Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi*

dokumen-dokumen yang mirip
PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)*

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

BAB I PENDAHULUAN. lokal dan sisanya merupakan perusahaan penanaman modal asing.

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran*

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar,

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk*

BAB I PENDAHULUAN. perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini keberadaan pasar modal memiliki peran yang cukup vital

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan

Hasil keuangan AKRA 6M 2012 teraudit dirilis, Laba Neto 6M 2012 meningkat 23% YOY menjadi 297 Miliar

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan dunia yang bebas melahirkan era persaingan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. persediaan adalah pos aset lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Faisal Basri (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di negara-negara Asia Tenggara, yakni kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan sehingga secara

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. sebisa mungkin mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan. cenderung menurun ditunjukkan pada gambar 1.1 (bareska.com).

Tabel 1. Ringkasan Laporan Laba Rugi untuk 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2012/2011

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

Paparan Publik. Ruang Seminar 1 & 2 Bursa Efek Indonesia, Jakarta 27 April 2018

Transkripsi:

Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Mei 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Tinjauan sekilas Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh dua digit sejak tahun 2009 didorong oleh permintaan seiring dengan jumlah pendukuk yang meningkat. Nilai industri farmasi di negara ini diperkirakan mencapai USD 6,1 miliar di tahun 2014 dari USD 4,5 miliar di awal 2013. Hal ini ditopang oleh pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mulai tahun 2014, yang di sisi lain juga menyebabkan lonjakan volume permintaan dan meningkatnya kebutuhan untuk investasi lebih lanjut dalam industri farmasi. Menjadi negara terpadat keempat di dunia dengan kelas menengah yang terus tumbuh, Indonesia menawarkan pasar yang menarik bagi industri farmasi karena industri ini masih dalam tahap pertumbuhan. Misalnya, pada tahun 2008, pengeluaran per kapita untuk kesehatan (termasuk obatobatan farmasi) dalam negeri sebesar USD 61 dan meningkat menjadi USD 108 pada tahun 2012. Pengeluaran per kapita ini lebih rendah dibandingkan Filipina (USD 119), Thailand (USD 215) atau Malaysia (USD 410) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehingga ruang untuk pertumbuhan cukup menjanjikan. Pada tahun 2014, jumlah itu diperkirakan naik ke USD 125 (Pharmaphorum.com) dan diharapkan meningkat menjadi USD 150 pada tahun 2015 (Pacific Bridge Medical Report). Pertumbuhan sektor farmasi di Indonesia sebagian besar disumbang oleh obat generik dan formulasi lokal yang diperkirakan mencapai lebih dari 70% dari total pangsa pasar. Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya obat bermerek yang hanya mampu dijangkau oleh kelompok-kelompok tertentu dari masyarakat. Sektor ini sangat terfragmentasi dan kompetitif dengan lebih dari 200 pemain, dimana sekitar 60 adalah pemain asing. Industri ini juga telah aktif mengekspor obat generik ke pasar yang tidak diatur atau setengah-diatur (diatur di sini mengacu pada besarnya kontrol dari pemerintah/lembaga regulasi domestik atas penemuan obat baru, pengembangan obat generik, penelitian dan pengembangan klinis/farmasi, uji klinis, ulasan dan evaluasi uji coba, pengendalian lingkungan, aturan perizinan, dan lain-lain) di Afrika dan Asia. Beberapa negara tujuan ekspor untuk obat generik adalah Thailand, Jepang, India dan Korea Selatan, sedangkan negara tujuan ekspor obat formulasi adalah pasar yang tidak diatur seperti Ghana, Zimbabwe, Nigeria dan Mozambik. Meski demikian, terdapat potensi ekspor yang besar di negara-negara ASEAN melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA), jika industri ini mampu meningkatkan skala produksi (yang masih rendah mengingat 95% dari produksi dikonsumsi di dalam negeri). Kontrol regulasi atas industri farmasi juga terjadi dalam skala internasional, baik pada produk dan fasilitas manufaktur serta kontrol harga di banyak negara, selain investasi dalam skala besar dan berkelanjutan. Analisis ICRA Indonesia atas perusahaan farmasi mencakup pengetahuan prospek di pasar utama dimana perusahaan beroperasi (atau berencana untuk beroperasi), kemampuan produksi dan R&D perusahaan, portofolio produk (termasuk obat yang masih dalam proses pengembangan), strategi pemasaran dan distribusi, dan kehadiran di berbagai jenis obat dan segmen terapeutik. Strategi bisnis di masa depan adalah fokus perhatian utama, mengingat tantangan yang muncul dalam rezim produk obat paten disandingkan dengan sumber daya keuangan yang terbatas. ICRA Indonesia Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi

Beberapa isu kunci yang dipertimbangkan ketika menganalisis kualitas kredit dari perusahaan farmasi, seperti yang tercantum di bawah, dibahas panjang lebar dalam laporan ini. Portofolio Produk dan Produk Dalam Pengembangan Diversifikasi Pasar Keberadaan di Pasar Domestik Investasi R&D Risiko Hukum dan Peraturan Ekspor Dampak Rezim Produk Paten Dampak Kontrol Harga Fasilitas Manufaktur Kualitas Manajemen Risiko Keuangan Portofolio Produk dan Produk Dalam Pengembangan Umur, potensi pendapatan dan keragaman portofolio produk merupakan faktor penilaian utama. Dengan demikian, kemampuan perusahaan farmasi untuk terus menambah produk baru sesuai dengan pola permintaan yang muncul merupakan faktor penting dalam pemeringkatan. Tidak seperti dalam kasus perusahaan farmasi internasional yang "bermerek", perusahaan-perusahaan Indonesia praktis tidak mengalami "berakhirnya periode paten" yang dapat mengakibatkan penurunan yang signifikan atas harga produk, yang mengarah kepada penurunan pendapatan. Pada saat yang sama, perusahaan obat generik beroperasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif ditandai dengan hambatan masuk yang lebih rendah karena tidak adanya perlindungan paten, sehingga margin juga rendah. Mempertahankan produk dalam pengembangan yang menguntungkan, dengan tetap melihat kompleksitas manufaktur dan tekanan kompetitif, masih menjadi tantangan. Perusahaan farmasi di Indonesia menghadirkan produk obat bermerek sebagain besar di pasar dalam negeri dan beberapa di antaranya di pasar setengah diatur. Perusahaan-perusahaan domestik tersebut telah dikenal mereknya terutama dalam produk nutrisi dan perawatan kesehatan. Dalam segmen obat-obatan, produksi lebih mengarah kepada obat generik. Sementara merek besar biasanya terbukti lebih menguntungkan bagi perusahaan, konsentrasi produk yang signifikan dapat meningkatkan risiko. Perusahaan dengan eksposur yang signifikan untuk produk yang telah matang di pasar atau mengalami penurunan pada segmen terapeutik akan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. Sebaliknya, perusahaan yang mampu memperbarui portofolio produk mereka sesuai dengan kebutuhan terapi pasar akan mengalami pertumbuhan pendapatan yang lebih kuat. Perusahaan dengan infrastruktur pemasaran domestik yang kuat juga akan meningkatkan peluang lisensi obat untuk menambah produk dalam pengembangan mereka. Memiliki produk dalam pengembangan yang kuat sangat penting untuk mempertahankan laba masa depan perusahaan farmasi. Para pemain yang lebih agresif juga akan menargetkan produk khusus/niche, dan menyesuaikan produk dalam pengembangannya. Diversifikasi Pasar Kehadiran di beberapa pasar adalah positif dari perspektif kredit. Hambatan masuk yang rendah di pasar yang tidak diatur membuat perusahaan-perusahaan yang melayani pasar ini rentan terhadap tekanan harga yang cukup besar. Perusahaan yang menargetkan ekspor ke pasar yang tidak diatur sering ditandai dengan marjin yang rendah, pembayaran tagihan yang lama, dan tingkat pengembalian yang rendah atas modal yang digunakan, sehingga mereka cenderung memiliki rasio proteksi kredit yang rendah. Namun, kemampuan perusahaan mempertahankan kehadirannya di berbagai pasar adalah hal yang dievaluasi oleh ICRA Indonesia dengan mempertimbangkan rekam jejak, investasi R&D, kapasitas produksi yang diijinkan, portofolio produk saat ini dan produk dalam pengembangan, pengelolaan distribusi saat ini dan yang direncanakan, dan faktor-faktor lainnya. ICRA Indonesia Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi Halaman 2 dari 6

Keberadaan di Pasar Domestik Keberadaan di pasar domestik yang kuat dianggap positif oleh ICRA Indonesia. Karakteristik pasar farmasi domestik yang sangat terfragmentasi memaksa pelaku memiliki dispilin atas proses produksi berbiaya rendah, yang merupakan kekuatan utama dalam industri ini. Jaringan distribusi yang kuat dan keberadaan merek dapat membuka peluang mendapatkan lisensi dari pemegang paten asli yang menargetkan pasar Indonesia. Penilaian ICRA Indonesia di sisi keberadaan di pasar domestik meliputi analisis dari bauran penjualan domestik produk terapeutik perusahaan. Keberadaan beragam produk terapeutik, posisi pasar yang relatif kuat dalam segmen utama, dan fokus pada pengenalan produk baru dianggap positif oleh ICRA Indonesia. Di sisi lain, konsentrasi tinggi atas produk terapeutik atau produk tertentu menghadapkan perusahaan pada risiko bisnis yang signifikan. Pergerakan data pangsa pasar dan peringkat di segmen yang relevan selama bertahun-tahun juga dianalisis untuk memahami tren dan konsistensi dalam kinerja perusahaan. Jaringan penjualan yang kuat dan keuntungan sebagai pionir memegang peran kunci untuk mengembangkan merek yang kuat, dan diberikan bobot memadai oleh ICRA Indonesia. Investasi R&D Meskipun industri farmasi di Indonesia terutama terdiri dari pemain generik, R&D akan semakin memainkan peran penting dalam pengembangan produk masa depan. Infrastruktur R&D serta tenaga kerja yang berkualitas dan berpengalaman adalah dua kunci utama untuk penelitian farmasi. Ke depan, dengan meningkatnya persaingan untuk mendapatkan tenaga berpengalaman yang terbatas, retensi tenaga teknis akan menjadi aspek penting dari inisiatif R&D suatu perusahaan. Tim R&D yang kuat juga perlu orang-orang yang cukup berpengalaman dalam menangani masalah yang terkait dengan paten. Dalam hal keuangan, ICRA Indonesia melihat total pengeluaran R&D (biaya dan modal) perusahaan selama tiga sampai lima tahun sebagai indikator komitmen perusahaan terhadap R&D. ICRA Indonesia juga mengevaluasi produktivitas R&D, dengan mempertimbangkan pencapaian perusahaan melalui upaya R&D terakhir. Risiko Hukum dan Peraturan Ekspor Saat ini, Indonesia mengekspor ke pasar farmasi yang setengah-diatur dan tidak diatur di kawasan Asia dan Afrika. Karena obat yang diekspor adalah obat generik, dinamika pasar sebagian besar akan didasarkan pada persaingan harga. Namun demikian, semakin banyak pasar tidak diatur menyelaraskan kontrol mereka dan meningkatkan persyaratan kualitatif dan dokumentasi. Akibatnya, ketika perusahaan farmasi memperluas jangkauan internasionalnya, risiko yang dihadapi akan meningkat sehubungan dengan pelanggaran paten atau risiko kewajiban produk, awalnya karena perubahan dalam peraturan pasar yang berlaku dan selanjutnya karena mereka memperluas jangkauan wilayah. Dalam hal ini, neraca keuangan yang kuat dan profil produk yang terdiversifikasi akan bertindak sebagai faktor yang meringankan risiko. Dampak Rezim Produk Paten Indonesia yang menjadi penandatangan Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (GATT), dipersyaratkan untuk mematuhi Perdagangan terkait Hak Atas Kekayaan Intelektual atau Trade Related Intellectual Property Rights (TRIP). Perjanjian TRIPS mengharuskan Indonesia untuk mengakui hak paten untuk produk makanan, farmasi dan agro-kimia. Hal ini telah mempengaruhi program pemerintah untuk memberikan obat murah dan berdampak pada tingkat harga umum obat yang secara substantif lebih mahal. Di masa depan, pengenalan obat yang dipatenkan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia akan mungkin terjadi terutama melalui perjanjian lisensi dengan pemegang hak paten. Dalam pemeringkatan perusahaan farmasi, ICRA Indonesia menilai dampak dari rezim paten produk di portofolio produk saat ini dari perusahaan yang bersangkutan. Analisis ICRA Indonesia juga mencakup penilaian kritis dari strategi yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal kebijakan lisensi, ICRA Indonesia Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi Halaman 3 dari 6

kontrak manufaktur, upaya R&D, dan ekspor. Strategi ini dievaluasi dalam konteks sumber daya keuangan, kemampuan R&D dan manufaktur serta kedalaman sumber daya manajemen perusahaan. Dampak Kontrol Harga Keputusan menteri kesehatan tahun 2012 mengontrol harga obat generik di Indonesia. Ketergantungan yang lebih rendah terhadap pendapatan dari obat yang harganya dikendalikan akan dilihat positif oleh ICRA Indonesia. Namun demikian, ruang lingkup kontrol harga tunduk pada revisi dan re-evaluasi oleh kementerian yang akan berdampak pada dinamika industri farmasi di Indonesia pada tahun-tahun mendatang. ICRA Indonesia akan memantau perkembangan ini secara berkelanjutan untuk menilai dampaknya terhadap pelaku industri. Fasilitas Manufaktur Biaya komparatif manufaktur akan memainkan peran penentu dalam harga produk dan pasar ekspor. Sementara secara historis harga obat Indonesia lebih tinggi antara lain karena impor bahan baku, munculnya pemasok lokal atas bahan baku farmasi diperkirakan akan tumbuh mengingat peluang yang akan datang di sektor ini. Dalam menganalisis pesaing dalam industri, biaya produksi serta fasilitas teknologi akan memainkan peran utama. Oleh karena itu, ICRA Indonesia menilai sistem yang dijalani oleh perusahaan selama proses produksi, fasilitas pengujian, kualitas tenaga kerja yang terlatih, dan kualitas dokumentasi selama manufaktur. Integrasi ke belakang berpotensi berperan penting dalam mempertahankan keunggulan biaya ekspor, karena memberikan nilai tambah yang lebih besar. Peningkatan dan pemeliharaan fasilitas manufaktur yang memenuhi standar pasar ekspor memerlukan komitmen keuangan yang signifikan. Disamping itu, pemeriksaan dan persetujuan adalah proses yang memakan waktu. Perusahaan dengan persetujuan atas fasilitas yang ada akan memiliki keuntungan waktu yang signifikan atas pesaingnya. Kualitas Manajemen Industri farmasi beroperasi dalam lingkungan yang sangat dinamis, dengan peristiwa penting yang terjadi dalam suatu pasar seperti pengembangan produk, berakhirnya paten dan perubahan peraturan sering mempengaruhi pelaku di pasar lain. Peluang ekspor juga memunculkan tantangan manajemen yang kompleks, dengan profitabilitas (dan penurunan harga) dipengaruhi oleh peluang produk khusus, keunikan unsur kimia atau dosisnya, dan kompleksitas hukum dan pemasaran. Hal ini menjadi sangat relevan, mengingat strategi pembalasan semakin diadopsi oleh perusahaan inovator untuk menggagalkan tantangan produk generik. Kualitas manajemen tetap menjadi faktor kunci untuk semua peringkat kredit. Kurangnya tim manajemen yang berpengalaman di bagian seperti R&D, divisi hukum, pengembangan bisnis dan produksi secara signifikan dapat meningkatkan risiko bisnis perusahaan farmasi. Ke depan, akan terjadi peningkatan kompetisi untuk tenaga kerja terlatih yang tersedia, terutama di bidang-bidang penting seperti R&D dan pengembangan bisnis. Oleh karena itu, struktur manajemen yang profesional dan fokus pada sumber daya manusia akan sangat penting bagi industri. Risiko Keuangan Tingkat hutang yang moderat, marjin laba kotor yang tinggi dan pengembalian modal yang digunakan (ROCE) secara historis terbukti menjadi faktor penting dalam menghadapi ketidakpastian yang berkaitan dengan investasi dalam pengembangan produk dan masuk ke pasar yang diatur. Neraca yang kuat juga memberikan akses yang menguntungkan ke pasar saham maupun obligasi, yang pada gilirannya memungkinkan fleksibilitas pendanaan untuk rencana pertumbuhan dan pengelolaan likuiditas. Selain neraca yang kuat, perusahaan yang peringkatnya tinggi menunjukkan arus kas yang stabil melalui aliran pendapatan yang terdiversifikasi dari kategori pasar dan produk, produk dalam pengembangan yang stabil, dan jaringan distribusi yang kuat. Dengan kebutuhan investasi yang besar, kurangnya skala ekonomi juga dapat secara signifikan mengganggu profil risiko perusahaan, terutama dengan munculnya rezim produk paten. ICRA Indonesia Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi Halaman 4 dari 6

Kompleksitas produk, bauran terapeutik, dan pasar dimana perusahaan beroperasi --disamping efisiensi operasi-- adalah factor penentu dari margin keuntungan. Selain itu, profitabilitas juga dipengaruhi oleh tahap tertentu yang dicapai produk dalam siklusnya (matang dan produk yang bersifat komoditas biasanya menawarkan margin rendah) dan waktu saat masuk pasar (posisi sebagai pionir sering menghasilkan pangsa pasar yang relatif besar dan karenanya memiliki margin yang lebih tinggi). Perusahaan pengolah produk yang melibatkan proses yang kurang kompleks dan mudah ditiru sering tunduk pada persaingan yang ketat, dan hal ini tercermin dalam margin yang biasanya rendah. Selain itu, di segmen yang sangat bersifat komoditas, fasilitas produksi yang besar dibangun di lokasi biaya rendah seperti China yang bisa menurunkan harga dan margin. Margin juga cenderung tipis bagi pemain yang menargetkan pasar yang kurang diatur, karena persyaratan yang relatif lunak untuk persetujuan atas registrasi produk dan fasilitas manufaktur juga menyiratkan hambatan masuk yang rendah dan tentu saja persaingan yang ketat. Sementara pasar yang diatur menawarkan margin operasi yang lebih baik, penurunan harga dapat terjadi secara tajam setelah "periode eksklusivitas" berakhir. Selain itu, formula yang kurang kompleks dapat mengundang banyak pemain, sehingga margin mungkin sangat rendah. ICRA Indonesia juga menempatkan penekanan pada kekuatan produk dalam pengembangan. Diversifikasi pelanggan juga diperlukan untuk mengurangi risiko. Pada saat yang sama, hubungan yang sukses dengan perusahaan inovator dapat memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap margin bagi produsen di Indonesia. ICRA Indonesia mengevaluasi profitabilitas sebelum investasi R&D, karena peningkatan belanja R&D berpotensi menjadi hal positif dalam jangka panjang dan dengan demikian dievaluasi secara terpisah. Oleh karena itu, analisis ICRA Indonesia dari sisi keuangan menyesuaikan perbedaan yang dapat timbul karena penerapan metode akuntansi yang berbeda. Modal kerja merupakan faktor kunci dalam analisis ICRA Indonesia. Tingginya kadar piutang dan persediaan dapat mencerminkan pendapatan yang berkualitas buruk, yang mungkin memerlukan penghapusan di masa depan. Pada saat yang sama, pengembangan persediaan juga dapat berasal dari satu rangkaian kejadian seperti peluncuran produk yang dijadwalkan dalam waktu dekat; pengembangan ini akan dianggap investasi yang diperlukan. Risiko nilai tukar bagi perusahaan farmasi dapat berasal dari impor bahan baku dan ekspor produk farmasi. Tingkat risiko nilai tukar yang dihadapi perusahaan akan ditentukan oleh posisi net impor/ekspor. ICRA Indonesia melihat bauran impor/ekspor perusahaan untuk menilai risiko nilai tukar, strategi lindung nilai yang diadopsi, dan implikasi dari strategi tersebut, saat mengevaluasi kinerja perusahaan. Kesimpulan Industri farmasi di Indonesia berada dalam salah satu tonggak terpenting dalam lintasan pertumbuhannya; peluang yang diberikan oleh sistem jaminan sosial yang baru sangat besar. Di sisi lain, faktor-faktor seperti ketidaktersediaan bahan baku utama di dalam negeri, pasar yang terfragmentasi dan kelangkaan sumber daya yang memadai telah menghambat industri untuk tumbuh secara maksimal. AFTA juga memberi peluang besar untuk obat-obatan di Indonesia untuk bergerak maju. Dengan demikian, kemampuan untuk bergerak secara proaktif dalam mengantisipasi kebutuhan pasar, memperluas penawaran produk dan diversifikasi segmen produk akan menjadi faktor kunci untuk keberhasilan industri. Lebih lanjut, dengan kesempatan berkembang di pasar ekspor, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan peraturan suatu wilayah dan standar manufaktur juga penting. ICRA Indonesia Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi Halaman 5 dari 6

***** Copyright, 2015, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. *Diadopsi dan dimodifikasi dari Rating Methodology for Pharmaceutical Companies oleh ICRA Limited ICRA Indonesia Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi Halaman 6 dari 6