Survai Masalah Penggunaan Obat di Rumah Sakit



dokumen-dokumen yang mirip
Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS. Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem

Defenition. The National Coordinating Council Medication Error Reporting Program (NCC MERP)

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PUSKESMAS GUNUNGPATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kecenderungan konsumsi (pola penggunaan) obat, sebagai ukuran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus

PROF. DR. SRI SURYAWATI, APT. Gurubesar Farmakologi dan Terapi - Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ADVERSE DRUG EVENT S. Agni Hadi Pratiwi Sekolah Tinggi Teknik Malang

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nyata yang sedang dihadapi farmasi klinik saat ini terutama karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan diarahkan

KETAATAN PERAWAT DALAM PENERAPAN MEDICATION SAFETY DI BANGSAL MARWAH DAN ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI I PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO) Komisi Akreditasi Rumah Sakit1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit dr. Raden Soedjati Soemodiardjo merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi

Rekonsiliasi Penggunaan Obat Yang Menyebabkan Delirium pada Pasien Lanjut Usia Sebelum Dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

dalam PENGOBATAN Kuntarti

Made Ary Sarasmita Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali

MEDICATION ERROR BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DI APOTEK RUMAH SAKIT X PADA BULAN MARET TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

PERAN UMPAN BALIK TERHADAP PERESEPAN DOKTER DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENERAPAN MEDICATION SAFETY PRACTICE ELIZA KONDA LANDOWERO

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan

BAB 6 PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI KELENGKAPAN FARMASETIK RESEP UMUM POLI ANAK RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE JANUARI - MARET TAHUN

Oleh: Sri Adi Sumiwi PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KESALAHAN DALAM PELAYANAN OBAT (MEDICATION ERROR) DAN USAHAPENCEGAHANNYA

Elemen Penilaian PKPO 1 Elemen Penilaian PKPO 2 Elemen Penilaian PKPO 2.1 Elemen Penilaian PKPO Elemen Penilaian PKPO 3

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN OBAT DI PUSKESMAS GADANG HANYAR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI LIMA APOTEK KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Basel Statements on the Future of Hospital Pharmacy

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

PENGEMBANGAN REKAM MEDIS ELEKTRONIS di RSCM

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI 5 APOTEK KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007 SKRIPSI

Tujuan Instruksional:

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

Nama Pasien :.. BB:.. Kg No.RM :. Penyakit Utama : Kejang Demam Kompleks Kode ICD: LOS : hari Ruang rawat/kelas :../...

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya perubahan orientasi pada kefarmasian dari drug oriented menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Transkripsi:

Kiat Mencegah Medication Error di Rumah Sakit Armen Muchtar Departemen Farmakologi Klinik RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo

Survai Masalah Penggunaan Obat di Rumah Sakit Those on medical wards of university hospital received an average of 14 drugs during their stay. (Cluff, 1964) Serious adverse drug events occur in about 6.7% of hospitalized patients. Fatal adverse drug events occur in 0.32% or more than 100.000 deaths in the US hospital per year. ( Lazarou et al, 1998 )

Masalah Penggunaan Obat Inappropriate use: overuse, abuse, misuse. Expensive: impoverishment/catastrophic expenditure, Harmful: serious/life threatening adverse drug events. Too many: me-too drugs, copy drugs, commercial herbal medicine. Doubtful: placebo effect, marginal effect

Jalur Pemecahan Masalah Obat Penelitian Pendidikan Pelayanan Kebijakan, regulasi, dan legislasi Keprofesian Kerjasama

Instrumen Pemecahan Masalah Obat Konsep dan implementasi Daftar Obat Esensial Nasional. Konsep dan implementasi penggunaan obat rasional. Konsep dan implementasi substitusi generik dan terapeutik. Ektensi disiplin ilmu: farmakologi klinik, epidemiologi klinik, farmakoepidemiologi, ekonomi pelayanan kesehatan/ farmakoepidemiologi, farmasi klinik. Sistem layanan kesehatan universal social insurance and managed care.

Kebijakan Obat Nasional/Regional/Lokal Clinical Trial Registry, Consolidated Standards of Reporting Trial Statements (CONSORT). Meta-analysis, Evidence Based-Pharmacotherapy, Therapeutic Guidelines. Therapeutic Decision Making and P-drug concept. Health Assessment Technology/Comparative Effectiveness Studies. Antibiotic Control Programme. Konsep dan implementasi Patient Safety.

Rantai Tatalaksana Obat di Rumah Sakit Seleksi } } Perencanaan } } Pengadaan } } Penyimpanan } } Peresepan } --------> Penggunaan yang Efektif, Aman, Hemat } Transkripsi } } Peracikan } } Pemberian } } Pemantauan }

Tahapan Proses Penggunaan Obat di Rumah Sakit Peresepan: seleksi, indikasi, individualisasi, target Transkripsi: dokumentasi di cacatan medik Peracikan: cek, proses, penyiapan, penyerahan Pemberian: tepat obat,dosis,indikasi,waktu,pasien. Pemantauan: efek terapi, efek samping, revaluasi

Ruang Lingkup Medication error adalah kegagalan dalam proses pengobatan yang menimbulkan atau memaparkan bahaya pada penderita. Kegagalan dalam proses berarti proses pengobatan itu menyimpang dari atau dibawah standar. Yang dimaksud dengan bahaya termasuk pula tak terlihat manfaat yang mengindikasikan kegagalan pengobatan.

Proses pengobatan meliputi penggunaan obat yang bersifat simptomatik, kausal, pencegahan, diagnostik. Proses pengobatan terangkai dalam beberapa fase: formulasi, produksi, penyimpanan, peresepan, transkripsi, dispensing, pemberian, dan pemantauan

Kesalahan Penggunaan Obat ( Medication Error) Penyediaan 1 obat untuk 1 penderita memerlukan 80-120 langkah. Kesalahan dapat terjadi pada setiap langkah pada setiap tahap proses penggunaan obat. Pada rawat inap, kekerapan kesalahan penggunaan obat adalah 5.3 per 100 peresepan obat; kejadian efek buruk/cidera pada penderita adalah 0,25 per 100 peresepan obat. Kesalahan paling kerap terjadi pada proses pemberian (53%), diikuti oleh proses peresepan (17%), peracikan (14%), dan transkripsi (11%). Kesalahan pada proses awal (peresepan) lebih besar peluangnya untuk dikoreksi, dibanding dengan kesalahan pada proses akhir (pemberian obat).

70% kesalahan peresepan dapat dicegah oleh farmasis dan perawat. Kesalahan pemberian obat susah dicegah, karena pelakunya tunggal. Kesalahan peracikan terjadi bila ada perbedaan antara jumlah/kadar yang dikehendaki dengan jumlah/kadar yang disiapkan/diberikan. Penyimpangan tak boleh lebih dari 10%. 60% sediaan infus/suntikan yang disiapkan perawat lebih tinggi penyimpangannya dari 10%. Kesalahan transkripsi disebabkan oleh tulisan tangan yang buruk, singkatan, satuan berat (mg/mcg), dan salah baca.

Definisi dan Root-Cause Analysis Kesalahan Penggunaan Obat Kesalahan penggunaan obat (medication error): setiap kesalahan dalam proses/langkah penggunaan obat yang timbulkan/tak timbulkan cidera. Efek buruk obat (adverse drug event): cidera akibat kesalahan dalam proses penggunaan obat. Ceroboh (near miss): kesalahan penggunaan obat yang tak timbulkan cidera. Salah comot (slip): salah emban tak sengaja. Misalnya, maksud mau suntikan heparin, tetapi yang terambil adalah insulin.

Lupa (lapse): salah/tak emban tugas karena lupa. Keliru (mistake)) salah terap karena kurang pengetahuan. Misal: tak berikan amikasin intravena dosis tunggal, melainkan dalam dosis terbagi atau infus berlanjut. Lalai (error of omission): tak emban tugas, sesuai rencana/permintaan. Berlebihan (error of comission): penggunaan obat lebih banyak dari yang diperlukan. Misal: ciprofloxacin oral diberikan 4 kali sehari, yang seharusnya cukup 2 kali sehari.

Pengelompokan Kesalahan Proses Penggunaan Obat Active failure vs latent failure. Active failure: : kesalahan yang terjadi pada pelayanan lini terdepan, yang dampaknya segera terjadi pada penderita. Latent failure adalah cacat dalam sistem pelayanan yang berkaitan dengan perencanaan, tatakelola, organisasi, pengambilan keputusan, pelaporan, evaluasi, dll Error of execution vs error of planning Error of execution: : kegagalan dalam mengemban tugas yang sudah direncanakan. Error of planning: : salah perencanaan untuk capai tujuan. Skill-based behavior errors vs knowledge-based errors. Skill-based behavior errors: : salah /lupa emban tugas rutin Knowledge-based errors: : salah persepsi, penilaian, penyimpulan, atau pengertian.

Kesalahan Peresepan Obat Dosis lebih (41.8%) Dosis kurang (16.5%) Peresepan obat dengan riwayat alergi (12.9%) Salah pilih obat, salah pilih dosis (24%), karena tak antisipasi interaksi obat, kontraindikasi, gagal ginjal, usia lanjut, gagal hati, dll. Obat ganda (5%)

Kesalahan Penulisan Resep Tanggal, dosis, rute pemberian, frekuensi pemberian tak tertulis. Tulis nama obat dengan singkatan. Tulisan tak jelas, sebabkan salah baca nama obat dan nama pasien (sound alike). Penulisan resep diwakilkan.

Kesalahan Peracikan Obat Peracikan obat tersusun atas 4 langkah: penyediaan (supply/stock/ inventory), penetapan biaya (billing), penyiapan sesuai resep (filling), pengecekan ulang secara visual (verification)) dan penyerahan (delivery). Kesalahan peracikan meliputi: salah obat, salah dosis, salah kadar, salah formulasi, dan obat kadaluarsa.

Salah Penyiapan Sediaan Intravena pada Anak Dosis intravena ditentukan oleh kadar dan volume. Dosis IV untuk anak disiapkan dari sediaan stock, diencerkan, dihitung volumenya berdasarkan dosis dalam mg/kgbb. Prosesnya meliputi: resep obat stock hitung dosis-volume pembulatan volume obat stock volume pengencer campuran sediaan infus. Kesalahan proses penyiapan hasilkan kesalahan kadar sebesar 35%. Kesalahan terutama terjadi pada petugas yang merasa lelah karena kurang tidur dalam 24 jam terakhir.

Kesalahan Pemberian Obat di ICU Meliputi: salah dosis, salah obat, salah rute, salah waktu, dan lupa. Kekerapan kesalahan pemberian obat adalah 75 kejadian per 100 hari rawat penderita, di ICU Kesalahan utama adalah salah waktu (33.4%) dan lupa pemberian obat (22.4%); lainnya adalah salah dosis (10.2%), salah obat (5.3%), dan salah rute (3.2%). Kesalahan pemberian terutama adalah obat parenteral, yaitu vasopresor, insulin, antikoagulan, elektrolit, antimikroba, hipnotik- analgesia. Kesalahan pemberian obat timbulkan cidera berat atau kematian pada 0.9% penderita

Ilustrasi Kasus Perempuan, 41 thn, BB 40 kg. KU: demam, lemas, sesak. Beriwayat penyakit jantung,; diberi digoxin 2x1/2 tablet, lasix 1x1 tablet, K durules 1x1 tablet, dan tioctan 3x1 tablet. 10 hari SMRS menderita flu, 2 hari SMRS mengigil, sesak bertambah, dibawa ke IGD. Pemeriksaan fisik: KU lemah, TD 90/60, nadi 100x/menit, JVP 5+2, I ikterik. Palpasi: hepatomegali, ascites, udema. Auskultasi: bunyi jantung rematik, penumonia. LAB: Hb 12, Ht 36, ureum 37, kreatinin 1.1, bilirubin 7.6, Na 126, K 3.9, Cl 85. WD: RHD, komplikasi CHF, pneumonia. R/: ditambah ampiclox 4x500 mg selama 6 hari, dopamine 2 mg/kg/menit; ampiclox diganti dengan garamycin 2x80 mg selama 6 hari. Follow up: 4 hari setelah garamycin dihentikan timbul gejala mual dan aritmia, ditenggarai iintoksikasi digitalis. Kadar digoxin 5.9 ng/ml, Na 116, K 4.6, CL 94, ureum 157, kreatinin 5.0. Periksa ulang: ureum 164, kreatinin 6.4, K 6.4

Garamycin (Gentamicin) Diindikasikan utk kuman aerob gram negatif, tak aktif thd streptococci atau pneumococci. Dikombinasikan dgn AB lain utk terapi empiris. IM/bolus IV, 1x lebih disukai dari 2-3x/hari, berikan pagi/siang hari Dosis: 5mg/kgBB, eliminasi 95% melalui ginjal, waktu paroh 2.5 jam, sesuaikan dosis dgn fungsi ginjal, periksa kadar setelah 3-4x pemberian, kadar terendah <1mcg/ml. Lama pemberian <7 hari, hindari pemberian bersama furosemide krn ototoksisitas naik, pantau efek nefrotoksik

Perhitungan Dosis Garamycin Berdasarkan Fungsi Ginjal (140-umur)xBBx0.85 CrCL (ml/men)=----------------------- 72x kadar kretinin (140-41)x40x0.85 =----------------------=42.5 72x1.1

Penyesuaian Dosis Garamycin CrCL 50-80 ml/men: 2.5 mg/kg q24j, atau 120 mg q24j Cr CL 10-50 ml/men: 2.5 mg/kg q48j, atau 120 mg q48j. CrCL <10 ml/men: 1.25 mg q48j, atau 80 mg q48j

Kesalahan Medikasi Kasus Ilustrasi Salah pilih obat, krn tak liput kuman penyebab. Salah pilih obat, krn tak lakukan pewarnaan Gram Salah pilih obat, krn ada AB lain yg aman Salah pilih obat, krn potensi interaksi. Salah regimen dosis, krn diberikan 2x/hari. Salah dosis, krn tak perhitungkan kliren kreatinin. Tak pantau kadar obat. Tak pantau fungsi ginjal Salah waktu pemberian?

Faktor Risiko Kesalahan Penggunaan Obat Peresepan: kurang pengetahuan obat dan cara penggunaannya; kurang perhatian dan pengetahuan tentang patofisiologi penyakit yang berpengaruh terhadap kinetik dan dinamik obat. Transkripsi: singkatan, tulisan buruk, obat yang name/sound alike. Peracikan: volume peresepan tinggi, sediaan terlalu banyak. Pemberian: beban kerja tinggi, kurang pengetahuan tentang obat dan cara penggunaannya.

Strategi Pencegahan: 1) Optimasi Proses Penggunaan Peresepan: pembakuan penulisan resep, peresepan elektronik, clinical decision support systems. Transkripsi: catatan medik elektronik. Peracikan: bar code technology. Pemberian: pengecekan ulang, penggunaan pompa suntik/infus. Medication reconciliation

Medication Reconciliation Kesalahan penggunaan obat sering terjadi penderita penyakit kronik menjalani pindah rawat, misalnya dari rawat jalan IGD ICU bangsal rawat jalan. Dinyatakan sebagai kesalahan bila ada ketaksesuaian antara obat yang selama ini digunakan dengan obat yang diberikan sewaktu pindah rawat secara tak sengaja, dan berpotensi timbulkan cidera. Ketaksesuaian itu meliputi meliputi: penghentian obat lama, pemberian obat baru yang alergenik, pemberian obat yang sama tetapi beda dosis/frekuensi/cara pemberian, dll.

Untuk hindari kesalahan ini, perlu dilakukan medication reconciliation yang prosesnya meliputi: pengungkapan obat dahulu dan sekarang, pengenalan potensi cidera yang berasal dari perbedaan obat dahulu dan sekarang, dan koreksi thd bahaya yang mengancam. Bagi penderita yang pulang rawat, proses ini meliputi tinjauan terhadap obat sebelum/selama perawatan, dan penetapan obat untuk rawat jalan selanjutnya. Survai menemukan ketaksesuaian penggunaan obat yang berpotensi cidera ini pada 60% penderita, sewaktu masuk atau keluar dari rumah sakit.

Contoh Kasus Contoh 1. Anak epilepsi, masuk rumah sakit karena pneumonia aspirasi, kesadarannya turun setelah diberi clonazepam. Ternyata untuk epilepsinya, anak ini teratur minum clobazam. Contoh 2. Seorang penderita jalani operasi ganti lutut. Sebelum pembedahan, penderita selalu minum ketorolac. Sewaktu pulang, penderita diberi warfarin, tetapi dokter lupa beritahu untuk hentikan ketorolac.

Strategi Pencegahan : 2) Eliminasi Faktor Risiko Cegah kelelahan dan kebosanan Cegah kebisingan dan kerumitan Pelatihan untuk tingkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Strategi Pencegahan: 3) Oversight dan Error Interception Teamwork/team approach dalam pelaporan pasif dan aktif: klinisi, patologis, farmakologis, farmasis, perawat. Information Technology. Licensing, certification/recertification. Accreditation.

Latar Belakang Masalah Obat Kemajuan teknologi industri farmasi drug explosion therapeutic jungle. Obat sbg commodity dgn ciri aggressive marketing: detailing, sponsorship, incentives, hidden curriculum, disease mongering, multi-level marketing, direct to consumer advertising, consumer support organization, fraud, bribery, dll. Industri Farmasi kapitalistis: harga tak boleh dikontrol, serahkan ke pasar, diberlakukan masa paten obat baru mahal.

Predominance role of commercial rather than scientific source of drug information represents a problematic area in health care delivery. In the absence of mandatory postgraduate education, pharmaceutical advertising becomes a major source of continuing medical education for physicians. ( Leighton Cluff, 1967)

The House of Commons: Committee Report on the Influence of Pharmaceutical Industry The influence of pharmaceutical industry is enormous and out of control. The big pharma s tentacles penetrate much more widely, reaching patients, health departments, regulators, managers, researchers, medical charities, academics, media, cares, school children, and politians. ( The Lancet, 2006)

The excessive influence of industry will not be curbed unless and until all those involved with drug companies take a stand and question their relation with them. Patient s welfare will continue to be vulnerable with health policies and practices that are dominated by the will of big pharmas. ( The Lancet, 2006 )