HASIL DAN ANALISIS DATA. Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 METODOLOGI. Dalam penelitian ini bahan / materi dikumpulkan melalui : selama 4 tahun penjualan besi Wiremesh untuk diramalkan

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

Evelina Padang, Gim Tarigan, Ujian Sinulingga

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik Informatika dan Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Peramalan Jumlah Penumpang Pada Siluet Tour And Travel Kota Malang Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN KANTOR PERCETAKAN DAN PERDAGANGAN UMUM CV AGUNG BEKASI TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PERAMALAN KUANTITATIF (TEKNIK STATISTIK) Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI.

PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TERTINGGI BULAN DESEMBER disusun untuk memenuhi Tugas Lapangan Mata Kuliah Metode Peramalan

BAB III HASIL ANALISIS

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

PERAMALAN PENJUALAN TIKET PESAWAT PADA CV. VIDO JAYA TOUR DAN TRAVEL

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. langsung melihat database yang digunakan dengan cara menekan tombol open

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN KAITANNYA DALAM PERAMALAN LABA PADA PD. RAMATEX. Nama : Desty Trisnayannis NPM :

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB 3 FORECASTING DAN PENGAMATAN TRAFIK DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi?

Korelasi Linier Berganda

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

KORELASI LINIER BERGANDA. Debrina Puspita Andriani /

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan (Forecasting)

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SERAGAM PADA KONVEKSI JEDRICO

BAB III METODE PENELITIAN

Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. masa lalu maupun saat ini baik secara matematik maupun statistik.

Sistem Peramalan Harga Emas Antam Menggunakan Double Exponential Smoothing

PERAMALAN PENJUALAN AVTUR DENGAN MEMPERTIMBANGKAN SPECIAL EVENT

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

KORELASI LINIER BERGANDA

Dwi Puspitasari 1, Mustika Mentari 2, Wildan Ridho Faldiansyah 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERAMALAN PENJUALAN PADA USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG AQUA JOSS

Pembahasan Materi #7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para

BAB 2 LANDASAN TEORI

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN (FORECASTING)

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

KATA PENGANTAR. Puji Syukur peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PERAMALAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

PENERAPAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENJUALAN TOPPING EXTRA CHEESE : DWI SEPTIANI NPM :

Universitas Gunadarma PERAMALAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. estimasi data yang akan datang. Peramalan atau Forecasting merupakan bagian

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI. Bekasi 2013

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN FUZZY TIME SERIES TERBOBOT. 1. Pendahuluan

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN PAKAIAN PADA TOKO KARTINI BUSANA. Nama : SUCI MUTIARA NPM : Kelas : 3 EA 14

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

S (t)=ax(t)+(1-a)s t-1 (2) S (t)=asn(t)+(1-a)s t-1 (3) F(t+m)=S(t)+mb(t) (4)

BAB III PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. (memecah) data deret berkala menjadi beberapa pola dan mengidentifikasi masingmasing

PERAMALAN PASOKAN BAHAN BAKU DAN PENJUALAN SIR 20 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT PADANG PELAWI KEC. SUKARAJA KAB. SELUMA

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA 5.1 Penyajian Data Penelitian Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut. Data berikut merupakan data aktual untuk diramalkan penjualannya pada periode yang akan datang. Jumlah seluruh data aktual adalah 48. Dengan demikian hasil ramalan untuk periode ke-49 dapat diketahui. Tabel 5.1 Data Penjualan Besi Wiremesh PT Arta Tiara Permai Bulan/Tahun 00 003 004 005 Januari 10 684 580 1437 Februari 10 1450 1778 1117 Maret 993 304 533 1585 April 1541 957 473 414 Mei 580 1449 640 419 Juni 1477 930 157 600 Juli 11 810 187 610 Agustus 650 753 319 788 September 1061 633 57 633 Oktober 300 466 758 466 November 1055 85 16 546 Desember 359 103 1199 85

6 5. Pengolahan Data Data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun tersebut akan dihitung peramalannya untuk setiap periode dengan menggunakan metode Adaptive Response Rate Exponential Smoothing (ARRES). Dengan demikian hasil ramalan untuk periode 49 akan dapat diketahui. Selisih antara hasil ramalan dengan data aktual tersebut adalah nilai error dari ramalan penjualan. Nilai error itu dirumuskan sebagai : E t = Y t - F t Dari nilai error kita dapat menghitung nilai MAPE untuk mengukur keakuratan peramalan dengan metode Adaptive Response Rate Exponential Smoothing (ARRES) untuk masing-masing β yang digunakan untuk meramal. Nilai-nilai β yang digunakan adalah 0.5, 0.5, 0., 0.15, 0.1, 0.05 dan 0.04. Hasil MAPE semua β itu akan menjawab hipotesis penelitian ini apakah hipotesis nol akan ditolak atau tidak dapat ditolak. Kemudian untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak dilakukan dengan melakukan perhitungan koefisien autokorelasi 10 time lags terhadap data aktual dan juga dengan statistik uji d Durbin Watson yang melihat autokorelasi antar error dengan error 1 time lag. Perhitungan koefisien autokorelasi 10 time lags juga dapat melihat pola dan sifat data yang ada. Pola dan sifat data dapat diamati dengan memplot koefisien autokorelasi 10 time lags itu dalam bentuk grafik.

63 5..1 Peramalan Penjualan Periode yang akan Datang Peramalan penjualan dihitung dengan metode Adaptive Response Rate Exponential Smoothing (ARRES) dan menggunakan 7 nilai β yang telah dipilih. Dari hasil peramalan kita dapat melihat bahwa dengan β yang lebih kecil, fluktuasi nilai α untuk tiap periode kecil yang artinya bahwa perubahan α tidak sangat besar dibandingkan dengan β yang lebih besar. Berikut ini adalah hasil peramalan untuk periode 49 untuk masing-masing β. Tabel 5. Perhitungan Peramalan untuk Periode 49 β Nilai Ramalan periode 49 0.5 871.5 0.5 1080 0. 1064 0.15 1007 0.1 906. 0.05 833. 0.04 870.6 5.. Perhitungan Koefisien Autokorelasi Perhitungan koefisien autokorelasi ini adalah untuk data aktual Y t dengan data aktual pada 1 time lag (Y t-1 ) hingga 10 time lag (Y t-10 ). Dari perhitungan koefisien autokorelasi itu kita dapat mengetahui apakah data

64 bersifat acakan (random), selain itu untuk mengetahui apakah pola data tersebut sehingga dapat ditentukan kestatisannya (stationarity). Berikut adalah data aktual dengan perbedaan keterbelakangan waktu (time lag) hingga 10 time lags. Tabel 5.3 Data aktual hingga 10 time lags Y t Y t-1 Y t- Y t-3 Y t-4 Y t-5 Y t-6 Y t-7 Y t-8 Y t-9 10 44885 44765 44555 4356 401 41441 39964 3875 3810 37041 36741 Y t- Y t Kemudian dari data aktual dengan 10 time lag tersebut akan dihitung juga jumlah dari kuadrat data aktual untuk tiap time lag. Hasilnya adalah seperti tabel di bawah ini. Tabel 5.4 Jumlah kuadrat data aktual hingga 10 time lags Y t-1 Y t- Y t-3 Y t-4 Y t-5 58456535 5844135 58398035 57411986 55037305 54700905 Y t-6 Y t-7 Y t-8 Y t-9 Y t-10 5519376 5105043 506793 495011 494111 Berikut adalah perhitungan jumlah hasil kali data aktual dengan data aktual hingga 10 time lags. Tabel 5.5 Jumlah hasil kali data aktual dengan data aktual hingga 10 time lags Y t Y t-1 Y t Y t- Y t Y t-3 Y t Y t-4 Y t Y t-5 4133015 37784051 4301351 3794374 37558136

65 Y t Y t-6 Y t Y t-7 Y t Y t-8 Y t Y t-9 Y t Y t-10 34149489 35161016 37585603 3374600 3661595 Semua variabel yang telah didapatkan di atas digunakan untuk menghitung koefisien autokorelasi tiap time lag. Rumus yang digunakan yaitu : r = n Y Y t 1 Y Y t t 1 [ t 1 t 1 ] [ n Y ( Y ) ] n Y ( Y ) t t t Rumus di atas adalah rumus untuk perhitungan koefisien autokorelasi untuk 1 time lag. Untuk perhitungan hingga n time lags, yang dalam hal ini adalah 10 dapat dihitung dengan memasukkan variabelvariabel tersebut sesuai dengan time lag-nya. Berikut adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien autokorelasi hingga 10 time lags. Tabel 5.6 Perhitungan Koefisien Autokorelasi 10 time lags Time lag Autokorelasi 1-0.051-0.56 3 0.133 4-0.779 5-0.068 6-0.181 7-0.06

66 8-0.107 9-0.05 10 0.10 Dari koefisien autokorelasi 10 time lags tersebut akan dapat diketahui apakah pola deret data yang ada bersifat acakan (random) atau tidak. Kesalahan standar (standard error) yang digunakan adalah 1/ n. Untuk deret data di atas dengan n = 48 maka standard error = 1/ 48 = 0.144. Dengan 95 % tingkat keyakinan, maka 95 % dari seluruh koefisienkoefisien autokorelasi yang didasarkan atas sampel harus terletak di dalam batas rata-rata plus atau minus 1.96 kesalahan standar. Nilai 1.96 diperoleh dengan menggunakan tabel Z dari kurva normal dengan 95 % tingkat keyakinan. Deret data tersebut dapat disimpulkan sebagai acakan (random) jika koefisien autokorelasi yang diperoleh terletak di dalam batas-batas. -1.96 (0.144) <= r k <= +1.96 (0.144) -0.8 <= r k <= 0.8 Dari koefisien-koefisien autokorelasi di atas semuanya berada dalam batas-batas tingkat keyakinan 95 % dengan 1.96 kesalahan standar, maka deret data yang ada bersifat acakan (random). Tabel 5.7 Tabel Z dengan standard error 95 % Z 0 0,01 0,0 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09-1.9 0.087 0.081 0.074 0.068 0.06 0.056 0.05 0.044 0.039 0.033

67 Z 0 0,01 0,0 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 1.9 0.9713 0.9719 0.976 0.973 0.9738 0.9744 0.975 0.9756 0.9761 0.9767 Untuk mengetahui pola data yang terjadi maka koefisien-koefisien autokorelasi yang terjadi harus diplot ke dalam gambar. Dalam gambar akan terlihat bahwa autokorelasinya berfluktuasi di sekitar garis lurus maka deret data tersebut statis namun acakan (random) karena setelah time lags autokorelasinya tidak berbeda nyata dari nol. Pada gambar tersebut juga terdapat suatu trend, namun tidak begitu terlihat jelas dan ditunjukkan dengan adanya garis yang terbentuk secara diagonal dari kanan ke kiri jika time lag semakin naik. Gambar 5.1 Koefisien Autokorelasi hingga 10 time lags Adanya trend dengan bentuk garis diagonal dari kanan ke kiri tersebut terlihat pada koefisien autokorelasi 8 time lag hingga 10 time lag. Karena trend yang ada dalam data tersebut tidak begitu terlihat jelas maka nilai-nilai yang berturut-turut memiliki korelasi yang sangat lemah antara 1 time lag dengan time lag yang lainnya.

68 ke kiri, sedangkan pada grafik di atas tidak terlihat bentuk seperti itu. Dengan demikian data yang ada nilai-nilainya berturut-turut tidak berkorelasi satu dengan lainnya karena tidak adanya suatu trend. Sedangkan untuk pengenalan musiman, harus dilihat autokorelasi yang cukup besar dan diidentifikasi koefisien autokorelasi lebih dari atau 3 time lags yang berbeda nyata dari nol. Pada gambar di atas, terlihat time lags yang berbeda nyata dari nol. Namun itu belum cukup untuk mengetahui periode (jangka waktu) pola musiman pada data tersebut. Untuk mengetahuinya dapat dihitung autokorelasi lebih dari 10 time lags. 5..3 Statistik Uji d Durbin Watson Berikut ini adalah hasil uji apakah ada autokorelasi negatif atau positif atau bahkan tidak ada autokorelasi. Uji d Durbin Watson ini menguji error pada periode t dan periode t-1 (1 time lag) pada peramalan dengan nilai β = 0.. Hipotesis: Ho : Tidak ada autokorelasi negatif H 1 : Adanya autokorelasi negatif Statistik Uji : d n t t= = n ( e e t= 1 e t 1 t ) d 54418398. = 4604011 =.1

69 Tabel 5.8 Tabel Wilayah Kritis Durbin Watson dengan α = 0.05 k = 1 k = k = 3 k = 4 k = 5 n d L d u d L d u d L d u d L d u d L d u 45 1.48 1.57 1.43 1.6 1.38 1.67 1.34 1.7 1.9 1.78 50 1.5 1.59 1.46 1.63 1.4 1.67 1.38 1.7 1.34 1.77 Dari tabel wilayah kritis Durbin-Watson dengan n = 48, α = 0.05, k=1. Karena pada tabel tidak tercantum n = 48, maka kita gunakan perhitungan dengan membagi interval nilai yang telah tersedia sehingga diperoleh d L = 1.49 dan d u = 1.58. Wilayah Kritis : (4-d) < d L,0.05 Sedangkan (4-.1) = 1.79 dan d L,0.05 = 1.49 maka (4-d) > d L,0.05 Kesimpulan : Terima Ho yang berarti tidak adanya autokorelasi. Untuk menguji apakah ada autokorelasi positif maka : Hipotesis: Ho : Tidak ada autokorelasi positif H 1 : Adanya autokorelasi positif Wilayah Kritis: d < d L,0.05 Sedangkan d =.1 dan d L,0.05 = 1.49 maka d > d L,0.05. Kesimpulan : Terima Ho yang berarti tidak ada autokorelasi positif. Uji autokorelasi dengan statistik uji d Durbin Watson di atas dapat juga dilakukan langsung untuk pengujian arah dan hasilnya juga akan

70 menerima hipotesis nol yaitu tidak ada autokorelasi, baik positif maupun negatif. 5.3 Analisis Kesalahan Untuk mengukur keakuratan suatu metode peramalan, diperlukan adanya suatu ukuran untuk melihat seberapa besar ketepatan hasil ramalannya. Salah satu ukuran yang sering digunakan adalah MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Perhitungan MAPE dirumuskan sebagai berikut : n MAPE = 1/n PE t t=1 Berikut ini adalah hasil perhitungan MAPE dari peramalan dengan 7 nilai β yang berbeda. Tabel 5.9 Perhitungan MAPE setiap β β MAPE 0.5 77.09 % 0.5 70.9% 0. 7.5% 0.15 73.7 % 0.1 73.56 % 0.05 77.9% 0.04 79.1 %

71 5.4 Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah : Ho : Peramalan penjualan besi Wiremesh dengan Metode Adaptive Response Rate Exponential Smoothing (ARRES) semakin baik/akurat dengan nilai β yang lebih kecil H 1 : Peramalan penjualan besi Wiremesh dengan Metode Adaptive Response Rate Exponential Smoothing (ARRES) tidak selalu semakin baik/akurat dengan nilai β lebih kecil Kesimpulan : Tolak Ho, yang berarti bahwa peramalan dengan Metode Adaptive Response Rate Exponential Smoothing (ARRES) tidak selalu semakin baik/akurat dengan nilai β yang lebih kecil. 5.5 Pembahasan Dari hasil pengujian hipotesis di atas kita telah memperoleh suatu keputusan untuk menolak hipotesis Ho yang menyatakan bahwa metode ARRES akan semakin baik/akurat peramalannya dengan nilai β yang lebih kecil. Dari perhitungan MAPE di atas, nilai MAPE yang dihasilkan dengan nilai β = 0.5 dan β = 0. memang lebih kecil dari MAPE yang dihasilkan dengan β = 0.5, tetapi MAPE yang dihasilkan oleh nilai β selanjutnya yang lebih kecil tidak semakin baik/akurat. Semakin kecil nilai β menyebabkan fluktuasi nilai α setiap periode menjadi lebih kecil sehingga terlihat lebih stabil dibandingkan peramalan dengan nilai β yang lebih besar, tetapi peramalannya tidak selalu semakin akurat.