Formulasi Sediaan Emulgel Meloksikam Menggunakan Basis Pluronic Lecithin Organogel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROPILEN GLIKOL TERHADAP LAJU DIFUSI KRIM NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BASIS HIDROFOBIK SECARA INVITRO

KETOPROFEN ETHOSOME PERCUTANEOUS PENETRATION TESTING IN IN-VITRO WITH VARIATIONS IN FORM BASE GEL PREPARATIONS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RONAL SIMANJUNTAK DIFUSI VITAMIN C DARI SEDIAAN GEL DAN KRIM PADA BERBAGAI ph PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

EMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

STUDI EFEK ETANOL DAN GLISERIN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI DARI BASIS GEL ALGINAT SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB IV PROSEDUR KERJA

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI KOSMETIK UNTUK MENDAPATKAN EFEK YANG MAKSIMAL

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di laboratorium Farmasetika, Farmakologi, Kimia

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EFEK MINYAK WIJEN, MINYAK ALMOND, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI SECARA IN VITRO DARI BASIS GEL ALGINAT

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Formulasi Sediaan Emulgel Untuk Penghantaran Transdermal Ketoprofen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

DIFUSI NATRIUM DIKLOFENAK DALAM GEL METHOCEL 400 PADA BERBAGAI ph ABSTRAK ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghantaran pada kosmetik atau sediaan farmasi (Barenholz, 2001). Liposom

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Formulasi Sediaan Mikroemulsi Flukonazol dengan Menggunakan Isopropil Miristat sebagai Fase Minyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFEK PENINGKAT PENETRASI DIMETILSULFOKSIDA TERHADAP LAJU DIFUSI PADA SEDIAAN GEL KLINDAMISIN HIDROKLORIDA SECARA IN VITRO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000

PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KONSENTRASI FOSFATIDILKOLIN TERHADAP HERBOSOM EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) Makassar

Transkripsi:

Formulasi Sediaan Emulgel Meloksikam Menggunakan Basis Pluronic Lecithin Organogel (Formulation of Meloxicam Emulgel Dosage Form by Using Pluronic Lecithin Organogel Base) Hestiary Ratih 1* ; Fikri Alatas 1 & Fanny Meili Naftali 1 1 Kelompok Keahlian Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Indonesia, 40521 Corresponding email: hestiary_ratih@yahoo.co.id ABSTRAK Meloksikam merupakan salah satu obat antiinflamasi non-steroid yang memiliki efek samping gangguan saluran cerna berupa tukak lambung bahkan pendarahan ketika diberikan secara oral. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan emulgel meloksikam menggunakan basis pluronic lecithin organogel (PLO). Pembuatan sediaan emulgel topikal bertujuan untuk mengurangi efek samping obat tersebut. PLO merupakan suatu emulsi seperti gel dengan lesitin sebagai peningkat penetrasi. Formulasi meloksikam (1%) dibuat dalam basis PLO dengan perbedaan konsentrasi lesitin, yaitu berturut-turut 3% (F1), 5% (F2), dan 7% (F3). Evaluasi emulgel meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, ph, viskositas, uji sentrifugasi, Freeze and Thaw, penetapan kadar, dan uji laju difusi secara in vitro menggunakan metode Flow Through dari sel difusi Franz. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa formula (F3) yang mengandung meloksikam 1% dalam basis PLO dengan konsentrasi lesitin 7% memiliki laju difusi paling baik di antara seluruh formula, yaitu 0,04967 mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 3,5% setelah 180 menit. Kata Kunci: Meloksikam, emulgel, pluronic lecithin organogel, difusi PENDAHULUAN Meloksikam adalah salah satu obat anti inflamasi non-steroid (NSAID). Obat ini umumnya diindikasikan pada terapi simtomatik berbagai jenis rematik, baik yang artikular maupun yang non artikular, misalnya: artritis rematoid, osteoarthritis. Penggunaannya dalam jangka panjang menyebabkan efek samping seperti perforasi gastrointestinal, ulcer, bahkan pendarahan. Oleh sebab itu, meloksikam tidak cocok sebagai terapi untuk pasien rematik dengan tukak lambung (Hascicek C., dkk., 2009). Penggunaan NSAID dengan sistem penghantaran transdermal dapat mengurangi efek samping dari pemakaian obat secara oral dan mampu memberikan efek sistemik maupun lokal. Bentuk sediaan semipadat dipilih untuk menghantarkan meloksikam melalui sistem penghantaran transdermal. Gel adalah bentuk sediaan yang dapat menjerat sejumlah besar air atau senyawa hidroalkohol dalam jaringan partikel padat koloid. Formulasi gel umumnya memberikan pelepasan obat lebih cepat dibandingkan dengan salep dan krim. Gel memiliki banyak kelebihan namun memiliki 306

keterbatasan utama yaitu ketidakmampuan untuk menghantarkan bahan obat hidrofobik. Untuk mengatasi keterbatasan ini, digunakan suatu basis emulsi sehingga bahan obat hidrofob dapat disatukan dan dihantarkan melalui gel. Saat gel dan emulsi dikombinasi dalam bentuk sediaan ini disebut emulgel. Adanya gelling agent dalam air mengubah emulsi biasa menjadi emulgel. Sistem minyak dalam air digunakan untuk menjerat obat lipofil sebagaimana obat hidrofil yang terenkapsulasi dalam sistem air dalam minyak. Emulsi mudah dicuci selain itu mempunyai kemampuan yang tinggi untuk berpenetrasi ke dalam kulit (Chirag P., dkk., 2013). Pluronic Lecithin Organogel (PLO) merupakan suatu pembawa berbentuk emulsi yang terdiri dari fase air yaitu Pluronic F-127 sekitar 20-30% dan fase minyak yang mengandung lesitin dan isopropil miristat (sekitar 20%), ditujukan untuk penggunaan transdermal untuk menghantarkan obat melalui kulit saat rute pemberian lain tidak memungkinkan. PLO tidak mengiritasi dan diabsorpsi dengan cepat Isopropilmiristat adalah emolien bukan minyak dengan kapasitas penyebaran yang tinggi. Lesitin digunakan sebagai peningkat penetrasi dalam komposisi PLO gel, bentuknya cair di suhu ruangan dan menjadi padat pada suhu dingin. Pluronic F-127 adalah surfaktan polimer yang memungkinkan terbentuknya misel obat (bilayer, liposom) dalam matriks gel (Bramwell B.L., dkk., 2012). Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan emulgel meloksikam menggunakan basis pluronic lecithin organogel (PLO) dengan variasi lesitin sebagai peningkat penetrasi. METODE PENELITIAN Bahan Meloksikam (Zhejiang Exe, Cina), Pluronic F- 127 (BASF The Chemical Company), lesitin, isopropil miristat (Merck), asam sorbat (Daicel Nanning, Jepang), kalium sorbat (Daicel Nanning, Jepang), natrium dihidrogen fosfat (Merck), dinatrium hidrogen fosfat (Merck) dan bahan-bahan kimia lain (pro analysis). Pembuatan Emulgel Fase minyak dibuat dengan mencampurkan lesitin dengan variasi konsentrasi (3%, 5% dan 7%) dalam sejumlah isopropil miristat. Larutan disimpan dalam suhu kamar selama semalam dengan tujuan untuk melarutkan lesitin dalam isopropil miristat secara sempurna (Tabel 1). Sejumlah larutan Pluronic F-127 (20%) dibuat dengan metode dingin. Dispersi kemudian disimpan dalam lemari pendingin (4 o C) agar Pluronic F-127 terlarut dengan baik (Tabel 2). Keesokan harinya, meloksikam sebanyak 1 gram dicampurkan dalam fase minyak, diaduk hingga homogen. Campuran fase minyak dan meloksikam kemudian ditambahkan ke dalam fase air sambil diaduk dengan kecepatan konstan menggunakan pengaduk mekanik hingga terbentuk massa emulgel yang kaku. 307

Tabel 1. Formulasi Fase Minyak Emulgel Bahan Komposisi (% b/b) F1 F2 F3 Lesitin 3 5 7 Asam sorbat 0,2 0,2 0,2 Isopropil miristat ad 100 ad 100 ad 100 Tabel 2. Formulasi Fase Air Emulgel Bahan Komposisi (% b/b) F1 F2 F3 Pluronic F-127 20 20 20 Kalium sorbat 0,2 0,2 0,2 Air suling ad 100 ad 100 ad 100 Karakterisasi Emulgel Penampilan Fisik Setiap formula emulgel dilihat fisik tekstur sediaan secara organoleptis (warna, bau, bentuk dan homogenitas), ph dan viskositas terhadap emulgel yang baru dibuat dan yang telah disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari. Pemeriksaan ph ditentukan menggunakan ph meter (Boeco BT-600) dan penentuan viskositas menggunakan alat Viskometer Brookfield RVT. Uji Pemisahan Fase dengan Metode Freeze and Thaw Uji Freeze and Thaw dilakukan pada 2 suhu berbeda yaitu 4 o C dan 40 o C. Siklus Freeze and Thaw terdiri dari satu rentang penyimpanan pada suhu 4 o C dan satu rentang waktu penyimpanan pada 40 o C. Sediaan dikatakan stabil bila setelah melewati 6 siklus masih baik secara fisik dan tidak terjadi perubahan ukuran globul secara nyata. Diameter 50 globul setelah setiap penyimpanan diukur menggunakan mikroskop Optilab. Penentuan Kadar Meloksikam dalam Sediaan Emulgel Ditimbang sebanyak 1 gram sediaan emulgel, dilarutkan dalam etanol 96%. Serapan ditentukan menggunakan spektrofotometri UV- Visible (Shimadzu PC-1601) pada panjang gelombang 358,2 nm dengan persamaan kurva kalibrasi y = 0,0619x 0,0477. Uji Laju Difusi secara In-Vitro Uji pelepasan meloksikam dari sediaan emulgel dilakukan menggunakan metode Flow Through yang dimodifikasi dari sel difusi Franz. Cuplikan ditimbang 1,0 g diratakan diatas membran buatan yang telah diimpragnasi dengan cairan Spangler dengan diameter 3 cm. Suhu sistem (37±1) 0 C dengan cairan reseptor 330 ml. Pompa peristaltik menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompakan ke sel difusi melewati penghilang gelembung sehingga aliran yang terjadi secara hidrodinamis, kemudian cairan dialirkan lagi ke reseptor. Proses dilakukan selama 3 jam. Pada interval 308

waktu yang telah ditentukan, 10 ml sampel diambil dan ditentukan secara spektrofotometri UV-visible pada panjang gelombang 363 nm dengan persamaan kurva kalibrasi y = 0,0416x + 0,0038. HASIL DAN DISKUSI Penampilan Fisik Pemeriksaan organoloptis semua formula menunjukkan sediaan emulgel yang mengandung lesitin berturut-turut F1 (3%), F2 (5%), dan F3 (7%) memiliki tekstur yang lembut ketika dioleskan, berwarna kuning dan homogen selama 28 hari penyimpanan. Hasil evaluasi ph menunjukkan bahwa semua formula memiliki ph yang masih berada pada rentang ph untuk sediaan topikal yaitu 6-7 serta tidak menunjukkan adanya perubahan ph yang signifikan pada sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO sehingga dapat dinyatakan bahwa semua formula stabil selama 28 hari penyimpanan (Gambar 1) Gambar 1. Grafik hubungan antara ph sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO terhadap waktu penyimpanan 40 o C selama 6 siklus dengan melihat bentuk Hasil evaluasi viskositas selama 28 hari tidak fisik dan ukuran globul dibawah mikroskop. menunjukkan adanya perubahan viskositas Sediaan dikatakan stabil jika setelah melewati 6 yang signifikan pada sediaan emulgel siklus tidak mengalami pemisahan secara fisik meloksikam dengan menggunakan basis PLO dan perubahan ukuran globul secara nyata. sehingga semua formula dapat dinyatakan Hasil pengujian Freeze and Thaw menunjukkan stabil. bahwa sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO stabil secara fisik dan tidak Uji Pemisahan Fase dengan Metode Freeze and menunjukkan adanya globul pada perbesaran Thaw mikroskop 400x, sehingga semua sediaan Pengujian Freeze and Thaw dilakukan untuk emulgel dapat dikatakan stabil. melihat kestabilan sediaan emulgel melalui parameter suhu kritis yaitu pada suhu 4 o C dan 309

Gambar 2. Grafik hubungan antara viskositas sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO terhadap waktu penyimpanan Penentuan Kadar Meloksikam dalam Sediaan Emulgel Penetapan kadar meloksikam dilakukan untuk memastikan bahwa dalam sediaan emulgel mengandung zat aktif yang memenuhi persyaratan kandungan zat aktif dalam sediaan. Jumlah obat dalam emulgel menunjukkan bahwa zat aktif dalam hal ini meloksikam terjerap pada fase internal. Hasil penetapan kadar meloksikam dalam F1, F2 dan F3 berturutturut adalah 98,86%, 99,89%, dan 95,97%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan kadar dalam sediaan karena masih berada dalam rentang persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV yaitu antara 90-110%. Gambar 3. Profil laju difusi sediaan emulgel meloksikam berbasis PLO 310

Uji Laju Difusi secara In-Vitro Uji difusi secara in vitro bertujuan untuk melihat pengaruh peningkat penetrasi lesitin terhadap jumlah obat yang berdifusi (Gambar 3). Jumlah obat yang berdifusi (mg/cm 2 ) melalui membran sintetik selama 3 jam untuk F1 adalah 0,01713% mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 1,21%, untuk F2 adalah 0,02674 mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 1,89%, dan untuk F3 adalah 0,04967 mg/cm 2 dengan persen permeasi 3,51%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju difusi sediaan emulgel meloksikam setelah 180 menit adalah F3 > F2 > F1. Semakin banyak penambahan lesitin sebagai peningkat penetrasi dalam basis PLO akan semakin meningkatkan penetrasi meloksikam yang disebabkan oleh beberapa mekanisme lesitin antara lain lesitin sebagai surfaktan memiliki gugus polar yaitu asam fosfat dan gugus non polar yaitu asam lemak sehingga dapat menurunkan tegangan antar muka dan mempermudah penetrasi (Raut S., dkk., 2012); selain itu lesitin memiliki komponen fosfolipid berupa fofatidilkolin yang dapat mengganggu struktur lamelar kulit serta meningkatkan fluiditas membran sel lipid bilayer kulit, sehingga terbentuk jalan masuk obat yang bersifat lipofilik untuk berpenetrasi ke lapisan kulit lebih dalam (T. Fox, Lizeele dkk,, 2011). Fosfatidilkolin juga merupakan fosfolipid yang umum ditemukan, bila secara spontan terdispersi dalam media cair akan membentuk vesikel-vesikel yang disebut liposom. Mekanisme liposom sebagai peningkat penetrasi adalah karena adanya interaksi berupa pencampuran lipid dalam liposom dengan kandungan lipid pada stratum korneum (Kirjavainen Merja, dkk., 1999). KESIMPULAN Formulasi meloksikam (1%) dibuat dalam basis PLO dengan perbedaan konsentrasi lesitin, yaitu berturut-turut 3% (F1), 5% (F2), dan 7% (F3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula selama penyimpanan tidak mengalami perubahan warna, bentuk, bau, dan stabil secara fisik. Formula (F3) yang mengandung meloksikam 1% dalam basis PLO dengan konsentrasi lesitin 7% memiliki laju difusi paling baik di antara seluruh formula, yaitu 0,04967 mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 3,5% setelah 180 menit. Hascicek, Canan dkk. 2009. Preparation and Evaluation of Different Gel Formulation for Transdermal Delivery of Meloxicam. Turk J. Pharm. Sci, 6 (3), 177-186. Bramwell B.L., dkk., 2012. The Use of Pluronic Lecithin Organogel in the Transdermal Delivery of Drug. 2012. International Journal of Pharmaceutical Compounding, 16 (1). R. Choukse, B. Sangameswaran. 2012. Formulation and Evaluation of Pluronic Lecithin Organogel of Flurbiprofen. Journal of Biomedical and Pharmaceutical Research 1 (1), 01-07. Chirag, Patel dkk. 2013. Emulgel: A Combination of emulsion and gel. Journal of Discovery and Therapeutics, 1 (6), 57-61. DAFTAR PUSTAKA Panwar, A.S., Upadhyay, N. dkk. 2011. Emulgel: A Review. Asian Journal of Pharmacy and Life Science, 1 (3). Raut, Sushil dkk. Lecithin organogel : A unique micellar system for the delivery of bioactive agents in the treatment of skin aging. 2012. Acta Pharmaceutica Sinica B;2, (1):8-15. T. Fox, Lizeele dkk. Transdermal Drug Delivery Enhancement by Compounds of Natural Origin. Molecules 2011, 16, 10507-10540; doi:`0.3990/molecules 161210507. South Africa. Kirjavainen, Merja, dkk. 1999. Phospolipid affect stratum corneum lipid bilayer fluidity and drug partitioning into the bilayer. Elsevier Journal of Controlled Release, 207-214. 311