HARAPAN DAN ANCAMAN KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembangunan di berbagai bidang terutama bidang ekonomi. Hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil

Kenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat pengangguran seperti yang dijelaskan oleh teori trade-off

Pengaruh Susut (Losses) Distribusi Energi Listrik Terhadap Pendapatan Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi sehingga perubahan dalam harga BBM secara otomatis

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

PENGELOLAAN ENERGI SECARA TEPAT SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN STABILITAS EKONOMI NASIONAL

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015

Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

Faktor Minyak & APBN 2008

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

Gambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%)

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

5. GAMBARAN UMUM KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa, hal ini disebabkan oleh pertambahan faktor -faktor yang berlaku.

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

BAB I PENDAHULUAN. bunga Sertifikasi Bank Indonesia atau SBI rate yang sebesar 6 persen. SBI sebagai

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK, TELEPON DAN TARIF DASAR LISTRIK TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran rutin serta dengan berbagai pertimbangan yang lain, pemerintah

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan

PENYIAPAN TRANSAKSI: PENGIDENTIFIKASIAN, PENGUKURAN, DAN PENDOKUMENTASIAN

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Sejalan dengan itu perusahaan berusaha melakukan perbaikan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 2 LANDASAN TEORI

ENTREPREUNERSHIP. KOESNOTO SOEPRANIANONDO FKH-Unair Surabaya. Editor : Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

Transkripsi:

PKMI-1-13-1 HARAPAN DAN ANCAMAN KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK ANISA WARDAH, BAGAS NUGROHO, I GEDE HARIANDANA, SITI FATIMAH, SITI MARFUAHABSTRAK UNIVERSITAS MULAWARMAN, SAMARINDA ABSTRAK Studi ini merupakan kajian teoritas dan empiris, oleh sebab itu perlu ditinjau labih lanjut agar nantinya dapat menghasilkan data yang akurat. Dalam hal ini harga BBM mrupakan inti dari permasalahan dari kenaikan TDL bagi konsumen, kenaikan harga selalu menjadi masalah, apalagi dalam situasi perekonomian saat ini. Kenaikan tariff listrik yang direncanakan dikhawatirkan akan menekan daya beli masyarakat yang sudah terpuruk saat ini. Alas an TDL dinaikan karena Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak sanggup menenggung biaya operasional yang harus dikeluarkan setiap bulan. Tapi apakah hal itu hanya berkaitan langsung dengan kenaikan BBM atau tidak, belum dapat dipastikan. Sebab, sebagaimana perusahaan negara lain, PLN juga tidak lepas dari permasalahan manajemen. Untuk mendapatkan keterangan tersebut dikumpulkan data dan informasi dengan menggunakan metode Interview kepada pihak-pihak yang bersangkutan, dalam hal ini adalah pihak PLN. Selain itu digunakan juga metode Dokumentasi sebagai pelengkap data. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan harga BBM dengan meningkatnya biaya operasional TDL, penyebab kenaikan TDL, pengaruh kenaikan TDL, terhadap berbagai kalangan, dan upaya penggulangan masalah kenaikan TDL. Dalam hal ini jika TDL dinaikan, maka PLN yang beberapa tahun belakangan ini selalu mengalami deficit dapat diminimalisir kerugiannya dan berpengaruh pada membaiknya pelayanan PLN terhadap pelanggan, sedangkan bagi masyarakat hal ini dirasakan sangat memberatkan. Tetapi lain halnya jika TDL tidak dinaikan maka ketidakseimbangan antara biaya produksi dan pendapatan akan semakin besar pada neraca keuangan PLN, selain itu mengakibatkan pelayanan terhadap pelanggan menjadi tidak maksimal. Kata kunci : BBM, kenaikan TDL, biaya operasional, permasalahan deficit PENDAHULUAN Seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk yang terjadi, perkembangan perekonomian di Indonesia belakangan ini sangat memberatkan bagi masyarakat. Perekomian di Indonesia mengalami pasang surut mulai dari krisis moneter tahun 1998, melemahnya nilai rupiah terhadap kurs dollar, dan kenaikan BBM. Imbas kenaikan bahan bakar minyak (BBM) belum hilang. masyarakat kembali dihadapkan pada rencana pemerintah untuk menaikan tarif dasar listrik (TDL). Rencana pemerintah untuk menaikkan TDL ternyata menurut pihak PLN disebabkan merupakan rentetan akibat dari kenaikan BBM yang semakin melambung. Saat harga BBM naik secara otomatis biaya produksi PLN pun meningkat sehingga anggaran dana yang dialokasikan untuk biaya operasi

PKMI-1-13-2 tidak mencukupi. Hal lain yang memicu rencana kenaikan TDL adalah pertumbuhan yang penduduk yang pesat mendorong kebutuhan akan listrik meningkat. Dengan biaya operasional yang tidak seimbang dengan pendapatan sangat sulit bagi PLN dapat memenuhi permintaan masyarakat yang semakin banyak. Hal ini masih didukung oleh permasalahan manajemen di tubuh PLN itu sendiri yang sampai sekarang dirugikan oleh banyak pihak. Salah sata solusi yang terpikirkan oleh pihak PLN karena berbagai permasalahan ini adalah menaikan TDL. Tetapi di sisi lain kenaikan TDL dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kerterpurukan ekonomi yang berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat, Saat TDL naik pengeluaran masyarakat untuk membayar biaya listrik akan naik dan mengurangi pengalokasian dana pada kebutuhan yang lain. Dalam hal ini posisi PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak hanya berorientasi Prnfit oriented tetapi lebih kearah pelayanan masyarakat perlu diperhatikan. Apabila TDL jadi dinaikan beban hidup masyarakat akan semakin berat, masyarakat harus membayar dengan sangat mahal hak mereka atas energi (listrik), yang sesungguhnya adalah milik mereka. DI sisi lain, keterbatasan kemampuan keuangan negara kini tidak memungkinkan untuk melakukan pembangunan di sektor listrik. Akibatnya terjadi pemadaman bergilir di berbagai wilayah, dan ancaman pemadaman di wilayah lainnya. Pemerataan kesempatan menikmati sambungan listrik kian sulit karena terhambatnya pembangunan infrastruktur bank. Pada akhirnya, krisis listrik akan memperlambat roda perekonomian. Dari permasalahan di atas peneliti berusaha mengungkapkan halhal yang mendasari kenaikan TDL yang direncanakan pemerintah dengan dasar pemikiran teori Biaya dan Demand Supply pada pasar monopoli. Adapun permasalahan yang diungkapkan penulis adalah mengenai besarnya pengaruh BBM terhadap biaya operasi, penyebab kenaikan TDL, analisis biaya produksi listrik, pengaruh kenaikan TDL terhadap berbagai pihak dimasyarakat, dan upaya dalam menanggulangi kenaikan TDL. Studi dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh BBM terhadap biaya operasional PLN sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkompeten. Dengan mengetahui pengaruh biaya produksi terhadap kegiatan operasional maka dapat dibentuk system pelaksanaan yang ekonomis, efektif, dan efisien. Selain itu dapat juga dijadikan dasar dalam pengidentifikasian manajemen PLN serta sebagai kontrol dalam pelaksanaan kegiatannya, sehingga hal-hal yang merugikan seperti kebocoran (losses) akibat administrasi maupun penyusutan serta tunggakan dari para pelanggan dapat diminimalisir. Selain itu Karya Ilmiah ini dibuat untuk mengetahui pengaruh kenaikan TDL. terhadap masyarakat, dan mencari solusi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam masalah kenaikan TDL ini. METODE PENDEKATAN Karya ilmiah ini dibuat dengan menggunakan Metode Interview dan Dokumentasi. Metode Interview digumakan sebagai metode utama dalam pengumpulan data, metode pelengkap dalam memperoleh informasi, serta sebagai kriterium (pengukur) untuk meyakinkan atau mengukur suatu kebenaran imformasi. Dalam penelitian ini pengiunpulan data dilakukan melalui interview

PKMI-1-13-3 dengan pihak PLN ( Persero ) Samarinda, yang dalam hal ini merupakan pajak yang berkompeten dalam menyikapi masalah ini. Sedangkan Metode Dokumentasi digunakan dalam pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian dan merupakan bahan penelitian yang merekam peristiwa penting. HASIL Menurut pemeriksa keuangan (BPK) yang datanya dilihat penulis dari Tribun Samarinda pada bulan Maret 2006, diketahui bahwa harga tarif dasar listrik pada Agustus 2003 berdasarkan Kurs Dollar As Rp.8,871. inflast sebesar 6,63%, dan harga solar per liter Rp.1668. BPK dengan asumsi Kurs Dollar As Rp.9700, inflasi 8 % dan harga sollar per liter Rp. 5000, memperoleh nilai deficit keuangan PLN RP. 27,2 Triliun, dengan kemampuan subsidi pemerintah Rp. 17 Triliun. Berdasarkan hasil interview dengan pihak PLN (PERSERO) Samarinda pada tanggal 13 Maret 2006, diperoleh data bahwa harga jual listrik Rp. 630,00/kwh dengan rincian biaya produksi untuk BBM sebesar Rp. 5000,00 untuk 3 kwh. Biaya produksi untuk biaya selain BBM sebesar Rp. 1000,00 untuk 3 kwh, sehingga didapat biaya total produksi sebesar Rp. 6.000,00 untuk 3 kwh atau Rp. 2000,00/kwh. Dimana perhitungan mengasilkan nilai defisit PLN sebesar 34 Triliun Rupiah, dengan kemampuan subsidi pemerintah 17 Triliun rupiah, sehingga PLN masih mengalami kekurangan dana untuk menutupi sebesar Rp. 17 triliun. Inflasi naik Nilai rupiah turun Daya beli masyarakat turun BBM Naik Pengangguran Biaya produksi PLN naik TDL naik Gambar rantai kenaikan TDL Saat harga naik, maka biaya produksi PLN meningkat, hal ini dikarenakan BBM merupakan bahan baku utama dalam proses produksi, sehingga berpengaruh pada kenaikkan TDL. Saat TDL naik maka biaya produksi perusahaan juga naik., akibatnya perusahaan melakukan efisiensi tenaga kerja (PHK), Oleh karena itu terjadi pengangguran dan membuat daya beli masyarakat menurun, kemudian berpengaruh pada kenaikan harga Inflasi. Untuk menutupi kerugian pemerintah maka kembali lagi pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM.

PKMI-1-13-4 PEMBAHASAN Alasan kenaikan tarif listrik yang mengemuka saat ini tampak bagi sebagian pihak tak masuk akal. PLN mengusulkan kenaikan TDL dengan mengemukakan alasan depresiasi rupiah terhadap dollar AS, harga jual yang masih rendah dari harga pokok produksi (HPP ), meningkatnya harga BBM, kebuhihan investasi untuk memenuhi permintaan listrik yang tumbuh 10 persen per tahun, dan kesepakatan kenaikan TDL menuju tarif keekonornian pada tahun 2004. Korelasi antara kenaikan BBM dan biaya produksi adaiah dengan naiknya harga BBM secara otomatis menaikan biaya bahan baku (BBB). Dalam operasi kegiatan produksi di PLN, biaya BBM mempengaruhi sekitar 70% dari total biaya, sehingga saat biaya BBM naik maka hal ini berimbas sangat besar terhadap biaya pokok produksi (BPP). Dengan fluktuasi kenaikan kurs dollar mengakibatkan harga perolehan spare part meningkat. Apabila spare part tersebut di gunakan untuk perawatan atau pemeliharaan mesin, maka itu akan menambah biaya pemeliharaan mesin, dan apabila spare part tersebut di gunakan sebagai pengganti mesin yang rusak, rnaka akan menambah biaya penyrrsutan. Korelasi antara biaya pemeliharaan dan biaya penyusutan terhadap produksi yaitu balk biaya pemeliharaan maupun biaya penyusutan termasuk dalam biaya overhead pabrik: ( BOP ). BOP merupakan salah satu elemen dari BPP. Jadi, dapat disimpulkan saat biaya untuk spare part tersebut naik, maka BPP pun meningkat. karena adanya penrbahan harga mata yang rupiah pihak PLN melakukan revaluasi asset untuk mengetahui nilai asset mereka saat ini. Revaluasi asset ini. dilakukan pada tahun 2002. Akibatnya, jika dibandingkan dengan nilai asset PLN yang pada tahun 2001 sebesar 79,9 triliun rupiah, pada tahun 2002 naik tiga kali lipat menjadi 213,8 triliun nrpiah. Konsekuensi peningkatan nilai asset itu adalah pada peningkatan biaya depresiasi. Jika volume depresiasi PLN untuk tahun buku 2001 hanya 3,4 triliun rupiah, maka tahun buku 2002 meningkat menjadi 15,6 triliun rupiah. Akibatnya, untuk tahun-tahun selanjutnva, seperti halnya tahun 2002, biaya penyusutan naik. Jadi kesimpulannya revalusi asset juga membuat melonjaknya biaya produksi. Seperti halnya perusahaan swasta, selain biaya produksi PLN, BBB,BOP, dan BTK juga perlu diperhatikan. Untuk beberapa tahun belakangan ini BTK tidak terlalu ada perubahan, hal ini disebabkan tidak adanya kenaikan gaji. Tapi tidak menutup kemungkinan kedepannya.btk ini akan naik, hal ini didorong oleh tuntutan karyawan yang menginginkan kesejahteraan yang lebih baik dari semula. Dikarenakan PLN adalah sebuah perusahaan yang sangat besar maka tidak heran kalau dalam kegiatannya kadang melakukan kesalahan misalnya, kesalahan perhitungan, kesalahan pembacaan meteran, atau kesalahan pencatatan, serta pencurian. Karena hal ini menyebabkan kerugian semakin besar, maka PLN harus efisien agar losses berkurang sehingga BPP dapat ditekan sampai harga yang lebih murah. Kenaikan BPP juga diakibatkan oleh mahalnya harga pembelian dari Iistrik swasta. Working Group on Power Sector Restructuring (WGPSR) menemukan bahwa harga pembelian listrik dari pembangkit listrik swasta oleh

PKMI-1-13-5 PLN rata-rata sebesar Rp 491,28 (5,8 sen dollar AS per kwh), jauh lebih tinggi dari rata-rata harga listrik yang diproduksi anak perusahaan PLN, lndonesia Power, yaitu Rp 344,54 (4 sen dollar AS per kwh). Sesuai data WGPSR, PLN harus mengalokasikan dana sebesar Rp 11,5 triliun, atau 19 persen dari total beban usaha PLN tahun 2003, guna membeli listrik swasta tersebut. Masalahnya tidak seluruh listrik dari swasta dapat diserap oleh PLN karena ada masalah dengan transmisi listrik di jaringan Jawa-Bali. Walaupun demikian, PLN tetap wajib membayar listrik tersebut karena terikat kontrak take or pay. Sebagai suatu perusahaan yang negara PLN sering mengalami kesulitan dalam menagih pembayaran (piutang) kepada instansi. Karena untuk menjaga nama baik instansi yang bersangkutan. PLN tidak bisa mengekspos hal ini, sehingga sering terjadi tunggakan yang menumpuk dan relatif besar pada suatu instansi. Sebagai sebuah perusahaan salah satu pendapatannya berasal dari pembayaran beban listrik. Selain itu juga ada tambahan dari pembayaran denda akibat pelanggan terlambat membayar atau melakukan pelanggaran. Berbeda dengan perusahaan swasta, PLN yang merupakan BUMN mendapat subsidi dari pemerintah. Rencana pemerintah utuuk menaikkan TDL menuai berbagai macam reaksi dari berbagai macam kalangan, tidak hanya mahasiswa, Lembaga Swdaya Masyarakat (LSM), masyarakat, dan sektor bisnis Juga menyuarakan ketidaksetujuannya atas rencana pemerintah tersebut. Kenaikan TDL ditakutkan masyarakat akan berpengaruh kuat terhadap kenaikan inflasi, karena dengan naiknya TDL ini mengakibatkan biaya produksi menjadi naik dan otomatis diikuti dangan kenaikan harga barang lain (spiral effect), sehingga daya beli masyarakat menurun. Bila biaya produksi dalam suatu usaha meningkat maka perusahaan cenderung melakukan efisiensi tenaga kerja (PHK), dan dengan kenaikkan TDL, PLN akan mencapai titik BEP, dengan konsekuensi akan menurunkan kesejahteraan rakyat. untuk menutupi besarnya Biaya PLN guna melayani kebutuhan konsekuensi dapat dilakukan berbagai upaya yaitu, memperbaiki manajemen dalam tubuh PLN. menekan konsumsi BBM seoptimal munakin. dan meningkatkan efisiensi penagihan dalam rangka mengurangi biaya losses yang terjadi, menambah subsidi TDL dari berbagai macam pos-pos APBN. KESIMPULAN Gagasan menaikkan TDL berlandaskan pada alasan bahwa Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) sudah tidak mampu lagi menanggung beban biaya produksi, jika revenue berpatokan pada TDL sekarang maka subsidi pemerintah tidak cukup untuk menutupi beban biaya produksi PLN yang membengkak akibat kenaikan tajam harga Bahan Bakar Minyak ( BBM ). Selain BBM ada beberapa faktor yang membuat rencana kenaikan TDL terlontar, misalnya adanya kebocoran dan revaluasi aset dimana ini semua membuat BPP TDL (biaya pokok produksi tarif dasar listrik) meningkat. Apabila kenaikan TDL dijadikan jalan satu-satunya maka dikhawatirkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat akan menurun. hal ini dikarenakan

PKMI-1-13-6 pengeluaran masyarakat untuk pembayaran beban listrik naik dan diikuti menurunnya pengeluaran di kebutuhan yang lain. Dikarenakan oleh hal ini maka rencana untuk menaikan TDL perlu dikaji ulang. Selain dengan menaikan TDL, apabila PLN bisa memperbaiki manajemennya, melakukan efisiensi, ada kemungkinan hal ini bisa menutupi biaya produksi yang meningkat. DAFT AR PUSTAKA Reksoprayito. Soediyono. (2000). Pengantar Ekonomi Makro, edisi VI, BPFE- Yokyakarta. Mukyadi. (1999). Akuntansi Biaya, Aditya Media. Yokyakarta Kaltim,, tribun.(2006 ). Purnomo: Kita Pusing Tujuh keliling, hlm 1. Samarinda. Samarinda, Tribun. (2006). Tarif Listrik tak Jadi Naik, hlm 5, Samarinda Http: www. Tribun Kaltim.comPT PLN PERSERO. (2001). Berevetisasi Juru Tera III, Pandaan. Jawa Timur

PKMI-1-13-7