OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Bab 4 P E T E R N A K A N

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

PENGEMBANGAN KOMODITAS SAPI POTONG (TERNAK RUMINANSIA) DI KALIMANTAN TIMUR

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Buletin IPTEKDA LIPI Komunikasi Info Iptek untuk Daerah Volume 1 No.3 Maret 2001 LIPI IKUT BERKIRAH DALAM BIDANG PEMBIBITAN SAPI

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

KESIAPAN DAN PERAN ASOSIASI INDUSTRI TERNAK MENUJU SWASEMBADA DAGING SAPI ) Oleh : Teguh Boediyana 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI SUBSEKTOR PETERNAKAN 1)

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

CUPLIKAN BLUE PRINT PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI 2014 KERANGKA PIKIR

RENCANA KINERJA TAHUNAN

(Rp.) , ,04

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

KARYA ILMIAH PELUANG USAHA PETERNAKAN SAPI

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan.

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG. (sub sektor Peternakan) Tahun

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 59/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

iii LAPORAN KINERJA BET CIPELANG 2016 apabila dicermati BET Cipelang telah memanfaatkan anggaran dengan baik untuk hasil yang maksimal.

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

No NAMA PROGRAM DAN KEGIATAN ANGGARAN (Rp.) KELUARAN KEGIATAN VOLUME KET

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN RANCANGAN RENCANA KERJA DITJEN PKH TAHUN 2018

Transkripsi:

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan PENDAHULUAN Produksi daging sapi dan kerbau tahun 2001 berjumlah 382,3 ribu ton atau porsinya sekitar 25 persen dari total produksi daging sebesar 1,5 juta ton. Sedangkan dari sisi konsumsi, maka konsumsi daging sapi dan kerbau pada tahun yang sama berjumlah 423,3 ribu ton. Sehingga terdapat kekurangan produksi daging sebesar 41 ribu ton. Untuk memenuhi tingkat produksi daging dalam negeri pada tahun 2001 jumlah ternak yang dipotong, baik sapi maupun kerbau berjumlah 1,9 juta ekor. Untuk memenuhi kebutuhan dan kekurangan daging sapi tersebut terpaksa dilakukan impor ternak sapi bakalan dan impor daging dari luar negeri. Impor sapi bakalan tersebut sebelum krisis moneter malah pernah mencapai hampir 400 ribu ekor. Pada tahun 2002 impor masih berlangsung walaupun jumlahnya menurun menjadi sekitar 275 ribu ekor. Selain itu impor daging berkualitas untuk pasar khusus masih dilakukan yakni sebesar 41 ribu ton. Perekonomian negara diperkirakan akan segera pulih pada tahun-tahun mendatang dan jika tidak dilakukan upaya-upaya terobosan akan terjadi peningkatan kesenjangan antara produksi dalam negeri dan tingkat konsumsi. Implikasinya adalah akan terjadi pengurasan atau eksploitasi yang tidak terkendali terhadap ternak-ternak lokal rakyat yang pada gilirannya akan mengganggu keseimbangan populasi ternak di alam. Pada 3 tahun kedepan tingkat konsumsi masyarakat akan daging sapi diperkirakan akan meningkat dari 1,6 kg/kap/tahun menjadi 2,3 kg/kap/tahun. Hal ini identik dengan pemotongan ternak sapi sebesar 2,2 juta ekor (30%), berarti selain 1,9 juta ekor yang secara reguler dipotong masih diperlukan lagi tambahan 300 ribu ekor ternak sapi setiap tahun yang harus dipotong yang diambil dari peternakan rakyat. Berdasarkan tingkat produktivitas peternakan rakyat yang dimiliki saat ini, yaitu angka kelahiran yang rendah, angka kematian ternak dan wabah penyakit menular dan penyakit reproduksi. Pada sisi lain tidak terkontrol pemotongan hewan betina produktif dan pejantan unggul di berbagai Rumah Potong Hewan (RPH), yang meninmbulkan kekhawatiran kembali tentang pengurasan ternakternak rakyat. 57

PRINSIP-PRINSIP UPAYA TEROBOSAN KECUKUPAN DAGING SAPI 2005 Dalam upaya menghindari pengurasan ternak rakyat untuk memenuhi konsumsi daging masyarakat perlu diusulkan pendekatan yang mengintegrasikan aspek teknis, ekonomi dan sosial secara terpadu dalam paket program. Prinsip yang akan dianut adalah; Azas kelestarian sumberdaya ternak nasional (populasi), Azas keseimbangan (suplai-demand), dan Azas kemandirian (mengurangi impor). Dalam azas kelestarian sumberdaya ternak akan terkait dengan aspek teknis yaitu peningkatan kelahiran, penurunan kematian, pengendalian pemotongan betina produktif dan pejantan unggul. Pada azas keseimbangan suplai dan demand terkait dengan perhitungan-perhitungan penyediaan ternak dalam negeri yang berasal dari pasokan peternakan rakyat, industri peternakan rakyat dan importasi daging. Sedangkan untuk azas kemandirian bermaksud untuk mengurangi ketergantungan akan impor, peternakan rakyat tetap merupakan tulang punggung, industri peternakan rakyat menjadi pendukung dan impor sebagai penyambung. Ketiga prinsip tersebut biasa dikenal sebagai Gaung (tiga ung) upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri. OPERASIONALISASI UPAYA TEROBOSAN KECUKUPAN DAGING SAPI 2005 Pengertian Kecukupan adalah pangan hewani asal ternak (khusus daging sapi) sampai tingkat rumah tangga cukup tersedia, harga terjangkau, aman, sehat, utuh dan halal. Pengertian ketersediaan adalah paling tidak 90 95 persen tersedia dari suplai dalam negeri. Sehingga swasembada dapat bersifat on trend artinya suatu saat dapat dilakukan impor dalam jumlah batas atau dapat dilakukan ekspor bila memungkinkan. Upaya kecukupan daging sapi merupakan upaya terobosan yang mendesak. Untuk mencapai kecukupan daging tahun 2005 tersebut, maka upayaupaya dalam bentuk kegiatan operasional yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : Peningkatan Produktivitas 1. Peningkatan kegiatan ET dan IB secara terpadu, terkonsentrasi diikuti dengan program penggemukan. Untuk ini pada TA 2001 sudah diupayakan pengadaan elitte bull dan donor sebanyak 120 ekor serta pengadaan sarana dan prasarana pendukung. Pengadaan elite bull dan donor tersebut diharapkan akan meningkatkan AKP. Volume 1 No. 1, Maret 2003 : 57-65 58

produksi semen beku menjadi 6-7 juta dosis sesuai kebutuhan untuk menginseminasi betina produktif sebanyak 2 juta ekor. Selain itu akan dihasilkan produksi embrio sebanyak 3500 mudigah. Dengan dihasilkannya embrio tersebut akan diperoleh dua keuntungan ganda yaitu secara cepat (satu generasi) terbentuk bibit unggul dan sekaligus tidak perlu lagi dilakukan importasi dari bull dan donor. 2. Pengembangan pakan yang cukup, bermutu dan tersedia setiap saat Pengembangan penyediaan pakan dengan menggunakan bahan bku dari sumberdaya lokal. 3. Upaya persilangan ternak ke arah dual purpose Upaya ini adalah untuk menghasilkan ternak dual purpose, sehingga menjadi ternak pedaging dan ternak perah. 4. Pengembangan sentra baru kawasan Pengembangan sentra baru dengan pendekatan kawasan peternakan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Melalui kawasan yang telah ada tersebut pelayanan pengendalian dan pengawasan penyakit dapat terkonsentrasi. Peningkatan Populasi Ternak 1. Pengendalian pemotongan betina produktif. Pada saat ini jumlah ternak betina yang dipotong mencapai 40 persen dari seluruh jumlah ternak yang dipotong. Ternyata 70 persen dari betina yang dipotong tersebut masih produktif. Untuk mengatasi masalah ini dilaksanakan melalui proyek pembangunan rumah potong hewan dan tata niaga daging di 10 provinsi yang berasala dari bantuan SPL-OECF. Selain itu proyek ini dapat meningkatkan ketersediaan daging yang aman, utuh, sehat dan halal (ASUH). 2. Pengendalian penyakit reproduksi. Penyakit reproduksi yang penting untuk dikendalikan adalah Brucellosis (penyakit keguguran/keluron menular). Ternyata wilayah-wilayah yang tertular saat ini adalah provinsi-provinsi yang potensial sebagai sumber bibit ternak, yaitu ; Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan dan Jawa. Untuk ini melalui dana 59

APBN akan dilakukan upaya pembebasan pulau per pulau. Selain itu sudah dilakukan pembicaraan dengan pihak Australia untuk membantu pengendalian penyakit ini, khususnya di Indonesia kawasan timur. 3. Impor bibit ternak. Upaya ini akan dilakukan apabila memang diperlukan dalam rangka menambah populasi ternak sekaligus meningkatkan mutu genetis. Substitusi dan Diversifikasi Produk. Upaya ini dilakukan agar terjadi substitusi daging ternak besar dengan adging ternak lainnya, khususnya daging ternak unggas (pergeseran dari red meat ke white meat). Sehingga pada akhirnya tidak terlalu tergantung kepada pasokan daging sapi semata. Operasionalisasi upaya ini adalah melalui UPSUS GEMA PROTEINA 2001ayam buras di 22 kabupaten pada 12 provinsi, UPSUS itik di 5 kabupaten pada 3 provinsi, UPSUS kambing di 10 kabupaten pada 7 provinsi dan UPSUS domba di 7 kabupaten pada 5 provinsi. Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan produktivitas ternak-ternak ayam negari rakyat dalam Program Pengembangan Budidaya dan Perbibitan Ayam Buras (RRMC) di 81 kabupaten pada 18 provinsi (bantuan SPL-OECF). Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan. 1. Secara konsisten memperbaiki kinerja unit pelaksana teknis (UPT). Pembibitan ternak ke arah komersialisasi dan privatisasi, sehingga UPT pembibitan ternak dapat menghasilkan bibit ternak yang berkualitas. 2. Mengembangkan kelembagaan penangkar bibit ternak rakyat (dilaksanakan oleh rakyat sendiri) semacam Village Breeding Centre. 3. Desentralisasi Balai Inseminasi Buatan (BIB), untuk mendekatkan penyediaan semen beku pada peternak dengan jenis dan jumlah sesuai dengan dengan kebutuhan. Kegiatan ini diprioritaskan pada daerah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI. Yogyakarya, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Barat. 4. Terbentuknya satu unit organisasi baru pada tingkat pusat (eselon II), yaitu Pusat pelayanan Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio Nasional (PUSPITNAK). Pusat pelayanan ini akan membawahi dan membina pusat pelayanan IB maupun TE di Indonesia. 5. Promosi dan pengembangan ekspor produk pendukung dan pengamanan ternak, yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis pemerintah maupoun oleh swasta (obat, vaksin). Pada saat ini telah dilakukan ekspor obat-obatan dan vaksin ke Myanmar dan Thailand. Sedang yang dalam proses ada 10 jenis obat-obatan dan vaksin, untuk memenuhi permintaan negara-negara Timur tengah. Promosi dan pengembangan eskpor ini sekaligus untuk mendukung AKP. Volume 1 No. 1, Maret 2003 : 57-65 60

berkembangnya industri pendukung dalam mempercepat upaya swasembada daging 2005. DAMPAK YANG DIHARAPKAN 1. Dari aspek teknis, selama kurun waktu (2000 2005) terjadi peningkatan angka parameter kelahiran dari 18,8 persen menjadi 20,9 persen, sedangkan angka kematian terjadi penurunan dari 4,0 persen menjadi 3,0 persen. 2. Terjadi peningkatan pertumbuhan populasi ternak sapi dari 0,66 persen (2000) menjadi 1,05 persen (2005). Sehingga selama kurun waktu 2000 2005 terjadi peningkatan proporsi suplai daging sapi dalam begeri dari 82 persen menjadi 93 persen. Sebaliknya terjadi penurunan suplai daging sapi yang berasal dari impor sapi bakalan dari 13,0 persen menjadi 4 persen dan importasi daging sapi berkualitas juga menurun dari 5,0 persen menjadi hanya 3,0 persen. 3. Terjadi penurunan jumlah impor sapi bakalan selama kurun waktu 2000 2005. Sementara itu terjadi peningkatan pasokan produksi daging sapi dalam negeri dari 307 ribu ton menjadi 464 ribu ton selama kurun waktu yang sama. PENUTUP Demikian uraian Operasionalisasi Program Terobosan menuju Kecukupan Daging Sapi Tahun 2005, semoga dapat dijadikan acuan untuk mewujudkannya. 61