Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Bab 4 Satuan Operasi BAB 4 FILTRASI. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas)

BAB 7 UNIT FILTRASI. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

Teori Koagulasi-Flokulasi

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

EFEKTIFITAS UNIT SLOW SAND FILTER DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN, SALINITAS, TDS SERTA COD PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k )

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

KINERJA BIOSAND FILTER DALAM MENYISIHKAN TOTAL COLIFORM DI AIR TANAH DANGKAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Perencanaan instalasi saringan pasir lambat

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM

TEKNIK PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT (DOWNFLOW) YANG BERSUMBER DARI SUNGAI MUSI

APLIKASI BIOSAND FILTER DENGAN PENAMBAHAN MEDIA KARBON (ARANG KAYU) UNTUK PENGOLAHAN AIR SUMUR DAERAH GAMBUT

PENDAHULUAN. 1 dan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA)

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

EFFECTS OF ROTATION AND SLUDGE ADDITION ON ROTATING SEDIMENTATION PERFORMANCE IN REMOVING TURBIDITY

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

Kajian Efisiensi Proses dan Operasi Unit Filter pada Instalasi IPA Paket Kedunguling PDAM Kabupaten Sidoarjo

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

TEKNOLOGI TEPAT GUNA SEBAGAI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH BENCANA BANJIR APPROPRIATE TECHNOLOGY FOR WATER SUPPLY IN FLOOD DISASTER AREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGOLAHAN AIR MELALUI MEDIA FILTER PASIR KUARSA (STUDI KASUS SUNGAI MALIMPUNG)

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN TEKNOLOGI BIOSAND FILTER DUAL MEDIA

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PENGARUH MIKROFILTER LILITAN KAIN TERHADAP KUALITAS AIR DARI PDAM CEPU DITINJAU DARI PARAMETER KEKERUHAN, WARNA DAN ZAT ORGANIK

PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

DAN TOTAL COLIFORM DARI AIR TANAH MENGGUNAKAN BIOSAND FILTER

Kata kunci : Instalasi pengolah air modular, Poly Aluminium Chloride, TSS, Kekeruhan

Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3

FILTRASI 12. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

PERBANDINGAN HIDRODINAMIKA FLOKULATOR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG PADA PROSES FLOKULASI MENGGUNAKAN ALIRAN MELALUIMEDIA KELERENG

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK DAN NON DOMESTIK (STUDI KASUS PERUSAHAAN TEKSTIL BAWEN KABUPATEN SEMARANG)

PENJERNIHAN AIR DENGAN METODE SEDIMENTASI

BAB III METODOLOGI A. Tahap Penelitian

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Transkripsi:

OP-012 EFEKTIVITAS PENURUSAN KEKERUHAN DENGAN DIRECT FILTRATION MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR CEPAT (SPC) Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas Email : suarni_sa@ft.unand.ac.id ABSTRAK Penurunan kekeruhan air pada pengolahan air minum menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC) secara umum didahului dengan proses koagulasi dan flokulasi, namun untuk operasional membutuhkan keahlian khusus dan biaya cukup tinggi. Untuk menekan kendala tersebut dilakukan penelitian penurunan kekeruhan dengan direct filtratin menggunakan SPC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketebalan media saringan dan loading rate (kecepatan aliran) yang paling efektif untuk penurunan kekeruhan serta tingkat kekeruhan air baku yang ditolerir. Penelitian ini dilakukan secara aliran kontinu menggunakan reaktor SPC yang terbuat dari pipa PVC diameter 8 inch dengan single media yaitu pasir silika efektif size (ES) 0,7 mm dengan variasi tebal media yang dikaji yaitu 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 cm dan media penyangga 20 cm. Air baku dialirkan kedalam reactor dengan variasi loading rate 4 m/jam, 5 m/jam, 6 m/jam, 7 m/jam dan 8 m/jam pada kondisi hari tidak hujan, hujan tidak lebat dan hujan lebat. Analisis kekeruhan menggunakan metode spectrofotometri. Hasil yang diperoleh, penurunan kekeruhan terbesar terjadi pada ketebalan media 60 cm dengan effisiensi penurunan kekeruhan rata-rata 84,04% dan pada loading rate 4 m/jam dengan efisiensi penurunan kekeruhan rata-rata 84,45%. Penerapan direct filtration menggunakan SPC, kekeruhan air baku tidak lebih dari 30 NTU Kata kunci: air baku, kekeruhan, direct filtration, SPC, efisiensi. 1. Pendahuluan Sumber air yang potensial dan banyak digunaka sebagai air baku untuk air minum adalah air permukaan (air sungai dan danau), kualitas air sungai pada umumnya perlu diolah terlebih dahulu.. Parameter kualitas air sungai meliputi warna, kekeruhan, ph, kandungan logam, kandungan zat-zat kimia, dll. Secara umum pengolahan mencakup proses fisik, kimia dan bakteriologi Universitas Andalas (Unand) memiki sistem penyediaan air minum (SPAM) sendiri. Sumber air baku berasal dari air permukaan (anak sungai) dekat Politeknik, kekeruhan air baku mecapai 39 NTU pada saat hujan lebat, berdasarkan peraturan menteri kesehatan (Permenkes) No 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, nilai parameter kekeruhan maksimum diizinkan 5 NTU. Artinya kualitas air baku Instalasi Pengolahan Air (IPA) Unand melebihi baku mutu dan perlu diolah terlebih dahulu sebelum digunakan untuk air minum.. Ada beberapa alternatif pengolahan yang dapat digunakan untuk menurunkan kekeruhan diantaranya adalah Saringan Pasir Lambat (SPL) dan Saringan Pasir Cepat (SPC). Pengolahan dengan SPC didahului dengan pengolahan lain yaitu proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi (Ronald L Droste,1997). Di Indonesia, dengan tingkat kekeruhan air baku demikian biasanya digunakan SPL. Secara konsep SPL dapat menghasilkan air yang jernih sebagaimana penerapan di negara asalnya Eropa, namun dari sekian 89

banyak IPA menggunakan SPL yang pernah dibangun di Indonesia belum ada yang dapat dijadikan model mewakili keberhasilannya. Permasalahan mendasar penyebab kegagalan SPL di Indonesia yaitu dalam operasional, kesadaran dan pengetahuan operator, pembersihan media serta tingginya biaya, sehingga banyak SPL di Indonesia tidak berhasil. Begitu juga halnya pada IPA Unand yang juga menggunakan SPL. Selain penggunaan SPL untuk menurunkan kekeruhan air, alternatif lain dapat digunakan Direct Filtration menggunakan SPC. Prinsip pencucian SPC secara backwash (aliran air balik) lebih mudah dan murah dalam operasional namun kekeruhan air baku tentu terbatas karena tidak didahului pengolahan pendahuluan seperti koagulasi, flokulasi dan sedimantasi, sedangkan pencucian SPL dilakukan secara manual dengan pencucian pasir dilakukan diluar bak SPL (Ronald L Droste,1997) Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid (Huisman, 1974). Faktor yang mempengaruhi efisiensi penyaringan ada 4 (empat) faktor dan menentukan hasil penyaringan dalam bentuk kualitas efluen serta masa operasi saringan yaitu (Huisman, 1974): 1. Ketebalan lapisan media filter Semakin tebal lapisan media filter, hasil dari proses filtrasi akan lebih baik karena luas permukaan penahan partikel-partikel semakin besar dan jarak yang ditempuh oleh air semakin panjang. 2. Suhu air Suhu air akan berpengaruh terhadap kekentalan air, aktivitas biologi dan reaksi kimia yang akan mempengaruhi proses filtrasi. 3. Kecepatan Filtrasi Kecepatan aliran akan mempengaruhi proses penahanan mekanis terhadap bahan-bahan tersuspensi. Apabila kecepatan filtrasi meningkat efektivitas filtrasi akan menurun. 4. Kualitas Air Semakin rendah kualitas air yang akan difilter, maka memerlukan pengolahan yang sempurna atau kompleks. Kriteria media filter SPC adalah ES = 0,35 0,7 mm, Uniformity Coefficient (UC) = 1,3 1,7 (Reynold, 1982). Ketebalan media 60-75 cm (Kawamura, 1991) sedangkan menurut Fair, dkk, 1967, ketebalan media 50-60 cm. Loading rate berkisar antara 5-7,5 m/h (Kawamura, 1991). Prinsip aliran pada media berbutir (filter pasir) dianggap sebagai aliran dalam pipa berjumlah banyak, kehilangan tekanan dalam pipa akibat gesekan aliran mengikuti persamaan Darcy Weisbach sebagai berikut: (Reynold, 1982) h L = f L.V 2 Dc 2g... (1) Dimana: h L = kehilangan tekanan akibat gesekan aliran, f = faktor gesekan, L = ketebalan atau kedalaman media, V = kecepatan aliran, Dc = diameter kanal. Kehilangan tekanan untuk SPC dengan satu ukuran media didasarkan pada persamaan Rose adalah (Rich, 1974): h L = 1,067!!!.!!!.!.!!!...(2) Dimana: C D = koefisien drag φ = viskositas dinamis ε = porositas media filter g = kecepatan gravitasi Efisiensi penyisihan merupakan penurunan konsentrasi oleh reaktor. Nilai efisiensi diperoleh dengan membandingkan influen dan efluen yang dinyatakan dalam persen. Besarnya efisiensi dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: Cin Cout % R = 100% Cin....(3) Dimana: R = Penyisihan = Kekeruhan awal (NTU) C in 90

Cout = Kekeruhan akhir (NTU) Untuk menerapkan direct filtration menggunakan SPC pada air baku IPA Unand perlu dilakukan pengujian/penelitian terlebih dahulu. hujan, hari hujan tidak lebat dan hujan lebat. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan SPC tanpa proses pendahuluan (direct filtration) dengan sumber air baku IPA Unand yang berasal dari air permukaan dekat Politeknik. Tujuannya adalah untuk menganalisis ketebalan media filter dan loading rate serta tingkat kekeruhan air baku yang paling efektif dalam menurunkan kekeruhan air. 2. Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah eksperimental, dilakukan di lapangan dekat sumber dan analisis di laboratorium. Percobaan menggunakan reaktor SPC, reaktor terbuat dari pipa PVC diameter 8 dengan panjang 200 cm. Tebal media filter (pasir) dibuat 60 cm dan media penyangga 20 cm. Reaktor dilengkapi dengan pipa outlet pada setiap ketebalan 10 cm media filter yang dilengkapi dengan valve/kran di setiap outlet dan overflow/pelimpah dipasang pada ketinggian 1 m dari lapisan media filter. Reaktor SPC dilengkapi pula dengan tangki penampung/reservoir air baku terbuat dari fiberglass 500 liter yang dilengkapi dengan pipa inlet, pipa outlet, pipa overflow dan pipa penguras. Tangki penampung dihubungkan dengan reaktor SPC menggunakan pipa PVC 1 inch.media filter yang digunakan adalah pasir silika Bangka dengan efektive size (ES) 0,7 mm. Reaktor SPC dapat dilihat pada gambar 1. Air baku dari sumber dipompa ke bak penampung dan dialirkan secara gravitasi ke reaktor SPC. Metode dilakukan secara aliran kontinu. Percobaan dilakukan dengan menganalisis kekeruhan influen dan efluen pada variasi ketebalan media filter 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm dan variasi loading rate 4 m/jam, 5m/jam, 6 m/jam, 7 m/jam, 8 m/jam setiap 10 menit selama 50 menit untuk masing variasi diatas serta setiap kondisi hari tidak Gambar 1. Skema Reaktor SPC Kekeruhan influen (air baku) dan effluent (air hasil proses) dari reaktor SPC dianalisis di Laboratorium Air Teknik Lingkungan Universitas Andalas Padang. Analisis parameter kekeruhan menggunakan metode spektrofotometri yang mengacu pada SK SNI-06-6989.25-2005 tentang Cara Uji Kekeruhan Dengan Nefelometer. Total sampel dari influen dan efluen yang dianalisis sebanyak 525 sampel. Efisiensi penyisihan dihitung menggunakan persamaan 3. Hasil Dan Pembahasan 1. Analisis Air Baku Hasil analisis laboratorium kualitas air baku IPA Unand memiliki kekeruhan ratarata sebesar 5 35 NTU saat tidak hujan, hujan tidak lebat dan hujan lebat, kekeruhan terendah sebesar 4,00 NTU pada kondisi hari tidak hujan dan tertinggi sebesar 39,00 NTU pada kondisi hari hujan lebat.dibandingkan dengan baku mutu kualitas air minum Permenkes no. 492 tahun 2010, kekeruhan air baku IPA Unand telah melebihi baku mutu pada saat hujan, seperti terlihat pada tabel 1. 91

Tabel 1 Kekeruhan Rata-rata Air Baku IPA Unand No Kondisi Hari Satuan Baku Mutu Hasil Analisi s 1 Hari Tidak Hujan NTU 5 5,32 2 Hari Hujan Tidak Lebat NTU 5 11,93 3 Hari Hujan Lebat NTU 5 35,43 2. Pengaruh Ketebalan Media Terhadap Efisiensi Penyisihan EFISIENSI PENYISIHAN (%) 100 50 0 10 CM 20 CM 30 CM 40 CM 50 CM 60 CM Tidak Hujan Hujan Sedang Hujan Lebat KETEBALAN MEDIA Ketebalan lapisan media filter merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil filtrasi. Semakin tebal lapisan media filter, maka luas permukaan penahan partikelpartikel semakin besar dan jarak yang ditempuh oleh air semakin panjang. Pengujian kekeruhan berdasarkan ketebalan media dilakukan pada masingmasing kondisi penelitan yaitu pada kondisi tidak hujan, hujan tidak lebat, dan hujan lebat. Pada kondisi tidak hujan, efisiensi rata-rata penyisihan kekeruhan mengalami peningkatan dari 17,40 % pada ketebalan media filter10 cm hingga 69,17 % pada ketebalan media filter 60 cm Pada kondisi hujan tidak lebat efisiensi rata-rata penyisihan kekeruhan meningkat cukup besar yaitu 24,28 % pada ketebalan media 10 cm hingga 84,04% pada ketebalan media 60 cm. Pada kondisi hujan lebat rentang efisiensi penyisihan kekeruhan sebesar 22,83 % pada ketebalan media 10 cm hingga 81,06 % pada ketebalan media 60 cm. Efisiensi rata-rata penyisihan kekeruhan tertinggi terjadi pada ketebalan media 60 cm untuk setiap kondisi tidak hujan, hjan tidak lebat dan hujan lebat. Bila dibandingkan nilai efisiensi rata-rata penyisihan kekeruhan setiap kondisi tidak hujan s/d hujan lebat, tidak terjadi perbedaan yang begitu besar. Efisiensi penyisihan kekeruhan yang diperoleh cukup besar dan cukup efektif. Efisiensi penyisihan rata-rata tertinggi terjadi pada kondisi hujan tidak lebat yaitu 84,04%. Efisiensi kekeruhan rata-rata pada variasi ketebalan media dengan kondisi tidak hujan, hujan tidak lebat, dan hujan lebat, dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 2. Gambar 2. Perbandingan Ketebalan Media Terhadap Efisiensi Penyisihan Kekeruhan Tabel 2. Efisiensi Kekeruhan Rata-Rata Pada Variasi Ketebalan Media Filter pada Kondisi Hari Tidak Hujan, Hujan Tidak Lebat, dan Hujan Lebat NO KONDISI 1 Tidak Hujan 17.40 24.90 38.75 52.60 65.51 69.17 2 Hujan Tidak Lebat 24.28 40.29 51.42 66.22 78.17 84.04 3 Hujan Lebat 22.83 38.61 56.07 68.45 77.07 81.06 3. Pengaruh Loading Rate Terhadap Efisiensi Penyisihan A. Kondisi Hari Tidak Hujan Efisiensi penyisihan rata-rata pada kondisi hari tidak hujan dengan variasi loading rate dan variasi ketebalan media filter diperoleh berkisar 14,80% - 73,56%. Untuk loading rate 4 m/jam diperoleh cm yaitu 73,56%. Untuk loading rate 5 ketebalan media 60 cm yaitu 64,66%. Untuk loading rate 6 m/jam diperoleh cm yaitu 66,92%. Untuk loading rate 7 ketebalan media 60 cm yaitu 70,58%. Untuk loading rate 8 m/jam diperoleh cm yaitu 70,11%. Efisiensi tertinggi penyisihan kekeruhan pada kondisi saat tidak hujan terjadi pada saat loading rate 4 m/jam yaitu 73,56 % seperti terlihat pada tabel 3.dan gambar 3. 92

Loading Rate Prosiding SNSTL I 2014 ISSN 2356-4938 Tabel 3. Efisiensi Kekeruhan Rata-Rata Pada Variasi Ketebalan Media Filter dan Variasi Loading Rate Kondisi Hari Tidak Hujan 4 M/JAM 20.72 38.33 54.82 64.83 70.65 73.56 5 M/JAM 16.97 25.42 31.31 48.21 62.66 64.66 6 M/JAM 18.27 17.53 32.57 44.13 60.47 66.92 7 M/JAM 14.80 21.12 37.74 51.74 68.47 70.58 8 M/JAM 16.24 22.09 37.30 54.10 65.29 70.11 % seperti terlihat pada tabel 4 dan gambar 4. Tabel 4 Efisiensi Kekeruhan Rata-Rata Pada Variasi Ketebalan Media dan Variasi Loading Rate Kondisi Hari Hujan Tidak Lebat Loading Rate 4 M/JAM 29.78 42.45 47.09 68.93 80.40 84.45 5 M/JAM 28.78 50.39 63.93 79.64 83.68 83.95 6 M/JAM 23.41 38.42 47.05 58.44 75.31 84.25 7 M/JAM 21.26 38.31 50.37 57.51 72.29 79.86 8 M/JAM 18.14 31.86 48.65 66.60 79.15 82.72 Gambar 3. Perbandingan Efisiensi Penyisihan Kekeruhan dan Ketebalan Media Kondisi Hari Tidak Hujan B. KondisiHari Hujan Tidak Lebat Pada kondisi hari hujan tidak lebat, efisiensi penyisihan rata-rata dengan variasi loading rate dan variasi ketebalan media filter diperoleh berkisar antara 18,14% - 84,45%. Untuk loading rate 4 ketebalan media 60 cm yaitu 84,45%. Untuk loading rate 5 m/jam diperoleh cm yaitu 83,95%. Untuk loading rate 6 ketebalan media 60 cm yaitu 84,25%. Untuk loading rate 7 m/jam diperoleh cm yaitu 79,86%. Untuk loading rate 8 ketebalan media 60 cm yaitu 82,72%. Efisiensi tertinggi penyisihan kekeruhan pada kondisi hari hujan tidak lebat terjadi pada saat loading rate 4 m/jam yaitu 84,45 Gambar 4. Perbandingan Efisiensi Penyisihan Kekeruhan Dan Ketebalan Media Kondisi Hari Hujan Tidak Lebat C. Kondisi Hari Hujan Lebat Pada kondisi saat hari hujan lebat efisiensi penyisihan rata-rata dengan variasi loading rate dan variasi ketebalan media filter berkisar antara 18,53% - 83,19%. Untuk loading rate 4 m/jam diperoleh efisiensi tertinggi pada ketebalan media 60 cm yaitu 83,19%. Untuk loading rate 5 m/jam diperoleh efisiensi tertinggi pada ketebalan media 60 cm yaitu 81,02%. Untuk loading rate 6 m/jam diperoleh efisiensi tertinggi pada ketebalan media 60 cm yaitu 80,93%. Untuk loading rate 7 m/jam diperoleh cm yaitu 83,02%. Untuk loading rate 8 ketebalan media 60 cm yaitu 77,15% 93

Efisiensi tertinggi penyisihan kekeruhan rata-rata pada kondisi harit hujan lebat terjadi pada loading rate 4 m/jam yaitu 83,19 %. seperti terlihat pada tabel 5 dan gambar 5. Untuk masing-masing variasi loading rate pada tiap kondisi hari tidak hujan, hujan tidak lebat dan hujan lebat diperoleh efisiesi penyisihan kekeruhan rata-rata meningkat seiring dengan meningkatnya ketebalan media filter, kondisi ini sesuai dengan Huisman, 1974 semakin tebal media filter yang digunakan maka efisiensi penyisihan semakin besar. Efisiensi penyisihan kekeruhan pada semua kondisi hari tidak hujan, hujan tidak lebat dan hujan lebat terjadi pada ketebalan media filter 60 cm. Tabel 5 Efisiensi Kekeruhan Rata-Rata Pada Variasi Ketebalan Media dan Variasi Loading Rate Kondisi Hari Hujan Lebat Loading Rate 4 M/JAM 18.53 34.18 56.64 70.75 80.83 83.19 5 M/JAM 22.91 34.07 50.64 64.65 74.99 81.02 6 M/JAM 25.77 38.34 59.24 70.47 78.05 80.93 7 M/JAM 23.73 42.98 60.43 70.78 78.90 83.02 8 M/JAM 23.21 43.50 53.38 65.61 72.57 77.15 Pada variasi loading rate (4 m/jam,5 m/jam, 6 m/jam, 7 m/jam, 8 m/jam) diperoleh efisiensi penurunan kekeruhan tertinggi pada kondisi hari tidak hujan terjadi pada loading rate 4 m/jam dengan efisiensi penurunan kekeruhan 73,56 %, kondisi hari hujan tidak lebat pada loading rate 4 m/jam dengan efisiensi penurunan kekeruhan 84,45 %, dan kondisi hujan lebat juga pada loading rate 4 m/jam dengan efisiensi penurunan kekeruhan 83,19 %. Dari ke tiga kondisi (hari tidak hujan, hari hujan tidak lebat dan hari hujan lebat) penyisihan kekeruhan terjadi pada loading terkecil yaitu 4 m/jam. Efisiensi penyisihan kekeruhan pada loading rate 4 m/jam relatif cukup tinggi untuk setiap kondisi yaitu berkisar antara 73,56% - 84,45%. Semakin kecil loading rate semakin besar efisiensi yang diperoleh, hal ini sesuai dengan Huisman, 1974 semakin besar loading rate maka efisiensi penurunan kekeruhan akan semakin berkurang. Loading rate dan ketebalan juga berhubungan dengan headloss dan hasil filtrasi yang terjadi. Hubungan loading rate dan ketebalan dengan headloss berbanding lurus. Semakin besar loading rate dan ketebalan yang digunakan maka headloss yang terjadi akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan (2). Efisiensi penyisihan untuk reaktor ini dapat dikatakan cukup besar yaitu 84,45% dengan ketebalan media filter 60 cm dan loading rate 4 m/jam Jika dilihat dari tingkat kekeruhan air hasil pengolahan sudah dibawah baku mutu sesuai Permenkes No. 492 tahun 2010, walaupun dari hasil penelitian masih ada tingkat kekeruhan diatas baku mutu namun tidak begitu signifikan. Gambar 5. Perbandingan Efisiensi Penyisihan Kekeruhan Dan Ketebalan Media Kondisi Hari Hujan Lebat 94

4. Simpulan Dari hasil penelitin yang telah dilakukan diperoleh sebagai berikut: 1. Media filter dengan ES 0,7 mm dengan variasi ketebalan 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm, 70 cm dan 80 cm diperoleh efisiensi penurunan kekeruhan terbesar terjadi pada ketebalan 60 cm dengan effisiensi ratarata sebesar 84,04%. 2. Pada variasi loading rate 4 m/jam, 5 m/jam, 6 m/jam, 7 m/jam, 8 m/jam, diperoleh efisiensi penurunan kekeruhan terbesar terjadi pada loading rate 4 m/jam dengan efisiensi penurunan kekeruhan rata-rata sebesar 84,45%. 3. Penerapan penurunan kekeruhan dengan direct filtration menggunakan SPC, kekeruhan air baku yang ditolerir 30 NTU Daftar Pustaka Anonim. 2010. Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/ SKVII/2010. Droste, Ronald L.1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment,John Wiley & Sons, Inc. Fair, Gordon M, John. C Geyer, dan Daniel A. Okun. 1981. Water and Wastewater Engineering, Volume 2 : Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal. John Wiley and Sons Inc. New York. Huisman. 1974. Rapid Filtration. Delf University of Technology. Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. JohnWiley and Sons Inc. New York. Rich, Linvil G. 1974. Unit Operations of Sanitary Engineering, John Wiley & Sons,Inc. Reynolds Tom D. dan Paul A. Richards. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, PWS Publishing Company, Wadsworth. Inc. SNI-06-6989.25-2005, Cara Uji Kekeruhan Dengan Nefelometer 95