GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT PADA INDIKATOR PROCUREMENT DI RSUD SUKOHARJO JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pengelolaan Obat Pada Tahap Pengadaan Di Instalasi Farmasi RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PERSEDIAAN OBAT REGULER DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: pengelolaan obat, indikator efisiensi, Instalasi Farmasi RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara, metode Hanlon

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT TAHAP SELEKSI DAN PERENCANAAN DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RSUD H. HASAN BASERY KANDANGAN TAHUN 2014

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DAN STRATEGI PERBAIKAN DENGAN METODE HANLON DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT TAHUN 2012

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr.M.M DUNDA LIMBOTO TAHUN 2015 SKRIPSI

A. Latar Belakang Masalah

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

Analisis Distribusi Obat Rawat Inap di Instalasi Farmasi RSUD Tarakan Jakarta Pusat

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO

EVALUASI PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI. Disusun oleh : Ekawati Sri Wulandari

PIMPINAN UMUM / PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. Marchaban, DESS.,Apt. Dewan Penyunting. Dr. Satibi, SSi.,MSi.,Apt. Anna Wahyuni, S.Farm.,M.PH.,Apt.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

GAMBARAN EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT MEMINIMALKAN YANG KADALUARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DR.H

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT BPJS PADA TAHAP PENYIMPANAN DI GUDANG INSTALASI FARMASI RSUD RATU ZALECHA

EVALUASI MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG OBAT INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN

ANALISIS PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI RSUD MUNTILAN PERIODE TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

ANALISIS PENGENDALIAN OBAT SITOSTATIKA DENGAN METODE EOQ DAN ROP

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

ANALISA PERENCANAAN OBAT UNTUK PROGRAM JAMKESMAS BERDASARKAN ANALISA ABC DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO

ANALISIS MODEL PENGADAAN BAHAN MAKANAN KERING BERDASARKAN METODE EOQ PADA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

INTISARI. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT INSTALASI PERBEKALAN FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI

ANALISIS PERENCANAAN OBAT BPJS DENGAN METODE KONSUMSI DI INSTALASI FARMASI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

ANALISIS MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS SE-KOTA BANJARBARU

Analisis Sistem Distribusi Obat di Instalasi Farmasi Rawat Inap Jogja International Hospital

ABSTRAK TATALAKSANA FARMASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIANJUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MAJALAH FARMASEUTIK (Journal of Pharmaceutics)

DAFTAR PUSTAKA. Aditama Y T, (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta :Penerbit Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DARTAR ISI. Daftar Isi. Pengantar Dari Penyunting. Formulir Untuk Berlangganan

DAFTAR ISI. Daftar Isi. Pengantar dari Penyunting. Formulir Untuk Berlangganan Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No ijmsbm.org

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin :

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN DISTRIBUSI OBAT DARI PEDANGANG BESAR FARMASI (PBF) BUMN KE APOTEK WILAYAH BANJARMASIN

MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT-OBATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BANDA ACEH DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

DAFTAR ISI. Daftar Isi. Pengantar dari Penyunting. Formulir Untuk Berlangganan Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

ANALISIS ABC DALAM PERENCANAAN OBAT ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT DENGAN ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat

ANALISIS PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE OKTOBER 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit. karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

ANALISIS PENGADAAN OBAT BERBASIS PARETO DAN VEN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif melalui observasi dan wawancara mengenai penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner waste yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting pada berbagai upaya pelayanan kesehatan. Intervensi dengan obat

EVALUASI IMPLEMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

Evaluasi Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2014

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

INTISARI GAMBARAN KUALITAS PELAYANAN OBAT PADA PASIEN BPJS DI DEPO FARMASI BLUD RSUD BALANGAN PERIODEMEI-JUNI

Transkripsi:

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research 2016, 01, 21-28 GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT PADA INDIKATOR PROCUREMENT DI RSUD SUKOHARJO JAWA TENGAH Heru Sasongko 1* dan Okky Mareta Octadevi 1 1 D3 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta * email korespondensi: herusasongkoapt@gmail.com Abstrak: Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang penting terutama pada tahap perencanaan dan pengadaan. Ketidakefisienannya dapat berdampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perencanaan dan pengadaan obat untuk pasien umum di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Dipilihnya tahap ini karena keberhasilan tahap perencanaan dan pengadaan obat akan sangat menentukan mutu dalam pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif. Data dikumpulkan secara concuren dan retrospektif di RSUD Kabupaten Sukoharjo, berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh pada saat penelitian dengan melakukan wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dengan penelusuran dokumen-dokumen tahun sebelumnya. Hasil dari penelitian diketahui, pada tahap procurement menunjukan persentase dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan 96,16 % dan persentase jumlah item obat yang diadakan dengan yang direncanakan 82,16 %, frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun 1-6 kali, frekuensi kesalahan faktur 4 kali dari 41 sampel, dan frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati dengan rata-rata 36,45 hari. Abstract: Drug management in hospital is one of important hospital management especially in the planning and procurement stages. Inefficiency can induce bad condition on hospital, both medically and economically. This study was conducted to describe procurement of drugs for public patients in Sukoharjo

Regional General Hospital. These stages were chosen because of the success of the drug planning and procurement will greatly determine the quality of the service at the Pharmacy Installation of Hospital. This is non-experimental research with descriptive designs. Data were collected concurently and retrospectively in Sukoharjo Regional General Hospital, a primary and secondary data. Primary data were obtained at the time of the study by conducting in-depth interviews, and secondary data obtained by tracking the documents prior year. The result of this study showed the percentage of available fund compared on total needed fund 96.16% and the percentage of drug items held with the planned was 82.16%, the procurement frequency of each drug item was 1-6 times in annual, drug invoice failure frequency was four times of 41 samples, and the frequency rate of delayed in payment by the hospital to the time agreed was 36.45 days. Keywords: Drug Planning and Procurement; Indicator; Efficiency 1. Pendahuluan Pengelolaan obat terutama pada tahap perencanaan dan pengadaan di rumah sakit merupakan salah satu aspek penting dari rumah sakit. Tujuan pengelolaan obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efisien. Dengan demikian, pengelolaan obat dapat dipakai sebagai proses penggerak dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap dibutuhkan agar operasional efektif dan efisien (Depkes RI, 2005). Lebih dari 90 % pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dan Adisasmito, 2006). Menurut WHO dalam Enemark, et al (2004) di negara berkembang, biaya obat sebesar 24-66% dari total biaya kesehatan. Belanja obat yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien. Perencanaan merupakan kegiatan dasar dari pengelolaan obat untuk menentukan kebutuhan obat dan merupakan salah satu fungsi yang menentukan keberhasilan kegiatan selanjutnya di instalasi farmasi yang nantinya akan bermanfaat bagi kelancaran pelayanan di rumah sakit. Untuk mewujudkan perencanaan tersebut adanya kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan pengadaan obat untuk memenuhi kebutuhan obat yang telah ditetapkan

dalam perencanaan. Apabila terjadi kesalahan pada suatu tahap akibatnya akan mengacaukan siklus secara keseluruhan yang menimbulkan dampak seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya obat, obat rusak, dan lain sebagainya. Penelitian ini dilakukan pada pelayanan pasien umum karena anggaran belanja obat untuk pasien umum berasal dari dana BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) yang telah dikelola oleh pihak rumah sakit secara mandiri. Pasien umum merupakan pasien yang membayar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit harus memberikan pelayanan maksimal terutama dalam hal pemberian obat agar pasien merasa puas dan tidak adanya pembelian obat di luar rumah sakit. Dengan adanya kepuasaan pasien akan meningkatkan pendapatan dan pelayanan di rumah sakit. Dalam penelitian Lilihata (2011) mengenai analisis manajemen obat di IFRS RSUD Masohi Kabupaten Maluku Tengah untuk indikator Pudjaningsih (1996) tahap perencanaan persentase dana yang dibutuhkan dibandingkan dana yang tersedia adalah 100%, dan frekuensi pengadaan tiap item obat 2-7 kali dalam setahun. Menurut penelitian Akhmad Fakhriadi, Marchaban, dan Dwi Pudjaningsih (2011) mengenai analisis pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temenggung memperoleh hasil untuk indikator frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan atau kesalahan faktur tidak dapat dilakukan karena belum adanya pendokumentasian yang lengkap dan jelas terhadap data surat peasnan dan faktur pengiriman obat, sedangkan untuk frekuensi tertundanya pembayaran faktur obat terhadap waktu yang sudah disepakati dimana hasilnya rata-rata tertundanya pembayaran terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu selama 11,8 hari. Persentase jumlah obat yang diadakan dengan yang direncanakan melebih 100% yaitu 163,00 % (tahun 2006); 153,11% (tahun 2007); dan 142,27 % (tahun 2008). 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dan concurrent. Data diambil dari data secara restrospektif di tahun 2013 dan data pada saat penelitian dilakukan. Bahan penelitian meliputi data primer yang diperoleh dari wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Sukoharjo, Kepala bagian perencanaan dan Kepala bagian ULP (Unit Layanan Pengadaan), sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen tahun 2013 berupa data keuangan perencanaan obat

umum, data perencanaan obat umum, buku penerimaan obat umum, kartu stok obat umum, surat pesanan dan faktur obat umum, serta kuitansi pembayaran tagihan pembelian obat umum. Pengambilan data retrospektif dilakukan pada indikator persentase dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan, persentase jumlah item obat yang diadakan dengan yang direncanakan, frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun, frekuensi kesalahan faktur, dan frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati. Data faktur obat dan kuitansi pembayaran di RSUD Kabupaten Sukoharjo diambil dengan kriteria inklusi yaitu seluruh data faktur dan kuitansi pembayaran obat umum tahun 2013 lengkap yang terdapat dalam satu pemberkasan, sedangkan untuk kriteria eksklusinya yaitu data faktur dan kuitansi pembayaran obat umum tahun 2013 tidak lengkap yang tidak terdapat dalam satu pemberkasan. 4. Hasil dan Pembahasan Perencanaan obat di RSUD Kabupaten Sukoharjo menggunakan metode konsumsi obat dari pemakaian obat tahun sebelumnya. Prosedur pada tahap perencanaan obat di RSUD Kabupaten Sukoharjo diawali dari petugas apotek dan gudang obat instalasi farmasi secara bersama-sama membuat rencana anggaran kebutuhan perbekalan farmasi untuk kurun waktu 1 tahun dengan didasarkan pada sistem dan metode yang ada dan terpilih (berdasarkan metode konsumsi tahun sebelumnya dan pertimbangan lainnya). Tabel I. Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat pada Tahap Perencanaan dan Pengadaan di Rumah Sakit (Pudjaningsih, 1996). Tahapan Indikator Tujuan Nilai Pembanding Persentase dana yang tersedia dengan seberapa jauh persediaan keseluruhan dana yang dana rumah sakit 100% sesungguhnya memberikan dana dibutuhkan Perencanaan kepada farmasi Pengadaan Persentase jumlah item obat yang diadakan dengan yang direncanakan Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun ketepatan perkiraan dalam perencanaan berapa kali obat-obat 100%-120% Rendah <12x/tahun,

Frekuensi kesalahan faktur Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati tersebut dipesan dalam setahun berapa kali terjadi kesalahan faktur kualitas pembayaran rumah sakit Sedang 12-24x/tahun, Tinggi > 24x/tahun 1-9 kali 0-25 hari Rencana anggaran kebutuhan obat yang telah jadi, disampaikan kepada direktur RSUD Kabupaten Sukoharjo sebagai usulan anggaran belanja RSUD Kabupaten Sukoharjo. Usulan anggaran akan dibahas bersama dengan panitia anggaran. Usulan yang telah disetujui menjadi dasar anggaran RSUD Kabupaten Sukoharjo dalam merencanakan pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi. Anggaran obat untuk pasien umum di RSUD Kabupaten Sukoharjo sudah menggunakan dana BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) yang berasal dari pendapatan rumah sakit yang telah dikelola secara mandiri. Tabel II. Pengelolaan obat pada tahap procurment Indikator Persentase dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan Nilai Pembanding (Pudjaningsih, 1996) Hasil 100 % 96,16% Persentase jumlah item obat yang diadakan dengan yang direncanakan Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun Frekuensi kesalahan faktur Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati 100%-120% 82,16% Rendah <12x/tahun, Sedang 12 24x/tahun, Tinggi > 24x/tahun 1-9 kali 1-6x/tahun Dari 41 sampel faktur yang didapat terdapat 4 kesalahan faktur 0-25 hari 36,45 hari

21 Proses pengadaan obat di RSUD Kabupaten Sukoharjo dimulai dengan mengajukan terlebih dahulu penggunaan anggaran yang telah diusulkan oleh bagian perencanaan di IFRS dan disetujui oleh panitia anggaran kepada PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) kemudian ke PPKOM (Pejabat Pembuat Komitmen) yang akan dibantu oleh unit perencanaan perbekalan farmasi di IFRS untuk meninjau ulang daftar perbekalan farmasi yang akan diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli dan menyesuaikan dengan situasi keuangan. Setelah semuanya disetujui lalu bagian ULP (Unit Layanan Pengadaan) akan memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat syarat kontrak kerja, mengeluarkan surat pesanan dan memantau pengiriman barang. Pengadaan di RSUD Kabupaten Sukoharjo dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. Metode pengadaan di RSUD Kabupaten Sukoharjo yang digunakan ada beberapa macam sesuai dengan sumber dana dan pedoman yang tersedia. Untuk dana BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) sendiri, jika pengadaan sampai dengan 10 juta menggunakan nota, pengadaan sampai dengan 50 juta menggunakan kuitansi dengan adanya sedikit pembuatan berkas, pengadaan lebih dari 50-500 juta dengan pengadaan langsung menggunakan SPK dan untuk pengadaan di atas 500 juta menggunakan metode kontrak dengan lelang umum (tender). Indikator Perencanaan dan Pengadaan Obat 4.1. Persentase dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan Hasil yang diperoleh seperti yang terlihat pada tabel II kurang dari 100% yaitu 96,16%, maka dapat dikatakan bahwa persentase dana yang dimiliki IFRS ini belum sepenuhnya efisien bila dibandingkan dengan penelitian (Pudjaningsih 1996). Persentase dana seharusnya menurut penelitian Pudjaningsih (1996) 100%, agar proses pengelolaan obat dapat berjalan dengan baik. Anggaran yang akan diterima tersebut sudah disesuaikan dengan buffer stock untuk awal tahun sehingga bisa terpenuhi hingga 9-10 bulan. Kekurangan anggarannya akan diusulkan di anggaran perubahan yang ditetapkan pada bulan ke 9 (September). Penelitian serupa yang pernah dilakukan dirumah sakit lain terkait penilaian persentase dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan diantaranya adalah instalasi perbekalan farmasi dinas kesehatan kota Semarang tahun 2007 sebesar 97,59% (Djatmiko, 2009). 4.2. Persentase jumlah item obat yang diadakan dengan yang direncanakan Persentase jumlah item obat yang diadakan dalam kenyataan di RSUD kabupaten Sukoharjo dengan yang direncanakan adalah 82,16%. Hal itu berarti dari obat-obat yang direncanakan tidak semuanya terealisasi dengan yang sudah direncanakan. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Pudjaningsih (1996) yang menunjukan persentase minimal 100%, maka perencanaan obat pada indikator tersebut belum sepenuhnya efisien. Ketidakefisienan tersebut dapat juga dikaitkan dengan dana yang tersedia. Dari hasil wawancara dengan kepala bagian perencanaan dan pengadaan, diketahui

22 juga bahwa ketidakefisienan dari indkator ini dikarenakan tidak ada distributor yang dapat menyediakan obat yang telah direncanakan oleh rumah sakit. Upaya yang perlu dilakukan adalah melakukan perencanaan obat dengan selektif yang mengacu pada prinsip efektif, aman, ekonomis, rasional dan diadakan koreksi dengan metode VEN dan analisa ABC (Quick et al., 1997), serta penunjukan supplier atau distributor yang handal dengan layanan yang memuaskan. 4.3. Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun Dari hasil pengamatan dan observasi data yang dilakukan di instalasi farmasi RSUD Kabupaten Sukoharjo didapatkan data frekuensi pembelian tiap item obat untuk pasien umum pada tahun 2013 sebanyak 1-6 kali (<12). Pengadaan obat yang tergolong rendah ini dapat menunjukan bahwa obat yang tersedia di instalasi farmasi merupakan obat-obat yang perputarannya lambat atau obat tersebut diadakan dalam volume pemesanan yang besar. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan berhubungan dengan peningkatan frekuensi pengadaan yang masih rendah adalah menerapkan metode EOQ. 4.4. Frekuensi kesalahan faktur Hasil analisis pengelolaan obat dengan indikator ini adalah dari 41 sampel faktur yang didapat terdapat 4 kesalahan faktur. Dari hasil wawancara dengan kepala bagian perencanaan dan pengadaan, kesalahan faktur terjadi karena item barang atau jumlah barang yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan. 4.5.Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit Jumlah tertundanya pembayaran oleh RSUD Kabupaten Sukoharjo tahun 2013 sangat tinggi, dari 38 sampel terdapat 32 sampel yang pembayarannya tertunda. Rata rata tertundanya pembayaran yang terjadi yaitu selama 36,45 hari. Hasil wawancara dengan bagian pengadaan, keterlambatan dalam pelunasan faktur bukan disebabkan oleh ketidakmampuan dari pihak rumah sakit untuk melunasi tagihan, akan tetapi disebabkan oleh waktu dalam proses pemberkasan di rumah sakit yang prosesnya panjang. Masalah cepat atau tidaknya pembayaran tidak hanya tergantung dari pihak rumah sakit tetapi juga dari pihak distributor yang tidak selalu tepat dalam pengantaran obatnya dan penandatanganaan berkas, pembuatan berkas penagihan serta pengantaran berkas untuk rumah sakit dari pihak distributor juga memerlukan waktu karena distributor biasanya hanya sekali seminggu datang ke rumah sakit sedangkan distributor dari luar kota biasanya sebulan sekali. Kondisi ini kemudian dianggap sebagai ketertundaan rumah sakit dalam melunasi hutangnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kejadian di atas adalah dengan membuat MoU (Nota kesepahaman) untuk kedua belah pihak.

23 4. Kesimpulan Hasil dari penelitian menunjukkan persentase dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan 96,16 %, persentase jumlah item obat yang diadakan dengan yang direncanakan 82,16 %, frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun 1-6 kali, frekuensi kesalahan faktur 4 kali dari 41 sampel, dan frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati dengan rata-rata 36,45 hari. Daftar Pustaka Depkes RI., 2005). Pedoman Supervisi dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2 nd ed. Ditjen Yanfar dan Alkes, Dit Bina Obat dan Perbekalan Kesehatan, Jakarta. Djatmiko, M., Anggraeni, A.T.D, & Nuria, M.C., 2009. Evaluasi Sistem Pengelolaan Obat Instalasi Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2007 6, 1 6. Enemark, U., Alban, A., & Vazquez, E.C.S., 2004. Purchasing Pharmaceuticals. The World Bank, Washington DC. Fakhriadi, A., Marchaban, & Pudjaningsih, D., 2011. Analisis Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung Tahun 2006, 2007 dan 2008 1, 2. Lilihata, R.N., 2011. Analisis Manajemen Obat di IFRS RSUD Masohi Kabupaten Maluku Tengah. Tesis. Magister Manajemen Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pudjaningsih, D., 1996). Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah Sakit. Tesis. Magister Manajemen Rumah Sakit, Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Quick, JD., Hume, ML., Ranking, JR., & O Connor, RW., 1997. Managing Drug, Second edition, revised and expended. Kumarin Press, West Harford. Suciati, S., & Adisasmito, W.B.B., 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi 09, 19-26.