153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui Model Pembelajaran snowball throwing. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A SMP Negeri l Wonoayu yang berjumlah 36 peserta didik terdiri atas 15 peserta didik lelaki dan 21 peserta didik perempuan. Tahapan penelitian ini dilakukan 2 siklus. Hasil penelitian pengunaan model pembelajaran snowball throwing menunjukan bahwa hasil dari siklus I ketuntasan belajar sebesar 50% sedangkan siklus II mencapai 94%. Aktivitas belajar peserta didik rata rata siklus I memperoleh persentase 69% dan siklus II 86% dengan kriteria sangat baik, terjadi peningkatan rata rata sebesar 17% sehingga keduanya dikategorikan sangat tinggi. Kata Kunci: hasil belajar, model snowball throwing. PENDAHULUAN Pendidik adalah ujung tombak pembelajaran. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang pendidik sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi peserta didik. Berdasarkan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: 1.) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2.) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3.) warga negara yang demokratis, Tujuan di atas ditunjang pula oleh pembelajaran IPS. Dengan demikian pembelajaran IPS harus dapat terlaksana dengan baik, sehingga diminati oleh peserta didik. 153
154 Pendidik yang profesional sama dengan pendidik yang efektif. Pendidik yang profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif (Suyanto, 2001), menurut Gray A. Davis dan Margaret A. Thomas (dalam Suyanto, 2000). Paling tidak ada empat kelompok besar ciri ciri pendidik yang efektif, yakni 1.) memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas; 2.) memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi managemen pembelajaran; 3.) memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement) dan 4.) memiliki kemampuan yang terkait dengan kemampuan pengendalian diri. Dari gambaran keadaan diatas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar kelas VIIA secara klasikal belum tuntas, karena baru mencapai 42 % atau kurang dari 85 % peserta didik yang tuntas atau mendapatkan nilai minimal 75. Kondisi yang demikian mendorong peneliti untuk mengadakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran dengan mencoba melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui penerapan model snowball throwing yang diharapkan dapat menjadi strategi untuk menarik minat peserta didik dalam belajar. Dengan penerapan model ini diharapkan akan dapat menumbuhkan perhatian peserta didik terhadap mata pelajaran IPS, karena peserta didik akan aktif mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Komalasari (2011) mengemukakan bahwa Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan peserta didik dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di padukan melalui satu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.
155 Adapun menurut Suprijono (2012) langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut: 1.) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai; 2.) Guru membentuk peserta didik berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; 3.) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; 4.) Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; 5.) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 5 menit; 6.) Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian; 7.) Evaluasi; 8.) Penutup. Berangkat dari latar belakang di atas, permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam peneltihan ini adalah sebagai berikut: 1.) Apakah pembelajaran model snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada peserta didik kelas VIIA SMP Negeri 1 Wonoayu?; 2.) Apakah pembelajaran model snowball throwing memiliki kelebihan dibanding model pembelajaran yang lain dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada peserta didik kelas VIIA SMP Negeri 1 Wonoayu?; 3.) Apakah pembelajaran model snowball throwing dapat memotivasi peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada kelas VIIA SMP Negeri 1 Wonoayu? Sesuai dengan judul skripsi di atas penelitian ini bertujuan untuk: 1.) Mengetahui adanya peningkatan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran snowball throwing; 2.) Bahwa model snowball throwing memiliki kelebihan dibanding model pembelajaran yang lain selama mengikuti pelajaran IPS; 3.) Untuk mengetahui bahwa pembelajaran model snowball throwing dapat memotivasi peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar IPS
156 METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VIIA SMP Negeri 1 Wonoayu tahun 2014/2015 yang berjumlah 37 peserta didik. Materi pelajaran IPS penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 2009), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Tahapan tahapan di dalam tiap siklus dalam PTK Berdasarkan tahapan tahapan PTK seperti gambar 1 maka dapat dijabarkan tahapan pada setiap siklusnya sebagai berikut: Siklus I Pada siklus I dilakukan tahapan sebagai berikut: 1.) Perencanaan meliputi: a.) Merancang RPP lengkap tentang sub sub tema kegiatan ekonomi dan pemanfaatan potensi sumber daya alam; b.) Menyiapkan media yang diperlukan, yaitu bagan ditulis dikertas manila; c.) Menyiapkan instrumen observasi; d.)
157 Melaksanakan koordinasi dengan observer, cameramen, dan peserta didik; e.) Menyusun kelompok belajar peserta didik, 6 peserta didik per kelompok. 2.) Pelaksanaan dan observasi: a.) Melaksanakan pembelajaran sesuai rencana, dan meminta observer membantu melakukan pengamatan; b.) Melaksanakan penilaian keaktifan peserta didik; c.) Melaksanakan Ulangan Harian ke 1. 3.) Refleksi: a.) Melakukan refleksi bersama observer dan peserta didik, memperhatikan hasil ulangan harian; b.) Mencatat hal - hal penting untuk menyusun RPP pada siklus kedua Siklus II Pada siklus II dilakukan tahapan sebagai berikut: 1.) Perencanaan meliputi: a.) Merevisi RPP tentang sub sub tema kegiatan ekonomi dan pemanfaatan potensi sumber daya alam berdasarkan refleksi pada siklus I; b.) Menyusun perangkat soal tes; c.) Koordinasi dengan kolaborator. 2.) Pelaksanaan dan observasi : a.) Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP; b.) Mencatat semua kejadian selama PBM berlangsung; c.) Melaksanakan penilaian kinerja peserta didik; d.) Melaksanakan Ulangan Harian ke -2. 3.) Refleksi yaitu: a.) Melakukan refleksi dengan kolaborator dan peserta didik; b.) Mencatat hal hal penting untuk menyusun RPP selanjutnya. Berdasarkan diskripsi dari kedua siklus yang dilaksanakan maka indikator keberhasilan dianggap berhasil bilamana pada akhir siklus II mencapai nilai KKM yaitu 75 atau 75%. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIIA SMP Negeri 1 Wonoayu yang berjumlah 36 peserta didik dan 1 peserta didik anak berkebutuhan khusus. Sumber data yang lain adalah dari tim observer dalam kegiatan. Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa hasil tes dari setiap siklus, dan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi tim terhadap pelaksanaan pembelajaran. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester genap tahun pelajaran 2014 2015.
158 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Persentase peserta didik yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I dikategorikan dalam tabel berikut : Tabel 1. Kategori Skor Aktivitas Peserta didik Siklus I Skor Frekuensi Persentase Kategori Keterangan 1 19 - - sangat rendah tidak aktif 20 39 3 8% rendah kurang aktif 40 59 10 28% sedang cukup aktif 60 79 4 11% tinggi aktif 80 100 19 53% sangat tinggi sangat aktif Jumlah 36 100% Sumber: data diolah, (2015) Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Perolehan Nilai Tes pada Siklus I No. Nilai Keterangan 1 40 Remidi 2 90 Tuntas 3 95 Tuntas 4 100 Tuntas 5 55 Remidi 6 80 Tuntas 7 100 Tuntas 8 40 Remidi 9 100 Tuntas 10 60 Remidi
159 11 85 Tuntas 12 55 Remidi 13 60 Remidi 14 45 Remidi 15 60 Remidi 16 85 Tuntas 17 55 Remidi 18 100 Tuntas 19 55 Remidi 20 35 Remidi 21 60 Remidi 22 85 Tuntas 23 55 Remidi 24 55 Remidi 25 80 Tuntas 26 45 Remidi 27 100 Tuntas 28 80 Tuntas 29 75 Tuntas 30 80 Tuntas 31 45 Remidi 32 90 Tuntas 33 100 Tuntas 34 30 Remidi 35 100 Tuntas 36 30 Remidi Jumlah 2505 Rata-rata 70 Jumlah Tuntas (%) 18 (50%) Jumlah Remidi (%) 18 (50%) Sumber : Data diolah (2015) Dari tabel 2, di atas dapat diketahui bahwa hasil perolehan nilai tes pada Siklus I terdapat 18 peserta didik (50%) remidi, sedangkan yang tuntas belajar hanya 18 orang (50%). Hasil tes pada siklus I juga belum memenuhi target ketuntasan (KKM). Rata-rata tes hanya mencapai nilai 70 dari target KKM nilai 75. Sementara persentase ketuntasan belajar yaitu peserta didik yang mencapai nilai 75 atau lebih hanya 50%. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I yang telah dilakukan, peneliti bersama mitra kolaborasi mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan
160 dilakukan pada siklus II. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Persentase peserta didik yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus II dikategorikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Kategori Skor Aktivitas Peserta didik Siklus II Skor Frekuensi Persentase Kategori Keterangan 1 19 - - sangat rendah tidak aktif 20 39 - - rendah kurang aktif 40 59 sedang cukup aktif 60 79 8 22% tinggi aktif 80 100 28 78% sangat tinggi sangat aktif Sumber: data diolah, (2015) Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Perolehan Nilai Tes pada Siklus II No. Nilai Keterangan 1 75 Tuntas 2 90 Tuntas 3 95 Tuntas 4 100 Tuntas 5 75 Tuntas 6 80 Tuntas 7 100 Tuntas 8 75 Tuntas 9 100 Tuntas 10 75 Tuntas 11 85 Tuntas
161 12 75 Tuntas 13 75 Tuntas 14 75 Tuntas 15 75 Tuntas 16 85 Tuntas 17 75 Tuntas 18 100 Tuntas 19 75 Tuntas 20 75 Tuntas 21 75 Tuntas 22 85 Tuntas 23 70 Remidi 24 75 Tuntas 25 80 Tuntas 26 75 Tuntas 27 100 Tuntas 28 80 Tuntas 29 75 Tuntas 30 80 Tuntas 31 65 Remidi 32 90 Tuntas 33 100 Tuntas 34 75 Tuntas 35 100 Tuntas 36 75 Tuntas Jumlah 2960 Rata-rata 82 Jumlah Tuntas (%) 34 (84%) Jumlah Remidi (%) 2 (6%) Sumber : Data diolah (2015) Dari tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa hasil perolehan nilai tes pada Siklus II terdapat 2 peserta didik (6%) yang masih remidi, sedangkan yang tuntas belajar telah mencapai 34 orang ( 94%). Hasil indikator aktivitas peserta didik juga mengalami kenaikan dari 69% pada siklus I menjadi 86% pada siklus II. Ketuntasan belajar peserta didik juga meningkat, pada siklus I nilai rata-rata 70 yang remidi 50%, sementara persentase tuntas belajar 50%. Pada siklus II terjadi peningkatan, nilai rata-rata 82 yang remidi, 6% sementara yang tuntas belajar meningkat menjadi 94%.
162 Pembahasan Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini lebih banyak didasarkan atas hasil pengamatan yang diteruskan dengan kegiatan refleksi. Kegiatan pembelajaran dengan model Snowball Throwing bagi peserta didik khususnya kelas VIIA SMP Negeri 1 Wonoayu Kabupaten Sidoarjo adalah hal yang baru. Secara umum proses pembelajaran yang berlangsung disetiap siklus sudah berlangsung dengan baik. Semua siklus yang terdapat dalam model pembelajaran Snowball throwing sudah dilaksanakan dengan runtut meskipun masih belum sempurna. Proses pembelajaran yang berlangsung dalam dua siklus mengalami peningkatan dari segi kualitas. Indikator aktivitas peserta didik yang diamati dalam pembelajaran adalah membaca materi, menanggapi, bertanya, membuat pertanyaan, dan menjawab pertanyaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2012) belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, tidak hanya berkaitan penambahan ilmu pengetahuan tetapi menyangkut segala aspek dan tingkah laku pribadi seseorang, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dilihat dari pengamatan yang dilaksanakan setelah siklus I diperoleh hasil 0 peserta didik masuk katergori tidak aktif, 3 peserta didik kategori kurang aktif, 10 peserta didik cukup aktif, 4 peserta didik aktif, dan 19 peserta didik sangat aktif. Adapun nilai rata-rata hasil tes yang dilaksanakan setelah siklus I adalah 70, dengan ketuntasan 50% dan yang belum tuntas 50% Hasil observasi terhadap peserta didik dengan penerapan pembelajaran snowball throwing pada siklus II mengalami kenaikan dari siklus pertama. Observasi yang dilakukan oleh pengamat memberikan hasil semua peserta didik sudah aktif, yaitu 8 peserta didik kategori aktif dan 28 peserta didik kategori sangat aktif. Adapun nilai rata-rata hasil tes yang dilaksanakan setelah siklus II adalah 82, dengan ketuntasan 94%.
163 Secara umum, pada pelaksanaan tindakan siklus II tidak lagi muncul kendalakendala seperti pada siklus I. Peserta didik sudah terbiasa dan telah terlatih untuk belajar di dalam kelompok dengan mengikuti penerapan model pembelajaran snowball throwing. Peserta didik yang pada awalnya tidak mau atau enggan mengangkat tangan ketika diberi pertanyaan, melalui pembelajaran ini peserta didik menjadi lebih sering mengangkat tangannya. Hal itu disebabkan karena rasa percaya diri peserta didik telah tumbuh. Slameto (2010) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat ini diperkuat oleh Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik. Pada siklus I, peserta didik yang remidi sebanyak 18 orang (50%), sedangkan persentase ketuntasan belajar sebesar 50% dengan nilai rata-rata 70. Pada siklus II, peserta didik yang remidi tinggal 2 orang (6%), sedangkan peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 34 orang (94%) dengan nilai rata-rata 82. Perolehan hasil belajar pada pelaksanaan pembelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam menunjukkan bahwa pembelajaran IPS dengan penerapan model snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sesuai dengan pendapat dari Sudjana (2001), Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pendapat ini diperkuat oleh Mulyasa (2007) menyatakan bahwa Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Dari hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan penerapan model snowball throwing pada kelas VII di SMP Negeri 1 Wonoayu Tahun Pelajaran. 2014/2015 dapat meningkatkan hasil belajar dengan jumlah
164 peserta didik yang memperoleh ketuntasan belajar mencapai 94%, dan hal ini sudah melebih dari target KKM sebesar 75%. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran IPS dengan penerapan model Snowball Throwing pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Wonoayu, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa, hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan, nilai rata-rata siklus I sebesar 70 meningkat menjadi 82 pada siklus II. Dengan persentase ketuntasan belajar siklus I sebesar 50% dan 94% pada siklus II. Adapun aktivitas peserta didik mengalami peningkatan pada tiap siklus. Siklus I rata rata indikator aktivitas belajar peserta didik 69%, sedangkan siklus II 86%. Peningkatan ini terjadi karena peserta didik sudah lebih mendengarkan, memperhatikan penjelasan pendidik dengan seksama, berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan tepat, mengelompok secara heterogen dan lebih aktif dalam berdiskusi. Penerapan model snowball throwing dapat memotivasi peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata rata. Setelah menerapkan model pembelajaran snowball throwing kelas VIIA nilai pada siklus I rata rata 70, dan siklus II rata - ratanya 82. Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: Pembelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi dan peningkatan sumber daya alam diupayakan lebih mengutamakan peserta didik secara aktif, Penerapan model snowball Throwing dapat dijadikan salah satu alternatif bagi pendidik untuk meningkatkan pemahaman konsep bagi peserta didik dalam mata pelajaran IPS. DAFTAR PUSTAKA Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
165 Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya. Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar Rineka Cipta. dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Sudjana, Nana. 2001. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung: Sugiarti, Titik. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Aneka Ilmu Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyanto dan M.S. Abbas. 2001. Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Suyanto. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita.