AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)

dokumen-dokumen yang mirip
AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Seri penyuluhan kesehatan

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan di seluruh dunia. Jumlah penyandang autis di Indonesia naik delapan

Brain Optimax adalah pusat training dan layanan psikologis yang berfokus kepada proses pengoptimalan otak untuk segala usia.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Hormat saya, Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

I. FLOOR TIME: Intervensi Perkembangan yang Terintegrasi

Lampiran 1. Tabel keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A P A I T U M C T O I L, S E R T A B E R B A G A I K E G U N A A N N Y A

BAB I PENDAHULUAN. biasa. Tampaknya semua pihak menyambutnya dengan suka cita. Setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

SISTEM PAKAR DIAGNOSA AUTISME PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang

Karakteristik Anak Usia Sekolah

Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Autisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

Pendidikan Anak Autistk Bandi Delphie KATA PENGANTAR

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

Chapter I AUTISMA Autisma

AUTISM. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

PELATIHAN DASAR TERAPI ABA (APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS)

Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes.*, Iwanina Syadzwina** Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

Transkripsi:

FREE E-BOOK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) MEMBAHAS A-Z TENTANG ASD APA ITU ASD? APA SAJA KARAKTERISTIK DARI ASD? FAKTOR-FAKTOR APA SAJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEBAB ASD? APA SAJA MITOS TENTANG AUTISME YANG TIDAK DIDASARI OLEH PENELITIAN? TENTANG DIAGNOSA ASD TENTANG TERAPI UNTUK ASD AUTHOR: STEFANNY CHANDRA OF BRAIN OPTIMAX PH: (021) 4587 0229 / 0878 8722 3167 EMAIL: INFO@BRAINOPTIMAX.COM

APA ITU ASD? I n g i n t a h u a p a a r t i d a r i A u t i s m S p e c t r u m D i s o r d e r ( A S D ), d a n a p a k a h i t u s a m a d e n g a n a u t i s m e, A s p e r g e r ' s, m a u p u n P D P - N O S? Y u k, k i t a b a c a p e n j e l a s a n b e r i k u t. A P A I T U A S D? Menurut buku panduan psikolog dunia, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5), autisme adalah kondisi perkembangan yang meliputi kekurangan dalam kemampuan sosial dan komunikasi, dan ketertarikan yang terbatas (American Psychiatric Association, 2013). Pandangan tentang autisme dalam lingkup psikologi berubah seiring waktu. Pada edisi lama DSM (Edisi 4 revisi), autisme dibagi menjadi kategorikategori, diantaranya Asperger s syndrome dan Pervasive Developmental Disorder Not otherwise Specified (PDD-NOS). Namun, psikolog menemukan bahwa kondisi autisme sangat beragam pada setiap individual (Ospina, et al., 2008; Gabrielsen, et al., 2015). Maka dari itu, pada edisi terakhir DSM (edisi 5), diagnosis autism telah dirubah secara drastis: dari kategorikategori terpisah menjadi satu spektrum yang luas. A U T I S M E = A S D? Individual yang menyandang autisme tidak lagi disebut Asperger atau PDD-NOS, tetapi semua akan disebut dengan satu diagnosa, yaitu Autism Spectrum Disorder (ASD). Pergantian ini memberikan kesempatan bagi praktisioner kesehatan untuk memberikan diagnosa yang lebih spesifik kepada setiap individu dan hal tersebut akan membantu pemilihan terapi yang lebih efektif (Grzadzinki, Huerta, & Lord, 2013). A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 1

FREE E-BOOK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) 1 dari 50 orang diperkirakan menyandang autisme. HASIL RISET MEMBUKTIKAN BAHWA: Di tahun 2012, 1 dari 50 orang telah diperkirakan menyandang autisme. Hal ini meningkat jika dibandingkan dengan survey pada tahun 2000, yang memperkirakan 1 dari 150 orang menyandang autisme. Dengan meningkatnya perkiraan tersebut, maka meningkat juga pentingnya masyarakat untuk mengedukasi diri sendiri tentang autisme. A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 4

APA SAJA KARAKTERISTIK DARI ASD? Karakteristik dari autisme dibagi menjadi 4 kategori yang umum, yaitu kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, sensori/kognitif, dan perilaku. Biasanya, kemampuan anak tersebut akan dibandingkan dengan anak lainnya yang berada di fase perkembangan yang sama. Karakteristik berikut telah diadaptasi dari kuisoner Autism Treatment Evaluation Checklist (ATEC; Geier, Kern, & Geier, 2013). Tidak semua individu autistik mempunyai seluruh karakteristik berikut, dan tidak semua individu yang memiliki beberapa karakteristik di bawah berarti autistik. Kunjungi klinisi profesional berpengalaman untuk diagnosa yang valid. 1. KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI Salah satu hal yang sering ditemukan pada individu autistik adalah keterlambatan bicara (Zwaigenbaum, et al., 2009). Apakah ia memiliki kemampuan berkomunikasi sesuai dengan usianya? 2. KEMAMPUAN BERSOSIALISASI Seringkali karakteristik ini terlihat ketika anak masuk ke lingkungan baru dimana ia bertemu dengan anak seumurannya (misal: lingkungan sekolah). Apakah anak berinteraksi secara lazim dengan orang disekelilingnya? 1. Verbal: Bagaimana kemampuan anak untuk menggunakan kata-kata dibandingkan anak seumur lainnya? 2. Perintah: - Apakah anak mengetahui namanya sendiri? - Apakah anak merespon pada perintah orangtua? 3. Percakapan: - Dapatkah anak menjelaskan keinginannya? - Apakah anak menanyakan pertanyaan yang bermakna? 1. Sikap terhadap orangtua: - Apakah ia menyambut orangtua ketika datang atau tidak peduli? - Apakah dia suka dipeluk? 2. Terhadap orang lain: - Adakah kontak mata? - Bisakah ia meniru atau berbagi? - Apakah ia perhatian pada orang lain? 3. Sikap terhadap emosi: - Bisakah kita melihat perasaan dia dengan jelas? - Bisakah ia mengontrol emosi? 3. SENSORI / KOGNITIF Ada kemungkinan bahwa individu autistik memiliki pengalaman indera yang berbeda dengan orang lain, meliputi kesensitifan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pengalaman sensori dan kemampuan kognitif adalah kategori yang penting dalam observasi seorang individu. 1. Sensori/indera: - Apakah ia terlalu sensitif atas sinar, suara, rasa makanan, sentuhan, atau bau tak sedap? 2. Bermain: - Apakah ia mengerti jalan cerita dan penjelasan? - Sadarkah ia tentang lingkungan & konsep bahaya? - Apakah ia merespon terhadap pujian? 4. FISIK DAN PERILAKU Kategori umum yang terakhir ini seringkali terlihat paling jelas, karena berkaitan dengan fisik dan perilaku anak sehari hari. 1. Fisik: - Apakah ia memiliki diare/sembelit? - Dapatkah ia tidur nyenyak? - Apakah ia memiliki kejang/ayan /epilepsi? 2. Perilaku: - Apakah ia hiperaktif? - Punyakah dia kebiasaan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain? - Apakah ia bersifat merusak? - Apakah ia terpaku pada objek tertentu? - Apakah ia mengulang-ulang gerakan atau kata/kalimat?

Diagnosa autisme begitu kompleks dikarenakan oleh perwujudan kondisi tersebut yang berbeda-beda pada setiap individu. Diagnosa anak autisme rata-rata terjadi disaat anak berumur 4 tahun, walaupun penelitian mengatakan diagnosa lebih awal akan membantu anak dan orang tua untuk mencapai perkembangan yang lebih signifikan. Diagnosa dini memiliki tantangan tersendiri karena tanda-tanda autisme lebih terlihat ketika anak beranjak besar, di saat perbedaan perkembangan anak tersebut dan anak lain menjadi lebih terlihat (Gabrielsen, et al., 2015). B A G A I M A N A U N T U K A N A K D I B A W A H 4 T A H U N? Banyak penelitian yang berfokus pada menyadari tanda-tanda autisme pada anak lebih dini (sekitar umur 2), bertujuan agar dapat melakukan intervensi dan terapi yang lebih awal (Gabrielsen, et al. 2015). Walaupun belum ada penemuan yang signifikan tentang hal ini, ada tanda-tanda yang bisa diberi perhatian khusus oleh orangtua. Berikut adalah beberapa karakteristik yang sudah dapat terlihat pada anak 2 tahun (Zwaigenbaum, et al., 2009): 1. Visual 2. Motorik 3. Bermain 4. Komunikasi 5. Berbahasa Gerakan mata yang tidak sesuai Mata yang terus terfokus pada sesuatu objek atau orang Kurangnya aktivitas Keterlambatan dalam motorik kasar dan halus Pergerakan motor yang tidak sesuai Keterlambatan dalam meniru Ketertarikan pada mainan yang sangat terbatas Permainan yang berulang ulang Tidak merespon pada panggilan nama Tidak meniru Tidak tersenyum Kurangnya emosi yang positif Keterlambatan dalam meracau Keterlambatan terhadap pengertian verbal Tidak menggunakan gestur tubuh Jika beberapa karakteristik tersebut ada pada anak, terus perhatikan perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan rutin. Terkadang, individu autistik berkembang secara normal pada tahun-tahun awal, lalu perkembangan terhambat atau berhenti. A P A K A H H U B U N G A N A U T I S M E D E N G A N E P I L E P S I? 30% dari individu autistik memiliki diagnosa epilepsi (Yasuhara, 2010). Dalam beberapa kasus, gangguan kejang/epilepsi tersebut dapat menjadi sumber yang ditemukan dalam otak, dan berhubungan dengan karateristik autisme yang terlihat. Namun tanpa kejang yang terlihat, penelitian telah menunjukkan bahwa gelombang otak yang sama dengan kejang (dinamakan epileptiform brainwave) ditemukan pada kira-kira 60-80% otak individu autistik (Yasuhara, 2010; Spence & Scheider, 2009; Deonna & Roulet, 2006). Seringkali, hal ini tidak diketahui oleh orangtua dikarenakan tidak adanya kejang yang terlihat. 30% dari individu autistik memiliki diagnosa epilepsi 60-80% dari individu autistik memiliki kejang tak terlihat A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 3

FAKTOR-FAKTOR APA SAJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEBAB ASD? 1. Faktor genetik Penelitian telah menemukan mutasi dari gen tertentu yang terkait dengan karakteristik autisme (Rosenberg, Law, Yenokyan, McGready, Kaufmann, & Law, 2009), diantaranya adalah c3orf58, NHE9, dan PCDH10. Namun seiring dengan beragamnya karakteristik dari kondisi autisme, maka peneliti kesulitan menemukan mutasi seragam pada setiap individu autistik. Genetik yang terkait pada kondisi autisme pun berbeda-beda pada kasus yang berbeda (Morrow, et al., 2008). 3. Faktor Pencernaan Individu autistik seringkali juga memiliki kondisi pencernaan yang kurang baik (diare/konstipasi). Hal ini telah ditemukan berhubungan dengan kondisi pencernaan yang terganggu. Penelitian menemukan bermacam-macam abnormalitas pada pencernaan dalam kondisi ini, diantaranya: mikro-flora yang berlebih (Parracho, Bingham, Gibson, & McCartney, 2005), dan kekurangan tipe bakteri yang sehat (Kang, et al., 2013). Kondisi mineral tubuh yang tidak seimbang pun dapat mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini bisa disebabkan oleh kadar mineral racun yang tinggi (contoh: merkuri, cadmium), ataupun kekurangan dan kelebihan mineral yang dibutuhkan (contoh: kalsium, zinc, potassium). 2. Faktor otak Penelitian telah menemukan bahwa otak pada individu autistik memiliki fisiologi dan cara kerja yang berbeda dibandingkan orang lain. Salah satu bagian otak yang abnormal adalah sistem limbik, yang meliputi hippocampus, amygdala, dan cerebellum (Sparks, et al., 2002). Sistem ini adalah area otak yang sangat penting dalam perilaku sosial, emosi, pembelajaran dan berbahasa. Sistem ini pun mempengaruhi sistem immune tubuh. Selain dari fisiologi pada otak, penelitian pun menemukan cara kerja yang berbeda pada gelombang otak individu autistik. Dengan memakai alat untuk membaca gelombang otak, yaitu Electroencephalograph (EEG), peneliti menemukan profil-profil autisme yang diprediksikan merupakan ekspresi genetik dan berkaitan dengan karakteristik individu autistik tersebut (Johnstone, Gunkelman, & Lunt, 2005). A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 5

FREE E-BOOK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) A p a s a j a mitos tentang ASD yang TIDAK didasari oleh penelitian? PENYANDANG AUTISME SELALU BER-IQ RENDAH ATAU TINGGI. Seringkali ada persepsi di masyarakat yang berpikir bahwa Autisme pasti beriq rendah dan susah belajar, atau pun Autisme justru beriq tinggi dan sangat pintar. Seperti yang sangat ditekankan pada artikel ini, setiap penyandang autisme memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan tidak dapat diasumsikan melalui label diagnosa (Tager-Flusberg & Joseph, 2003; Grzadzinki, Huerta, & Lord, 2013) AUTISME SAMA DENGAN HIPERAKTIF. Walaupun beberapa individu autistik pun mempunyai karakteristik hiperaktif, tidak seluruh anak hiperaktif memiliki kondisi autisme. Dalam ilmu psikologi, kondisi hiperaktif bisa juga berkaitan dengan kondisi Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD). Perbedaan ini sangat penting, dikarenakan penanganan dua kondisi tersebut yang berbeda. AUTISME ADALAH PENYAKIT YANG BISA "SEMBUH". Autisme bukanlah penyakit. Autisme adalah kondisi perkembangan, yang mempunyai dampak pada setiap fase perkembangan individual tersebut. Maka dari itu, yang ditargetkan dalam intervensi kondisi ini bukanlah satu obat yang menyembuhkan, tetapi terapi yang disesuaikan dengan perkembangan atau tantangan spesifik yang sedang dialami pada saat tersebut (Myers & Johnson, 2007). Tidak jarang individu autistik menjalankan beberapa terapi secara bersamaan. AUTISME DISEBABKAN OLEH VAKSIN MMR (MEASLES - MUMPS - RUBELLA). Salah satu miskonsepsi yang sangat terkenal tentang autisme adalah kondisi tersebut disebabkan oleh vaksin MMR, yang merupakan vaksin untuk melawan campak, beguk, dan rubela. Namun hal ini telah ditentang keras oleh peneliti-peneliti dalam ilmu psikologi, dan penelitian tidak menunjukan hubungan antara vaksin tersebut dan autisme (Taylor, Swerdfeger, & Eslick, 2014). Klaim awal telah dibuat oleh Dr. Wakefield (yang ijin medisnya sudah dicabut di Inggris) pada tahun 1998, yang memiliki maksud dan motivasi lain. Rumor yang salah ini sangat terkenal dan didukung oleh beberapa artis Hollywood. A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 6

APAKAH PROSES YANG PENTING DALAM DIAGNOSA ASD? Dikarenakan karakteristik yang beragam dan kompleksnya kondisi autisme tersebut, diagnosis autisme adalah sebuah proses yang meliputi beberapa profesional dan tes. Diagnosa pun tergantung atas faktor lain, misalnya umur dan kapasitas kognitif. Yang terpenting untuk ditekankan adalah diagnosa harus dilakukan oleh profesional yang berpengalaman, dan tidak bergantung pada satu tes atau report saja. Berikut adalah praktek terbaik dalam mendiagnosis penyandang autisme menurut Huerta dan Lord (2012) dan Chan, Sze, dan Cheung (2007). 1. Observasi oleh klinisi profesional yang berpengalaman Proses diagnosa autisme harus dipimpin oleh klinisi profesional yang berpengalaman. Observasi dari klinisi profesional akan memberikan masukan tentang perbandingan karakteristik anak dengan konteks pengetahuan dan penelitian yang telah ada. Klinisi profesional tersebut pun akan merekomendasikan terapi atau intervensi selanjutnya. 3. Observasi dari orangtua atau caregiver Hal ini pun sangat penting dalam proses diagnose autisme, dikarenakan orangtua/caregiver akan memberikan informasi tentang hari-hari anak, sejarah anak dan keluarga, dan juga faktor-faktor lain (contoh: kebiasaan makan, dll.) 4. QEEG Dikarenakan kondisi autisme berkaitan dengan gelombang otak yang berbeda, maka analisis menggunakan Quantitative Electroencephalograph (QEEG) akan membantu diagnosa dengan data gelombang otak. QEEG akan mendeteksi gelombang kejang (epileptiform) yang sering muncul pada individu autistic, dan tidak terdeteksi dengan kasat mata (Nuwer, 1997). Analisis QEEG juga dapat mengkaitkan hubungan antara karakteristik autisme yang terlihat dengan keadaan otak individu tersebut (Coben, Linden, & Myers, 2010). Selain itu, QEEG dapat menjadi basis yang penting untuk menentukan protokol pelatihan otak yang merupakan salah satu intervensi autisme (Chan, Sze, & Cheung, 2007). 2. Tes yang sudah distandarkan 5. HTMA Dalam mendiagnosa autisme, tes yang meliputi kemampuan, fisik dan perilaku individual tersebut, baik verbal dan non-verbal, harus diikutkan dalam proses diagnosa. Terutama tes kognitif, perkembangan, dan berbahasa sangat penting dalam proses diagnosa autisme. Lebih baik juga jika tes ini meliputi observasi individu pada situasi dan tempat yang berbeda (contoh: rumah, sekolah, dll). Salah satu faktor lain yang berkaitan dengan karakteristik atau keterlambatan dalam autisme adalah kandungan mineral yang tidak stabil. Hair Tissue Mineral Analysis (HTMA) adalah tes yang menggunakan rambut untuk melihat kandungan mineral baik, tambahan, dan mineral racun yang terdapat dalam tubuh (Fido & Al-Saad, 2005). Tes ini cocok untuk kandungan mineral jangka panjang dikarenakan darah mempunyai agen protektif yang mengeluarkan racun mineral dari darah dan menyimpannya di tempat lain, salah satunya rambut. Hasil tes HTMA ini dapat digunakan untuk menyesuaikan intervensi dari diet dan detox (jika terkandung racun mineral pada tubuh). A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 7

APAKAH TERAPI YANG COCOK UNTUK PENYANDANG ASD? Terapi yang cocok untuk penyandang autisme pada waktu tertentu tergantung pada tantangan terbesar atau masalah terbesar pada waktu tersebut, karena autisme adalah kondisi perkembangan dan bukan penyakit. Dikarenakan dengan dampak kondisi ini yang sangat luas, terapi pun beragam dalam menanggulangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi penyandang autisme. Tujuan dari terapi/intervensi adalah untuk mengurangi karakteristik dan kekurangan autistic yang sangat mengganggu perkembangan, meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup, dan mengurangi stress dalam keluarga. Hal ini bisa dilakukan dengan memilih terapi yang memfasilitasi perkembangan dan pembelajaran, sosialisasi, mengurangi perilaku yang tidak baik, dan mengedukasi keluarga. 1. Perilaku Applied Behavioural Analysis (ABA) Applied Behavioural Analysis (ABA), atau seringkali disebut Lovaas terapi, adalah salah satu terapi yang terkenal dalam merubah perilaku individu autistik. Dalam terapi ABA, penyandang autisme akan difokuskan untuk meningkatkan perilaku baik, menurunkan perilaku buruk, mengajarkan keterampilan baru, dan mengeneralisasi perilaku baik pada situasi dan lingkungan baru. 3. Berbicara dan berbahasa Seringkali, individu autistik memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan berbahasa. Terapi ini difokuskan untuk mengajarkan cara berkomunikasi yang dapat digunakan di situasi sehari hari. Terkadang, jika penyandang autisme belum verbal, gestur dan bahasa tubuh akan diajarkan sebagai cara berkomunikasi. Strategi ini tidak akan menghambat perkembangan verbal anak, dan sebaliknya akan menstimulasi perkembangan verbal. 2. Edukasi Edukasi adalah intervensi yang sangat penting dalam penanggulanan kondisi autisme. Hal ini bertujuan untuk belajar keterampilan dan pengetahuan baru dan meningkatkan kemandirian anak. Jadwal edukasi yang intensif akan lebih efektif untuk individu autistik, setidaknya 25 jam perminggu. Dalam hal ini, individu autistik akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya, dikenalkan pada struktur dalam keseharian, dan keterampilan kognitif. Kebanyakan individu yang memiliki karakteristik autisme yang lebih sedikit dapat mengikuti pelajaran di sekolah umum, dengan bantuan yang sesuai dari guru dan lingkungan. Adapun sekolah lain yang dikhususkan untuk individu autistik. Untuk penyandang autisme yang memiliki kesulitan bersosialisasi, maka strategi untuk mengajarkan cara bersosialisasi (contoh: social groups, social stories, visual queing), akan diintegrasikan kepada kurikulum edukasi individu autistik tersebut. 4. Diet dan detox Diet juga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dijalani sehari hari oleh individu autistik. Memakan makanan yang tidak cocok dapat memperburuk atau menghalangi perkembangan individu tersebut. Diet ketogenik adalah diet yang mengurangi konsumsi karbohidrat (nasi, kentang, dll), dan lebih difokuskan kepada protein, sayuran, dan lemak tersaturasi (contoh: minyak kelapa). Diet ini mungkin akan membantu meregulasi abnormalitas yang ada pada tubuh individu autistic (Neal, et al., 2008). Detox dapat juga dilakukan ketika hasil HTMA menginformasikan bahwa ada kandungan racun (contoh: merkuri, cadmium) dalam tubuh individu tersebut. Hal ini sangat mungkin untuk menghambat perkembangan dan memperparah kondisi autisme individu tersebut. Suplemen detox dapat digunakan seiring dengan terapi yang lain. A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 8

5. Okupasi dan sensori integrasi Terapi Okupasi mengajarkan individu autistik pada keterampilan sehari hari, sebagai contoh menggosok gigi, menggunakan sendok, dan memakai baju. Pembelajaran akademik dan motorik kasar pun sering ada pada terapi okupasi. Selain itu, jika penyandang autisme memiliki abnormalitas dalam pengalaman indera/sensori, maka terapi sensori integrasi dapat berguna untuk membantu penyandang autisme dalam mengurangi karakteristik tersebut. Terapi sensori integrasi dapat digabungkan dengan terapi okupasi, ataupun berdiri sendiri. 7. Edukasi orang tua Keikutsertaan orangtua adalah satu hal yang sangat penting dalam perkembangan dan intervensi individu autistik (Wallace & Rogers, 2010). Keterbukaan pikiran untuk menerima nasihat dan usaha untuk lebih tahu tentang kondisi autisme akan sangat mendukung perkembangan anak. Dengan adanya pengetahuan, orangtua bisa menyesuaikan lingkungan agar lebih mendukung perkembangan anak, sebagai contoh: menggunakan dukungan visual untuk berkomunikasi, menyesuaikan lingkungan sesuai dengan pengalaman indera individu tersebut (Kendall, et al., 2013). 6. Otak Ketika QEEG menunjukkan abnormalitas pada gelombang otak individu autistik, protokol pelatihan gelombang otak dapat dibentuk sesuai dengan keadaan otak individu tersebut. Ada beberapa alat pelatihan gelombang otak yang dapat berguna dalam intervensi autisme, diantaranya EEG neurofeedback, dan trans cranial direct stimulation (tdcs). Tujuan dari pelatihan ini adalah mengkondisikan otak kepada cara kerja yang lebih efisien dan mengurangi karakteristik autisme yang mengganggu (Coben, Linden, & Myers, 2010). 8. Obat Obat jarang digunakan dalam intervensi kondisi autisme, dan banyak orangtua menolak untuk menggunakannya. Obat tidak dianjurkan untuk digunakan, dan kegunaannya harus diawasi oleh dokter yang berpengalaman dalam mengatasi kondisi autisme. Obat tidak dapat mengatasi seluruh kategori karakteristik autisme. Kebanyakan obat digunakan untuk mengatasi karakteristik spesifik autisme, sebagai contoh kemarahan yang agresif dan melukai (risperidone), atau jika individu autisme juga memiliki depresi (SSRIs). Pertanyaan Lebih Lanjut? Kami siap menjawab. Kirim e mail ke info@brainoptimax.com Telfon kami di 021 45 87 02 29, atau Whatsapp di 0878 8722 3167 Cek website kami di www.brainoptimax.com A U T I S M S P E C T R U M D I S O R D E R ( A S D ) 9