PENGEMBANGAN PARIWISATA MINAT KHUSUS KESENIAN TRADISIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

TUGAS MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS POTENSI PARIWISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI PELUANG BISNIS

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

SANGGAR SENI TARI DAN BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

2015 PENGARUH SERVICE RECOVERY DAN CUSTOMER EMOTIONS TERHADAP KEPUASAN TAMU DI GRAND SERELA SETIABUDHI HOTELBANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. suku, ras, agama dan kebudayaan. Kemajemukan yang lahir ini justru. para generasi penerus sebagai asset bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PUSAT INFORMASI, PROMOSI DAN PERDAGANGAN KERAJINAN BATIK SURAKARTA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara yang sedang berkembang adalah pariwisata 1. termasuk salah satu negara berkembang yang berprospek cerah dan patut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PARIWISATA MINAT KHUSUS KESENIAN TRADISIONAL Hartono 1 Abstrak Indonesia mempunyai banyak objek wisata baik wisata budaya, wisata buatan manusia, ataupun wisata alam. Peluang Indonesia untuk menjadi pemasok turis terbesar di ASEAN bahkan ASIA masih terbuka lebar karena Indonesia memiliki kemajemukan tradisi dan budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata minat khusus. Keutamaan dan nilai positif pengemasan kesenian tradisional baik berupa tari, musik, batik, ataupun kerajinan tangan, di samping merupakan upaya-upaya pelestarian, juga untuk pengembangan kesenian itu sendiri, sebagai sarana kreatifitas seniman, serta juga dalam upaya pengenalan keluar. Selain hal tersebut juga mempunyai unggulan kompetitif untuk bersaing dengan objek wisata negara lain. Kata kunci: wisata minat khusus, kesenian tradisional. Pendahuluan Nilai positif yang dapat dipetik dari kegiatan kepariwisataan lebih khussus pariwisata minat khusus di antaranya adalah mengangkat citra bangsa Indonesia di mata internasional karena saat ini nama bangsa Indonesia sedang merosot, sedang nilai positif lain yang dapat diperoleh adalah : (1) untuk memelihara dan mengembangkan segala macam bentuk kesenian yang berada di kawasan Indonesia, (2) sebagai upaya meningkatkan pendapatan nasional maupun daerah Banyak objek wisata di Indonesia, baik wisata budaya, wisata buatan manusia, ataupun wisata alam. Sektor pariwisata tersebut merupakan salah satu komoditi yang tidak dapat diabaikan untuk meningkatkan devisa negara dan pendapatan daerah. Pada tahun 1995-2005, industri pariwisata dunia melonjak dua kali lipat, serta memberikan tambahan kesempatan kerja (Soeprapto, 1997 :1). Lebih lanjut Soeprapto 1 Penulis adalah Magister Pendidikan dan dosen Jurusan Pendidikan Drama, Tari, dan Musik FBS Universitas Negeri Semarang sekarang sedang menyelesaikan studi di UNJ Program PUD, 1

menjelaskan bahwa kawasan Asia Pasifik menjadi kawasan yang paling tinggi pertumbuhan pariwisatanya serta paling dinamis di dunia. Pertumbuhan yang mantap untuk sampai tahun 2010, Asia Pasifik merebut pangsa pasar pariwisata dunia dari 14 % menjadi 20 % dihitung dari jumlah wisman (Soeprapto 1997:1). Sebuah survai yang dilakukan atas 400 pembuat kebijakan dan opini 20 negara, menyatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu dari empat industri jasa unggulan yang akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan perekonomian global (Spillane 1997:3). Beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya hal tersebut adalah : (a) sektor pariwisata merupakan penyumbang ekonomi terkemuka di dunia, menghasilkan 10,6 % produk nasional bruto dunia; (b) sektor pariwisata adalah produsen terkemuka dalam memberikan pendapatan pajak yang mencapai sekitar $ 3,4 triliun; dan (c) sektor pariwisata merupakan 10,9 % dari semua belanja konsumen, 11,7 % dari semua investasi modal dan 6,9 % dari semua belanja pemerintah (Spillane 1997:3). Saat ini, sektor pariwisata dunia dikuasai oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Namun abad 21 ini, menurut Geoffrey Lipman Presiden World Trevel and Tourism Council (dalam Spillane 1997:3), akan terjadi gelombang pariwisata ke Asia. Oleh karena itu bagi Indonesia keberadaan sektor pariwisata sangat penting untuk dikembangkan. Indonesia mempunyai peluang untuk menjadikan pemasok turis terbesar di ASEAN bahkan di Asia masih terbuka lebar, karena sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang mempunyai unggulan kompetitif untuk bersaing dengan objek wisata negara lain (Spillane 1997: 4). Untuk mendukung hal tersebut perlu diupayakan penggalian, pengembangan potensi wisata yang ada di Indonesia, dengan tujuan agar kunjungan wisata meningkat. Oleh karena itu, terkait dengan kepariwisataan, perlu diupayakan pengemasan yang menunjang sektor pariwisata lebih khusus yang berkaitan dengan wisata minat khusus. Hampir di seluruh wilayah Indonesia terdapat objek wisata yang berpotensi untuk dikemas sebagai tujuan wisata minat khusus. Di antaranya objek wisata alam, sejarah, 2

dan budaya. Objek wisata yang memiliki berbagai keunikan dan ragamnya, di antaranya berupa kesenian, masakan, adat, upacara, batik, dan kerajinan. Berkaitan dengan kesenian tradisional, hampir di setiap pelosok desa atau kecamatan memiliki berbagai ragam kesenian. Kesenian-kesenian yang ada sangat menarik untuk dilestarikan, digali, dikembangkan, dan dikemas sebagai komoditi industtri pariwisata, lebih khusus industri wisata minat khusus. Hal tersebut juga sangat bermakna sebagai identitas bangsa. Berdasarkan berbagai alasan di atas Indonesia dengan kekhasan budayanya patut untuk dijadikan sebagai tujuan wisata minat khusus. Namun demikian yang menjadi permasalahan pokok adalah upaya apa untuk mewujudkan harapan tersebut?. Wisata Minat Khusus Mantapnya perkembangan ekonomi berbagai kawasan dunia secara otomatis mendorong peningkatan kesejahteraan dan kemampuan ekonomi masyarakat untuk mengalokasikan dananya pada aspek-aspek di luar kebutuhan pokok, seperti untuk kegiatan liburan atau melakukan kegiatan wisata. World Tourism Organization (WTO) memprediksikan pertumbuhan kunjungan wisata tahun 2010 jumlah kunjungan 1.018.000.000 orang, penerimaan yang diperoleh dari pariwisata US $1,5 trilliun (WTO dalam Parikesit dan Hernowo, 1997:1). Hal tersebut karena pada kelompok pasar matur dan berpengalaman, tingkat motivasi wisatawan sudah berubah yang semula sekedar keinginan untuk rekreasi atau rekreasi biasa sebagai kebutuhan fisik, namun kemudian lebih berorentansi pada motivasi pengembangan diri (self esteem/ develepment), aktualisasi diri atau kebutuhan akan penghargaan. Wisatawan semakin kritis dan memiliki keinginan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata serta melakukan sesuatu kegiatan untuk mendapatkan pengalaman yang berharga bagi pengembangan diri (Parikesit dan Hernowo 1997:2). Dalam melakukan perjalanannya wisatawan bukan lagi bertujuan untuk melihat atau mengunjungi banyak daerah tujuan wisata dengan banyak keragaman atraksi, melainkan lebih menekankan pada kekayaaan pengalaman yang didapatkan melalui keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Implikasi dari kecenderungan tersebut adalah semakin diminatinya jenis-jenis produk wisata khusus yang menekankan unsur-unsur penggalian pengalaman (experience), 3

wawasan dan pengetahuan dalam bentuk keterlibatan aktif wisatawan pada suatu jenis kegiatan tertentu dengan objek khusus (wisata minat khusus). Wisata minat khusus adalah suatu bentuk perjalanan wisata, di mana wisatawan melakukan perjalanan atau mengunjungi suatu tempat karena memiliki suatu minat atau motivasi khusus mengenai suatu jenis objek atau kegiatan yang dapat ditemui atau dilakukan di sebuah lokasi wisata (Read, 1980). Weiler and Colin (1992) menjelaskan bahwa wisata minat khusus bertumpu pada dua hal pokok, yakni: (1) novelty seeking yaitu motivasi pada pencarian terhadap objek dan daya tarik wisata yang unik dan baru, atau pencarian / eksplorasi terhadap lokasi-lokasi baru lebih menantang untuk jenis atraksi wisata yang diamati, (2) quality seeking, yaitu motivasi pada pencarian terhadap bentuk-bentuk objek dan daya tarik wisata yang mampu memberikan nilai manfaat yang berarti bagi wisatawan, nilai pengkayaan atau pengembangan diri (enriching), nilai tantangan atau petualangan, serta nilai pengetahuan atau wawasan baru. Pengalaman yang berkualitas (quality experience), dalam hal ini akan diperoleh melalui unsur partisipatori atau keterlibatan aktif wisatawan baik secara fisik, mental, atau emosional terhadap objek-objek atau kegitan wisata yang diikuti. Oleh karena itu keterlibatan aktif wisatawan menjadi elemen kunci dalam pengembangan wisata minat khusus. Dengan demikian wisatawan terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan di lokasi yang dikunjungi, baik yang terkait dengan lingkungan fisik alam maupun sosial budaya / komunitas, misalnya tinggal di suatu komunitas pedesaan kemudian aktif belajar tari tradisi dan adat istiadat. Banyaknya sanggar tari baik tradisional maupun klasik, serta beraneka ragam objek wisata yang ada di Indonesia, akan memberikan bekal pengalaman (experience oriented holiday) yang diwujudkan melalui keterlibatan aktif wisatawan dalam suatu kegiatan belajar tari tradisi dan budaya setempat. Di samping hal tersebut, dengan belajar tari tradisional wisatawan akan memperoleh nilai manfaat yang dapat bertahan lama atau langgeng, sebagai perwujudan dari motivasi pengembangan diri. Kebanggaan, dan aktualisasi diri melalui komunitas lokal akan menjadi menarik bagi wisatawan dan hal tersebut akan diikuti sepanjang perjalanan wisatanya. Faktor lain yang menarik adalah pelestarian dan perhatian terhadap aspek lingkungan dan sosial 4

budaya pada lokasi pariwisata, sehingga wisatawan merasakan kepuasan selama perjalanan wisatanya. Bagi Indonesia sektor pariwisata diharapkan menjadi industri sebagai penghasil devisa nomor satu, menggeser kedudukan migas dan tekstil. Pada tahun 2005 diperkirakan akan ada kunjungan jutaan wisatawan dengan menghasilkan milyaran dolar AS. Untuk mewujudkan itu perlu kesiapan dan persiapan yang matang. Tanpa perencanaan dan penyusunan rencana, serta pengemasan yang profesional, mustahil dapat menarik minat dan motivasi wisatawan minat khusus berkunjung ke Indonesia (Hal dan Weiter dalam Parikesit dan Hernowo 1997:3). Salah satu ciri wisata minat khusus adalah adanya quality experience. Quality experience dalam wisata minat khusus didapat dengan partisipasi aktif. Dengan partisipasi aktif wisatawan, seluruh fisik maupun psikis akan turut merasakan terhadap objek-objek atau kegiatan wisata yang diikutinya. Parikesit dan Harnowo (1997:3-4) menjelaskan ciri dan karekteristik produk yang diminati wisatawan minat khusus. Pertama, perjalanan wisata yang memberi nilai pengalaman yang diwujudkan melalui keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan, dalam menghadapi tantangan, fantasi serta pengalaman-pengalaman eksotik, lebih dari sekadar kegiatan wisata konvensional yang cenderung pasif. Kedua, perjalanan wisata yang memberi nilai manfaat tahan lama, sebagai perwujudan dari motivasi pengembangan diri, peningkatan rasa percaya diri/ kebanggaan, serta aktualisasi diri melalui bentuk-bentuk interaksi yang mendalam dengan lingkungan alam dan budaya/ komunitas lokal. Wisatawan akan semakin selektif dalam memilih jenis kegiatan yang akan mereka ikuti selama melakukan wisata. Ketiga, perhatian pada kelestarian lingkungan. Wisatawan semakin menyadari untuk menempatkan prinsip-prinsip pelestarian dan perhatian terhadap aspek lingkungan fisik dan sosial pada lokasi di mana pariwisata tumbuh dan berkembang, sehingga jenis-jenis produk wisata akan ditekankan pada penghayatan dan kelestarian lingkungan alam dan budaya. Keempat, sepadan dengan nilai-nilai uang yang dikeluarkan. Wisatawan tidak lagi mengejar produk yang murah untuk tujuan wisata, tetapi berani membayar dengan harga lebih untuk nilai kualitas pengalaman yang diperoleh dari kunjungan wisata mereka (value for money). 5

Salah satu strategi untuk dapat mewujudkan itu diperlukan pengelolaan atau menejemen yang baik. Menejemen yang baik berpegang pada upaya peningkatan mutu yang terus-menerus dan berkesinambungan serta memperhatikan kepuasan pada pelanggan. Dari peningkatan mutu yang terus menerus dan kepuasan pada pelanggan ini diharapkan akan diperoleh hasil yang memuaskan. Potensi Kesenian Tradisional sebagai Industri Wisata Minat Khusus Pengkajian-pengkajian seni tradisional khususnya seni tradisi Jawa banyak dilakukan oleh cendikiawan-cendikiawan asing. Misalnya Jaap Kurst dan Mark Perlman melakukan studi yang mendalam tentang seni karawitan, Alan Feinstein tentang pedalangan, Jennifer Linsay tentang wayang wong di Keraton Yogyakarta (dalam Kusnadi 1995). Banyaknya kajian yang dilakukan oleh orang asing akan tetapi belum banyak diikuti kajian-kajian yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia sendiri, mengakibatkan minimnya buku-buku tentang seni pertunjukan Indonesia karya orang Indonesia yang beredar di pasaran. Akibatnya usaha-usaha transformasi budaya dan moral mengalami banyak hambatan. Seni tradisi bukan hanya sebagai seni praktis yang secara visual terlihat, tetapi di balik itu semua dapat mengungkapkan perilaku manusia, yang tersusun dengan maksud tertentu (Suhartono 1981: 41). Banyak nilai yang dapat diambil dari yang terkandung dan terungkap melalui karya seni tradisional. Seni tradisi dapat memulihkan keseimbangan manusia dengan kehidupan. Bila secara wajar seni tradisi dapat digunakan untuk terapi, hiburan, atau sebagai ungkapan disiplin seni, maka dapat digunakan untuk alat sebagai proses atau sebagai produk dalam pendidikan (Suhartono 1981: 52). Menurut Sedyawati (1986:4) fungsi kegiatan tari adalah untuk menumbuhkan situasi berkembang, untuk rekreasi, sebagai sarana pembinaan rasa berkumpul, sarana pembinaan mental, sebagai pelengkap kejayaan lembaga, kelompok atau anggota masyarakat, sebagai sarana penyajian kepada yang gaib, dan sebagai pengukur kekuatan magis. 6

Lebih jauh Soerjobrongto (1976:3) menjelaskan kesenian tradisional mengandung teori tentang wiraga, wirama, dan wirasa sebagai konsep yang harus selalu diperhatikan. Konsep ini tertuang dalam definisi tari sebagai berikut: Ingkang kawastanan joged inggih punika ebahing sadaya saranduning badan kasarengan ungeling gangsa (gamelan) katata pikantuk kalian wiramaning gendhing jumbuhing pasemon kalian pikajenging joged (yang dimaksud tari adalah gerak dari seluruh anggota badan, diiringi dengan bunyi/suara gamelan, yang disusun berdasarkan irama gending serta kesesuaian antara ekspresi dan maksud tarian). Wiraga merupakan salah satu elemen baku yang secara visual merupakan wujud gerak (gerak anggota badan). Wirama merupakan aspek ritme berdasarkan irama gendhing atau instrumen pengiring yang disesuaikan dengan kebutuhan ritme gerak tari, seperti seseg, reb, kendho, ladrang irama I, ketawang irama II, dan lain sebagainya. Wirasa merupakan ekspresi penari yang disesuaikan dengan maksud tarian. Dalam penerapannya, ketiga unsur tersebut akan saling berkaitan sebagai satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa wiraga merupakan aspek kuantitas tari atau wujud lahiriah yang berupa motif-motif gerak. Banyaknya kesenian tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia, dan beraneka ragam jenis, bentuk, maupun isi adalah suatu hal yang menakjubkan apabila dikemas dengan tidak meninggalkan makna atau filosofi kesenian tradisional itu sendiri. Sisi yang menguntungkan saat ini, dengan terjadinya proses internasionalisasi dari masyarakat global adalah tambahan minat terhadap kebudayan lain, di samping juga kemajuan dalam bidang transpotasi dan teknologi yang berarti bahwa orang dari kelas menengah ke atas sekarang dapat pergi kemana-mana. Indonesia terkenal sebagai negara yang paling menarik di bidang wisata budaya dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara (Spillane:2001:10). Lebih jauh Spellane menjelaskan bahwa Indonesia, dalam bidang wisata budaya pada tingkat internasional harus lebih banyak belajar dari negara lain ( misalkan Thailand dan Singapura) khususnya melalui dokumentasi dan informasi yang tersedia. Sasaran utama untuk wisata minat khusus adalah negara Eropa karena situasi ekonomi membaik dan orang Eropa pada umumnya mempunyai minat pada kebudayan yang tinggi, serta sangat menghargai kesenian yang bermutu dan bervariasi. 7

Upaya untuk memajukan kepariwisataan lebih khusus pariwisata minat khusus, perlunya kerjasama antara komunitas para seniman dan industri pariwisata. Kerjasama tersebut di antaranya dalam upaya penyelamatan kesenian tradisional yang dilakukan oleh pariwisata seperti batik, tarian klasik, tarian kerakyatan. Pemandu wisata harus berusaha secara kritis. Pihak seniman, pengelola seni maupun seniman perlu kerja yang terencana, dan terprogram, sehingga baik penyelenggara wisata maupun pengelola seni ada senergi yang berkesinambungan. Penutup Wisata minat khusus kesenian tradisional di samping dapat sebagai salah satu andalan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, juga berfungsi untuk lebih menghidupkan dan melestarikan kesenian lebih khusus kesenian tradisional yang ada di Indonesia. Untuk dapat dan memungkinkan tercapainya harapan tersebut, salah satu jalan yang perlu ditempuh dengan segera ialah dirumuskan bentuk atau model pariwisata minat khusus kesenian tradisional. Dengan pariwisata minat khusus para wisatawan akan memiliki pengalaman dan nilai manfaat yang tahan lama, serta memiliki kesadaran untuk lebih menghargai kesenian tradisional. Daftar Pustaka Kusnadi.1996. Makna Tari Srimpi. Yogyakarta: FBS Yogyakarta. Parikesit, Danang dan Hernowo.1997. Prospek dan strategi pengembangan wisata minat khusus di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Gegama, 8 September 1997 di Yogyakarta. Read, Stanton E,.1980. A Prime Forcein the Ekspansion of Tourism in the next Decede: Special Interest Trevel dalam Intourism Marketing and Managemen Issues, Hawkins, DEb; Shafer, E.L; and Revelstod, JM (eds) Washington, DC: The GeorgeWashington University. Sedyawati, Edi. 1986. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. 8

Soeprapto,Nugroho. 1997. Aspek Penawaran Pariwisata Indonesia dalam Pengembangan Wisata Minat Khusus dan Hubungannya dengan generasi Muda. Makalah Seminar Nasional Gegama, 8 September 1997 di Yogyakarta. Soerjobrongto.1976. Kawruh Joged Mataram. Yogyakarta, Dewan Ahli Yayasan Siswa Among Beksa (YSAB) Yogyakarta. Suhartono 1981. Pendidikan Seni dan Apresiasi Untuk PGTK. Semarang: STIK Pres. Spillane, James, S.J. 2001. Gastronomi Sebagai Contoh dalam Lembaga Seni Pertunjukan: Sejauh Setiap Keinginan Wisata Harus Dipuaskan. Makalah Serial Seminar Seni Pertunjukan Indonesia 1998-2001Seri VIII "Seni Pertunjukan dan Pariwisata" Februari 2001 Surakarta. Spillane, James,S.J. 1997. Wisata Minat Khusus Sebagai Sektor Andalan dalam Pariwisata Indonesia: Ekoturism dan Wisata Bahari. Makalah Seminar Nasional Gegama, 8 September di Yogyakarta. Weiler, Betty and Colin. 1992. Spesial Interest Tourism. London : Bellhaven Press. 9