Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

dokumen-dokumen yang mirip
PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

KARAKTERISTIK TERNAK DAN KARKAS SAP1 UNTUK KEBUTUHAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR KHUSUS

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

tumbuh lebih cepat daripada jaringan otot dan tulang selama fase penggemukan. Oleh karena itu, peningkatan lemak karkas mempengaruhi komposisi

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

WEIGHT AND LENGTH OF BRAHMAN CROSS STEER CARCASS AT DIFFERENT BUTT SHAPE

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

DOI: pissn eissn X

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS SAPI POTONG PADA KERANGKA TUBUH YANG BERBEDA IRMAWAN PURPRANOTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PRODUKTIVITAS KARKAS SAPI BALI DI TIMOR BARAT NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

Model Kurva Pertumbuhan Sapi Madura Betina dan Jantan Dari Lahir Sampai Umur Enam Bulan. Karnaen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

Gambar 8. Diagram pencar hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas sapi SIMPO jantan

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

HUBUNGAN BOBOT KARKAS DENGAN LUAS URAT DAGING MATA RUSUK PADA SAPI BRAHMAN CROSS JANTAN DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) LUBUK BUAYA PADANG SKRIPSI.

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

KARAKTERISTIK TERNAK DAN KARKAS SAP1 UNTUK KEBUTUHAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR KHUSUS

HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT HIDUP SAPI PESISIR DI KABUPATEN PESISIR SELATAN SKRIPSI OLEH ILMAI WENDRI

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

Proporsi Potongan Utama Komersial Karkas (Primal Cut) Pada Sapi Brahman Cross

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

(Utililization of The Rice Straw with Feed Processing Technology For Non Carcass and Boneless Percentage on Local Rams

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang

PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB

Transkripsi:

Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (Sapi Bali, Madura,PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) (The Ratio of Meat Indek of Indonesian Cattle (Bali, Madura, PO) with Australian Cattle (Australian Commercial Cross) Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian mengenai perbandingan indek perdagingan sapi-sapi Indonesia dengan sapi Austrlaia telah dilakukan di RPH Ciroyom Bandung. Penelitian ini menggunakan 75 ekor sapi lokal dan 25 ekor sapi ACC. Sapi mempunyai kondisi tubuh sedang dengan kisaran umur 2,5 sampai 3,5 tahun. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui nilai indek perdagingan sapi-sapi lokal dan sapi Australia. Metode Penelitian yang digunakan adalah Causal Comparatif. Peubah yang diukur adalah bobot hidup, bobot karkas, panjang karkas dan indek perdagingan. Data yang terhimpun dianalisis berdasarkan metode sidik ragam selanjutnya untuk mengetahui perbedaan diantara bangsa sapi digunakan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase karkas tertinggi diperoleh dari sapi Bali dengan rataan 54,00 persen, kemudian sapi ACC 51,00 persen, sapi Madura 47,00 persen dan sapi PO 44,00 persen. Pada perhitungan indek perdagingan sapi Australia nyata lebih tinggi yaitu 1,415, sedangkan sapi Bali 1,232 dan sapi PO bernilai 1,210. Sapi Bali mempunyai potensi yang baik seperti sapi ACC. Kata kunci : Sapi lokal, sapi ACC, indek perdagingan Abstract The research of the ratio of meat index of Indonesian cattle (Bali, Madura, PO) with Australian cattle has been done in Ciroyom Abbatoir Bandung. The research sampel used 25 heads of each breeds with moderate body size and 2,5 3 years of age. This research aimed to know the ratio of meat index among Indonesia cattle and Australian cattle. This research used Causal Comparative design. The variable responses of this research are include body weight, hot carcass weight, dressing percentage, carcass lenght and meat index. The data was analyzed by analisis of variance and to know the differnces between treatment was tested by Duncan test. The result of this research showed that the higest of meat index resulted from ACC was 1,415, then Bali cattle 1,232, and PO 1,210. Bali Cattle as good as Australian cattle (ACC). key word : local cattle, Australian cattle, meat index. 1

PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi Bali, Madura dan Peranakan Ongole (PO) adalah sapi-sapi yang populer di Indonesia sebagai ternak kerja dan pedaging yang banyak digunakan dalam usaha pengemukan ternak potong, karena memeiliki daya adaptasi yang tinggi dan daya tahan terhadap iklim yang buruk. Perkembangan pengetahuan dan kesadaran akan kebutuhan protein menyebabkan tingginya permintaan terhadap daging. Produksi daging lokal dihasilkan oleh berbagai spesies ternak seperti sapi, domba, kambing dan daging bangsa unggas. Pemenuhan kebutuhan daging selama ini berasal dari produksi dalam negeri yaitu sekitar 90 % dan sisanya dipenuhi oleh daging sapi impor. Jenis sapi yang sering didatangkan adalah sapi Australian Commercial Cross (ACC) (ACC) atau lebih populer disebut sapi ACC (Australian Commercial Cross) berasal dari negara Australia. Daging yang dihasilkan dari seekor ternak merupakan salah satu aspek produksi dari ternak tersebut. Penilaian produksi biasanya didasarkan pada penilaian kualitas karkas yang dihasilkan. Parameter penilaian karkas yang umum dilakukan adalah persentase karkas dan indek perdagingan. Persentase karkas adalah perbandingan bobot karkas panas dengan bobot hidup ternak tersebut dikalikan 100%. Sedangkan indek daging adalah perbandingan antara bobot karkas dengan panjang karkas. Dengan demikian tingginya nilai persentase karkas belum tentu menghasilkan indek perdagingan yang tinggi, karena ditentukan oleh faktor lain yaitu panjang karkas. Bobot karkas ternak sapi bervariasi dipengaruhi oleh bobot hidup, bangsa, jenis kelamin, makanan dan kondisi tubuh ternak. Bangsa sapi ACC mempunyai nilai genetik lebih tinggi dibandingkan dengan sapi-sapi lokal Indonesia, disamping itu manajemen pemeliharaannya yang baik memungkinkan kualitas dan nilai karkas sapi ACC lebih tinggi dibandingkan sapi-sapi Indonesia. Bobot karkas yang sama untuk sapi-sapi yang ukuran karkasnya pendek akan menghasilkan indek perdagingan yang tinggi dibandingkan dengan sapi yang mempunyai ukuran karkas panjang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji potensi nilai karkas sapi-sapi Indonesia (Sapi Bali, Madura, dan Peranakan Ongole) 2

serta membandingkannya dengan sapi ACC. Diharapkan hasil studi ini bermanfaat sebagai informasi dalam menentukan jenis sapi bakalan untuk usaha penggemukan. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Ternak Penelitian Penelitian menggunakan masing-masing 25 ekor ternak sapi Bali, PO, Madura, dan sapi ACC dengan jenis kelamin jantan. Bobot badan sapi yang digunakan relatif homogen pada setiap bangsanya. Sapi-sapi dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom dengan kisaran umur antara 3 sampai 3,5 tahun dan mempunyai kondisi tubuh gemuk. Rancangan Percobaan Metode Penelitian yang digunakan adalah Causal Comparatif melalui pengamatan di RPH Ciroyom Bandung. Sampel ditarik dari masing-masing bangsa yaitu 25 ekor sapi Bali, Madura, PO dan ACC. Peubah yang diukur adalah bobot hidup, bobot karkas, panjang karkas dan indek perdagingan. Data yang terhimpun dianalisis berdasarkan metode sidik ragam selanjutnya untuk mengetahui perbedaan diantara bangsa sapi digunakan uji lanjut Duncan. Hasil dan Pembahasan Perbandingan Bobot Karkas, Persentase Karkas, dan Panjang Karkas antara Sapi Indonesia dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) Rataan hasil pengukuran terhadap bobot, persentase, dan panjang karkas dari bangsa sapi Indonesia dan Australian Commercial Cross (ACC) digambarkan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Rataan Bobot Karkas, Persentase Karkas, dan Panjang Karkas Sapi Indonesia dan Australian Commercial Cross (ACC) Variabel respon Bangsa sapi Madura Bali PO ACC Bobot karkas (kg) 138.26 a 182.68 b 180.76 b 192.56 c Persentase karkas (%) 47.00 b 54.00 c 44.00 a 51.00 c Panjang karkas (cm) 145.86 b 148.20 c 149.12 c 135.80 a Keterangan : huruf yang sama ke arah mendatar menunjukkan tidak berbeda nyata 3

Dari Tabel 1 di atas didapatkan bahwa rataan bobot karkas tertinggi diantara bangsa sapi lokal Indonesia diperoleh dari bangsa sapi Bali yaitu 182.68 kg. Kemudian diikuti oleh sapi PO (180.76 kg), dan Madura (138.26 kg).perbedaan bobot karkas diantara sapi Indonesia menunjukan adanya perbedaan potensi genetik pada masingmasing bangsa, dimana sapi Bali dan PO mempunyai potensi genetik dalam konformasi tubuh lebih tinggi dari pada sapi Madura. Bobot karkas sapi Australian Commercial Cross (ACC) (192.56 kg) mempunyai bobot karkas jauh melebihi rataan sapi Indonesia, hal ini disebabkan potensi genetik sapi ACC dan manajemen pemeliharaannya terutama kualitas pakan lebih baik dari sapi Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Berg dan Butterfield (1976) yang menyatakan bahwa potensi genetik yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan dan ukuran tubuh dewasa yang akhirnya dapat menghasilkan ukuran karkas yang berbeda. Jika dilihat dari persentase karkas sapi Bali (54.00 %) mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dengan sapi Madura dan PO. Demikian pula dengan sapi ACC (51.00 %), sapi Bali mempunyai nilai relatif lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan bahwa sapi Bali dan ACC mempunyai konformasi tubuuh yang lebihi kompak dan padat serta bobot pencernaan yang lebih ringan. Bobot karkas yang tinggi tidak selamanya diikuti oleh tingginya persentase karkas. Hal ini diduga bobot non karkas seperti kulit, kepala, kaki (eksternal offal), dan organ saluran pencernaan (internal offal) sapi PO lebih tinggi dari sapi Madura. Hal ini sesuai dengan pendapat Moran dan Wood (1985) yang menyatakan bahwa bobot offal internal sapi peranakan Ongole lebih tinggi dari pada bobot offal internal sapi Madura, Bali dan Grati. Hasil penilaian terhadap panjang karkas sapi lokal, karkas sapi Madura (145.86 cm) mempunyai ukuran terpendek dibanding sapi Bali dan PO. Sedangkan sapi Australian Commercial Cross (ACC) mempunyai ukuran paling pendek yaitu 135.80 cm. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Moran dan Wood (1986), yang menyatakan bahwa diantara sapi lokal (Madura, Bali, PO dan Grati), sapi Madura mempunyai panjang dan kedalaman karkas yang paling rendah. Sedangkan jika dibandingkan dengan panjang karkas sapi ACC, maka rataan panjang karkas sapi-sapi lokal Indonesia yata lebih tinggi (p>0.05) dengan rataan sapi ACC (135,80 cm). 4

Perbandingan Indek perdagingan Antara Sapi-sapi Lokal (Madura, Bali dan PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) Rataan indek perdagingan sapi-sapi lokal dan sapi Australian Commercial Cross (ACC) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Nilai Indek Perdagingan Sapi Indonesia dan Australian Commercial Cross (ACC) Bangsa Sapi Indek Perdagingan Madura 0.948 a Bali 1.232 b Peranakan Ongole 1.210 b Sapi Australian Commercial Cross (ACC) 1.415 c Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata Dari tabel di atas terlihat bahwa indek daging tertinggi diantara sapi lokal diperoleh dari sapi Bali, kemudian diikuti sapi PO dan Madura. Perbedaan ini disebabkan tinggi bobot karkas pada sapi Bali dan PO, sedangkan pada sapi Madura ukuran tubuh yang relatif lebih kecil dari sapi PO dan Bali menyebabkan indek perdagingan paling kecil. Nilai indek daging sapi ACC nyata (P>0.05) lebih tinggi dibanding sapi lokal Indonesia, hal ini disebabkan bobot karkas yang tinggi dan ukuran karkas yang pendek, sehingga indek dagingnya tinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Saka, dkk., (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi berat karkas per satuan panjangnya, maka semakin baik atau semakin diinginkan konformasi karkas tersebut. Perbedaan komponen perdagingan antara sapi-sapi Indonesia dengan sapi Australian Commercial Cross (ACC) disebabkan adanya perbedaan dalam genetik. Sapi ACC merupakan hasil persilangan sapi Zebu (Brahman) dengan sapi-sapi Erofa (Bos Taurus) yang dikenal dengan pertambahan bobot badannya dan efisiensi pakannya yang tinggi, sehingga hasil persilangannya pun memiliki produkstivitas yang baik seperti pada tetuanya. Disamping itu manajemen pemeliharaan yang baik pada ternak sapi tersebut pada saat pertumbuhan, dimana pada bangsa sapi Australian Commercial Cross (ACC) manajemen yang diberikan terhadap sapi tersebut relatif lebih baik terutama pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Usri (1991), bahwa bobot karkas akan dipengaruhi oleh faktor bangsa, umur, berat hidup, jenis kelamin dan pakan yang 5

dikonsumsi. Dengan demikian semakin tinggi nilai genetik ternak kemudian diberikan tatalaksana yang baik, maka akan dihasilkan bobot karkas dan perdagingan yang baik. Camoens (1976), menyatakan bahwa dari keseluruhan berat karkas dari seekor ternak akan diperoleh rata-rata 75 persen daging dan 25 persen tulang, hal ini dapat dijelaskan bahwa saat pertumbuhan, tulang berkembang relatif lebih cepat tetapi lajunya lambat, sedangkan daging pertumbuhannya relatif lebih cepat. Pada saat pertumbuhan daging masih meningkat, pertumbuhan tulang sudah mulai konstan sehingga pertumbuhan daging dan tulang tidak seimbang. Kesimpulan (1) Persentase karkas yang tinggi diperoleh dari sapi Bali, sehingga sapi Bali mempunyai potensi yang baik dan mampu bersaing dengan sapi Australian Commercial Cross (ACC) (2) Sapi Australian Commercial Cross (ACC) mempunyai nilai indek daging lebih tinggi dari sapi Indonesia, tetapi sapi Bali hasilnya relatif baik mendekati nilai daging sapi Australia. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan para petugas pemotongan yang membantu penulis selama pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Berg, R.T. and R.M. Butterfield. 1976. New Concept of Cattle Growth. Sidney Univercity Press. Sydney. Camoens, J.K. 1976. The Buffalo in Malaysia. Ministry of Agriculture, Malaysia Darmadja, 1980. Stengah Abad Peternakan Tradisional dalam Ekosistem Pertanian di Bali, dalam Disertasi Ilmu Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. Ensminger, M.E. 1969. Beef Cattle Science. 6 th edition. The Interstate Printers and Publisher. Inc., Denville, Illionis. 6

Huitema, H. 1986. Peternakan di Daerah Tropis Arti Ekonomi dan Kemampuannya. Yayasan Obor Indonesia dan PT Gramedia, Jakarta. Kidwell. J.F and McCormick. 1976. The Influenze of Size and Type on Growth and Development of Cattle. J. Anim.Sci. Natasasmita dan K. Mudikdjo. 1980. Beternak Sapi Daging. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Robinson. 1977. Livestock in Indonesia. Research and Report No.1 Centre of Animal Research and Development, Bogor. Santosa, U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta. Soeharsono; R. Tawaf; dan D. Heriyadi. 1990. Asosiasi Sapi Bali Indonesia. Seminar Nasional Sapi Bali Indonesia, Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bali. Soeparno. 1991. Penanganan Karkas dan Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Jogjakarta. Sosroamidjojo, M.S. 1991. Ternak Potong dan Kerja. Cet.11. CV Yasa Guna, Jakarta. Usri, N. dan Santosa, U. 1982. Bangsa Sapi Daging. Bagian Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. 7