MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

Penilaian Visi Misi Calon Presiden Versi Masyarakat Sipil

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

PERAN DAN DUKUNGAN KEJAKSAAN RI TERHADAP PRIORITAS RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) T.A 2018

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

Teguh Kurniawan

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik good governance, telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN OPEN GOVERNMENT PARTNERSHIP (OGP)

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30


Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

BAB I PENELITIAN KORUPSI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pembangunan Integritas Bisnis

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

RPJMN dan RENSTRA BPOM

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

AYO KERJA, KAMI PASTI

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

11 Program Prioritas KIB II

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Transkripsi:

MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA A. Isu Umum 1. Rumusan masalah berkaitan dengan problem utama korupsi Terkait rumusan masalah, Pasangan Jokowi-JK mengaitkan isu anti-korupsi dengan permasalahan kewibawaan negara dan pemulihan terhadap kepercayaan publik, juga isu korupsi yang melemahkan sektor perekonomian nasional. Pasangan Prabowo-Hatta tidak menjabarkan secara spesifik. Identifikasi masalah Pasangan Prabowo-Hatta secara umum dikaitkan dengan transformasi bangsa untuk melanjutkan agenda reformasi dan percepatan pembangunan. Rumusan Masalah Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa Problem utama korupsi Tercantum dalam 3 (problem pokok bangsa: - poin pertama, mengenai merosotnya kewibawaan negara, yakni Negara semakin tidak berwibawa ketika masyarakat semakin tidak percaya kepada institusi publik, dan pemimpin tidak memiliki kredibilitas yang cukup untuk menjadi teladan dalam menjawab harapan publik terhadap perubahan kearah yang lebih baik. - poin kedua, melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional, yakni harapan akan perkuatan sendi-sendi ekonomi bangsa menjadi semakin jauh ketika negara tidak kuasa memberi jaminan kesehatan dan kualitas hidup yang layak bagi warganya. 2. Program berkaitan dengan rumusan masalah a. Daya cakup sektoral anti korupsi Transformasi bangsa ini merupakan kelanjutan untuk menyelesaikan agenda reformasi yang belum tuntas dan percepatan pembangunan yang masih belum optimal. Daya cakup dan daya sentuh program Anti-Korupsi kedua pasangan calon sam-sama telah mencakup sektor Reformasi Birokrasi pusat dan daerah, Sektor Fiskal atau anggaran publik (APBN-APBD), sektor reformasi kebijakan dan dukungan terhadap lembaga penegakan hukum, dan keterbukaan informasi serta pemerintahan terbuka. Pasangan Jokowi-JK lebih lengkap dengan mengikutsertakan program di bidang pemberantasan korupsi di sektor korupsi politik, reformasi kelembagaan penegak hukum; POLRI, Kejaksaan dan Peradilan, dan pelibatan masyarakat. Pasangan Prabowo-Hatta tidak spesifik terkait korupsi politik, reformasi lembaga penegakan hukum dan pelibatan masyarakat. Sistem Politik Sektoral Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa 1. Merestorasi undang-undang tentang partai politik untuk mendorong pelembagaan partai politik, melalui 1

Birokrasi Pemerintah secara umum Birokrasi Pemerintah Daerah penguatan sistem kaderisasi, rekruitmen, dan pengelolaan keuangan partai, (Berdaulat dalam bidang politik (BDBP), point 6, abjad a) 2. pengaturan pembiayaan Partai Politik melalui APBN/APBD, (BDBP, point 6, abjad b) 3. reformasi pengaturan pembiayaan kampanye, (BDBP, point 6, abjad c) 4. reformasi pengaturan pengawasan atas penyelenggaraan Pemilu, (BDBP, point 6, abjad d) 5. mendukung penciptaan struktur Ketatanegaraan dan Tata Pemerintahan yang mampu melaksanakan good and clean governance melalui check and balances antar lembaga negara, (BDBP, point 6, abjad e) 1. mewujudkan tata kelola pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan bersih, (BDBP, point 6, abjad f) 2. inisiatif penetapan payung hukum yang lebih kuat dan berkesinambungan bagi agenda reformasi birokrasi, (BDBP, point 12, abjad a) 3. aksi-aksi kongkrit untuk rekstrukturisasi kelembagaan yang cenderung gemuk, (BDBP, point 12, abjad b) 4. memberantas korupsi dikalangan aparatur sipil negara dengan memastikan komitmen terbuka dan terekspos, (BDBP, point 12, abjad d) 5. aksi-aksi nyata bagi perbaikan kualitas pelayanan publik, seperti meningkatkan kompetensi aparatur, memperkuat monitoring dan supervisi kinerja pelayanan publik, dan lain-lain (BDBP, point 12, abjad e) 6. mendorong mekanisme transparansi dalam pembuatan kebijakan, terutama pada kebijakan-kebijakan yang berpotensi terjadinya korupsi oleh pejabat Negara, (BDBP, point 11, abjad k) 1. reformasi pelayanan publik melalui penguatan desa, kelurahan dan kecamatan (BDBP, point 7, abjad g) 1. mempercepat peningkatan kesejahteraan aparatur negara, (Agenda kerja VIII, point 2) 2. reformasi birokrasi untuk mencapai sistem birokrasi efisien dan melayani dengan sistem insentif dan hukuman yang efektif, (Agenda kerja VIII, point 2) 1. melaksanakan pemangkasan rantai dan proses birokrasi yang berbelit-belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor pemerintahan (Agenda kerja VIII, point 5) 2

Belanja APBN/APBD 1. reformasi keuangan daerah dengan mendorong daerah untuk melakukan pengurangan overhead cost (biaya rutin), (BDBP, point 7, abjad f) 2. alokasi lebih banyak untuk pelayanan publik, (BDBP, point 7, abjad f) 3. memfasilitasi daerah agar mampu mengelola keuangan daerah secara efektif, efisien dan akuntabel berbasis kinerja, (BDBP, point 7, abjad f) 4. sinkronisasi antara perencanaan pembangunan dan alokasi anggaran, (Berdikari Dalam Bidang Ekonomi (BDBE), point 8, ayat (1)) 5. pemberian intensif bagi lembaga dan daerah yang memiliki penyerapan tinggi dalam mendukung prioritas pembangunan dan kebocorannya rendah, (BDBE), point 8, ayat (6)) 6. penerbitan UU wajib belajar 12 tahun dengan membebaskan biaya pendidikan dan segala pungutan baik di sekolah negeri maupun swasta, (BDBE), point 1) 1. APBN yang pro dengan menekan pemborosan dan inefisiensi pengeluaran anggaran, (Agenda kerja I, point 8) 2. Mengelola utang pemerintah (surat berharga negara) dengan cermat dan bijak, serta memanfaatkannya dengan efisien dan efektif, (Agenda kerja I, point 10, abjad c) 3. pos belanja pendidikan di APBN dengan realokasi dan peningkatan efisensi yang dipandang tidak efektif dan atau boros, (Agenda kerja IV, point 2) 4. memperbesar porsi Anggaran Transfer ke Daerah yang disyaratkan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan fasilitas publik di provinsi dan Kotamadya/kabupaten, (Agenda kerja VI, point 7) Pemberantasan korupsi dan regulasi pendukungnya Reformasi kelembagaan aparat penegak hukum 1. membuat RUU Perampasan Aset, RUU Perlindungan Sanksi dan Korban, RUU kerjasama Timbal Balik (MLA) dan RUU Pembatasan Transaksi Tunai, (BDBP, point 11, abjad g) 2. memprioritaskan penanganan kasus korupsi disektor penegakan hukum, politik, pajak, bea cukai, dan industri sumber daya alam, (BDBP, point 11, abjad j) 3. mengambil sikap zero toleran terhadap tindak kejahatan perbankan dan kejahatan pencucian uang, (BDBP, point 11, abjad r) 4. penyusunan kebijakan pengendalian atas import pangan melalui pemberantasan terhadap mafia impor yang sekedar mencari keuntungan pribadi/kelompok tertentu dengan mengorbankan kepentingan pangan nasional, (BDBE), point 2, ayat (1)) 1. membangun POLRI yang profesional dan dipercaya oleh masyarakat, (BDBP, point 3, abjad a) 2. evaluasi kepemimpinan POLRI untuk memudahkan dan memastikan arah gerak 1. menciptakan kepastian dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu dan seadiladilnya, (Agenda kerja VIII, point 3) 2. mencegah dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme, (Agenda kerja VIII, point 4) 3

Pencegahan korupsi Keterbukaan informasi penataan dan pengelolaan POLRI untuk lebih baik, (BDBP, point 3, abjad c) 3. merevitalisasi Komisi Kepolisian dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap kinerja Kepolisian RI, (BDBP, point 3, abjad f) 4. memperioritaskan penanganan kasus korupsi di sektor penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad j) 5. memberikan dukungan khusus membongkar jaringan dan praktik mafia peradilan dengan memberdayakan lembaga pengawas yang ada, melalui memperkuat kewenangan lembagalembaga tersebut dalam mengawasi praktek mafia hukum di lembagalemabaga tersebut dan pengisian keanggotaan lembaga-lembaga pengawas tersebut dilakukan dengan memperhatiakn prinsip independensi, kredibilitas dan profesionalitas, (BDBP, point 11, abjad m) 6. memperkuat satuan tugas dilingkungan POLRI dan Kejaksaan yang terlatih secara khusus dan profesional dalam melakukan penanganan dan pencegahan kejahatan perbankan dan pencucian uang, (BDBP, point 11, abjad s) 7. memilih Jaksa Agung dan Kapolri yang bersih, kompoten, anti korupsi dan komit pada penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad ii) 8. melakukan lelang jabatan strategis pada lembaga penegak hukum dan pembentukan regulasi tentang penataan aparat penegak hukum, (BDBP, point 11, abjad jj) 9. membangun sistem penilaian kinerja lembaga penegak hukum berbasis tingkat kepecayaan publik, (BDBP, point 11, abjad mm) 1. penerapan Sistem Integritas Nasional (SIN), (BDBP, point 11, abjad k) 2. menutup peluang terjadinya korupsi dalam sistem penyelenggaraan negara dan penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad k) 1. menjalankan secara konsisten UU No 14 tahun 2008, (BDBP, point 5, abjad a) 2. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di pemerintah, (BDBP, point 5, abjad b) 3. Mewajibkan laporan kinerja Pemerintah, (BDBP, point 5, abjad c) 4. membuka akses publik, (BDBP, point 5, 1. manajemen terbuka dan akuntabel, (Agenda kerja VIII, point 4) 4

Penguatan masyarakat dan media massa abjad c) 5. mewujudkan pelayanan publik yang bebas korupsi melalui teknologi informasi yang transparan, (BDBP, point 11, abjad f) 1. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik, (BDBP, point 5, abjad d) 2. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan keputusan publik, (BDBP, point 5, abjad e) 3. membuka keterlibatan publik dan media massa dalam pengawasan terhadap upaya tindakan korupsi maupun proses penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi, (BDBP, point 11, abjad l) 4. membuka ruang partisipasi publik melalui citizen charter dalam UU Kontrak Layanan Publik, (BDBP, point 12, abjad e) b. Daya cakup sektor pemerintahan Daya cakup sektor pemerintahan yang akan tersentuh oleh program Anti-Korupsi dari Pasangan Jokowi-JK akan melingkupi 18 sektor Pemerintahan termasuk Pemerintah daerah. Parlemen dan partai Politik. Pasangan Prabowo-Hatta akan mencakup 7 sektor pemerintahan dan Pemerintah Daerah (lihat tabel) Kelembagaan Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa Pemerintah Pusat 1. Kepolisian 2. Kejaksaan 3. Mahkamah Agung 4. Kementerian Keuangan (Pajak dan Bea Cukai) 5. KEMENPAN Reformasi Birokrasi 6. KOMINFO 7. Kementerian Dalam Negeri 8. Kementerian Kehutanan 9. Kementerian ESDM 10. Kementerian Perikanan 11. Kementerian Pendidikan 12. Bank Indonesia 13. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 14. Kompolnas 15. Komisi Informasi Publik 16. Komisi Yudisial 17. Komisi Kejaksaan 18. Badan Penanaman Modal Nasional (BPMN) Pemerintah Daerah 1. Pemda 1. Pemda 1. Kepolisian 2. Kejaksaan 3. Mahkamah Agung 4. Kementerian Keuangan 5. Kementerian Pendidikan 6. KEMENPAN RB 7. Badan Penanaman Modal Nasional (BPMD) 5

Legislatif 2. Kecamatan 3. Kelurahan 4. Desa 1. Parlemen 2. Partai politik B. Isu Khusus 1. Dukungan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Untuk dukungan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi, pasangan Jokowi-JK memiliki program terkait perubahan kebijakan terkait KPK dan program terkait sinergi KPK dengan Kepolisian dan Kejaksaan. Pasangan Prabowo-Hatta tidak memiliki program terkait kebijakan yang mendukung KPK akan tetapi secara spesifik menyebutkan program dukungan terhadap KPK dalam bentuk penambahan personil SDM dan anggaran, juga dukungan atas sinergi KPK dengan Polri dan Kejaksaan. Rancangan Undang- Undang KPK SDM dan anggaran KPK Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa Sinergi dan koordinasi dengan Polisi dan Jaksa 1. membangun Politik Legislasi yang jelas, terbuka dan berpihak pada pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup dan reformasi lembaga penegak hukum, (BDBP, point 11, abjad a) 2. mendukung keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK harus dijaga sebagai lembaga yang independen yang bebas dari pengaruh kekuatan politik. Independensi KPK harus didorong melalui langkah-langkah hukum yang profesional, kredibel, transparan dan akuntabel, (BDBP, point 11, abjad h) 1. memastikan sinergi di antara Kepolisian, Kejaksaan Agung dan KPK, (BDBP, point 11, abjad i) 2. berkomitmen untuk meningkatkan koordinasi penyidikan dan penuntutan, serta akuntabilitas pelaksanaan upaya paksa, (BDBP, point 11, abjad ll) 1. menambah tenaga penyidik dan fasilitas penyelidikan (Agenda kerja VIII, point 4) 1. penguatan peranan KPK, Kepolisian dan Kejaksaan dalam pemberantasan korupsi secara sinergis, (Agenda kerja VIII, point 4) 2. Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan korupsi (Stranas PPK) Tahun 2012-2025 Terkait dukungan atas keberlanjutan program Stranas PPK 2012-2025, tidak disebutkan secara tegas di dalam visi-misi kedua Pasangan Calon. Pasangan Jokowi-JK mencakupkan beberapa 6

program yang berkaitan dengan 6 strategi Stranas PPK yang melingkupi 18 kementerian/lembaga (K/L) serta Pemda dan menyebutkan secara khusu terkait penerapan Sistem Integritas Nasional (SIN). Pasangan Prabowo-Hatta mengaitkan programnya dengan Stranas di dalam implementasi program terkait 7 Kementerian Lembaga dan Pemda. Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa Penyebutan secara tegas dalam visi misi Capres dan Cawapres Substansi yang mendukung 6 (enam) strategi Stranas PPK Sistem Integritas Nasional (SIN) KPK mempunyai banyak agenda kerja terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi. Daya cakup sektoral luas dan kaya program yakni sebanyak 9 (sembilan) sektor sedangkan lembaga-lembaga yang akan diintervensi adalah Pemerintah Pusat (18 kementerian/lembaga), Pemerintah Daerah, legislatif, masyarakat dan media massa. Mempunyai agenda aksi Pencegahan Korupsi melalui penerapan Sistem Integritas Nasional (SIN) dan menutup peluang terjadinya korupsi dalam sistem penyelenggaraan negara dan penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad k) mempunyai agenda kerja terkait pemberantasan korupsi tetapi daya cakup sektoral dan pemerintah tidak sebesar pasangan Jokowi Jusuf Kalla. Hal ini terlihat dalam daya cakup sektoral sebanyak 7 (tujuh) sektor sedangkan lembagalembaga yang akan diintervensi adalah Pemerintah Pusat (7 kementerian/lembaga) dan Pemda. Tidak mempunyai agenda kerja pencegahan dan pemberantasan korupsi di level legislatif, masyarakat dan berbagai regulasi anti korupsi. 3. Korupsi Politik Terkait Program Pemberantasan Korupsi Politik, Pasangan Prabowo-Hatta tidak menyebutkan secara speisifik. Pasangan Jokowi-Hatta memasukan program yang terkait dengan reformasi Partai Politik dan reformasi parlemen dengan spesifik. Kedua Pasangan Calon memiliki program yang menyangkut pencegahan korupsi di sektor pembelanjaan negara atau pengadaan barang dan jasa publik. Reformasi Parpol Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa 1. merestorasi UU tentang Partai Politik untuk mendorong pelembagaan partai politik, melalui penguatan sistem kaderisasi, rekruitmen, dan pengelolaan keuangan partai, (BDBP, point 6, abjad a) 2. mendorong pengaturan pembiayaan Partai Politik melalui APBN/APBD yang diatur dengan undang-undang Partai Politik, (BDBP, point 6, abjad b) 3. mereformasi pengaturan pembiayaan kampanye. Dilakukan melalui perubahan 7

Reformasi parlemen Pengadaan barang dan jasa UU Pemilu yang memberikan pembatasan pengeluaran partai bagi kepentingan Pemilu, (BDBP, point 6, abjad c) 1. membangun Politik Legislasi yang jelas, terbuka dan berpihak pada pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup dan reformasi lembaga penegak hukum, (BDBP, point 11, abjad a) 2. menyusun rencana legislasi tahunan yang terarah dan realistis, (BDBP, point 11, abjad b) 3. memperkuat kapasitas fungsi legislasi pemerintah, (BDBP, point 11, abjad c) 4. menyediakan forum untuk melibatkan masyarakat dalam proses legislasi dan menyediakan akses terhadap proses dan produk legislasi, (BDBP, point 11, abjad d) 5. memberantas korupsi di sektor legislasi dengan menindak tegas oknum pemerintah yang menerima suap untuk memperdagangkan kepentingan masyarakat, (BDBP, point 11, abjad e) 1. pemberian intensif bagi lembaga dan daerah yang memiliki penyerapan tinggi dalam mendukung prioritas pembangunan dan kebocorannya rendah, (BDBE), point 8, ayat (6)) 2. memfasilitasi daerah agar mampu mengelola keuangan daerah secara efektif, efisien dan akuntabel berbasis kinerja, (BDBP, point 7, abjad f) 1. Reformasi belanja negara, dengan tujuan, salah satunya adalah meminimalkan kebocoran dan pemborosan anggaran, (Agenda kerja I, point 9, abjad a) 4. Perijinan bisnis dan lingkungan yang mendukung investasi Terkait pemberantasan korupsi di sektor perijinan bisnis dan iklim investasi, kedua pasangan calon memiliki program yang senada, yaitu memangkas korupsi pada rantai birokrasi dan insentif fiskal untuk mendukung iklim usaha lewat kemitraan strategis pemerintah dengan bisnis. Jokowi-JK menyebutkan secara spesifik terkait efektifitas perijinan bisnis dengan pemangkasan lama pengurusan perijinan menjadi 15 hari dan kepastian hukum sebagai pendukung program ekonominya. Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa perijinan bisnis dan lingkungan yang mendukung investasi 1. menciptakan layanan satu atap untuk investasi 2. efisiensi perijinan bisnis menjadi maksimal 15 hari 3. meluncurkan insentif kebijakan fiskal dan non fiskal untuk mendorong investasi sektor hulu dan menengah. Terdapat dalam agenda prioritas keenam (meningkatkan produktivitas rakyat dan 1. pemangkasan rantai birokrasi dan perijinan yang berlebihan di tingkat pusat dan daerah, (Agenda kerja I, point 11, abjad a) 2. pemberian insentif fiskal dan non fiskal, (Agenda kerja VII, point 3) 3. melaksanakan pemangkasan 8

daya saing di pasar internasional) 4. Pemerintah harus memberikan kemudahan administrasi yang sering menghambat dalam kegiatan investasi, (BDBE, point 3, ayat (1) abjad d) 5. Meningkatkan kepastian hukum dan penegakan hukum. Konsistensi kebijakan antar kementerian /lembaga/pemerintah pusat dan daerah, (BDBE, point 7, ayat) 6. Membangun kemitraan yang efektif antara badan pemerintah ataupun swasta, (BDBE, point 7, ayat (9)) rantai dan proses birokrasi yang berbelit-belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor pemerintahan (Agenda kerja VIII, point 5) 5. Korupsi Sumber Daya Alam Terkait korupsi di sektor sumber daya alam (SDA), kedua Pasangan calon berkomitmen untuk mereformasi sektor ini. Pasangan Prabowo-Hatta berkomitmen untuk meningkatkan nilai tambah sektor SDA sebagai salah satu andalan program ekonominya, demikian pula Pasangan Jokowi-JK yang mengairkan SDA dengan penambahan pendapatan negara dengan penekanan kuat pada penegakan hukum atas pelaku ekonomi ilegal. Kedua pasangan calon memiliki komitmen kuat terhadap pelaku pengrusakan lingkungan. Sektoral Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa Korupsi Sumber Daya Alam 1. memprioritaskan penanganan kasus korupsi di sektor penegakan hukum, politik, bea cukai dan industri sumber daya alam, (BDBP, point 11, abjad j) 2. menginisiasi perangkat payung hukum khusus dengan satuan tugas khusus untuk menindak tegas dan mencegah pelanggaran yang berkaitan dengan illegal loggging, illegal fishing dan illegal mining, (BDBP, point 11, abjad n) 3. membuat program khusus untuk membangun kesadaran masyarakat agar tidak melakukan kegiatan ilegal atau mendukung kegiatan ilegal, (BDBP, point 11, abjad o) 4. menegakkan hukum lingkungan secara konsekwen tanpa pandang bulu dan tanpa kekhawatiran akan kehilangan investor, (BDBP, point 11, abjad t) 1. melaksanakan reformasi pengelolaan sumber daya alam dan industri dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam, (Agenda kerja I, point 4, abjad a) 2. mencegah dan menindak tegas pelaku pencemaran lingkungan, (Agenda kerja VII, point 2) 6. Open Goverment Partnership (OGP) Terkait komitmen atas pemerintahan terbuka, Isu/Prinsip Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo Hatta Rajasa Transparan, efektif, partisipasi publik, akuntabel, dukungan Terdapat dalam agenda kerja : 1. ke-5 (membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik) Terdapat dalam agenda kerja : 1. ke 1 (membangun perekonomian yang kuat, 9

teknologi dan inovasi 2. agenda ke-6 (sistem dan kelembagaan demokrasi) 3. agenda ke-7 (memperkuat politik desentralisasi dan otonomi daerah) 4. agenda ke-11 (mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan) 5. agenda ke 12 (menjalankan Reformasi Birokrasi dan pelayanan Publik). Bentuk konkritnya terdapat dipenjelasan sub bagian daya cakup sektoral. berdaulat, adil dan makmur) 2. ke-4 (meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan melaksanakan reformasi pendidikan) 3. ke-6 (mempercepat pembangunan infrastruktur) 4. ke-7 (menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup) 5. ke-8 (membangun pemerintahan yang melindungi rakyat, bebas korupsi dan efektif melayani). Selain itu, terdapat kalimat yang menyebutkan soal OGP yakni Mencegah dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan menerapkan manajemen terbuka dan akuntabel;..., (Agenda kerja VIII, point 4) Untuk agenda kerja konkritnya terdapat dipenjelasan sub bagian daya cakup sektoral. 10