Kebijakan sehubungan dengan PMK-91/PMK.03/2015 SE NOMOR 53/PJ/2015 tgl 7 Juli Pasal 23 atas Jasa Lain PMK NOMOR 141/PMK.03/2015 tgl 24 Juli 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Subjek Pajak PPh Pasal 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB IV PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 23

2015, No Kena Pajak oleh rekanan kepada Badan Usaha tertentu, perlu menunjuk Badan Usaha tertentu untuk memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh wajib

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan Hukum: Pasal 23 UU PPh PMK No. 244/ PMK.03/ 2008

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 BAB IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

IBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. (Waluyo, 2000 : 2), pajak

Catatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.010/2016 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menyerahkan sebagian kekayaan Negara karena suatu keadilan,

2015, No Mengingat c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan P

2015, No Mengingat memberikan kepastian hukum pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/PMK.010/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Subdirektorat Perjanjian dan Kerjasama Perpajakan Internasional DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN II

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-70/ PJ. / 2007 TANGGAL : 9 April 2007

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV KETENTUAN LAINNYA

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

2017, No ketentuan tarif pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas barang kiriman dengan tarif bea masuk untuk barang kiriman, perlu mengganti

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

DAFTAR OBYEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN TARIF PKP = (PB BP) PTKP. 2. Uang Pensiun Bulanan yang Diterima Pensiunan Pasal 17 UU PPh.

PENYULUHAN. Aspek Perpajakan Dalam Pengelolaan Dana Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Perpajakan Bagi Koperasi

PER - 31/PJ/2015 PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-57/PJ/2010 TENTAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.03/2015 TENTANG

BAB III KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF EFEKTIF DALAM PEMUNGUTAN PPh PASAL 23 ATAS JASA LAIN

dasar hukum Tata cara pelaporan utang swasta luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

2015, No Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf c Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana te

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pajak merupakan kewajiban rakyat untuk memberikan sebagian harta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Perhitungan Pajak Penghasilan. Utang dan Modal. Penentuan. Pencabutan.

Peraturan Menteri Keuangan PMK-141/PMK.03/2015 tgl 24 Juli 2015

4Dra.Riiyati UNIVERSITAS INDONESIA. , ip YerItas, Pro itas, 9ustItia. Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng.

Regulasi Pemotongan dan Pemungutan PPh Pasal 23. dan Risiko Apabila Lupa Memotong PPh Ps 23. Atas Pembayaran Jasa Yang Anda Gunakan

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

Jenis Penghasilan. 1) (migas); j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan

244/PMK.03/2008 JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UNDANG-

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

2.1 Definisi Pajak. Landasan Teori. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 27/PJ.


PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

Perbandingan antara Utang dan Modal Perusahaan untuk Penghitungan Pajak Penghasilan sesuai PMK No. 169/PMK.010/2015

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

UU No 7 Tahun 1983 PMK 184/PMK.03/2007 Perd Pe irj r e j n e No .PER 31/PJ 31/P /2009 Diubah dengan PER 57/PJ/2009. Perd Pe irj r e j n e No

BAB III Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 23

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara Cuma-Cuma).

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

Jurnal Akuntansi Indonesia Vol. 12, No. 1, Februari 2016, Hal

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-178/PJ./2006 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi atas pemotongan, penyetoran, dan

Belanja dari APBN/APBD. Ada PPh dan PPN. setor ke kas negara. Laporkan ke KPP

Pajak Penghasilan Pasal 21

NO. JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Secara Umum

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA

PPh pasal 23 dan Contoh Soalnya (1)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.03/2015 TENTANG

PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23. Disampaikan oleh : Amanda Oktariyani,SE.,M.Si,Ak

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Panduan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

PENETAPAN DAN KETETAPAN

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-176/PJ/2000 TANGGAL : 26 JUNI 2000

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Transkripsi:

TAX UPDATES Pencabutan Konseling PER-22/PJ/2015 tgl 28 Mei 2015 Kebijakan sehubungan dengan PMK-91/PMK.03/2015 SE NOMOR 53/PJ/2015 tgl 7 Juli 2015 Pasal 23 atas Jasa Lain PMK NOMOR 141/PMK.03/2015 tgl 24 Juli 2015 Tata Cara Pemotongan Pasal 21 PER NOMOR 32/PJ/2015 tgl 7 Agustus 2015 Pemungut Pasal 22 PER-31/PJ/2015 tgl 8 Agustus 2015 Pencabutan Verifikasi S-1649/PJ.04/2015 tgl 3 September 2015 Perbandingan Hutang dengan Modal - DER (Debt to equity ratio) PMK-169/PMK.10/2015 tgl 9 September 2015

PER-22/PJ/2015 TGL. 28 Mei 2015 Tentang Pencabutan Per-170/PJ/2007 tentang Tata Cara Konseling

Rangkuman Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 170/PJ/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konseling Terhadap Wajib Pajak Sebagai Tindak Lanjut Surat Himbauan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku sejak 1 Juni 2015.

Tahun Pembinaan SE- 53/PJ/2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMERIKSAAN TAHUN 2015 DALAM RANGKA MENDUKUNG TAHUN PEMBINAAN WAJIB PAJAK

5 1. Surat Edaran ini dimaksudkan untuk dijadikan sebagai acuan bagi jajaran DJP termasuk KPPdalam melaksanakan kegiatan Pemeriksaan tahun 2015 yang dapat mendukung kebijakan tahun pembinaan Wajib Pajak; 2. Prioritas Pemeriksaan Khusus dalam tahun 2015: Pemeriksaan Khusus (Selain SPT LB) dalam tahun 2015 diprioritaskan untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan yang telah dihimbau untuk memanfaatkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 namun tidak memanfaatkan kebijakan tersebut; 3. Kebijakan Penerbitan Instruksi Pemeriksaan Khusus Baru: Wajib Pajak yang diterbitkan instruksi Pemeriksaan Khusus berdasarkan analisis risiko secara manual dan hasil analisis Informasi, Data, Laporan dan Pengaduan (IDLP) adalah Wajib Pajak yang telah diberi kesempatan oleh Kepala KPP melalui surat himbauan agar memanfaatkan kebijakan tahun pembinaan Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 91/PMK.03/2015, namun tidak memanfaatkan kebijakan tersebut..

6 4. Kebijakan Pemeriksaan atas Instruksi Pemeriksaan Khusus yang terbit sebelum Surat Edaran ini, namun Surat Pemberitahuan Pemeriksaan belum disampaikan kepada Wajib Pajak:» sebelum pemeriksaan dilanjutkan, Kepala KPP diminta untuk memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak tersebut agar memanfaatkan PMK-91/PMK.03/2015, melalui pemanggilan kepada Wajib Pajak ybs;» terhadap Wajib Pajak yang memenuhi panggilan dan memanfaatkan PMK-91/PMK.03/2015 diusulkan untuk dilakukan pembatalan instruksi pemeriksaan;» Hasil pemanggilan Wajib Pajak dan kesanggupan Wajib Pajak untuk memanfaatkan PMK-91/PMK.03/2015 dituangkan pada berita acara pemanggilan Wajib Pajak dan digunakan sebagai dasar untuk mengusulkan pembatalan instruksi pemeriksaan;» terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi panggilan atau memenuhi panggilan tetapi tidak memanfaatkan PMK- 91/PMK.03/2015, maka instruksi pemeriksaan tetap dilanjutkan..

7 PMK- 141/PMK.03/2015 TENTANG JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008

8 1. Jumlah Bruto atas Penghasilan dari Jasa: seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk : a. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa; (dibuktikan dgn kontrak kerja dan daftar pembayaran); b. pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dgn faktur pembelian barang atau material); c. pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak ketiga (dibuktikan dgn faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis); d. pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dgn faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga). Tidak berlaku untuk penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering

9 2. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta: penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis sehingga harta tersebut hanya dapat digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yang telah disepakati. 3. Jasa Teknik: pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman dalam bidang industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat meliputi : a. pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu, seperti pemetaan dan/atau pencarian dengan bantuan gelombang seismik; b. pemberian informasi dalam pembuatan suatu jenis produk tertentu, seperti pemberian informasi dalam bentuk gambar-gambar, petunjuk produksi, perhitungan-perhitungan dan sebagainya; atau c. pemberian informasi yang berkaitan dengan pengalaman di bidang manajemen, seperti pemberian informasi melalui pelatihan atau seminar dengan peserta dan materi yang telah ditentukan oleh pengguna jasa.

10 4. Jasa Manajemen: pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan manajemen. 5. Jasa Konsultan: pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat) profesional dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli atau perkumpulan tenaga ahli, yang tidak disertai dengan keterlibatan langsung para tenaga ahli tersebut dalam pelaksanaannya.

11. 1. Jasa penilai (appraisal); 2. Jasa aktuaris; 3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan; 4. Jasa hukum (new); 5. Jasa arsitektur (new); 6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape (new); 7. Jasa perancang (design); 8. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap; 9. Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi (new) dan penambangan minyak dan gas bumi (migas); 10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi (new) dan penambangan minyak dan gas bumi (migas); 11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara; 12. Jasa penebangan hutan; 13. Jasa pengolahan limbah; 14. Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (new)(outsourcing services) 15. Jasa perantara dan/atau keagenan; 16. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI; 17. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI

12 18. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara; 19. Jasa mixing film; 20. Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder (New); 21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer (new), termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan; 22. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website (New); 23. Jasa internet termasuk sambungannya (New); 24. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program (New) ; 25. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; 26. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; 27. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut dan udara (New); 28. Jasa maklon; 29. Jasa penyelidikan dan keamanan; 30. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer; 31. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan; 32. Jasa pembasmian hama; 33. Jasa kebersihan atau cleaning service; 34. Jasa sedot septic tank (New);

13 35. Jasa pemeliharaan kolam (New); 36. Jasa katering atau tata boga; 37. Jasa freight forwarding (New); 38. Jasa logistik (New); 39. Jasa pengurusan dokumen (New); 40. Jasa pengepakan; 41. Jasa loading dan unloading (New); 42. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis (New); 43. Jasa pengelolaan parkir (New); 44. Jasa penyondiran tanah (New); 45. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan (New); 46. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit (New); 47. Jasa pemeliharaan tanaman (New); 48. Jasa pemanenan (New); 49. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/atau perhutanan (New); 50. Jasa dekorasi (New); 51. Jasa pencetakan/penerbitan (New); 52. Jasa penerjemahan (New);

53. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan (New); 54. Jasa pelayanan kepelabuhanan (New); 55. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa (New); 56. Jasa pengelolaan penitipan anak (New); 57. Jasa pelatihan dan/atau kursus (New); 58. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM (New); 59. Jasa sertifikasi (New); 60. Jasa survey (New); 61. Jasa tester (New), dan 62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (New). 14

PER -32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG PRIBADI

PPh Pasal 21: Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan Upah/Uang Saku Harian 300.000 > 300.000 Tidak Dipotong Dikurangi 300.000 Dipotong 5% Upah kumulatif > Rp3 jt s.d. Rp8,2 jt sebulan Upah sehari dikurangi PTKP sehari Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif satu bulan melebihi Rp 8.200.000 Dikali 12 Dikurangi PTKP Setahun Penghasilan Kena Pajak Dikenakan Tarif Ps 17 PPh Ps 21 Setahun Dibagi 12 16 Tarif PPh 21 = 5% PPh Pasal 21 Sebulan

penghitungan PPh Pasal 21 untuk Tahun Pajak 2015 berlaku ketentuan sebagai berikut: penghitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 serta pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2015 dihitung dengan menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2015 yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan dengan menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 dilakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21, dan dalam hal terdapat kelebihan setor, maka dapat dikompensasikan mulai Masa Pajak Juli 2015 sampai dengan Desember 2015; dan penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2015 sebagaimana dimaksud di atas dilakukan berdasarkan Peraturan ini 17

Pasal 22 PER-31/PJ/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-57/PJ/2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

No Awal PER-57/PJ/2010 jo PER- 06/PJ/2013 Revisi Cfm PER-31/PJ/2015 1. Pemungut: Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang BUMN spt. PT Pertamina, PT PLN, PT PGN Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., PT Garuda Indonesia Tbk., PT Pembangunan Perumahan Tbk., PT Wijaya Karya Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan Bank-bank Badan Usaha Milik Negara Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya - - 19 Pemungut: Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang dan ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam Seluruh BUMN dan BUMN yg melakukan restrukturisasi melalui pengalihan saham ke BUMN lain, serta badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN, meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI Syariah Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industrinya atau ekspornya Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan Badan usaha yang memproduksi emas batangan, atas penjualan emas batangan di dalam negeri

S-1649/PJ.04/2015 Aturan Internal DJP terkait Pencabutan Verifikasi

21 1. Sengketa uji materiil yang diajukan oleh KADIN atas beberapa pasal dalam PP 74 Tahun 2011 dengan nomor perkara 73 P/HUM/2013 telah diputuskan dikabulkan oleh Majelis Hakim MA pada tanggal 30 Juni 2014 dan dikirimkan kepada para pihak pada tanggal 1 Juli 2015; 2. Pasal 8 ayat (2) Peraturan MA Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil mengatur bahwa dalam hal 90 (sembilan puluh) hari setelah Putusan MA tersebut dikirim kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan peraturan perundang-undangan tersebut ternyata Pejabat yang bersangkutan tidak melaksanakan kewajibannya, demi hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak mempunyai kekuatan hukum;.

22 3. DJP menyatakan pengganti verifikasi adalah sbb: Dalam rangka penerbitan NPWP secara jabatan adalah pemeriksaan tujuan lain Dalam rangka penghapusan NPWP baik secara jabatan maupun permohon WP adalah pemeriksaan rutin atau pemeriksaan tujuan lain Dalam rangka pengukuhan PKP secara jabatan adalah pemeriksaan tujuan lain Dalam rangka pencabutan Pengukuhan PKP baik secara jabatan maupun permohonan WP adalah pemeriksaan tujuan lain Verifikasi berdasarkan keterangan lain berupa data konkret adalah pemeriksaan khusus Dalam rangka penerbitan SKPKBT adalah pemeriksaan ulang;

23 4. Pada tanggal 30 September 2015 telah diterbitkan beberapa Peraturan Menteri Keuangan untuk menyesuaikan aturan pelaksanaan terkait pencabutan verifikasi antara lain : PMK-182/PMK.03/2015 ttg Tata cara pendaftaran NPWP, pengukuhan PKP, penghapusan NPWP dan pencabutan PKP PMK-183/PMK.03/2015 ttg tata cara penerbitan SKP & STP PMK-184/PMK.03/2015 ttg tata cara pemeriksaan PMK-185/PMK.03/2015 ttg tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak PMK-186/PMK.03/2015 ttg tata cara penghitungan dan pemberian imbalan bunga PMK-187/PMK.03/2015 ttg tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

DER PMK- 169/PMK.10/2015 TENTANG PENENTUAN BESARNYA PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHAAN UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

25 1. Besarnya perbandingan antara utang dan modal ditetapkan paling tinggi sebesar empat dibanding satu (4: 1); 2. Dikecualikan dari ketentuan perbandingan antara utang dan Modal ini adalah :» Wajib Pajak Bank,» Wajib Pajak Lembaga Pembiayaan,» Wajib Pajak Asuransi dan Reasuransi,» Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan umum, dan pertambangan lainnya yang terikat kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan, dan dalam kontrak atau perjanjian dimaksud mengatur atau mencantumkan ketentuan mengenai batasan perbandingan antara utang dan modal,» Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan peraturan perundang-undangan tersendiri,» Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang infrastruktur; 3. Saldo utang dimaksud adalah meliputi saldo utang jangka panjang maupun saldo utang jangka pendek termasuk saldo utang dagang yang dibebani bunga; 4. Saldo modal adalah meliputi ekuitas sebagaimana dimaksud dalam standar akuntansi keuangan yang berlaku dan pinjaman tanpa bunga dari pihak yang memiliki hubungan istimewa;

26 5. Dalam hal besarnya perbandingan antara utang dan modal Wajib Pajak melebihi besarnya perbandingan sebagaimana diatur, biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya pinjaman sesuai dengan perbandingan utang dan modal; 6. Biaya pinjaman sebagaimana dimaksud poin 3 adalah biaya yang ditanggung Wajib Pajak sehubungan dengan peminjaman dana yang meliputi:» bunga pinjaman;» diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman;» biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan pinjaman (arrangement of borrowings);» beban keuangan dalam sewa pembiayaan;» biaya imbalan karena jaminan pengembalian utang; dan» selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang selisih kurs tersebut sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga dan biaya sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf d,dan huruf e; 7. Dalam hal Wajib Pajak mempunyai utang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, disamping harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud di atas, biaya pinjaman atas utang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut harus pula memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 18 ayat (3) UU PPh;

27 8. Dalam hal Wajib Pajak mempunyai saldo ekuitas nol atau kurang dari nol, maka seluruh biaya pinjaman W ajib Pajak bersangkutan tidak dapat diperhitungkan dalam penghitungan penghasilan kena pajak; 9. Wajib Pajak yang mempunyai utang swasta luar negeri, wajib menyampaikan laporan besarnya utang swasta luar negeri tersebut kepada Direktur Jenderal Pajak. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan laporan, atas biaya pinjaman yang terutang dari utang swasta luar negeri tersebut tidak dapat dikurangkan untuk menghitung penghasilan kena pajak.