FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes

dokumen-dokumen yang mirip
FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR

A N TIIN F E K SI (A ntijam ur, A ntiam eba, M alaria, A ntelm intik)

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI. Pendahuluan

ANTIINFEKSI ANTI JAMUR

PENGGOLONGAN OBAT ANTIFUNGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu (Pseudohifa).

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

KASUS A. ILUSTRASI KASUS

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

PENGOBATAN DERMATOMIKOSIS

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

mengontrol biosintesis mediator inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat.

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Pengantar Farmakologi

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik

PEMBERIAN OBAT RASIONAL (POR) dr. Nindya Aryanty, M. Med. Ed

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Kebutuhan : 2 mg/100 mg protein. Farmakokinetik - mudah diabsorbsi - ekskresi dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi jamur yang menyebabkan penyakit kulit dan kuku

Prinsip-prinsip Farmakologi. Copyright 2002, 1998, Elsevier Science (USA). All rights reserved.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Kerja Obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN YENI FARIDA M.SC., APT

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini

Medikasi: pemberian zat/obat yang bertujuan untuk diagnosis, pengobatan, terapi, atau pereda gejala, atau untuk pencegahan penyakit Farmakologi: ilmu

ADME Obat. Indah Solihah

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TUGAS FARMAKOKINETIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU JAMBU AIR (Dendrophthoe falcata (L.f.) Ettingsh) TERHADAP Trichophyton rubrum DAN Candida albicans

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

YANG DIBERIKAN SECARA REKTAL

ABSTRAK. UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans

Toksikokinetik racun

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR FARMAKOLOGI

membunuh menghambat pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR dr. Agung Biworo, M.Kes

Infeksi oleh jamur disebut mikosis. Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi apabila ada kondisi yang menghambat salah satu mekanisme pertahanan tubuh. Infeksi jamur dibagi menjadi 2 : - Infeksi superfisial (infeksi dermatofit dan infeksi mukokutan) - Infeksi sistemik (infeksi jaringan dan organ yang lebih dalam)

Infeksi superfisial umumnya diterapi dengan preparat lokal (dermatologi), kadang dengan obat sistemik. Infeksi sistemik lebih sulit diobati, memerlukan terapi jangka panjang dan obat yang tersedia sering menyebabkan efek samping yang berat. Obat antijamur terdiri dari : Kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.

Griseofulvin Obat-obat yang digunakan untuk infeksi jamur superfisial Griseofulvin menghambat mitosis jamur dengan berkaitan dengan mikrotubulus dan menghambat polimerisasi tubulin menjadi mikrotubulus. Griseofulvin tidak larut air. Obat diberikan per oral, dan hanya sekitar 50% dosis oral yang masuk ke sirkulasi. Absorbsi meningkat bila diberikan bersama lemak. Infeksi kulit dan rambut memerlukan terapi 4-6 minggu, kuku tangan sampai 6 bulan, dan kuku kaki memerlukan 1 tahun terapi.

Griseofulvin dimetabolisme di hati dengan dealkilasi dan metabolitnya yang inaktif diekskresi dalam urine sebagai glukuronid. Griseofulvin menghambat jamur dari spesies Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton. Griseofulvin biasanya hanya digunakan untuk mengobati infeksi dermatofit pada kulit, kuku atau rambut. Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet 125, 250, dan 500 mg, dan suspensi 125 mg/ml. Dosis dewasa adalah 500-1000 mg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi. Untuk anak, dosisnya adalah 10 mg/kg BB/hari.

Azol Azol adalah kelompok obat sintesis dengan aktivitas spektrum yang luas. Obat yang masuk kelompok ini antara lain ketokonazol, ekonazol, kloritmazol, tiokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol. Pada jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat 14-αdemetilase, enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis ergosterol, yang merupakan sterol utama membran sel jamur. Pada konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K + dan komponen lain bocor keluar dari sel jamur.

Ketokonazol Obat ini mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B. dermatitidis, Sporothrix spp, dan Paracoccidioides brasiliensis. Ketokonazol bisa diberikan per oral atau topikal. Pada pemberian oral, obat ini diserap baik pada saluran cerna (75%), dan absorpsi meningkat pada ph asam. Dalam plasma, 84% ketokonazol berikatan dengan protein plasma terutama albumin, 15% berikatan dengan sel darah dan 1% dalam bentuk bebas. Ketokonazol dimetabolisme secara ekstensif oleh hati. Sebagian besar ketokonazol diekskresi bersama cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil yang keluar bersama urine.

Efek samping yang sering pada pemberian oral adalah mual dan muntah. Bahaya utama ketokonazol adalah toksisitas hati. Obat ini harus dihindari pada wanita hamil. Pada pemberian topikal, efek sampingnya bisa berupa iritasi, pruritus, dan rasa terbakar. Diindikasikan pada Paracoccidioides brasiliensis, thrush (kandidiasis faringeal), kandidiasis mukokutan, dan dermatofit (termasuk yang resisten terhadap griseofulvin). Ketokonazol mungkin jangan dikombinasi dengan amfoterisin B karena ketokonazol mengganggu sintesis ergosterol. Ketokonazol tersedia dalam bentuk tablet 200 mg, gel/krim 2%, dan scalp solution 20 mg/ml.

Mikonazol Spektrum aktivitas antijamurnya hampir sama dengan ketokonazol, termasuk dermatofit. Mikonazol bisa diberikan per oral atau topikal. Obat ini diindikasikan secara topikal untuk dermatofitosis dan kandidiasis. Mikonazol terdapat dalam sediaan krim 2%. Klotrimazol, ekonazol, dan tiokonazol Klotrimazol, ekonazol dan tiokonazol adalah obat antijamur azol yang digunakan hanya untuk penggunaan topikal.

Obat-obat ini diindikasikan untuk dermatofitosis dan kandidiasis. Klotrimazol terdapat dalam bentuk sediaan krim atau solution 1% dan tablet vagina 100 dan 500 mg. Tiokonazol terdapat dalam sediaan krim 1%. Itrakonazol Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan ketokonazol, plus Aspergillus. Itrakonazol diberikan per oral, setelah diabsopsi akan mengalami metabolisme hati yang ekstensif. Obat ini diindikasikan untuk tinea, infeksi Candida mukokutan dan infeksi sistemik. Itrakonazol tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg.

Flukonazol Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan ketokonazol. Flukonazol dapat diberikan per oral atau iv. Flukonazol larut air dan cepat diabsorpsi sesudah pemberian oral, dengan 90% bioavailabilitas, 12% terikat pada protein. Obat ini mencapai konsentrasi tinggi dalam LCS, paru dan humor aquosus, dan menjadi obat pilihan pertama untuk meningitis karena jamur. Konsentrasi fungisidanya juga meningkat dalam vagina, saliva, kulit dan kuku. Obat ini diindikasikan untuk infeksi sistemik dan kandidiasis mukokutan. Flukonazol tersedia dalam bentuk kapsul 50 dan 150 mg dan infus 2 mg/ml.

Nistatin Nistatin adalah antibiotik makrolida polyene dari Streptomyces noursei. Struktur nistatin mirip dengan struktur amfoterisin B. Nistatin tidak diserap dari membran mukosa atau dari kulit. Obat ini terlalu toksik untuk pemberian parenteral. Bila diberikan per oral, absorpsinya sedikit sekali dan kemudian diekskresi melalui feses. Spektrum antijamurnya sebenarnya juga mencakup jamur-jamur sistemik, namun karena toksisitasnya, nistatin hanya digunakan untuk terapi infeksi Candida pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna. Nistatin efektif untuk kandidiasis oral, kandidiasis vaginal dan esofagitis karena Candida. Nistatin terdapat dalam sediaan obat tetes/suspensi, tablet oral, tablet vagina, dan suppositoria

Terbinafin Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat squalen epoksidase, enzim yang diperlukan untuk mengkonversi squalen menjadi squalen epoksid. Terbinafin diberikan per oral, dan diabsorpsi baik dari saluran cerna, dengan kadar puncak dalam plasma tercapai dalam 2 jam. Terbinafin sangat aktif terhadap dermatofit, dengan aktivitas lebih baik daripada itrakonazol. Obat ini diindikasikan pada jamur dan kuku. Tersedia dalam bentuk krim 1% dan tablet 250mg.

Beberapa sediaan topikal lain Tolnaflat efektif untuk infeksi dermatofit, tetapi Candida tidak. Tolnoflat terdapat dalam sediaan krim 1%. Salep Whitfield kombinasi asam benzoat dan asam salisilat (2 : 1, biasanya 12% dan 6%). Biasanya digunakan untuk Tinea pedis. Asam undesilinat aktif terhadap dermatofit. Tersedia dalam bentuk salep/krim, kadang dikombinasi dengan asam benzoat dan asam salisilat. - Haloprogin efektif terhadap dermatofit dan Candida. - Siklopiroksolamin efektif untuk infeksi dermatofit dan kandidiasis kutan.

Amfoterisin B OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK INFEKSI JAMUR SISTEMIK Amfoterisin B termasuk ke dalam golongan polyene (strukturnya mirip dengan nistatin). Amfoterisin mempunyai spektrum aktivitas terhadap Aspergillus, B. dermatitidis, Candida, C. neoformans, C. immitis. H. capsulatum, Mucor, P. brasiliensis. Amfoterisin tidak larut dalam air, dan tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Amfoterisin diberikan secara iv lambat pada infeksi sistemik, intrateka untuk meningitis, iritasi vesika urinaria untuk sistitis. Amfoterisin juga dapat diberikan secara topikal.

Farmakokinetik obat ini kompleks, >90% terikat pada protein plasma, serta beberapa fase distribusi dan eliminasi dengan waktu paruh 24-48 jam, dan waktu paruh terminalnya 15 hari. ABLC (amphotericin B lipid complex) adalah formula amfoterisin B non-liposomal yang digabungkan dengan 2 fosfolipid. Efek samping yang paling sering dan paling serius adalah toksisitas ginjal. Obat ini diindikasikan untuk infeksi jamur sistemik, meningitis karena jamur, dan ISK karena jamur. Amfoterisin B secara topikal juga efektif terhadap keratitis mitotik. Amfoterisin merupakan drug of choice untuk terapi sebagian besar infeksi jamur yang berat.

Meningitis karena Cryptococcus diterapi dengan amfoterisin saja atau amfoterisin dan flusitosin. Amfoterisin B tersedia dalam bentuk salep mata/tetes mata 1%, injeksi 50 mg/10ml atau 0,1 mg/ml larutan. Flusitosin (5-fluorositosin) Flusitosin adalah obat antimetabolit yang mengalami metabolisme intrasel menjadi bentuk aktif, yang kemudian mengakibatkan inhibisi sintesis DNA. Flusitosin mempunyai spektrum aktivitas antijamur terhadap Candida, C. neoformans, Cladosporium, Phialophora. Flusitosin diberikan per oral dan diabsorpsi baik dari saluran cerna serta terdistribusi secara luas pada tubuh, dengan kadar LCS 70-85% dari kadar plasma.