Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KACA PIRING, KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

1

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

PENDAHULUAN. bahwa ada hubungan antara faktor kondisi bayi dengan pemberian ASI.

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. pemberian ASI eksklusif adalah suatu program yang diperuntukkan untuk

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

Putri Kusumawati Priyono

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak manusia di dalam kandungan (Wibowo, 2016). Masalah. Sustainable Development Goal (SDGS) ke empat.

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Sri Setiyo Ningrum NIM :

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

121 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Nisa khoiriah INTISARI

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

SURYA 51 VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

Transkripsi:

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20 PENGETAHUAN TENTANG PROSES MENYUSUI PADA IBU NIFAS DI RS MARDI RAHAYU KUDUS Dini Enggar Wijayanti Staf Pengajar Akademi Kebidanan Mardi Rahayu Kudus ABSTRAK PENGETAHUAN TENTANG PROSES MENYUSUI PADA IBU NIFAS DI RS MARDI RAHAYU KUDUS Tujuannya untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan ibu nifas dalam pemberian ASI. Penelitian ini menggunakan rancangan Kuasi Eksperimental dengan pendekatan Prospektif terhadap semua ibu ibu nifas yang dirawat di RS Mardi Rahayu Kudus sebanyak 35 orang periode 24 Maret 5 April 2010. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik menurut paritas terbesar adalah primipara (51,4%), pendidikan terbesar adalah SMU/ lebih (42,8%). Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang proses menyusui pengetahuan ibu menjadi lebih baik, pada tingkat pendidikan SMU/ lebih (93,3%), tingkat pendidikan dibawah SMU (45%). Berdasarkan paritas, pengetahuan ibu meningkat pada primipara (77,7%) dan pada multipara (47,1%). Disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang proses laktasi sebelum penyuluhan adalah kurang dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan pengetahuannya meningkat menjadi kategori cukup dan baik. Kata Kunci : Pengetahuan, Proses Menyusui, Penyuluhan Kesehatan PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23 Th 1992). Kesehatan ini mencakup empat aspek yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan menurut WHO menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu derajat kesehatan masyarakat perlu dipelihara dan senantiasa dilakukan peningkatan kualitas aspek kehidupan warga yang bersangkutan. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan bayi dari berbagai penyakit infeksi, serta mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa, yaitu dapat mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak, perkembangan jiwa anak. Penelitian Rebecca D William (1993) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 55,9% ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit sudah memberikan ASI kepada bayinya dan berlangsung sampai bayi berumur 6 bulan. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 melaporkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan hanya 52%. Hal ini meningkat bila dibandingkan dengan Survei Demografi Kesehatan Indonesia yang dilakukan oleh WHO tahun 1986,

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 21 yang menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan adalah 36%. Diharapkan pada tahun 2000 dapat mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 80% ibu-ibu nifas memberikan ASI selama 4-6 bulan. Sekitar 1,5 juta anak meninggal setiap tahun karena mereka tidak diberi makan secara benar, yaitu hanya 35% bayi diseluruh dunia yang disusui secara eksklusif sampai berusia 4 bulan dan mendapat makanan pendamping air susu ibu (ASI) yang tidak tepat. Word Health Organization/ WHO (2002) memperkirakan bahwa 27% anak balita di dunia menderita kurang gizi. Data Survey Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa di Indonesia pada tahun 2000 prevalensi kurang gizi pada anak balita adalah sebesar 24,6%. Kekurangan gizi pada masa bayi selain meningkatkan risiko penyakit infeksi, kematian, juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan serta risiko jangka panjang yaitu terjadinya penyakit kronis. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Dalam melaksanakan program peningkatan penggunaan ASI sangat diperlukan dukungan dan peraturan guna agar bisa tercapai keberhasilan menyusui. Dukungan dan peraturan dari pemerintah yaitu Permenkes 76/1975 mengharuskan produsen susu kental manis mencantumkan pada label produknya dengan warna tulisan merah dan cukup mencolok bahwa susu kental manis tidak cocok untuk bayi. Dalam Permenkes 240/1985 tercantum larangan bagi para produsen susu formula/ susu buatan mencantumkan label produk yang memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut semutu ASI atau lebih baik daripada ASI. Peraturan pemerintah lainnya yang melindungi dan mendorong peningkatan pemberian ASI adalah Kepmenkes No. 450/ Menkes/ SK/IV/2004. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI adalah dengan digalakkannya Rumah Sakit Sayang Bayi yang mempunyai program untuk melaksanakan kebijakan dan berbagai upaya mendukung promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI). Dalam penelitiannya, Riva mendapatkan bahwa anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI, memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi. Hasil penelitian lain yang dilakukan terhadap 1000 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang mendapat ASI mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi. Tidak hanya itu, Utami Roesli mengemukakan bahwa dengan ASI, anak tidak saja menjadi lebih pandai dan lebih sehat, tapi juga 20 kali lebih jarang menderita mencret, 7 kali lebih jarang mengidap radang paru-paru, 4 kali lebih jarang radang otak, bahkan kemungkinan untuk kanker getah bening menurun 6-8 kali. Hasil penelitian di Amerika Serikat tentang pembiayaan dalam merawat anak diberi ASI dibanding susu formula, memperlihatkan bahwa ada perbedaan biaya yang dikeluarkan selama setahun yaitu sekitar Rp 100 juta, ditinjau dari biaya itu untuk membeli susu formula, biaya ke dokter dan perawatan. Bayi yang diberikan susu formula biasanya 16 kali lebih sering dirawat dibandingkan dengan anak yang diberi ASI. Gangguan proses pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor dari karakteristik, seperti: umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan sumber informasi. Pengetahuan juga mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui bayinya. Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan ibu nifas dalam Manajemen Laktasi. Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 22 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan Kuasi Eksperimental dengan pendekatan prospektif. Populasi dan sampel adalah seluruh ibu nifas yang dirawat di Ruang Eva RS Mardi Rahayu Kudus periode 24 Maret - 5 April 2010. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari pasien ibu nifas yang dirawat di Ruang Eva RS Mardi Rahayu Kudus Periode 24 Maret 5 April 2010. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data diolah secara manual dan data disajikan dalam bentuk tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan. Distribusi responden berdasarkan pendidikan. Jumlah Persentase < SMU 20 57,2 SMU 15 42,8 TOTAL 35 100,0 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pendidikan formal tertinggi ibu adalah SMU (42,8% 2. Karakteristik responden berdasarkan paritas. Distribusi responden berdasarkan paritas. Paritas Jumlah Persentase Primipara 18 51,4 Multipara 17 48,6 TOTAL 35 100,0 Dari tabel diatas tampak bahwa responden terbanyak adalah primipara (51,4%) 3. Hubungan antara pendidikan dengan hasil kuesioner pre test. Distibusi dan hubungan antara pendidikan dengan hasil kuesioner pre test. < SMU - - 3 15 17 85 20 SMU 1 6,7 12 80 2 13,3 15 Dari tabel tampak bahwa responden dengan pendidikan dibawah SMU mempunyai pengetahuan kurang tentang ASI jauh lebih besar dari pendidikan SMU/ lebih (6,3 kali lebih besar).

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 23 4. Hubungan antara paritas dengan hasil kuesioner pre test. Distibusi dan hubungan antara paritas dengan hasil kuesioner pre test. Paritas Primipara 1 5,5 8 44,4 9 50 18 Multipara - - 7 41,2 10 58,8 17 Dari tabel tampak bahwa pengetahuan responden kategori kurang pada multipara tentang manajemen laktasi lebih besar dari primipara (58,8% dibanding 50%). 5. Hubungan antara pendidikan dengan hasil kuesioner post test. Distribusi dan hubungan antara pendidikan dengan hasil kuesioner post test. < SMU 9 90 6 60 5 50 20 SMU 14 93,3 1 6,7 - - 15 Dari tabel tampak bahwa setelah diberikan penyuluhan, tidak ada satupun responden yang berpendidikan SMU/ lebih dengan pengetahuan kurang. 6. Hubungan antara paritas dengan hasil kuesioner post test. Distibusi dan hubungan antara paritas dengan hasil kuesioner post test Paritas Primipara 14 77,7 3 16,7 1 5,5 18 Multipara 8 47,1 5 29,4 4 23,5 17 DarTabel tampak setelah diberikan pendidikan kesehatan pengetahuan kurang pada multipara lebih besar dari primipara (23,5% dibanding 5,5%). 7. Distribusi dan Hubungan Pengetahuan Responden Tentang Manajemen Laktasi Berdasarkan. Pre Test Post Test < SMU - 15% 85% 45% 30% 25% SMU 6,7% 80% 13,3% 93,3% 6,7% - Dari tabel tampak bahwa pengetahuan responden kategori kurang pada tingkat pendidikan dibawah SMU mengalami penurunan setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang manajemen laktasi yaitu dari 85% menjadi 25% (3,4 kali lebih baik).

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 24 8. Distribusi dan Hubungan Pengetahuan Responden Tentang Manajemen Laktasi Berdasarkan Paritas. Pre Test Post Test Primipara 5,5% 44,4% 50% 77,7% 16,7% 5,5% Multipara - 41,2% 58,8% 47,1% 29,4% 23,5% Dari tabel tampak bahwa pengetahuan responden kategori kurang pada primipara menurun persentasenya setelah diberikan penyuluhan kesehatan yaitu dari 50% menjadi 5,5%, pada multipara tidak ada satupun responden yang mempunyai kategori pengetahuan baik sebelum diberikan penyuluhan. B. PEMBAHASAN 1. Data Umum a. Dari hasil penelitian pendidikan, responden yang terendah adalah dibawah SMU 57,1%. Dengan latar belakang pendidikan rendah, tenaga kesehatan harus lebih sering memberikan informasi tentang pengetahuan manajemen laktasi yang melibatkan seluruh anggota keluarga dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh ibu dan keluarganya. Bagi ibu-ibu yang tingkat pendidikannya tinggi yaitu SMU atau lebih 42,8% yang lebih mudah menerima informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan. b. Paritas Dari data yang terkumpul diperoleh hasil bahwa : ibu menyusui anak pertama (primipara) yang terbanyak yaitu sebesar 18 orang (51,4%), untuk anak pertama biasanya belum ada pengalaman untuk merawat payudara dan menyusui bayinya. Berbeda dengan ibu menyusui anak 2-3 (Multipara) 48,6%, ibu golongan ini sudah ada pengalaman waktu anak pertama, pada anak ke 2-3 ini sifatnya meneruskan dari pengalaman anak pertama. 2. Evaluasi Pengetahuan Ibu Tentang Proses Menyusui a. Hubungan Antara Dengan Hasil Kuesioner Pre Test Dan Post Test Dari hasil penelitian evaluasi pengetahuan ibu tentang proses menyusui berdasarkan pendidikan, diperoleh data bahwa : sebelum diberikan penyuluhan kesehatan jumlah responden yang memenuhi kriteria pengetahuan baik untuk tingkat pendidikan dibawah SMU tidak ada, sedangkan pada tingkat pendidikan SMU/ lebih (6,7%), untuk pengetahuan responden kategori kurang ditemukan sebanyak 85% pada tingkat pendidikan dibawah SMU dan 25% pada tingkat pendidikan SMU/ lebih. Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, jumlah responden yang memenuhi kriteria pengetahuan baik meningkat yaitu pada pendidikan dibawah SMU (45%) dan yang mengalami peningkatan cukup banyak adalah pendidikan SMU/ lebih dari 6,7% menjadi 93,3%, sedangkan pada tingkat pendidikan SMU/ lebih tidak ada satupun responden dengan kategori pengetahuan kurang, pada pendidikan dibawah SMU juga mengalami penurunan dari 85% menjadi 25%). mempengaruhi pengetahuan, seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Artinya ia dapat mengadopsi inovasi yang cepat, dibandingkan dengan latar belakang pendidikan yang rendah cenderung sulit untuk mengetahui/ mengikuti informasi yang tersedia karena keterbatasan pengetahuan.

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 25 b. Hubungan antara paritas dengan hasil kuesioner Pre test dan post test Dari hasil penelitian evaluasi pengetahuan berdasarkan paritas, didapatkan data bahwa sebelum diberikan penyuluhan jumlah responden yang memenuhi kriteria pengetahuan baik pada primipara hanya 1 orang (5,5%), pada multipara tidak ada satupun yang memenuhi kriteria pengetahuan baik, untuk pengetahuan responden kategori kurang, banyak ditemukan pada multipara 58,8% dan pada primipara 50% pada primipara. Setelah diberikan penyuluhan kesehatan jumlah responden dengan pengetahuan kategori kurang pada multipara mengalami penurunan yaitu dari 58,8% menjadi 23,5%, pada primipara juga mengalami penurunan dari 50% menjadi 5,5%, dan jumlah responden yang memenuhi kriteria pengetahuan baik meningkat yaitu ada multipara 8 orang (47,7%) dan ada primipara 14 orang (77,7%). Pada ibu-ibu primipara cenderung ingin mengetahui lebih banyak tentang bagaimana merawat bayi, merawat payudara serta semangat untuk mengetahui lebih banyak tentang proses menyusui yang harus didukung oleh tenaga kesehatan yang baik dan benar. Begitu pula dengan ibu-ibu menyusui anak 2-3 yang sudah berpengalaman berkali-kali dalam menyusui bayinya dengan ASI, walaupun demikian belum tentu ibu tersebut mengetahui cara perawatan payudara secara benar. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Karakteristik responden dari 35 yang diteliti di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus adalah sebagai berikut : pendidikan terbanyak adalah SMU/ lebih (42,8%) dan paritas terbanyak adalah primipara (51,4%). 2. Setelah diberikan penyuluhan ada penurunan nilai kurang, baik tingkat pendidikan dibawah SMU ataupun SMU/ lebih (85% menjadi 25% dibawah SMU, SMU/ lebih 13,3% menjadi tidak ada). 3. Setelah diberikan penyuluhan ada penurunan nilai kurang, baik pada primipara ataupun multipara (50% menjadi 5,5% primipara, multipara 58,8% menjadi 23,5%). B. SARAN 1. Penyuluhan kesehatan tentang Proses Menyusui terhadap ibu nifas sebaiknya rutin dilakukan. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar mengenai pengetahuan ibu nifas tentang proses menyusui. DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmodjo. S. dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 2. Dirjen PPM dan PPL. Mengembangkan Lingkungan Sehat Menuju Indonesia Sehat. Media Interaksi Promosi Kesehatan Indonesia. Jakarta : Tahun V No XVI November 2003 3. Anwar. A. S. Hak Asasi Bayi dan Pekan ASI Sedunia. www.suaramerdeka.com 4. DepKes, Ditjen BinKesMas, Direktorat Gizi Bina Masyarakat. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI). Jakarta : DepKes. 2002 5. William. R.D. Breast-Feeding Best Bet for Babies. www.breastfeeding.com 6. Suradi R, Sri D. B, dkk. Pelatihan Manajemen Laktasi. Bandung : Perkumpulan Perinatologi Indonesia. 2002 : 1-28

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 26 7. Hamzah. E. S. ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI. Kumpulan Bahan Kuliah ASI, MTBS, Imunisasi. Bandung. 2006 8. Karmini. K, dkk. Model Pelaksanaan Pemberian MP-ASI Tradisional yang Diperkaya Fruchtooligosacharida (FOS) Terhadap Kejadian Diare dan Status Gizi Bayi Umur 6-11 Bulan. www.gizi.net 9. DepKes, Dirjen BinKesMas, Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta : 1997 10. Strategi Nasional Peningkatan Penggunaan ASI (PP-ASI). www.gizi.net 11. DepKes, Direktorat Bina Gizi Mayarakat. Buku Panduan Manajemen Laktasi. Jakarta : 2001 12. Roesli. U. Hidup ASI Eksklusif. http://www.republika.co.id 13. Arisman. M.B. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 2004 : 2: 32-39 14. Syah. Muhibin. Psikologi dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2004 15. Notoatmodjo. S. Pengantar Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta. Andi OffSet : 1993 16. Notoatmojo. S. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. 1997: 34-36 17. Notoatmodjo. S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta : 2002 : 10-18 18. Notoatmodjo. S. Pengantar Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta : 2003: 20-29 19. Suharyono. Air Susu Ibu Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1992 : 6-38 20. DepKes. RI. Manajemen Laktasi Buku Pegangan Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : 1992 21. Moore. Hacker. Essensial Obstetri dan Ginecologi. Edisi 2. Jakarta : Hipocrates. 2001 22. DepKes, Ditjen BinKesMas, Direktorat Gizi Masyarakat. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI). Jakarta : DepKes. 2002 23.. Modul Manajemen Laktasi 24. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Buku 4 Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta : Pusdinakes, WHO, JHPIEGO. 2003 25. Hamzah. E. S. Buku Panduan Bagi Tenaga Kesehatan. Edisi 3. Bandung : RSUP Hasan Sadikin. 2000 26. Machfoedz. I, Suryani. E, Sutrisno, Santosa. Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya. 2005