Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah

dokumen-dokumen yang mirip
MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/SEOJK.03/2015

BAB VI PENUTUP. (Akuntansi Murabahah) dan fikih muamalah. Dalam rangka meningkatkan dan

No. 15/26/DPbS Jakarta, 10 Juli Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

Transfer pricing alert January 2017 Peraturan Menteri Keuangan No 213/PMK.03/2016

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

ED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

PENGANTAR. Jakarta 08 Februari 2017 Dewan Standar Akuntansi Syariah. M Jusuf Wibisana. M. Gunawan Yasni Anggota. Sigid Eko Pramono

ANUITAS DI PERBANKAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash

INFORMASI PENAWARAN UMUM TERBATAS V ( PUT V ) KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM PERSEROAN DALAM RANGKA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU ( HMETD )

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PERLAKUAN AKUNTANSI TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT SESUAI GMRA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

PERMINTAAN TANGGAPAN

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

FOCUS GROUP DISCUSSION Penyusunan Rancangan Pedoman Perlakuan Akuntansi Transaksi Repurchase Agreement. Jakarta, 22 November 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

PENERAPAN PSAK 50, 55, DAN 60 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PIUTANG PADA PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

PRAKTIK PENERAPAN PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT PEGADAIAN (PERSERO) TAHUN 2013

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali ( reverse repo )

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALSIS DATA. Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan bahwa setiap bank wajib

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

Analisis Penerapan PSAK 102 di BMT itqan dalam Kaitannya dengan Pembiayaan Murabahah

Tanggapan atas Draf Eksposur ini diharapkan dapat diterima paling lambat tanggal 31 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

ANALISIS KOMPARATIF MODEL SHARIAH GOVERNANCE LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH: STUDI KASUS NEGARA ASEAN

Ruang Lingkup PSAK SYARIAH

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BABl PENDAHULUAN. Lembaga keuangan syariah lahir sebagai akibat adanya rasa

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mendorong pengembangan bank syariah dilaksanakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

PENERAPAN METODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH (AT TAMWIL BI AL MURABAHAH) PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena munculnya Good Corporate Governance mulai dikenal karena

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

Disusun Oleh : Muhamad Firmansyah

PERBEDAAN ANTARA AUDITING DAN AKUNTANSI

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

ANALISIS PERBEDAAN DAN DAMPAK KEUANGAN DARI PENERAPAN PSAK 102 DENGAN PSAK 50, 55, DAN 60 PADA TRANSAKSI PEMBIAYAAN MURABAHAH STUDI KASUS DI BANK XYZ

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali ( reverse repo )

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- PENJELASAN AGENDA - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Tanggal 13 Mei Dipublikasikan tanggal 21 April 2016

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali ( reverse repo )

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

BAB VI SUDUT AKUNTANSI SYARI AH DALAM PENETAPAN MARGIN AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARI AH CABANG PALANGKA RAYA

PENGUMUMAN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

Akuntan Indonesia Gamang Menghadapi AFTA 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:

BAB I. Pendahuluan. Bank Syariah menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

Transkripsi:

Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 1

Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 2

Popularitas dan pertumbuhan transaksi syariah di Indonesia menuntut adanya penyempurnaan dalam Standar Akuntansi agar pencatatan yang dilakukan dapat mencerminkan substansi transaksi yang dilakukan. Salah satu transaksi yang populer adalah transaksi dengan akad Murabahah. - Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012, Bank Indonesia Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 3 Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 3

Pendahuluan Akuntansi syariah timbul karena adanya praktik transaksi syariah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dalam kegiatan operasionalnya. Transaksi syariah merupakan transaksi yang didasari oleh nilai-nilai dalam Islam. Walaupun berbasis Islam, transaksi syariah terbukti dapat diterima secara internasional karena nilai-nilai yang diterapkan bersifat universal. Di Indonesia, perkembangan transaksi syariah didukung fakta bahwa selama krisis keuangan pada tahun 2008, perbankan syariah, sebagai pelaku utama transaksi syariah, tetap menunjukkan kinerja yang tangguh dengan mempertahankan non performing financing di bawah 5%. Awal perkembangan transaksi syariah di Indonesia terjadi mulai awal tahun 90-an. Setelah periode tersebut, regulator terkait telah menerbitkan berbagai peraturan yang bertujuan mendukung perkembangan transaksi syariah. Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Indonesia, pada tahun 2011 market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Masih dalam publikasi yang sama, disebutkan bahwa pertumbuhan perbankan syariah ini diantaranya didukung dengan peningkatan penyaluran dana masyarakat yang cukup tinggi (meningkat sebesar 46,43% dari Oktober 2010 ke Oktober 2011). Salah satu skema pembiayaan yang mendominasi dalam penyaluran dana masyarakat adalah melalui akad Murabahah (berjumlah sekitar 42,42% dari total penyaluran dana pada periode Oktober 2010 sampai dengan Oktober 2011). Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) merupakan lembaga yang menyusun standar akuntansi terkait transaksi syariah. Sebelum tahun 2007, ketentuan akuntansi terkait transaksi syariah diatur di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 mengenai Akuntansi Perbankan Syariah. Pada tahun 2007, pengaturan atas transaksi syariah pada PSAK 59 digantikan dan dijabarkan lebih lanjut pada PSAK 101 110. Pengaturan mengenai Akuntansi Murabahah dijabarkan pada PSAK 102. PSAK 102 mengenai Akuntansi Murabahah memberikan pengaturan mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi Murabahah baik bagi pihak penjual maupun pembeli. Pada Januari 2013, DSAS menerbitkan Buletin Teknis 5 (Bultek 5) mengenai Pendapatan dan Biaya terkait Murabahah serta Buletin Teknis 9 (Bultek 9) mengenai Penerapan Metode Anuitas dalam Murabahah. Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 4

Bultek 5 Pendapatan dan Biaya Terkait Murabahah PSAK 102 menyatakan bahwa harga jual dalam akad Murabahah merupakan biaya perolehan ditambah marjin keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli. Dalam praktiknya, pada transaksi Murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (bertindak sebagai penjual) dapat menerima pendapatan diluar marjin keuntungan seperti biaya administrasi dan biaya lain yang dapat dikaitkan langsung dengan pembiayaan Murabahah. Selain menerima pendapatan tersebut, Lembaga Keuangan Syariah juga mungkin menanggung beban yang terkait langsung dengan pembiayaan Murabahah, seperti biaya komisi, biaya survei, dan biaya lain. Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah atas komponen beban tersebut beragam, sebagian mengakui secara langsung sebagai beban pada periode berjalan, sebagian yang lain mengakui sebagai beban selama masa/periode akad. Bultek 5 diterbitkan oleh DSAS dengan tujuan untuk menyeragamkan perlakuan akuntansi atas pendapatan serta biaya yang timbul dari transaksi Murabahah, di luar biaya perolehan barang dan marjin keuntungan. Ketika timbul pendapatan dan biaya yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah, maka Lembaga Keuangan Syariah (dalam hal ini bertindak sebagai penjual) mengakui seluruh pendapatan dan biaya tersebut selaras dengan pengakuan keuntungan Murabahah yang diatur dalam PSAK 102 seperti di bawah ini. Penyelesaian transaksi Risiko piutang Beban pengelolaan dan penagihan piutang Pengakuan keuntungan Murabahah Tunai atau secara tangguh tidak melebihi satu tahun - - Saat penyerahan barang Kecil Kecil Saat penyerahan barang Relatif besar Kecil Ditangguhkan lebih dari satu tahun Kecil Relatif besar Proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang Murabahah Relatif besar Relatif besar Besar Besar Saat seluruh piutang Murabahah berhasil ditagih* *) metode ini jarang dipakai karena transaksi Murabahah tangguh kemungkinan besar tidak akan terjadi jika tidak terdapat kepastian yang memadai atas penagihan kas. Untuk nasabah (dalam hal ini bertindak sebagai pembeli), biaya transaksi yang timbul dari transaksi Murabahah diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset, sesuai dengan ketentuan di PSAK 16 Aset Tetap paragraf 16. Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 5

Bultek 9 Penerapan Metode Anuitas dalam Murabahah Pada tanggal 21 Desember 2012, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluarkan Fatwa No. 84/DSN- MUI/XII/2012 mengenai Metode Pengakuan Keuntungan pembiayaan Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah. Fatwa tersebut menyatakan bahwa pengakuan keuntungan Murabahah secara proporsional boleh dilakukan selama masih sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di kalangan Lembaga Keuangan Syariah. Fatwa tersebut juga menyatakan bahwa pengakuan keuntungan pembiayaan Murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas selama sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di kalangan Lembaga Keuangan Syariah. Akuntansi Pembiayaan Murabahah secara Anuitas Pembiayaan Murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas secara substansi dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing). Akuntansi untuk pembiayaan Murabahah yang substansinya dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan mengacu pada PSAK 50 (Revisi 2010) Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55 (Revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, serta PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Termasuk dalam pengaturan pada PSAK tersebut adalah akuntansi penurunan nilai, pengungkapan risiko secara kualitatif dan kuantitatif yang timbul dari pembiayaan Murabahah. Bultek 9 diterbitkan oleh DSAS dengan tujuan untuk menyeragamkan perlakuan akuntansi atas pembiayaan Murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas. Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 6

Pengalaman Deloitte Deloitte memiliki pengalaman yang luas dalam membantu entitas lokal maupun multinasional dalam implementasi PSAK 50 (Revisi 2010), PSAK 55 (Revisi 2011) dan PSAK 60 dari berbagai macam jenis industri, ukuran dan kompleksitas. Tenaga ahli Deloitte memiliki pengalaman yang mendalam terhadap industri, serta memiliki akses yang tidak terbatas kepada Subject Matter Expert (SME) dari jaringan Deloitte dan afiliasianya di seluruh dunia. Modeling penurunan nilai secara kolektif dan back-testing Pengenalan incurred loss approach dalam perhitungan penurunan nilai telah meningkatkan transparansi, konsistensi dan akurasi dari cadangan kerugian penurunan nilai yang dilaporkan dan dilakukan oleh bank di Indonesia sejak 2010. Deloitte dalam hal ini telah menciptakan model penurunan nilai yang komprehensif, modul validasi dan pengujian back-testing untuk membantu manajemen dalam melakukan implementasi dari persyaratan PSAK 55 (Revisi 2011) dan sesuai dengan persyaratan Bultek 9 Penerapan Metode Anuitas dalam Murabahah. Dengan berfokus pada peningkatan pelaporan pembiayaan, Deloitte memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mendalam untuk: Membangun model independen, rekalkulasi, validasi dan back-testing matrik pembiayaan, termasuk perhitungan PD (probability of default), LGD (loss given default), EAD (exposure at default) untuk perhitungan penurunan nilai pembiayaan berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011). Memberikan solusi pelaporan interim atau permanen dengan fokus yang kuat dalam analisis, untuk manajemen yang belum memiliki pelaporan pembiayaan secara kuantitatif yang memadai dan mengisi kesenjangan sementara ketika sistem baru masih dalam pengembangan. Melakukan validasi independen yang hasilnya dapat digunakan sebagai dokumen pendukung untuk auditor eksternal atau regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ). Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 7

Manajemen risiko dan kontrol Lembaga Keuangan Syariah harus menentukan bagaimana merespon risiko yang dihadapi dalam aktivitas bisnisnya. Manajemen risiko mencerminkan serangkaian kegiatan untuk memastikan hasil yang terbaik dan/atau untuk mencapai konsekuensi paling mendekati prediksi setelah kejadian. Dalam hal ini Deloitte memiliki pengalaman yang mendalam untuk melakukan pengukuran, monitoring dan manajemen risiko instrumen keuangan yang meliputi: Risiko yang terkait dengan risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, manajemen aset dan liabilitas dan penilaian model manajemen risiko. Penerapan persyaratan PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan, sesuai dengan persyaratan Bultek 9 Penerapan Metode Anuitas dalam Murabahah. Pelatihan, akuntansi keuangan dan pelaporan lainnya Lembaga Keuangan Syariah dipengaruhi oleh sejumlah besar risiko termasuk di dalamnya kepatuhan terhadap peraturan baru dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang harus diterapkan oleh entitas dan mungkin memiliki dampak yang signifikan. Dengan bantuan tenaga ahli yang memikili pengetahuan teknis yang luas dan mendalam terhadap bisnis dan industri, Deloitte telah melakukan berbagai macam penugasan yang terdiri dari: Seminar dan pelatihan SAK terbaru. Jasa kepatuhan terhadap peraturan regulator dan konsultasi. Pendampingan dalam penyusunan kebijakan akuntansi dan prosedur. Asistensi dalam penyusunan daftar Chart of Accounts (COA) bisnis unit untuk mendefinisikan setiap kelas item dan transaksi. Asistensi dalam penyusunan laporan keuangan Asistensi terkait penyajian, pengakuan dan pengukuran dari instrumen keuangan berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2010) dan PSAK 55 (Revisi 2011) serta Bultek 5: Pendapatan dan biaya terkait Murabahah. Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 8

Notes Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 9

Kontak Rosita Uli Sinaga FSI / Audit Advisory Services Leader Tel: +62 21 2992 3100 ext. 32555 rsinaga@deloitte.com Jakarta The Plaza Office Tower 32nd Floor Jl. M.H. Thamrin Kav 28-30 Jakarta 10350, Indonesia Tel. +62 21 2992 3100 Fax. +62 21 2992 8200, 29928300 Surabaya Gedung Bumi Mandiri, 10th Floor (Room 1003-04) Jl. Jend. Basuki Rachmat 129-137 Surabaya 60271, Indonesia Tel. +62 31 546 0888, 532 4342 Fax. +62 31 547 7800 www.deloitte.com/id Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 10

Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 11

Deloitte mengacu pada satu atau lebih dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited, suatu perusahaan terbatas swasta Inggris (a private company limited by guarantee), dan jaringan anggotanya, yang masing-masing merupakan badan hukum yang terpisah dan independen. Silakan mengunjungi www.deloitte.com/about untuk penjelasan rinci tentang struktur hukum Deloitte Touche Tohmatsu Limited dan anggotanya. Deloitte menyediakan jasa audit, pajak, konsulting, dan layanan penasehat keuangan bagi klien publik dan swasta dari berbagai industri. Dengan jaringan global yang menghubungkan anggotanya di lebih dari 150 negara, Deloitte mempersembahkan kemampuan kelas dunia dan layanan berkualitas tinggi bagi klien, memberikan pandangan yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan bisnis yang paling kompleks. Deloitte memiliki sekitar 200.000 tenaga profesional yang berkomitmen untuk menjadi standar keunggulan. Tentang Deloitte Southeast Asia Deloitte Southeast Asia Ltd anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited yang terdiri dari praktisi-praktisi Deloitte yang beroperasi di Brunei, Guam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam didirikan untuk memberikan nilai yang terukur terhadap tuntutan yang semakin meningkat antar regional dan perusahaan-perusahaan yang bertumbuh pesat. Meliputi 250 partner dan 5.500 tenaga profesional di 22 lokasi kantor, anak perusahaan dan afiliasi Deloitte Southeast Asia Ltd menggabungkan keahlian teknis dan pengetahuan industri yang mendalam untuk memberikan layanan yang konsisten dan berkualitas tinggi bagi perusahaan-perusahaan di wilayah tersebut. Semua jasa diberikan oleh praktisi-praktisi di negara masing-masing, anak perusahaan dan afiliasinya yang merupakan badan hukum terpisah dan independen. Tentang Deloitte Indonesia Di Indonesia, jasa diberikan oleh Osman Bing Satrio & Eny. 2013 Osman Bing Satrio & Eny Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 12