BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

II.1. SEKTOR PERTANIAN

BAB II URAIAN SEKTORAL

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

Kerjasama : KATALOG :

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

III. METODE PENELITIAN

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

BAB III URAIAN SEKTORAL

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO


METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha


Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i


BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

Katalog BPS :


M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode waktu

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

Katalog BPS :

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN


BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Katalog BPS :

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Statistik KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Transkripsi:

BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000. 2.1. Pertanian Sektor ini terdiri dari lima sub sektor yaitu tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. 2.1.1. Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup tanaman komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, sayursayuran, buah-buahan dan hasil hasil produksi ikutannya. Termasuk pula hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan sagu. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas pertanian dan Peternakan, sedangkan data harga bersumber dari hasil survey harga perdagangan yang dilakukan oleh Badan Susat Statistik. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikaqn terlebih dahulu setiap jenis kuantumproduksi masingmasing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil perkalian antara output dengan perkiraan rasio biaya antara terhadap output hasil survey khusus sektoral ( SKS ) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode revaluasi. PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 21

2.1.2. Tanaman Perkebunan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat, perusahaan swasta maupun perusahaan negara seperti karet, kelapa dalam, kelapa sawit, cengkeh dan perkebunan lainnya. termasuk juga produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti gula merah dan minyak kelapa. Data produksi diperoleh dari dinas Kehutanan dan Dinas Perkebunan, sedangkan data harga diperoleh dari hasil survey perdagangan besar yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai tambah atas dasar berlaku dihitung dengan pendekatan produksi yaitu mengalihkan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio biaya antara terhadap output dari hasil SKS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode revaluasi. 2.1.3. peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas serta hasilhasil ternak lain seperti susu segar dan telur. Produksi peternakan adalah banyaknya ternak lahir dan penambahan berat timbang ternak. pendekatan : Perkiraan produksi peternakan dihitung dengan menggunakan rumus Jumlah Produksi = jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun) + ( ternak keluar-ternak masuk) PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 22

Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, jumlah ternak keluar dan masuk diperoleh dari Dinas Pertanian dan Peternakan sedangkan data harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan masing-masing harganya, kemudian mengurangkannya dengan jumlah biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan mengalikan putput dengan rasio biaya antara terhadap output dari SKS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode revaluasi. 2.1.4 Kehutanan Sub sektorn ini mencakup Kayu Gelondongan dan Kayu masak serta hasil hutan lainnya yaitu Sarang Burung walet, Rotan, dan Perburuan. 2.1.5. Perikanan Sub sektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat serta pengolahan sederhana ( pengeringan dan penggaraman ikan). Nilai tambah atas dasar harga berlaku dihitung dengan mengurangkan output dengan biaya antara. Data produksi sub sektor perikanan diperoleh dari Dinas Kelautan dan perikanan sedangkan data harga diperoleh dari survey perdagangan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan data lain dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Besarnya biaya antara diperoleh dari hasil perkalian output dengan rasio biaya antara output. Besarnya rasio biaya antara diperoleh dari hasil SKS yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun2000 diitung dengan metode revaluasi. PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 23

2.2. Pertambangan dan Penggalian Sektor mencakup kegiata-kegiatan penggalian, pemboran dan pengambilan serta pemanfaatan segala macam benda non biologis seperti barang barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat, cair maupun gas. 2.2.1. Pertambangan Sub sektor ini mencakup komoditi minyak, gas bumi, dan batu bara. Data diperoleh dari perusahaan pengelolah pertambangan maupun penggalian, Badan Pusat Statistik, Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu terlebih dahulu setiap jenis produksi dengan harga. Kemudian mengurangkannya dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil SKS yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode revaluasi. 2.2.2. Penggalian Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu kapur, pasir dan lainnya. penghitungan sub sektor ini berdasarkan berdasarkan hasil inventarisasi data sekunder sektoral. Dan data pendukung hasil SE 96 dan tabel input output. 2.3. industri Pengolahan rumah tangga. Sub sektor ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan industri 2.3.1. indutri besar dan sedang PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 24

Sub sektor ini mencakup kegiatan industri yang mepunyai tenaga kerja 20 orang atau lebih. Data output, biaya antara dan nilai tambah bruto atas dasar berlaku diperoleh dengan melakukan survey lengkap industri besar dan sedang. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja pada sub sektor industri besar dan sedang. 2.3.2. industri Kecil dan Rumah Tangga Sub sektor ini mencakup kegiatan industri kecil yang mempunyai tenaga kerja 5 19 orang dan indutri rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja 1 4 orang. Data output biaya antara dan nilai tambah diperoleh dengan melakukan survey perusahaan industri kecil dan rumah tangga dan pertambahan tenaga pada setiap tahun yang bersangkutan. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolator jumlah tenaga kerja pada sub sektor industri kecil dan industri rumah tangga. 2.4. Listrik dan Air Bersih bersih. Sektor ini terdiri dari dua sub sektor yaitu subsektor listrik dan subsektor air 2.4.1. Listrik Subsektor listrik mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan baik oleh Perusahaan Listrik Negara ( PT. PLN ) ataupun non PLN. Data produksi dan rata rata tarif PLN diperoleh dari PT. PLN cabang Kabupaten Berau, sedangkan data output, biaya antara dan niliai tambah bruto listrik non PLN diperoleh dari dengan melakukan survey usaha listrik non PLN. PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 25

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu produksi listrik (Kwh ) dikalikan dengan dengan rata rata tarif listrik per Kwh, kemudian dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dari perkalian output subsektor listrik dengan rasio biaya antara terhadap output hasil sensus ekonomi dan SKS. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode revaluasi. 2.4.2. Air Bersih Sub sektor ini mencakup air bersih yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum ( PDAM ). Data produksi dan harga diperoleh dari PDAM dan hasil survey perusahaan air minum yang dilaksanakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolator indeks produksi air bersih. 2.5. Bangunan / Konstruksi Sektor ini mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik berupa gedung, jembatan dan bangunan konstruksi lainnya. Data putput biaya antara dan nilai tambah bruto atas harga berlaku diperoleh dari hasil suevey kontruksi dan sebagai pembanding sensus ekonomi 2006 dan data realisassi pengeluaran pembangunan pemerintah daerah. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode deflasi dengan deflator indeks harga Perdagangan Besar ( IHPB ) baraang- barang konstruksi. 2.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor ini terdiri dari tiga sub sektor yaitu perdagangan besar dan eceran, hotel dan sub sektor restoran. PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 26

2.6.1 Perdagangan Besar dan Eceran Penghitungan nilai tambah bruto sub sektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang yaitu dengan memperkirakan berapa besarnya barang-barang hasil pertanian, pertmabangan dan penggalian, serta industri yang diperdagankan. Besarnya barang-barang yang diperdagangkan dihitung dengan dengan cara mengalikan output sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, serta industri dengan rasio surplus perdagangan ( market surplus ratio). Output sub sektor perdagangan besar dan eceran diperoleh dengan mengalikan nilai barang yang diperdagangkan tersebut dengan rasio biaya antara dengan output. Data rasio surplus perdagangan dan rasio margin perdangan diperoleh dari tabel input output Kabupaten Berau, sedangkan rasio biaya antara terhadap output diperoleh dari hasil SKS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara yang sama seperti uraian diatas, hanya saja output sektor pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri yang digunakan adalah data output atas dasar harga konstan tahun 2000. 2.6.2. Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan ekonomi pada hotel berbintang, tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Nilai output dihitung dengan mengalikan jumlah malam kamar terjual dengan rata-rata output permalam terjual. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengurangkan nilai output dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil perkalian nilai output hotel dengan rasio biaya antara terhadap output. PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 27

Data jumlah malam kamar diperoleh dari hasil survey perhotelan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, sedangkan rata rata otuput permalam kamar terjual dan rasio biaya antara terhadap output dari hasil SKS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 ditung dengan metode deflasi dengan deflator IHPB. 2.6.3. Restoran Nilai tambah bruto sub sektor ini diperkirakan dengan mengalikan jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja, kemudian hasilnya dikurangkan dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dari perkalian output sub sektor restoran ddengan rasio biaya antara terhadap output. Data jumlah tenaga kerja di sub sektor restoran berdasarkan pada hasil IDSS, sedangkan rata rata output per tenaga kerja dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil SKS. Nilai tambah bruto atas dasar garga konstan tahun 2000 dihitung dengan dengan metode ekstrapolator dengan ekstrapolator indeks jumlah tenaga kerja pada sub sektor restoran. 2.7. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor ini terdiri dari empat sub sektor yaitu angkutan jalan raya, angkutan air, jasa penumpang angkutan dan sub sektor komunikasi. 2.7.1. Angkutan Jalan Raya Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik bermotor maupun tidak bermotor. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh denganmengalikan jumlah tiap jenis kendaraan angkutan umum dengan rata-rata output per jenis PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 28

kendaraan, kemudian dikurangkan dengan biaya antara, biaya antara diperoleh dari perkalian antara nilai output menurut jenis kendaraan dengan masing-masing rasio biaya antara. Data jumlah kendaraan angkutan umum diperoleh dari kepolisian Resort Kabupaten, sedangkan data rata rata output tiap jenis kendaraan dan rasio biaya antara terhadap output diperoleh dari hasil SKS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolator indeks gabungan tertimbang dari jumlah angkutan umum. 2.7.2. Angkutan Air Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran baik yang melakukan trayek dalam negeri dalam negeri maupun internasional. Data jumlah penumpang dan barang diperoleh dari kantor pelabuhan, sedangkan perkiraan biaya antara diperoleh dari hasil SKS. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mangalikan indikator jumlah penumpang dan barang dengan rata-rata output per indikator, kemudian dikurangi biaya antara. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 ditung dengan metode ekstrapolasi, dengan ekstrapolator indeks tertimbang jumlah penumpang dan barang. 2.7.3. Jasa Penunjang Angkutan Sub sektor yang mencakup kegiatan pemberian jasa dan penyedaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 29

terminal dan parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar muat /penyimpanan dan penggudangan serta jasa penumpang transportasi lainnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan mengalikan indikator jumlah terminal, parkir, bongkar muat, penyimpanan dan penggudangan dengan output per indikator kemudian mengurangkannya dengan biaya antara. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode ekstrapolasi, dengan indeks tertimbang jumlah terminal, parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar muat, penyimpanan dan penggudangan 2.7.4. Komunikasi Sub sektor ini mencakup kegiatan Pos dan Giro serta jasa telekomunikasi. a. Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro dan pos lainnya. nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalokasikan output pos dan giro Propinsi ke Kabupaten dengan alokator jumlah pengiriman surat, paket yang diperoleh dari PT. Pos Indonesia. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode ekstrapolasi indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim, wesel dan barang yang dipaketkan. b. Telekomunikasi Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, tegrap dan telex. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalokasikan output telekomunikasi Propinsi ke Kabupaten dengan alokator jumlah pulsa terjual ( lokal, interlokal dan SLI ) dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil perkalian output dengan rasio biaya antara terhadap output PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 30

Propinsi. Data output dan rasio biaya antara diperoleh dari Badan Pusat Statistik Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan ekstrapolator indeks produksi gabungan tertimbang jumlah pulsa terjual. 2.8. Keuangan, Sewa Banguna dan Jasa Perusahaan. Sektor ini terdiri dari tiga sub sektor yaitu keuangan, sewa bangunan dan sub sektor jasa perusahaan. 2.8.1. Keuangan Sektor ini mencakup kegiatan bank, asuransi, koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan lainnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh langsung dari Bank Indoensia, sedangkan kegiatan lainnya diperoleh dari perhitungan berdasarkan data hasil SKS, IDSS dan data lain dari persahaan asuransi, Kantor Pegadaian, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode deflasi, dengan deflator indeks harga konsumen ( IHK ) umum. 2.8.2. Sewa Bangunan Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa yang berhubungan dengan proses penggunaan yang disewa untuk tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal. Data sewa rumah perkapita dan jumlah penduduk diperoleh dari hasil susenas yang dilaksanakan setiap tahun. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga, yaitu besarnya pengeluaran sewa rumah per kapita dikalikan dengan jumlah penduduk. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 31

harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode deflasi, dengan deflator IHK perumahan. 2.8.3. Jasa Perusahaan Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa perusahaan seperti notaris, advokat, persewaan alat, konsultan tekhnik, periklnan dan kegiatan jasa perusahaan lain. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara indilator jumlah tenaga kerja dan atau jumlah perusahaan dengan output per masing masing indikator, kemudian dikurangkan dengan biaya anyara. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode ekstrapolator jumlah tenaga kerja dan atau jumlah perusahaan. 2.9. Jasa Jasa Sektor ini terdiri dari dua sub sektor jasa pemerintahan dan pertahanan dan sub sektor jasa swasta. 2.9.1. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan Sub sektor ini mencakup kegiatan pemerintahan dalam menyediakan jasa pelayanan umum kepada masyarakat. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil alokasi nilai tambah bruto sub sektor jasa. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolator indeks tertimbang jumlah pegawai negeri menurut golongan dan ruang kepangkatan. 2.9.2. Jasa Swasta Sektor ini mencakup kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan serta jasa perorangan dan rumah tangga. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu perkalian antara PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 32

jumlah unit usaha atau tenaga kerja dengan rata rata output, kemudian dikurangkan dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil perkalian output jasa swasta dengan rasio biaya antara terhadap output. Data output per unit usaha, tenaga kerja dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil sensus ekonomi dan Survey Khusus Sektoral ( SKS ), sedangkan jumlah tenaga kerja berdasarkan pada IDSS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 untuk jasa sosial dan kemasyarakatan dihitung dengan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolator jumlah tenaga kerja, sedangkan untuk jasa hiburan dan kebudayaan serta jasa perorangan dengan rumah tangga dengan metode deflasi dengan deflator IHK aneka barang dan jasa. PDRB Menurut Lapangan Usaha 2011 33