk Pelabuhan Ratu [skripsi]. Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Halomoan M. 1999. Beberapa aspek biologi reproduksi udang ronggeng (Squilla harpax de Haan) di perairan Teluk Banten, Serang, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kodama K, Shimizu T, & Aoki I. 2006. Effects of hypoxia on early life history of the stomatopod Oratosquilla oratoria in a coastal sea. Journal of Crustacean Biology. Marine Ecology Progress Series. 324: 197 206. Lagler, K.F., J.E. Bardach and R. R. Miller. 1962. Ichthyology. Wiley internasional Edition, John Wiley Sons, Inc., New York. 545 p. Malau RDY. 2002. Studi hubungan kualitas habitat terhadap pola distribusi kerang kerek Gafrarium spp. Pada ekosistem padang lamun gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu. [skripsi]. Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Manning RB. 1969. A review of the genus Harpiosquilla (Crustacea, Stomatopoda) with description of three new species. Smithsonian Contribution of zoology. Smithsonian Institution Press. City of Washington. Martanti D. 2001. Pola distribusi dan struktur populasi keong macan (Babylonia spirata L.) di Teluk Pelabuhan Ratu pada musim timur. [skripsi]. Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas 130 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mashar, A. 2011. Pengelolaan Sumberdaya Udang Mantis (Harpiosquilla raphidea Fabricus, 1798) Berdasarkan Informasi Biologi di Kuala Tungkal, kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 59 hlm. Mashar, A., dan Wardiatno, Y. 2011. Distribusi Spasial Udang mantis Harpiosquilla raphidea dan Oratosquilla gravieri di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Jurnal Pertanian-UMMI.,1(1):2088-8848. Naim M. 1996. Tipe distribusi dan struktur populasi jenis-jenis Mimi di perairan Teluk Banten, Serang, Banten. [skripsi]. Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nybakken JW. 1988. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. [Terjemahan dari Marine biologi: An ecological approach, 3 rd edition]. Eidman HM, Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M, & Sukardjo S (penerjemah). PT Gramedia. Jakarta. xv + 443 hlm. Punaji Setyosari.2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana. Salim G dan Firdaus M, 2013. Analisis Potensi dengan Uji Protein Spesies Udang Nenek (Harpiosquilla raphidea), hasil tangkapan (Discard) nelayan kota Tarakan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Borneo Tarakan (Tidak Dipublikasikan). Sarwono. 2006. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis Korelasi. http://www.jonathansarwono.info/kor elasi/korelasi.htm (Diakses pada tanggal 09 Maret 2015) Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sumiono B dan Priyono BE. 1998. Sumberdaya udang peneid dan krustase lainnya. Hlm. 107-138 in: J. Widodo, K. A. Azis, B. E. Priyono, G. H. Tampubolon, N. Naamin, & A. Djamali, eds. Potensi dan penyebaran sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut dan P2O-LIPI. Jakarta. Suparjo, N. M., 2005. Potensi Udang Dogol (Metapenaeus ensis) di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 9 hlm Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam (I). Erlangga. Jakarta.Hlm 1-27. Tamaki AJI dan Kubo K. 1999. Distributions of three species of Nihonotrypaea (Decapoda: Thalassinidea: Callianassidae) in intertidal habitats along an estuary to open-sea gradient in western Kyushu,Japan. Crustacean Research 28:37-51. Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 131