Formulasi Sediaan Emulgel Meloksikam Menggunakan Basis Pluronic Lecithin Organogel (Formulation of Meloxicam Emulgel Dosage Form by Using Pluronic Lecithin Organogel Base) Hestiary Ratih 1* ; Fikri Alatas 1 & Fanny Meili Naftali 1 1 Kelompok Keahlian Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Indonesia, 40521 Corresponding email: hestiary_ratih@yahoo.co.id ABSTRAK Meloksikam merupakan salah satu obat antiinflamasi non-steroid yang memiliki efek samping gangguan saluran cerna berupa tukak lambung bahkan pendarahan ketika diberikan secara oral. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan emulgel meloksikam menggunakan basis pluronic lecithin organogel (PLO). Pembuatan sediaan emulgel topikal bertujuan untuk mengurangi efek samping obat tersebut. PLO merupakan suatu emulsi seperti gel dengan lesitin sebagai peningkat penetrasi. Formulasi meloksikam (1%) dibuat dalam basis PLO dengan perbedaan konsentrasi lesitin, yaitu berturut-turut 3% (F1), 5% (F2), dan 7% (F3). Evaluasi emulgel meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, ph, viskositas, uji sentrifugasi, Freeze and Thaw, penetapan kadar, dan uji laju difusi secara in vitro menggunakan metode Flow Through dari sel difusi Franz. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa formula (F3) yang mengandung meloksikam 1% dalam basis PLO dengan konsentrasi lesitin 7% memiliki laju difusi paling baik di antara seluruh formula, yaitu 0,04967 mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 3,5% setelah 180 menit. Kata Kunci: Meloksikam, emulgel, pluronic lecithin organogel, difusi PENDAHULUAN Meloksikam adalah salah satu obat anti inflamasi non-steroid (NSAID). Obat ini umumnya diindikasikan pada terapi simtomatik berbagai jenis rematik, baik yang artikular maupun yang non artikular, misalnya: artritis rematoid, osteoarthritis. Penggunaannya dalam jangka panjang menyebabkan efek samping seperti perforasi gastrointestinal, ulcer, bahkan pendarahan. Oleh sebab itu, meloksikam tidak cocok sebagai terapi untuk pasien rematik dengan tukak lambung (Hascicek C., dkk., 2009). Penggunaan NSAID dengan sistem penghantaran transdermal dapat mengurangi efek samping dari pemakaian obat secara oral dan mampu memberikan efek sistemik maupun lokal. Bentuk sediaan semipadat dipilih untuk menghantarkan meloksikam melalui sistem penghantaran transdermal. Gel adalah bentuk sediaan yang dapat menjerat sejumlah besar air atau senyawa hidroalkohol dalam jaringan partikel padat koloid. Formulasi gel umumnya memberikan pelepasan obat lebih cepat dibandingkan dengan salep dan krim. Gel memiliki banyak kelebihan namun memiliki 306
keterbatasan utama yaitu ketidakmampuan untuk menghantarkan bahan obat hidrofobik. Untuk mengatasi keterbatasan ini, digunakan suatu basis emulsi sehingga bahan obat hidrofob dapat disatukan dan dihantarkan melalui gel. Saat gel dan emulsi dikombinasi dalam bentuk sediaan ini disebut emulgel. Adanya gelling agent dalam air mengubah emulsi biasa menjadi emulgel. Sistem minyak dalam air digunakan untuk menjerat obat lipofil sebagaimana obat hidrofil yang terenkapsulasi dalam sistem air dalam minyak. Emulsi mudah dicuci selain itu mempunyai kemampuan yang tinggi untuk berpenetrasi ke dalam kulit (Chirag P., dkk., 2013). Pluronic Lecithin Organogel (PLO) merupakan suatu pembawa berbentuk emulsi yang terdiri dari fase air yaitu Pluronic F-127 sekitar 20-30% dan fase minyak yang mengandung lesitin dan isopropil miristat (sekitar 20%), ditujukan untuk penggunaan transdermal untuk menghantarkan obat melalui kulit saat rute pemberian lain tidak memungkinkan. PLO tidak mengiritasi dan diabsorpsi dengan cepat Isopropilmiristat adalah emolien bukan minyak dengan kapasitas penyebaran yang tinggi. Lesitin digunakan sebagai peningkat penetrasi dalam komposisi PLO gel, bentuknya cair di suhu ruangan dan menjadi padat pada suhu dingin. Pluronic F-127 adalah surfaktan polimer yang memungkinkan terbentuknya misel obat (bilayer, liposom) dalam matriks gel (Bramwell B.L., dkk., 2012). Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan emulgel meloksikam menggunakan basis pluronic lecithin organogel (PLO) dengan variasi lesitin sebagai peningkat penetrasi. METODE PENELITIAN Bahan Meloksikam (Zhejiang Exe, Cina), Pluronic F- 127 (BASF The Chemical Company), lesitin, isopropil miristat (Merck), asam sorbat (Daicel Nanning, Jepang), kalium sorbat (Daicel Nanning, Jepang), natrium dihidrogen fosfat (Merck), dinatrium hidrogen fosfat (Merck) dan bahan-bahan kimia lain (pro analysis). Pembuatan Emulgel Fase minyak dibuat dengan mencampurkan lesitin dengan variasi konsentrasi (3%, 5% dan 7%) dalam sejumlah isopropil miristat. Larutan disimpan dalam suhu kamar selama semalam dengan tujuan untuk melarutkan lesitin dalam isopropil miristat secara sempurna (Tabel 1). Sejumlah larutan Pluronic F-127 (20%) dibuat dengan metode dingin. Dispersi kemudian disimpan dalam lemari pendingin (4 o C) agar Pluronic F-127 terlarut dengan baik (Tabel 2). Keesokan harinya, meloksikam sebanyak 1 gram dicampurkan dalam fase minyak, diaduk hingga homogen. Campuran fase minyak dan meloksikam kemudian ditambahkan ke dalam fase air sambil diaduk dengan kecepatan konstan menggunakan pengaduk mekanik hingga terbentuk massa emulgel yang kaku. 307
Tabel 1. Formulasi Fase Minyak Emulgel Bahan Komposisi (% b/b) F1 F2 F3 Lesitin 3 5 7 Asam sorbat 0,2 0,2 0,2 Isopropil miristat ad 100 ad 100 ad 100 Tabel 2. Formulasi Fase Air Emulgel Bahan Komposisi (% b/b) F1 F2 F3 Pluronic F-127 20 20 20 Kalium sorbat 0,2 0,2 0,2 Air suling ad 100 ad 100 ad 100 Karakterisasi Emulgel Penampilan Fisik Setiap formula emulgel dilihat fisik tekstur sediaan secara organoleptis (warna, bau, bentuk dan homogenitas), ph dan viskositas terhadap emulgel yang baru dibuat dan yang telah disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari. Pemeriksaan ph ditentukan menggunakan ph meter (Boeco BT-600) dan penentuan viskositas menggunakan alat Viskometer Brookfield RVT. Uji Pemisahan Fase dengan Metode Freeze and Thaw Uji Freeze and Thaw dilakukan pada 2 suhu berbeda yaitu 4 o C dan 40 o C. Siklus Freeze and Thaw terdiri dari satu rentang penyimpanan pada suhu 4 o C dan satu rentang waktu penyimpanan pada 40 o C. Sediaan dikatakan stabil bila setelah melewati 6 siklus masih baik secara fisik dan tidak terjadi perubahan ukuran globul secara nyata. Diameter 50 globul setelah setiap penyimpanan diukur menggunakan mikroskop Optilab. Penentuan Kadar Meloksikam dalam Sediaan Emulgel Ditimbang sebanyak 1 gram sediaan emulgel, dilarutkan dalam etanol 96%. Serapan ditentukan menggunakan spektrofotometri UV- Visible (Shimadzu PC-1601) pada panjang gelombang 358,2 nm dengan persamaan kurva kalibrasi y = 0,0619x 0,0477. Uji Laju Difusi secara In-Vitro Uji pelepasan meloksikam dari sediaan emulgel dilakukan menggunakan metode Flow Through yang dimodifikasi dari sel difusi Franz. Cuplikan ditimbang 1,0 g diratakan diatas membran buatan yang telah diimpragnasi dengan cairan Spangler dengan diameter 3 cm. Suhu sistem (37±1) 0 C dengan cairan reseptor 330 ml. Pompa peristaltik menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompakan ke sel difusi melewati penghilang gelembung sehingga aliran yang terjadi secara hidrodinamis, kemudian cairan dialirkan lagi ke reseptor. Proses dilakukan selama 3 jam. Pada interval 308
waktu yang telah ditentukan, 10 ml sampel diambil dan ditentukan secara spektrofotometri UV-visible pada panjang gelombang 363 nm dengan persamaan kurva kalibrasi y = 0,0416x + 0,0038. HASIL DAN DISKUSI Penampilan Fisik Pemeriksaan organoloptis semua formula menunjukkan sediaan emulgel yang mengandung lesitin berturut-turut F1 (3%), F2 (5%), dan F3 (7%) memiliki tekstur yang lembut ketika dioleskan, berwarna kuning dan homogen selama 28 hari penyimpanan. Hasil evaluasi ph menunjukkan bahwa semua formula memiliki ph yang masih berada pada rentang ph untuk sediaan topikal yaitu 6-7 serta tidak menunjukkan adanya perubahan ph yang signifikan pada sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO sehingga dapat dinyatakan bahwa semua formula stabil selama 28 hari penyimpanan (Gambar 1) Gambar 1. Grafik hubungan antara ph sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO terhadap waktu penyimpanan 40 o C selama 6 siklus dengan melihat bentuk Hasil evaluasi viskositas selama 28 hari tidak fisik dan ukuran globul dibawah mikroskop. menunjukkan adanya perubahan viskositas Sediaan dikatakan stabil jika setelah melewati 6 yang signifikan pada sediaan emulgel siklus tidak mengalami pemisahan secara fisik meloksikam dengan menggunakan basis PLO dan perubahan ukuran globul secara nyata. sehingga semua formula dapat dinyatakan Hasil pengujian Freeze and Thaw menunjukkan stabil. bahwa sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO stabil secara fisik dan tidak Uji Pemisahan Fase dengan Metode Freeze and menunjukkan adanya globul pada perbesaran Thaw mikroskop 400x, sehingga semua sediaan Pengujian Freeze and Thaw dilakukan untuk emulgel dapat dikatakan stabil. melihat kestabilan sediaan emulgel melalui parameter suhu kritis yaitu pada suhu 4 o C dan 309
Gambar 2. Grafik hubungan antara viskositas sediaan emulgel meloksikam dengan basis PLO terhadap waktu penyimpanan Penentuan Kadar Meloksikam dalam Sediaan Emulgel Penetapan kadar meloksikam dilakukan untuk memastikan bahwa dalam sediaan emulgel mengandung zat aktif yang memenuhi persyaratan kandungan zat aktif dalam sediaan. Jumlah obat dalam emulgel menunjukkan bahwa zat aktif dalam hal ini meloksikam terjerap pada fase internal. Hasil penetapan kadar meloksikam dalam F1, F2 dan F3 berturutturut adalah 98,86%, 99,89%, dan 95,97%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan kadar dalam sediaan karena masih berada dalam rentang persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV yaitu antara 90-110%. Gambar 3. Profil laju difusi sediaan emulgel meloksikam berbasis PLO 310
Uji Laju Difusi secara In-Vitro Uji difusi secara in vitro bertujuan untuk melihat pengaruh peningkat penetrasi lesitin terhadap jumlah obat yang berdifusi (Gambar 3). Jumlah obat yang berdifusi (mg/cm 2 ) melalui membran sintetik selama 3 jam untuk F1 adalah 0,01713% mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 1,21%, untuk F2 adalah 0,02674 mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 1,89%, dan untuk F3 adalah 0,04967 mg/cm 2 dengan persen permeasi 3,51%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju difusi sediaan emulgel meloksikam setelah 180 menit adalah F3 > F2 > F1. Semakin banyak penambahan lesitin sebagai peningkat penetrasi dalam basis PLO akan semakin meningkatkan penetrasi meloksikam yang disebabkan oleh beberapa mekanisme lesitin antara lain lesitin sebagai surfaktan memiliki gugus polar yaitu asam fosfat dan gugus non polar yaitu asam lemak sehingga dapat menurunkan tegangan antar muka dan mempermudah penetrasi (Raut S., dkk., 2012); selain itu lesitin memiliki komponen fosfolipid berupa fofatidilkolin yang dapat mengganggu struktur lamelar kulit serta meningkatkan fluiditas membran sel lipid bilayer kulit, sehingga terbentuk jalan masuk obat yang bersifat lipofilik untuk berpenetrasi ke lapisan kulit lebih dalam (T. Fox, Lizeele dkk,, 2011). Fosfatidilkolin juga merupakan fosfolipid yang umum ditemukan, bila secara spontan terdispersi dalam media cair akan membentuk vesikel-vesikel yang disebut liposom. Mekanisme liposom sebagai peningkat penetrasi adalah karena adanya interaksi berupa pencampuran lipid dalam liposom dengan kandungan lipid pada stratum korneum (Kirjavainen Merja, dkk., 1999). KESIMPULAN Formulasi meloksikam (1%) dibuat dalam basis PLO dengan perbedaan konsentrasi lesitin, yaitu berturut-turut 3% (F1), 5% (F2), dan 7% (F3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula selama penyimpanan tidak mengalami perubahan warna, bentuk, bau, dan stabil secara fisik. Formula (F3) yang mengandung meloksikam 1% dalam basis PLO dengan konsentrasi lesitin 7% memiliki laju difusi paling baik di antara seluruh formula, yaitu 0,04967 mg/cm 2 dengan persen permeasi sebesar 3,5% setelah 180 menit. Hascicek, Canan dkk. 2009. Preparation and Evaluation of Different Gel Formulation for Transdermal Delivery of Meloxicam. Turk J. Pharm. Sci, 6 (3), 177-186. Bramwell B.L., dkk., 2012. The Use of Pluronic Lecithin Organogel in the Transdermal Delivery of Drug. 2012. International Journal of Pharmaceutical Compounding, 16 (1). R. Choukse, B. Sangameswaran. 2012. Formulation and Evaluation of Pluronic Lecithin Organogel of Flurbiprofen. Journal of Biomedical and Pharmaceutical Research 1 (1), 01-07. Chirag, Patel dkk. 2013. Emulgel: A Combination of emulsion and gel. Journal of Discovery and Therapeutics, 1 (6), 57-61. DAFTAR PUSTAKA Panwar, A.S., Upadhyay, N. dkk. 2011. Emulgel: A Review. Asian Journal of Pharmacy and Life Science, 1 (3). Raut, Sushil dkk. Lecithin organogel : A unique micellar system for the delivery of bioactive agents in the treatment of skin aging. 2012. Acta Pharmaceutica Sinica B;2, (1):8-15. T. Fox, Lizeele dkk. Transdermal Drug Delivery Enhancement by Compounds of Natural Origin. Molecules 2011, 16, 10507-10540; doi:`0.3990/molecules 161210507. South Africa. Kirjavainen, Merja, dkk. 1999. Phospolipid affect stratum corneum lipid bilayer fluidity and drug partitioning into the bilayer. Elsevier Journal of Controlled Release, 207-214. 311