PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

4 KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KERJA (RENJA)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

BAB 2 Perencanaan Kinerja

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT)

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

Indonesia

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 407 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM PENILAI LOMBA WANA LESTARI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan berbagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN ATAU HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI MALUKU

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA STRATEGIS. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung. Tahun (Perubahan)

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

Transkripsi:

PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INONESIA PENDAHULUAN Kebakaran hutan semula dianggap terjadi secara alami, tetapi kemungkinan manusia mempunyai peran dalam memulai kebakaran di milenium terakhir ini, pertama untuk memudahkan perburuan dan selanjutnya untuk membuka petak-petak pertanian di dalam hutan. Meskipun kebakaran telah menjadi suatu ciri hutan-hutan di Indonesia selama beribu-ribu tahun, kebakaran yang terjadi mula-mula pasti lebih kecil dan lebih tersebar dari segi frekuensi dan waktunya dibandingkan dua dekade belakangan ini. Oleh karena itu, kebakaran yang terjadi mula-mula ini bukan merupakan penyebab deforestasi yang signifikan. Sebagian besar wilayah Kalimantan, misalnya, dari dulu berhutan, dan baru pada waktu belakangan ini mengalami deforestasi yang sangat tinggi. Berbagai proses degradasi hutan dan deforestasi mengubah kawasan hutan yang luas di Indonesia dari suatu ekosistem yang tahan kebakaran menjadi ekosistem yang rentan terhadap kebakaran. Hutan-hutan tropis basah yang belum ditebang (belum terganggu) umumnya benar-benar tahan terhadap kebakaran dan hanya akan terbakar setelah periode kemarau yang berkepanjangan. Sebaliknya, hutan-hutan yang telah dibalak, mengalami degradasi, dan ditumbuhi semak belukar, jauh lebih rentan terhadap kebakaran. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Madah ikut dalam menanggulangi bahaya kebakaran hutan dengan kajian-kajian ilmiah yang komperhensif. Dengan tujuan melakukan penelitian dan kajian kebakaran hutan dan lahan maka dibentuk PUSAT KAJIAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN (PKPKH). Pusat ini dibentuk dengan SK Dekan Fakultas Kehutan. Model Pengelolaan Hutan Anti Kebakaran Manipulasi Ekosistem Pengedalian Kebakaran Penyertaan Masyarakat Model Restorasi Sumberdaya Hutan Pasca Kebakaran PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 1

PENJELASAN DIREKTUR PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN Dari gambar dapat dilihat instansi-instansi yang berkepentingan pada kasus kebakaran hutan dan lahan. Di dalam Departemen Kehutanan kawasan-kawasan sesuai fungsinya dikelola oleh masing-masing instansi. Kawasan konservasi ditangani oleh BKSDA/BTN, Hutan Lindung oleh Dinas Kehutanan dan Hutan Produksi dit angani oleh HPH/HPHTI. Demikian juga bila terjadi kebakaran di dalam kawasan pengelolaannya, maka mereka berwajib untuk memadamkannya. Kawasan hutan yang ada dari luas keseluruhan darat an adalah 30 %, sedangkan 70% lagi merupakan lahan didalamnya ada perkebunan dan milik masyarakat. Tetapi pada saat kebakaran pihak yang lain tidak ada yang turun tangan hanya dari Brigadir Pengendalian Kebakaran. Saat kebakaran datang pejabat daerah langsung mengadakan rapat-rapat khusus tetapi tidak ada realisasi usaha pemadaman di lapangan. PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 2

Undang-Undang Namor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan; kawasan hutan; dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama sert a penyakit (Pasal 47, ayat 1). Pemerintah rnengatur perlindungan hutan, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan (Pasai 48, ayat 1). Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001, Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran hutan dan atau Lahan. Menteri yang bertanggung jawab dibidang kehutanan mengkoordinasikan pemadaman kabakaran hutan dan atau lahan lintas propinsi dan atau lintas batas negara (Pasal 23) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam pasal 23, Menteri yang bertanggung jawab dibidang kehutanan mengkoordinasikan : Penyediaan sarana pemadam kebakaran hutan dan atau lahan Pengembangan sumber daya manusia untuk pemadaman kebakaran hutan adan atau lahan, dan atau Pelaksanaan kerja sama internasional untuk pemadaman kebakaran hutan dan atau lahan. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004, Tentang Perlindungan Hutan. Untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh kebakaran dilakukan kegiatan pengendalian, yang meliputi: pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran (Pasal 20, ayat 1) Dalam pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan, pemerintah membentuk lembaga pengendalian kebakaran hutan pada tingkat pusat, propinsi,kabupaten dan unit pengelolaan hutan (Pasal 22 ayat 1) Lembaga Pengendalian kebakaran hutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disebut Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan.(Pasal 22 ayat 2) Brigride Pangendalian Kebakaran Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat 2,bertugas menyusun dan meliaksanakan program pengend,alian kebakarann hutan (Pasal 22 ayat 3) PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 3

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.04/Menhut-II/2005 tanggai 14 Pebruari 2005, tentang Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (RENSTRA-KL) Departemen Kehutanan Tahun 2005-2009, VISI Departemen Kehutanan adalah terwujudnya penyelenggaraan kehutanan untuk menjamin kelestarian hutan dan peningkatan kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan visi tersebut Departemen Kehutanan telah menetapkan MISI: 1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan cukup dan sebaran yang proporsional. 2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari. 3. Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai. 4. Mendorong peran serta masyarakat. 5. Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan. 6. Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah Penyelenggaraan : Departemen Kehutanan menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari serta untu sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Kebijakan prioritas : Pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu illegal, Revitalisasi sektor kehutanan, khususnya industri kehutanan, Rehabllitasf dan konservasf sumberdaya hutan, Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan Pemantapan kawasan hutan. Salah satu kegiatan pokok yang mendukung kebijakan prioritas pembangunan Departemen Kehutanan tersebut yaitu rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan, dennan kegiatan antara lain penanggulangan kebakaran hutan PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 4

INDIKATO R KEGIATAN (Renstra Dep Hut Tahun 2005-2009) Penurunan frekuensi kebakaran hutan di 32 provinsi Ketersediaan data informasi deteksi dini kebakaran (hotspot) real time paling tidak di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. VISI Ditjen PHKA : Mewujudkan kawasan hutan dan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang aman dan mantap secara legal formal, didukung kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya se rta mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. MISI: 1. Memantapkan pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati din ekosistemnya. 2. Memantapkan perlindungan hutan dan penegakan hukum yang salah satu tujuannya meningkatkan upaya perlindungan hutan, kawasan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengendalian kebakaran hufan dan penegakan hukum 3. Mengembangkan secara optimal pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian. 4. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan daiam rangka pengelolaan, perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN Strategi Peningkatan efektifitas penanggulangan kebakaran hutan. Indikator 1. Penurunan frekwensi kebakaran hutan di 32 propinsi 2. Ketersediaan data informasi deteksi dini kebakaran (hotspot) real time paling tidak di Sumatera, Kalimantan dan Jawa 3. Terselesaikannya kasus tindak pidana bidang Kebakaran hutan sampai penetapan pengadilan Terbentuknya Masyarakat Peduli Api PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 5

TOLOK UKUR KINERJA MANGGALA AGNI ADALAH JUMIAH HOT SPOT Hot Spot adalah Titik Panas yang berhasil dipantau oleh satelit dengan suhu 42 C, walaupun hanya dengan 42 C tapi di lapangan terbukti itu merupakan api kebakaran hutan dan lahan. Contoh Hot Spot hasil pantauan satelit dapat dilihat pada gambar di bawah ini : KEGIATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN Visi Pengendalian Kebakaran Hutan : Terwujudnya sistem dalkarhut yang optimal, masyarakat terlindungi jiwa, raga dan harta serta bebas dari pencemaran asap. PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 6

MISI Melakukan pencegahan kebakaran hutan (peningkatan kepedulian), pemadaman dini secara efekt if dan efisien serta penanganan pasca kebakaran hutan KEBIJAKAN: Kelembagaan, Operasional, Peningkatan Perar serta dan Pemberdayaan Masyarakat. Kegiatan Prioritas tahun 2006 Dasar Penetapan : 1. Indikator yang ditetapkan dalam Renstra Diapartemen Kehutanan a. Penurunan frekwensi kebakaran hutan di 32 propinsi b. Ketersediaan data informasi deteksi dini kebakaran (hotspot) real time paling tidak di Sumatera, Kalimantan dan Jawa 2. Indikator yang ditetapkan Renstra Ditjen PHKA 3. Kenyataan di lapangan dibandingkan dengan indikator yang terdapat pada renstra Dephut dan PHKA 4. Visi dan Misi Pengendalian Kebakaran Hutan KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2006: Patroli Dalkarhut Peningkatan Kemampuan SDM Dalkarhut Peningkatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Peningkatan Kelembagaan Manggala Agni Kordinasi stakeholders PERMASALAHAN: 1. ORGANISASI Status : Secara struktural belum ditetapkan Personil : 80 % anggota tenaga kontrak dari masyarakat sekitar hutan 2. ANGGARAN Semua kegiatan Daerah Operasi terpenuhi secara optimal Ketepatan pencairan PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 7

Kebakaran yang terjadi di lahan gambut sangat sulit dipadamkan karena api tidak kelihatan, api berada di dalam gambut, yang hanya terlihat adalah asap. Alat yang dipakai untuk memadamkan adalah sebuah pipa yang diberikan lubang-lubang kemudian dimasukan kedalam gambut yang dilairkan air. Air akan keluar pada lubang-lubang yang dibuat dan membasahi gambut-gambut tersebut sehingga api akan padam. Pemadaman dari udara tidak dapat dilakukan karena api tidak kelihatan dipermukaan. Selama ini kegiatan pembukaan lahan biasanya dilakukan dengan cara mengkombinasikan cara mekanis dan cara membakar sisa-sisa tebangan. Cara membakar sisa-sisa tebangan memang memberikan keuntungan yaitu waktu pelaksanaannya relatif cepat dan biayanya relatif murah, akan tetapi ditinjau dari aspek lingkungan sangat merugikan. Pembukaan lahan dengan cara membakar menyebabkan hal-hal sebagai berikut : Gangguan asap, yang merugikan kesehatan dan kegiatan penebangan. Tanah menjadi kering dan unsur-unsur mikro organisme didalam tanah mati Pemborosan sumberdaya alam, yang dalam hal ini adalah kayu Untuk kondisi tertentu apabila tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menyebabkan kebakaran yang tak terkendali dan meluas. Mengapa Masyarakat Melakukan Pembakaran? Pembukaan lahan dengan menggunakan cara membakar yang tidak terkendali dan merusak erat kaitannya dengan pembangunan industri kelapa sawit di Indonesia karena empat alasan pokok berikut ini: Kebakaran menurunkan kualitas lahan hutan dan dengan demikian mendukung usaha untuk memiliki kawasan hutan permanen (seperti hutan produksi) secara legal untuk diklasifikasikan kembali sebagai kawasan-kawasan hutan yang tersedia untuk konversi bagi perkebunan. Dengan semakin terbatasnya ketersediaan lahan yang tidak diklasifikasikan sebagai hutan dan yang cocok untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit, membakar hutan kemudian menjadi suatu cara yang bermanfaat untuk meningkatkan persediaan lahan yang ada. Di kawasan yang telah dialokasikan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit, membakar hutan adalah suatu cara yang hemat biaya untuk membuka lahan. Menurut PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 8

salah satu perusahaan yang beroperasi di Kalimantan Tengah (Agro Indomas), pembukaan lahan dengan alat-alat mekanis membutuhkan biaya yang dua kali lipat lebih mahal daripada melakukan pembakaran. Buah kelapa sawit harus diolah dalam 24 jam setelah dipanen, sehingga banyak perusahaan lebih senang jika lokasi perkebunan letaknya sedekat mungkin dengan fasilitas pengolahan dan jalur-jalur transportasi yang dapat membawa hasil panennya ke berbagai fasilitas ini. Namun, kawasan-kawasan seperti ini yang lebih mudah diakses umumnya telah padat dan diolah oleh penduduk lokal. Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga kerja dari luar untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang lahannya ingin diambil alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat. Kebakaran mengurangi nilai lahan dengan cara membuat lahan menjadi terdegradasi, dan dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dapat mengambil alih lahan dengan melakukan pembayaran ganti rugi yang murah bagi penduduk asli. Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit. Hasil Kebakaran Hutan PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 9

SESION TANYA JAWAB Profesor Suhardi : Sulit memadamkan api, Contohnya, Australia dan Canada merupakan negara maju tetapi masih sulit untuk memadamkan kebakaran. Malaysia komplain terhadap asap kebakaran hutan di Indonesia, tetapi 8 dari 10 pengusaha kelapa sawit yang lahannya terbakar merupakan pengusaha Malaysia. Sistim monokultur menyebabkan lahan rentan terhadap kebakaran hutan. Bapak Sahid: Pemadaman kebakaran hutan di Kaltim terdapat bahan bakar baru bara Pemadaman kebakaran dibebankan kepada Gubernur karena Otonomi Daerah Lahan kelapa sawit yang menyebabkan kebakaran Bapak Djuwantoko: Pembukaan hutan dengan pembakaran adalah modal besar, teknologi primitif Sebaiknya tidak buat sistem monoklutur Profesor Sumitro: Serahkan pemadaman kebakaran hutan kepada Bupati dan Camat. Kalo camat tidak bisa tangani Bupati dapat memecatnya. PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA 10