Peramalan Indeks Harga Saham di Indonesia dan Dunia dengan Model Univariate dan Multivariate Time Series

dokumen-dokumen yang mirip
FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

Sedangkan model fungsi transfer bentuk kedua adalah sebagai berikut :

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

PERAMALAN NILAI EKSPOR DAN NILAI IMPOR INDONESIA KE JEPANG MENGGUNAKAN MODEL VARIMA

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

Pemodelan Inflasi di Kota Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta dengan pendekatan GSTAR

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

99.9. Percent maka H 0 diterima, berarti residual normal

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI. Oleh: IRLIZANTY YULYANTIKA RAHADI

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer

PEMODELAN DAN PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX)

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

Meytaliana F Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes.

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

Program Studi Matematika, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Bab V SIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

PENDEKATAN MODEL EKONOMETRIKA UNTUK MEMPREDIKSI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA

Peramalan Harga Beras di Perum BULOG Divre Jatim

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

PEMODELAN ARIMA INTENSITAS HUJAN TROPIS DARI DATA PENGUKURAN RAINGAUGE DAN DISDROMETER

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

PERAMALAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS TERKAIT KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA MADYA DENPASAR DENGAN METODE TRANSFER FUNCTION

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

BAB II LANDASAN TEORI

Peramalan Volume Distribusi Air di PDAM Kabupaten Bojonegoro dengan Metode ARIMA Box- Jenkins

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

Pemodelan dan Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Surabaya dengan ARIMAX Variasi Kalender

Tugas Akhir. Peramalan Penjualan Produk Minuman TB Wilayah Pemasaran Jawa Timur dengan Menggunakan Metode VARIMA. Oleh : C. Ade Kurniawan

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

PEMODELAN DAN PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG DAN PESAWAT DI TERMINAL KEDATANGAN INTERNASIONAL BANDARA JUANDA SURABAYA DENGAN METODE VARIANSI KALENDER

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya *

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

Pemodelan Vector Autoregresive (VAR) pada Komoditas Harga Cabai di Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

PENGGUNAAN METODE VaR(Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT.TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun

MODEL TERBAIK ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK

PENGGUNAAN METODE VaR (Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT. TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

III. METODE PENELITIAN

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

Peramalan Harga Minyak Mentah Standar West Texas Intermediate dengan Pendekatan Metode ARIMA

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK

Transkripsi:

Peramalan Indeks Harga Saham di Indonesia dan Dunia dengan Model Univariate dan Multivariate Time Series Silvia Roshita Dewi, Agus Suharsono, dan Suhartono Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60 E-mail: silvia09@mhs.statistika.its.ac.id, agus_s@statistika.its.ac.id, suhartono@statistika.its.ac.id Abstrak Peramalan Indeks Harga saham dapat dilakukan dengan metode time series. Secara Univariate time series dapat menggunakan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) sedangkan multivariate time series dapat menggunakan Vector Autoregression (VAR). Dalam penelitian ini, dilakukan penerapan metode ARIMA dan VAR pada peramalan indeks harga saham IHSG Indonesia. Dow Jones Industrial Average (DJI) Amerika, FTSE 00 London, Hang Seng Index (HSI) Hongkong, Nikkei 225 (N225) Jepang, dan Strait Time Index (STI) Singapura. Melalui metode multivariate tidak hanya bisa meramal indeks harga saham, namun juga bisa melihat keterkaitan harga saham antara satu negara dengan yang lain. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa indeks harga saham Amerika mempengaruhi semua indeks harga saham negara lain, namun tidak dipengaruhi oleh indeks harga saham manapun. Perbandingan antara kedua model, ARIMA dan VAR tersebut memberikan hasil bahwa beberapa model memiliki keakuratan lebih tinggi untuk meramal jika menggunakan model univariate. Kata kunci: ARIMA, harga saham, time series, VAR. P I. PENDAHULUAN ASAR modal memiliki peranan penting dalam perekonomian. Pasar modal menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana. Pasar modal dapat menjadi indikator dalam berkembangnya perekonomian suatu negara. Pergerakan harga saham di pasar modal Indonesia secara keseluruhan dapat diamati melalui Indeks Harga Saham Gabungan atau yang lebih dikenal dengan IHSG. Menurut Anogara [] IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. Kegiatan jual-beli pada pasar modal selain menguntungkan juga mempunyai resiko yang besar, maka dalam hal ini para investor memerlukan suatu informasi yang bisa dijadikan acuan dalam mengambil keputusan untuk menentukan saham mana yang akan dibeli, dijual atau dipertahankan. Untuk menghasilkan keputusan investasi yang tepat, maka perlu dilakukan peramalan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pemodelan dan peramalan IHSG diantaranya adalah Sadeq [2] melakukan analisis prediksi indeks harga saham gabungan dengan metode ARIMA. Azizah [3] melakukan peramalan indeks harga saham Kospi dengan metode intervensi. Penelitian lainnya, yakni tentang pemodelan IHSG yang dipengaruhi oleh variabel lain dilakukan oleh Yulanda [4] dengan menggunakan fungsi transfer dengan dua variabel X yaitu tingkat suku bunga dan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Alifaturroodliyah [5] melakukan penelitian tentang pemodelan indeks saham berdasarkan high dan low price. Setiawan [6] memodelkan IHSG, kurs, dan harga minyak dunia dengan menggunakan Vector Autoregressive (VAR). Pada penelitian ini akan dilakukan peramalan harga saham di Indonesia dan harga saham di dunia dengan model univariate dan multivariate time series. Data yang akan digunakan adalah data indeks harga saham pada harga penutupan. Harga saham yang dimaksud digambarkan dengan data indeks harga saham di dunia yang meliputi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau JKSE Indonesia, Dow Jones Industrial Average (DJIA), Indeks FTSE 00 London, Indeks Hang Seng Hongkong, Indeks Nikkei 225 Jepang, dan Straits Times Index (STI) Singapura. Beberapa negara pemilik indeks terebut merupakan negara yang mempunyai hubungan erat dengan Indonesia dalam hal perdagangan. Peramalan saham yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode univariate dan multivariate time series. Pemodelan univariate time series akan menggunakan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA), sedangkan pemodelan multivariate time series menggunakan Vector Autoregression (VAR). Pemodelan multivariate time series tidak hanya mampu meramalkan harga saham kedepannya, tetapi juga bisa menjelaskan keterkaitan harga saham di Indonesia dengan harga saham di dunia. Setelah mendapatkan model terbaik dari metode univariate dan multivariate time series, selanjutnya akan dibandingkan model mana yang terbaik untuk meramal saham. Dalam peramalan, multivariate method biasanya lebih rumit daripada univariate method. Namun seperti yang

2 dikatakan oleh Makridakis dan Hibon [7] bahwa metode statistik yang lebih canggih atau yang lebih rumit tidak selalu memberikan perkiraan yang lebih akurat daripada metode yang sederhana. Melalui perbandingan kedua model time series yang diperoleh dari kedua metode ini akan diperoleh model terbaik untuk meramalkan saham di Indonesia dan saham di dunia. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Model ARIMA merupakan gabungan antara model AR dan MA dengan differencing orde d. Model ARIMA bisa digunakan pada data musiman maupun non musiman. Secara matematis model ARIMA (p,d,q) dapat ditulis sebagai berikut [8]. d φ p ( B )( B) Z t = θ 0 + θ q ( B) at () Prosedur yang digunakan untuk mendapatkan nilai ramalan yaitu dengan menggunakan ARIMA box-jenkins yang terdiri dari empat tahapan dimulai dari identifikasi model, estimasi parameter, uji diagnostik dan pemilihan model terbaik. Identifikasi dapat dilakukan melalui plot time series, ACF dan PACF. Dalam tahapan ini plot time series digunakan untuk mengetahui kestasioneran data dalam mean dan varians. Apabila data tidak stasioner dalam mean maka dilakukan differencing dan jika data tidak stasioner dalam varians maka dilakukan transformasi Box-Cox. Secara lengkap mengenai pemodelan ARIMA dapat dilihat pada [8]. B. Model VAR (Vector Autoregressive) Variabel multivariate yang bersifat time dependence dapat dikatakan sebuah VAR dari orde jika mengikuti persamaan [8]: ZZ tt = φφ 0 + ΦΦZZ tt + aa tt (2) Sehingga dalam bentuk matriks, persamaan model VAR() untuk data time series dengan 2 variabel dapat ditulis sebagai berikut, Zt φ0 φ φ2 Zt at = + +. (3) Z2t φ20 φ2 φ22 Z2t a2t Untuk persamaan model VAR dengan orde p atau VAR(p) dapat ditulis sebagai berikut [6]. ZZ tt = φφ 0 + ΦΦZZ tt + + ΦΦ pp ZZ tt pp + aa tt, pp > 0. (4) Secara lengkap mengenai pemodelan pada VAR dapat dilihat pada [8]. C. Pemilihan Model Terbaik Adapun kriteria pemilihan model berdasarkan data outsample antara lain dengan kriteria Symmentric Mean Absolute Percentage Error (smape). Perhitungan untuk smape adalah sebagai berikut [7] YY tt YY tt 00 (5) (YY tt +YY tt )/2 Secara lengkap mengenai kriteria pemilihan model dan ketepatan akurasi terdapat pada [7]. D. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (composite stock price index = CPSI) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis-jenis saham yang ada atau tercatat di bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diterbitkan oleh bursa efek. IHSG dihitung setiap hari atau setiap detik selama jam perdagangan sesuai dengan kebutuhan. IHSG berubah setiap hari karena : a. Perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari b. Adanya saham tambahan. III. METODOLOGI PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia, Dow Jones Industrial Average (DJI) Amerika, Indeks FTSE 00 London, Indeks Hang Seng (HSI) Hongkong, Indeks Nikkei 225 (N225) Jepang, dan Straits Times Index (STI) Singapura. Data yang digunakan adalah data harian pada saat harga penutupan, dengan rentang waktu satu tahun antara Januari hingga Desember 202. Tahapan analisis yang dilakukan dimulai dari identifikasi model pada keenam variabel, kemudian membentuk model ARIMA dan dilanjutkan model VAR. Setelah ditemukan kedua model, selanjutnya dilakukan peramalan dengan kedua model tersebut dan melihat keterkaitan indeks harga saham negara-negara tersebut dengan model VAR. Langkah selanjutnya adalah melihat perbandingan model ARIMA dan VAR dalam hal keakuratan untuk peramalan. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisa Harga Saham Hasil analsisi deskriptif dari data harga saham pada enam variabel ditampilkan pada Tabel. Tabel. Statistika Deskriptif Data Harga Saham IHSG, DJI, FTSE00, HSI, N225, dan STI Variabel Mean StDev Min Maks Skewness Kurtosis IHSG 403,5 54,2 379,6 4375,2 0,02 -,3 DJI 2975 307 29 360-0,03-0,46 FTSE00 5747,7 59 5260,2 5965,6-0,96 0,37 HSI 20502 073 8502 22667 0,0-0,86 N225 908,9 490,6 8365,9 0395,2 0,7-0,47 STI 2976,7 03,7 27 39,8-0,74 0,6 Nilai rata-rata harga saham tertinggi dimiliki oleh HSI, dengan rata-rata harga saham hariannya adalah 20.502, dengan harga saham tertinggi sebesar 22.667 dan terendah sebesar 8.502. Pada data IHSG, HSI dan N225 memiliki nilai skewness yang positif, sehingga kemiringan grafik pada data tersebut adalah ke kanan, sedangkan untuk variabel DJI, FTSE00, dan STI memiliki nilai skewness negatif, sehingga kemiringan grafik adalah ke kiri. Data IHSG, DJI, HSI dan N225 memiliki nilai kurtosis negatif, yang berarti bahwa grafik yang dimiliki variabel tersebut adalah ebih landai dari kurva normal, sedangkan variabel FTSE00 dan STI memiliki nilai kurtosis positif yang berarti memiliki grafik yang lebih tinggi dari kurva normal. Selanjutnya korelasi antar indeks harga saham ini ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Nilai Korelasi Data Harga Saham Harian Indeks IHSG DJI FTSE00 Harga HSI N225 STI

3 Saham 2,45 Lambda (using 95,0% confidence) IHSG DJI 0,673 FTSE00 0,54 0,692 HSI 0,694 0,556 0,806 N225 0,262 0,383 0,588 0,665 STI 0,760 0,800 0,738 0,76 0,485 Semua variabel memiliki korelasi dengan variabel lainnya. Rata-rata korelasi antar variabel cenderung kuat dengan nilai diatas 0,6 dengan p-value sebesar 0,05. Variabel yang memiliki korelasi rendah diantaranya adalah FTSE00 dengan IHSG, N225 dengan IHSG, N225 dengan DJI, serta N225 dengan STI. B. Pemodelan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Pemodelan ARIMA diawali dengan identifikasi model. Dalam hal ini pertama kali harus memastikan apakah data sudah stasioner atau belum. Berikut ditampilkan time series plot dari data keenam variabel. (a) 4400 (b) 3800 StDev 2,40 2,35 2,30 2,25-5,0-2,5 0,0 Lambda 2,5 5,0 Estimate 5,00 Lower CL * Upper CL * Rounded Value 5,00 Gambar 2 Box-Cox Transformation Data IHSG Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa data IHSG sudah stasioner dalam varians, sebab rounded value menunjukkan nilai yang lebih dari satu. Dengan metode yang sama, deteksi stasioneritas dalam varians juga dilakukan dalam kelima variabel lainnya, hasilnya ditampilkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Box-Cox Transformation pada Data Saham DJI, FTSE00, HSI, N225, dan STI Variabel Rounded Value LCL UCL DJI 5 * * FTSE00 5 * * HSI 3 0,9 * N225 0-2,65,83 STI 5 * * IHSG (c) FTSE00 4300 00 400 4000 3900 3800 6000 5900 5800 5700 5600 5500 5400 5300 5200 2 2 84 05 26 84 05 26 47 47 68 68 89 89 20 20 DJI (d) HSI 3600 3400 3200 3000 2800 2600 2400 2200 2000 23000 22000 2000 20000 9000 8000 2 2 84 05 26 47 84 05 26 47 68 68 89 20 89 20 Pada variabel N225, rounded value sebesar 0, namun nilai Upper Centre Limit (UCL) dan Lower Centre Limit (LCL) melewati angka. Nilai UCL dan LCL yang telah melewati angka mengindikasikan bahwa data sudah stasioner dalam varians. Tabel 3 menunjukkan bahwa sema variabel telah stasioner dalam varians. Setelah mengetahui asumsi stasioner dalam varians maka dilanjutkan dengan pengecekan asumsi stasioner dalam mean melalui plot time series dan ACF. Gambar 2 menunjukkan bahwa plot time series belum stasioner. Selanjutnya plot ACF menunjukkan bahwa plot ACF bersifat dies down atau bergerak turun lambat, seperti yang ditampilkanpada plot ACF IHSG pada Gambar 3. Hal ini menunjukkan bahwa semua data belum stasioner dalam mean. (e) 0500 (f),0 3200 0,8 0,6 N225 0000 9500 STI 300 3000 Autocorrelation 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4 9000 2900-0,6-0,8 2800 -,0 8500 2 84 05 26 47 68 89 20 2700 2 84 05 26 Gambar Time Series Plot Data Harga Saham IHSG (a), DJI (b), FTSE00 (c), HSI (d), N225 (e), dn STI (f) Berdasarkan time series plot pada Gambar diketahui bahwa data belum stasioner, sebab data masih terlihat memiliki fluktuasi yang tinggi. Ketidak-stasioneran ini perlu diuji, apakah data tidak stasioner dalam varians, mean, atau keduanya. Uji stasioneritas dalam varians dilakukan dengan Box-Cox transformation. 47 68 89 20 5 0 5 20 25 30 Lag Gambar 3 Plot ACF Data Harga Saham IHSG Data yang belum stasioner dalam mean perlu dilakukan diffrencing. Setelah dilakukan differencing, selanjutnya adalah melihat plot ACF dan PAF dari data yang sudah stasioner. Melalui plot ACF dan PACF dapat ditentukan model dugaan. Berdasarkan plot ACF dan PACF yang telah stasioner, diperoleh dua kemungkinan model ARIMA untuk data IHSG, yaitu ARIMA ([8],,0) dan ARIMA (0,,[8]). Sebab, pada plot ACF dan PACF terjadi cut off di lag 8. Sedangkan pada variabel STI diperoleh dua model dugaan, yaitu ARIMA ([9],,0) dan ARIMA (0,,[9]). Pada variabel DJI dan FTSE 00 perlu menambahkan deteksi outlier, sebab model dugaan awal ARIMA yang diperoleh residualnya belum memenuhi asumsi kenormalan. Model dugaan 35 40 45 50

4 selanjutnya yang diperoleh untuk variabel DJI adalah ARIMAX ([8],,0) dan ARIMAX (0,,[8]). Sedangkan untuk variabel FTSE00, model yang diperoleh adalah ARIMAX ([3],,0) dan ARIMAX (0,,[3]). Pada dua variabel lainnya yaitu HSI dan N225, diperoleh model dugaan adalah ARIMA (0,,0). Model tersebt adalah model ARIMA yang random walk, sebab pada plot ACF maupun PACF pada data yang sudah stasioner tidak ditemukan adanya lag yang keluar. Selanjutnya pada model dugaan yang didapatkan harus dipastikan model-model tersebut memenuhi asumsi berdistribusi normal dan white noise agar bisa digunakan untuk peramalan. Tabel 4 Nilai smape pada Model Indeks Harga Saham Variabel Model smape IHSG ARIMA([8],,0) 0,7524* ARIMA(0,,[8]) 0,777984 DJI ARIMAX([5],,0),029522 ARIMAX(0,,[5]),0348* FTSE00 ARIMAX([3],,0) 0,358676* ARIMAX(0,,[3]) 0,367753 STI ARIMA([9],,0) 0,290723* ARIMA(0,,[9]) 0,32027 *nilai terkecil Pemilihan model terbaik dilakukan dengan membandingkan nilai smape pada masing-masing model dugaan. Hasil perhitungan smape menunjukkan bahwa model yang memiliki nilai smape yang lebih kecil pada variabel IHSG adalah model ARIMA ([8],,0). Pada variabel DJI, model terbaik adalah ARIMAX (0,,[5]). Model terbaik pada FTSE00 adalah ARIMAX ([3],,0), sedangkan pada STI adalah model ARIMA ([9],,0). Untuk variabel HSI dan N225 menggunakan model ARIMA (0,,0). Secara matematis, model-model tersebut ditulis sebagai berikut, YY,tt = YY,tt + 0,208YY,tt 8 0,208YY,tt 9 + aa,tt (83) YY 2,tt = YY 2.tt 0,5757aa 2,tt 5 255,67058II aa,tt 345,77964II (78) (70) aa,tt 330,7072II aa,tt + aa 2,tt YY 3,tt = YY 3,tt + 0,5388YY 3,tt 3 0,5388YY 3,tt 4,94,59539II aa,tt (75) + aa 3,tt YY 4,tt = YY 4,tt + aa 4,tt YY 5,tt = YY 5,tt + aa 5,tt YY 6,tt = YY 6,tt + 0,7292YY 6,tt 9 0,7292YY 6,tt 0 + aa 6,tt Model-model ini selanjutnya akan diuji keakuratannya dengan model yang diperoleh dari metode VAR. C. Pemodelan Vector Autoregressive (VAR) Pemodelan dengan VAR juga diawali dengan identifikasi model yang dilihat dari plot. Berdasarkan plot MACF dan MPACF, data harga saham pada keenam variabel ini perlu dilakukan difference satu sebab data-data tersebut tidak stasioner dalam mean. Pendugaan model pada metode VAR dilakukan dengan melihat plot MPACF pada data yang sudah stasioner, seperti yang ditampilkan pada Gambar 5 Schematic Representation of Partial Autoregression Variable/ Lag 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 ihsg.+.......+-................................. dji......+..-.......-... -... +.........-.+............ ftse00.......+-.......-...............-.............. hsi -+.......+-.......-........................... n225.+.............-....-...................-...... sti.+.......+............-.+..................... Variable/ Lag 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 25 26 ihsg............... -........................ dji............+................+............ ftse00......+.....+..................+............ hsi.....-.................................... n225......+.................................. sti.....................+.................... + is > 2*std error, - is < -2*std error,. is between Gambar 4 Plot MPACF Tanda positif pada lag pertama pada Gambar a menunjukkan bahwa model dugaan adalah dengan menggunakan AR(), atau dapat dikatakan juga dengan VARIMA(,,0). Dugaan ini diperkuat dengan melihat nilai pada minimum information criterion. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh nilai minimum berada pada saat AR (). Hal ini menunjukkan bahwa model dugaan yang tepat adalah VARIMA (,,0) Hasil estimasi parameter dari model VARIMA (,,0) menunjukkan bahwa model tersebut memiliki 36 parameter. Akan tetapi, jika dilihat dari p-value masingmasing parameter ini dapat diketahui bahwa ternyata tidak semua parameter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap model, maka dilakukan restrict terhadap variabelvariabel tersebut. Perintah restrict dilakukan terhadap satu demi satu parameter yang tidak signifikan secara bertahap, dimulai dari variabel dengan p-value tertinggi, hingga semua variabel yang tidak di-restrict menunjukkan p-value yang lebih kecil dari nilai signifikansi (α = 0,05). Hasil estimasi parameter model VARIMA (,,0) setelah dilakukan restrict ditampilkan dalam Tabel 4.2, yang menunjukkan bahwa terdapat 8 parameter yang memiliki pengaruh signifikan terhadap model. Untuk keperluan penyusunan model, nilai-nilai koefisien parameter ini selanjutnya diubah ke dalam bentuk matriks. Matrik-matriks koefisien dari model VARIMA (,,0) adalah sebagai berikut, 0,000 0,26 0,000 0,000 0,045 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Φ = 0,000 0,32 0,75 0,000 0,000 0,000 0,73,040 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,6 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,08 0,000 0,000 0,000 0,000 Selanjutnya, estimasi parameter yang lengkap disajikan dalam Tabel 4 berikut. Variabel IHSG (y) FTSE00 (y3) HSI (y4) N225 (y5) STI (y6) Param eter 2 Tabel 5 Estimasi Parameter Model VAR Estimasi Std Eror t-value P-value Variabel 0,2595 0.02004 6,29 0.000 y2(t-) -0,04496 0,0828-2,46 0,048 y5(t-) 5 32 33 4 0,324 0,03206 4,2 0,000 y2(t-) -0,7474 0,022-2,76 0,0062 y3(t-) -0,729 0,3080-2,36 0,09 y(t-),03968 0,3044 7,97 0,000 y2(t-) 52 0,590 0,0572 7,44 0,000 y2(t-) 62 0,0808 0,0276 6,35 0,000 y2(t-)

q 5 Melalui estimasi parameter ini dapat diketahui bahwa DJI (Y 2 ) mempengaruhi semua variabel, namun tidak dipengaruhi oleh satupun variabel. Untuk variabel IHSG (Y ) selain dipengaruhi oleh DJI (Y 2 ) juga dipengaruhi oleh N225 (Y 5 ). Pada HSI (Y 4 ) selain dipengaruhi oleh DJI (Y 2 ) juga dipegaruhi oleh IHSG (Y ). Pada model dugaan yang sudah didapatkan tersebut, selanjutnya diuji apakah residual sudah white noise dan berdistribusi multivariate normal. Dalam pemodelan multivariate time series, pengujian asumsi white noise pada residual dapat dilakukan dengan melihat pada melihat hasil dari portmanteau test. Selain itu bisa dengan melihat Berdasarkan nilai AIC residual dari model VARIMA(,,0) pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai AIC terkecil terletak pada AR(0). Hal ini menunjukkan bahwa residual dari model tersebut telah memenuhi asumsi white noise. Tabel 6 Minimum Information Criterion pada Residual VARIMA (,,0) Lag MA(0) MA() MA(2) MA(3) MA(4) MA(5) AR(0) 47.76 47.490 47.659 47.89 48.079 48.230 AR() 47.382 47.752 47.93 48. 48.296 48.520 AR(2) 47.575 47.905 48.98 48.46 48.592 48.854 AR(3) 47.823 48.30 48.47 48.700 48.88 49.05 AR(4) 48.066 48.324 48. 48.98 49.078 49.388 Pengujian asumsi selanjutnya adalah residual berdistribusi multivariat normal. Pengujian asumsi ini menggunakan hipotesis awal yaitu data residual dari model berdistribusi multivariat normal. Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah data residual dari model tidak mengikuti asumsi distribusi multivariat normal. Hipotesis awal akan diterima jika p-value hasil pengujian melebihi nilai alpha (0,05). Penarikan kesimpulan dari uji asumsi multivariat normal juga bisa dilakukan secara visual melalui plot residual yang terbentuk. Asumsi dipenuhi ketika plot residual cenderung membentuk garis lurus diagonal. Melalui persamaan tersebut diketahui bahwa IHSG (Y ) dipengaruhi oleh DJI(Y 2 ) dan N225(Y 5 ). Sehingga dapat dikatakan bahwa indeks harga saham Indonesia dipengaruhi oleh indeks harga saham Amerika dan Jepang. berikut, Persamaan model VAR untuk DJI adalah sebagai yy 2,tt = aa 2,tt Persamaan tersebut menunjukkan bahwa harga saham DJI(Y 2 ) tidak dipengaruhi oleh harga saham manapun, namun DJI ini mempengaruhi indeks harga saham pada negara-negara lainnya, yakni pada semua variabel yang meliputi Indonesia, London, Hongkong, Jepang, dan Singapura. Pada indeks FTSE00 (Y 3 ) dipengaruhi oleh DJI (Y 2 ) yy 3,tt = 0,32yy 2,tt 0,75yy 3,tt + aa 3,tt yy 4,tt = 0,73yy,tt +,040yy 2,tt + aa 4,tt yy 5,tt = 0,6yy 2,tt + aa 5,tt yy 6,tt = 0,08yy 2,tt + aa 6,tt Pada model HSI (Y 4 ) selain dipengaruhi oleh DJI(Y 2 ) juga dipengaruhi oleh IHSG (Y ). Sehingga dapat dikatakan bahwaindeks Harga HSI Hongkong dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia. Sedangkan pada N225 (Y 5 ) hanya dipengaruhi oleh DJI(Y 2 ), hal ini juga terjadi pada STI(Y 6 ). Hubungan keterkaitan antara indeks harga saham di Indonesia dan negara-negara di dunia lebih jelasnya digambarkan dalam Gambar 6 berikut. STI N225 IHSG DJI FTSE 8 6 4 HSI 2 0 8 6 4 2 Gambar 6 Keterkaitan Indeks Harga Saham Indonesia dengan Negara-Negara di Dunia 0 0 0 20 Gambar 5 Residual Plot Model VARIMA (,,0) Berdasarkan Gambar 5 diatas diketahui bahwa plot cenderng membentuk garis lurus diagonal yang berarti bahwa residual data sudah memenuhi asumsi multivariat normal. Selain itu jika dilihat dari nilai t yang dihasilkan melalui perhitunga, diperoleh bahwa nilai t lebih dari 50%, yakni sebesar 52%. Hal ini membuktikan bahwa residual data berdistribusi multivariat normal. Model VARIMA (,,0) telah memenuhi semua asumsi. Model yang sudah didapatkan akan digunakan untuk melihat keterkaitan antar variabel pada data harga saham. Keterkaitan antar variabel ini dapat dilihat melalui persamaan model matematis model VAR untuk masingmasing variabel indeks harga saham, dengan diketahui bahwa yy nn,tt = yy nn,tt 30 dd 40 50 60 D. Perbandingan Akurasi Model antara ARIMA dan VAR Pada bagian ini akan dijelaskan tentang perbandingan model akurasi prediksi antara model yang diperoleh dengan metode univariate time series yakni dengan metode ARIMA dengan multivariate time series yakni dengan metode VAR. Perbandingan yang akan dilakukan adalah dengan membandingkan antara nilai smape terkecil yang diperoleh dari kedua model. Hasil perhitungan nilai smape pada kedua model disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Perbandingan nilai Akurasi smape pada Model Univariate dan Multivariate Time Series Variabel smape ARIMA/ARIMAX smape VAR IHSG 0,8006* 0,657535 DJI 0,7865* 0,8025 FTSE00 0,2878 0,270882* HSI 0,373397* 0,590866 N225,55993,556604* STI 0,297643* 0,509 yy,tt = 0,26yy 2,tt 0,045yy 5,tt + aa,tt

6 Nilai smape yang diperoleh dari semua metode menunjukkan angka yang relatif kecil. Hal ini menandakan bahwa semua model yang didapatkan sangat baik. Diantara model univariate dan multivariate time series ternyata menghasilkan nilai smape yang tidak terlampau jauh. Seringkali dalam beberapa metode mengatakan bahwa metode yang lebih rumit akan menghasilkan akurasi yang lebih baik. Namun kenyataannya tidak selalu begitu. Berdasarkan Tabel 7 pada peramalan periode kedepan, untuk variabel FTSE00 dan N225 memiliki smape yang lebih kecil saat menggunakan metode multivariate. Sedangkan untuk variabel IHSG, DJI, HSI, dan STI memiliki nilai smape yang lebih kecil saat menggunakan metode univariate atau model ARIMA. Nilai hasil peramalan pada masing-masing variabel disajikan pada Tabel 8. t. Tabel 8 Nilai Peramalan pada Enam Variabel Saham IHSG ARIMA ([8],,0) DJI ARIMAX(0,,[5]) FTSE 00 VARIM A(,,0) HSI ARIMA (0,,0) N225 VARIMA(,,0) STI ARIMA (0,,[9]) 4 Jan 3 434,38 2954,45 5909,95 22666,69 0330,90 393,69 7 Jan 3 44,4 36,22 625,08 2333,09 0883,73 3227,29 9 Jan 3 4389,5 3408,4 6062,88 23329,75 058,59 326,50 0 Jan3 4357,80 3404,8 6093,28 2328,47 0580,69 329,70 Jan 3 433,06 3496,83 60,82 23354,3 0680,27 3226,5 5 Jan 3 4304,96 3396,68 620,04 23264,07 0807,52 328,78 6 Jan 3 4407,27 354,92 623,79 2338,5 0895,8 393,86 V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pembahasan adalah sebagai berikut :. Pola harga saham pada beberapa negara yakni pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia, Dow Jones Industrial Average (DJI) Amerika, FTSE00 London, Hang Seng Index (HSI) Hongkong, Nikkei 225 (N225) Jepang, dan Strait Times Index (STI) Singapura membentuk trend yang sama. Model univariate time series menggunakan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA), serta pada beberapa variabel menggunakan model ARIMA yang disertai deteksi outlier. Model yang diperoleh pada semua variabel adalah model ARIMA dengan differencing. Namun pada variabel DJI dan FTSE00 menggunakan deteksi outlier, sehingga model menjadi ARIMAX. Pada model multivariate time series menggunakan model Vector Autoregression. Model yang ditemukan adalah model VAR dengan differencing. 2. Hasil pemodelan multivariate time series data harga saham gabungan pada enam variabel dapat menunjukkan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Melalui persamaan model VAR diketahui bahwa Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia dipengaruhi oleh indeks harga saham Amerika dan Jepang. Sedangkan indeks harga saham Amerika tidak dipengaruhi oleh indeks harga saham manapun, namun indeks harga saham Amerika ini mempengaruhi semua indeks harga saham yang lain. Indeks harga saham London dipengaruhi oleh indeks harga saham Amerika saja, begitu pula dengan indeks harga saham Jepang dan Singapura. Sedangkan indeks harga saham Hongkong selain dipengaruhi oleh indeks harga saham Amerika, juga dipengaruhi oleh indeks harga saham Indonesia. 3. Nilai smape yang diperoleh dari semua metode menunjukkan angka yang relatif kecil. Hal ini menandakan bahwa semua model yang didapatkan sudah baik. Diantara model univariate dan multivariate time series ternyata menghasilkan nilai smape yang tidak terlampau jauh. Seringkali dalam beberapa metode mengatakan bahwa metode yang lebih rumit akan menghasilkan akurasi yang lebih baik. Namun kenyataannya tidak selalu begitu. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat perbandingan nilai smape yang dihasilkan pada kedua model time series. Pada variabel FTSE00 dan N225 memiliki nilai smape yang lebih kecil ketika menggunakan model peramalan multivariate time series. Namun pada keempat variabel lainnya, nilai smape yeng lebih kecil didapatkan ketika menggunakan model peramalan univariate time series. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar peneliti melibatkan faktor lain yang menentukan pergerakan harga saham, diantaranya seperti regulasi pemerintah, gejolak politik dalam negeri, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan sebagainya, sebab pada penelitian ini belum melibatkan prediktor lain. DAFTAR PUSTAKA [] Anogara, P. (200). Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT Rineka Cipta. [2] Sadeq, Ahmad. (2008). Analisis Prediksi Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Metode Arima (Studi Pada Ihsg Di Bursa Efek Jakarta). Masters thesis, program Pascasarjana Universitas Diponegoro. [3] Azizah, N. (2006). Analisis Peramalan Indeks Harga Saham Kospi dengan menggunakan Metode Intervensi. Tugas Akhir Statistika ITS. Surabaya. [4] Yulanda, L. (2006). Model Fungsi transfer dengan dua peubah bebas. Tugas Akhir Statistika IPB. Bogor. [5] Aliffaturroodliyah. (20). Pemodelan Indeks Nikkei 225, Hang Seng, dan Kospi dengan pendekatan fungsi transfer dan back propagation neural network. Tugas Akhir Statistika ITS. Surabaya. [6] Setiawan, D.O. (202). Pemodelan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kurs, dan Harga Minyak Dunia dengan Pendekatan Vector Autoregressive. Tugas Akhir mahasiswa ITS. Surabaya. [7] Makridakis, S., & Hibon, M. (2000). The M3- Competition: Results, Conclusions and Implications. International Journal of Forcasting, 6, 45-476. [8] Wei, W.W.S. (2006). Time Series Analysis: Univariate and Multivariate Methods. United State of America: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.