UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition)

dokumen-dokumen yang mirip
AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES A, NENENG A, N M RIA ISRIYANTHI. Unit Uji Bakteriologi

PENGENDALIAN CORYZA INFEKSIUS PADA AYAM

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODELOGI PENELITIAN

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

KAJIAN PENGUJIAN MUTU VAKSIN CORYZA DAN KEJADIAN PENYAKIT DI LAPANGAN ISTIYANINGSIH

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

TEKNIK PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN SEL DARAH MERAH AYAM YANG DIFIKSASI GLUTARALDEHIDA UNTUKDETEKSI ANTIBODI HAEMOPHILUS PARAGALLINARUM

SEROEPIDEMIOLOGI PASCA VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND) DENGAN 2 STRAIN ANTIGEN

INFEKSIUS CORYZA (SNOT) PADA AYAM DI INDONESIA

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

3. METODE PENELITIAN

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

OPTIMASI EKSTRAKSI RNA (Ribo Nucleic Acid) DARI VIRUS AI MENGGUNAKAN METODE PRE EKSTRAKSI. YUNI, Y., EMILIA, SURYATI, Y., dan HERMAWAN, D.

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

RAHAJENG SETIAWATY, EMILIA, YATI SUYATI, NENI NURYANI. Unit Uji Virologi

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3.

Lokakarya Fungsional Non Penelib' mycoplasma broth base (oxoid), D-glucose (BDH Chemicals), L.cystein HCI (BDH Chemicals), Thallous acetate (BDH Chemi

3. METODE PENELITIAN

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

BBPMSOH telah mengikuti 6 uji profisiensi. internasional yang diselenggarakan oleh GD- Deventer, Belanda. nasional yang diselenggarakan oleh BSN-KAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

Lilis Sri Astuti, Istiyaningsih, Khairul Daulay, Sarji, Deden Amijaya, Neneng Atikah, Meutia Hayati, Ernes Andesfha

METODOLOGI PENELITIAN

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

TEKNIK PENGUJIAN DAYA HIDUP VIRUS VAKSIN ND (NEWCASTLE DISEASE) YANG TELAH DIENCERKAN DALAM WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA RINGKASAN

BAB II. BAHAN DAN METODE

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI GEN flic DENGAN METODE PCR UNTUK DETEKSI Salmonella typhi GALUR INDONESIA

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

DAFTAR KODE & TARIF PNBP BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN (berdasarkan PP No. 35/2016)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA PUTIH TELUR DARI BEBERAPA JENIS UNGGAS TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF SKRIPSI CHAIRUL

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga

PENGKAJIAN KUALITAS VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) AKTIF di BEBERAPA PROVINSI di INDONESIA EMILIA, YUNI YUPIANA, NENI NURYANI, YATI SURYATI

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB

TAHUN Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati

2.1. Morphologi, etiologi dan epidemiologi bovine Tuberculosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

III. METODE PENELITIAN

PENGKAJIAN MUTU VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA EMILIA, RAMLAH, RAHAJENG S, YATI SURYATI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI

Manual Prosedur. Analisis Sampel

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012 di

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

ABSTRACT PENDAHULUAN. Infectious Laryngotracheitis (ILT) adalah penyakit saluran pernafasan pada unggas, terutama ayam METODOLOGI

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM PUSAT VETERINARIA FARMA PADA KEMENTERIAN PERTANIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Deteksi Salmonella sp pada Daging Sapi dan Ayam

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE. Materi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 di

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition) SYAEFURROSAD, NENENG A, DAN NM ISRIYANTHI Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur, Bogor, Jawa Barat ABSTRAK Telah dilakukan uji banding pengujian serum pasca vaksinasi coryza antara Unit Uji Bakteriologi, Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) dengan dua laboratorium swasta (Laboratorium I dan Laboratorium II) pada bulan November tahun 2011. Pengujian titer antibodi coryza dilakukan dengan metode Haemmaglutination Inhibition pada 10 (sepuluh) sampel serum ayam SPF (Specific Pathogen Free) pascavaksinasi vaksin coryza tipe A. Masing-masing laboratorium menguji sampel yang sama. Hasil uji banding pengujian titer antibodi coryza dengan metode Haemaglutination Inhibition (HI) antara laboratorium BBPMSOH dengan dua laboratorium lain tidak ada perbedaan karena perbedaan hasil titer tidak lebih dari satu kelipatan, sedangkan antara Laboratorium I dengan Laboratorium II terdapat perbedaan pada serum nomor 9 (sembilan) karena perbedaan hasil titer lebih dari satu kelipatan. Kata Kunci: uji banding, Haemaglutination Inhibition, titer antibodi coryza ABSTRACT Inter laboratory comparison testing of serum post vaccination of coryza between Bacteriology Assay Unit National Veterinary Drug Assay Laboratory (NVDAL), with two private laboratories (Laboratory I and Laboratory II) on November 2011 have been conducted. Testing of Coryza antibody titer by Haemmaglutination Inhibition method using ten serum of SPF chickens post vaccinated with coryza vaccine type A. Each laboratory tested the same samples. The results of inter laboratory comparison testing of antibody titer of coryza by Haemaglutination Inhibition (HI) methods between NVDAL with two other laboratories were found no differences, due the differences of the titer is not more than one multiplier, while the samples number 9 has been showed difference result between Laboratory I with Laboratory II which the result of serum titer was found more than one multiplier. Keywords: inter comparison testing, Haemaglutination Inhibition, Coryza antibody titre 1

PENDAHULUAN Infectious Coryza atau snot menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh Haemophilus paragallinarum (Hpg), menginfeksi saluran pernafasan bagian atas pada ayam petelur, ayam pedaging atau unggas lain. Di Indonesia penyakit snot menular telah dilaporkan sejak tahun 1974, menyerang ayam petelur pada berbagai peternakan ayam ras. Bakteri Haemophilus paragallinarum telah diisolasi dan terdiri dari 3 serovar yaitu A,B dan C (3,4,5). Diagnosa penyakit coryza dilakukan secara konvensional dengan teknik isolasi dan identifikasi untuk menentukan agen penyebab utama. Diagnosa lain bisa dilakukan secara molekuler yaitu dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), diagnosa serologis secara Enzyme- Lynked Immunosorben Assay (ELISA) dan diagnosis serologik secara Haemaglutination Inhibition (HI) (8). Hingga saat ini banyak uji serologik yang dipakai untuk peneguhan diagnosis infeksi Haemophilus paragallinarum (Hpg), akan tetapi yang paling popular dipakai ialah uji HI (1), terdiri atas: simple, extracted dan treated tests. Uji HI yang paling sederhana didasarkan pada penggunaan sel utuh H. paragallinarum serovar A dan sel eritrosit ayam (2). Teknik ini hanya dapat mendeteksi antibodi pada ayam hasil vaksinasi atau yang pernah terinfeksi/terpapar oleh Hpg serovar A. Metode extracted HI didasarkan pada potassium thiocyanate (KSCN) - ekstraksi dari sel Hpg yang disonikasi dan eritrosit ayam yang difiksasi dengan glutaraldehid (6). Uji ini dapat membedakan antibodi spesifik serovar C pada darah ayam yang terinfeksi atau divaksinasi dengan Hpg serovar C. Kelemahan dari uji extracted HI, yaitu ayam yang terinfeksi secara alamiah akan bereaksi negatif. Uji treated HI dilakukan berdasarkan pada perlakuan hialuronidase sel utuh Hpg dan eritrosit ayam yang difiksasi dengan formaldehid (10). Teknik ini belum distandarisasi dan belum banyak dipakai. Uji ini dipakai untuk deteksi antibodi pada ayam yang divaksinasi dengan vaksin coryza serovar A, B dan C tapi hanya antibodi serovar A dan C yang menunjukkan hasil titer yang tinggi (9). Teknik ini pernah dipakai untuk screening serum ayam di Indonesia untuk mendeteksi antibodi serovar A, B, dan C pada ayam yang terinfeksi secara alamiah (9). Evaluasi terhadap metode treated HI test untuk deteksi respon antibodi pada ayam hasil vaksinasi, dilaporkan bahwa pada titer 1 : 5 atau lebih dapat memberikan proteksi terhadap uji tantang. Akan tetapi, tidak banyak hasil penelitian atau data yang mendukung korelasi antara titer dan proteksi pada uji vaksin coryza di lapang (6). Seperti diketahui sampai saat ini di Indonesia terdapat banyak laboratorium baik pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta yang mempunyai aktifitas pengujian coryza 2

secara serologis HI. Pelaksanaan uji banding merupakan salah satu cara untuk melaksanakan jaminan mutu hasil oleh suatu laboratorium pengujian. Adanya perbedaan masa kerja, pengalaman, ketrampilan dan peralatan maka untuk mengetahui kinerja dan menyetarakan hasil uji HI antar laboratorium perlu diadakan uji banding untuk pengujian ini. MATERI DAN METODE Serum sampel Serum yang digunakan untuk uji banding ini diambil dari serum ayam SPF yang telah divaksinasi dengan vaksin coryza tipe A. Sepuluh ekor ayam SPF umur 4 (empat) minggu divaksin dengan dosis 0,5 ml/dosis secara subkutan dan setelah 2 (dua) minggu dilakukan booster vaksinasi dengan dosis dan cara yang sama, dan setelah 2 (dua) minggu pasca vaksinasi yang kedua, sepuluh ekor ayam tersebut diambil serumnya untuk dilakukan uji serologis dengan metode HI. Dari 10 (sepuluh) serum yang terkumpul tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi tiga bagian dan dikirim ke dua laboratorium lain untuk dilakukan uji serologis dengan metode yang sama. Uji Serologis Pengujian (HI Test) dilakukan di Unit Uji Bakteriologi BBPMSOH dan dua laboratorium lain yang kompeten. Red Blood Cell (RBC) 0,5 % dan antigen Coryza tipe A disiapkan sebelum melakukan uji ini. Berikut adalah prosedur pembuatan RBC 0,5 %. Pengambilan darah ayam untuk pembuatan RBC 0,5 % dilakukan dengan menggunakan syringe 10 ml yang telah terisi larutan alsever 5 ml. Darah ayam SPF diambil sebanyak 5 ml (1:1) kemudian disentrifus dengan kecepatan 1500 2000 rpm selama 10 menit, kemudian buang supernatan. Tambahkan dengan Phospat Buffer Saline (PBS saline) 5 ml lalu disentrifus kembali dan supernatan dibuang. Proses ini diulang 3 (tiga) kali dengan cara dan kecepatan sentrifus yang sama. Kemudian buat RBC 0,5 % dengan PBS saline sebagai diluent. Untuk mengetahui titer antigen coryza tipe A yang digunakan, dilakukan uji Haemaglutination (HA) Test dengan metode sebagai berikut. Masukkan 40 µl PBS saline ke dalam masing-masing well pada microplate bentuk V kecuali pada well pertama dimasukkan sebanyak 80 µl. Setelah itu masukkan 20 µl antigen coryza pada well pertama dan kemudian antigen diencerkan 1/5, 1/10, 1/20, 1/40, 1/80, 1/160,1/320, terakhir dibuang dan pada well ke-8 digunakan sebagai kontrol RBC. Pada well pertama dibuang sebanyak 20 µl dan 3

masukkan RBC 0,5 % ke dalam masing-masing well sebanyak 40 µl. Setelah di shaker sampai tercampur kemudian didiamkan pada temperatur kamar 40-50 menit dan dibaca hasil titernya. Setelah RBC 0,5 % tersedia dan titer antigen coryza tipe A diketahui, maka dilakukan pengujian titer serum dengan metode HI Test. Berikut prosedur pengujian HI Test pada serum coryza tipe A : Masukkan 20 µl PBS saline ke dalam masing-masing well pada microplate bentuk V kecuali pada well pertama sebanyak 80 µl dan masukkan 20 µl serum coryza pada well pertama. Kemudian serum diencerkan dengan pengenceran 1/5, 1/10, 1/20, 1/40, 1/80, 1/160, 1/320, terakhir dibuang dan pada well ke-8 digunakan sebagai kontrol. Pada well pertama dibuang sebanyak 40 µl. Masukkan antigen coryza tipe A 4 HAU sebanyak 20 µl kedalam masing-masing well (1-7) kecuali well ke -8 (kontrol). Setelah itu dicampur dengan shaker plate sampai tercampur dan diamkan pada suhu kamar 15-20 menit. Setelah didiamkan masukkan RBC 0,5 % ke dalam masing-masing well sebanyak 40 µl. Lalu di shaker sampai tercampur dan didiamkan pada temperatur kamar selama 40-50 menit. Pembacaan hasil titer serum coryza dilakukan dengan melihat plate dari atas. Positif HI terlihat adanya endapan RBC di well bagian bawah atau dengan memiringkan plate agar terlihat adanya aliran RBC, aliran RBC menunjukkan positif HI. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel yang diuji pada uji banding ini adalah serum ayam pasca vaksinasi yang disiapkan oleh BBPMSOH. Sepuluh sampel dikirim ke 2 (dua) perusahaan yang memiliki laboratorium untuk pengujian HA/HI coryza yaitu Laboratorium I dan Laboratorium II. Ketiga peserta melakukan pengujian serum dengan metode dan antigen yang sama. Adapun hasil pengujian sebagaimana dalam tabel berikut : No Sampel Nilai Titer HI (IU) Laboratorium I * Laboratorium II * BBPMSOH 1 Serum 1 10 20 10 2 Serum 2 40 20 40 3 Serum 3 40 40 40 4 Serum 4 160 160 160 5 Serum 5 160 80 80 6 Serum 6 160 160 160 4

7 Serum 7 40 40 40 8 Serum 8 160 160 160 9 Serum 9 5 20 10 10 Serum 10 80 80 80 Keterangan : * laboratorium swasta Interpretasi hasil dilakukan dengan melihat pada microplate v bottom dengan melihat dari atas. Hasil positif HI ditunjukkan dengan adanya endapan pada bagian bawah well atau dengan memiringkan plate agar terlihat adanya aliran RBC, aliran RBC menunjukkan positif HI. Pada serum nomor 9, dari hasil titer ketiga laboratorium antara Laboratorium I dengan BBPMSOH tidak ada perbedaan karena perbedaan hasil titer tidak lebih dari satu kelipatan (5:10). Demikian juga jika dibandingkan dengan Laboratorium II dan BBPMSOH untuk sampel nomor 9 tidak ada perbedaan, karena hasil titer tidak lebih dari 1 kali kelipatan (20:10). Akan tetapi hasil titer antara Laboratorium I dengan Laboratorium II untuk sampel no. 9 terdapat perbedaan hasil, karena perbedaan hasil titer lebih dari satu kelipatan (20:5). Dari tabel hasil uji banding pengujian titer serum pasca vaksinasi coryza antar ketiga laboratorium tersebut terlihat ada 6 serum sampel (60%) yang memiliki hasil titer yang sama yaitu pada serum nomor 3,4,6,7,8 dan10. Sedang yang memiliki hasil titer yang berbeda tetapi hasil tersebut masih bisa dianggap sama karena perbedaan hasilnya hanya satu kali kelipatan ada 3 serum sampel (30%) yaitu pada serum nomor 1,2 dan 5. Hasil sampel yang memiliki perbedaan hasil karena hasil titer lebih dari satu kelipatan ada 1 sampel (10%) pada sampel serum nomor 9, yaitu antara Laboratorium I dan Laboratorium II. Hasil dari pengujian titer antigen yang digunakan untuk uji HI ini dari ketiga laboratorium menunjukkan hasil yang sama yaitu 160 HAU, sedangkan untuk uji HI serum nomor 9 terdapat perbedaan antara Laboratorium I dan Laboratorium II hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penanganan serum oleh penguji sebelum dilakukan pengujian HI, kemampuan penguji untuk membaca hasil titer, perbedaan masa kerja penguji, kemampuan penguji untuk melakukan pengenceran serum yang tepat dan konsisten dan juga proses pembuatan reagen-reagen yang digunakan. KESIMPULAN Hasil uji banding pengujian titer antibodi coryza dengan metode Haemaglutination Inhibition (HI) antara laboratorium Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan 5

(BBPMSOH) dengan dua laboratorium lain tidak ada perbedaan karena perbedaan hasil titer tidak lebih dari satu kelipatan, sedangkan antara Laboratorium I dengan Laboratorium II terdapat perbedaan yaitu pada serum nomor 9 karena perbedaan titer lebih dari satu kelipatan. DAFTAR PUSTAKA 1. Blackal PJ, and Yamamoto R.1998. Infectious Coryza. In : A. Laboratory Manual For The Isolation And Of Avian Pathogens 4 Edition. SWANINE D.E (ED) American Association of Avian Pathologist.Philadelphia.pa pp 29-34. 2. Iritani YG, Sugimori and Katagiri K. 1977. Serologicresponse To Haemophilusparagallinarum Inantificially Infected And Vaccinated Chicken. Avian Dis. 21: 1 8. 3. Poernomo S. 1975. Haemophilus gallinarum pada ayam.i. Isolasi Haemophilus Gallinarum Pada Ayam, Bull, LPPH. 8-9 : 11-13 4. Poernomo S, Sutarma dan Nazarudin Y. 1997. Haemophilus paragallinarum Pada Ayam di Indonesia.II.Sifat-sifat Fisiologik dan Biokimiawi Isolat Haemophilus spp. Dari Ayam Sakit. JITV2(4): 263-269. 5. Poernomo S, Sutarma, Rafiee M, and Blackall PJ. 2000. Characterization of Isolate of Haemophilus paragallinarum from Indonesia. Aust. Vet-J. 78:759-762 6. Sawata A. Kume, and Nakase Y 1982. Hemaglutinin of Haemophilus paragallinarum Serotype 2 Organism : Occurrence And Immunologic Properties of Hemaglutinin.Am.J.Vet.Res.43:1311-1314 7. Takagi MT, Takahashi N, Hirayama, Istianingsih, Mariana S, Zarkasie KJ, Ogata M, and Ohta S.1991. Survey Of Infectious Coryza Of Chickens In Indonesia. J. Vet. Med. Sci. 53: 637 642. 8. Ariyanti T, dan Supar. 2007. Pengendalian Coryza Infeksius Pada Ayam, Wartazoa Vol. 17 No. 4 Balai Besar Penelitian Veteriner. 185-188 9. Yamaguchi T, Blackall PJ, Takigami S, Iritani Y, and Hayashi Y. 1991. Immunogenicity of Haemophilus paragallinarum Serovar B Strains. Avian Dis. 35: 965 968. 10. Yamaguchi T, Iritani Y and Hayashi Y. 1989. Hemaglutinating Activity And Immunological Properties Of Haemophilus Paragallinarum Field Isolates In Japan. Avian Dis. 33: 511 515. 6