BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Diagram TS

PENDAHULUAN Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

Tengah dan Selatan. Rata-rata SPL selama penelitian di Zona Utara yang pengaruh massa air laut Flores kecil diperoleh 30,61 0 C, Zona Tengah yang

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan,

Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5. PEMBAHASAN 5.1 Sebaran Suhu Permukaan laut dan Klorofil-a di Laut Banda Secara Spasial dan Temporal

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

TINJAUAN PUSTAKA Arus Lintas Indonesia ( Indonesian Seas Throughflow

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di :

Pengembangan Energi terbarukan dengan identifikasi kecepatan Arus Lintas Indonesia di wilayah Timur Indonesia

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

Kata kunci: Citra satelit, Ikan Pelagis, Klorofil, Suhu, Samudera Hindia.

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

I. INFORMASI METEOROLOGI

1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

I. INFORMASI METEOROLOGI

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

Gambar 2. Batimetri dasar perairan Selat Lombok

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

KAJIAN ENERGI BARU DARI ARUS LINTAS INDONESIA (ARLINDO) STUDY ABOUT NEW ENERGY FROM INDONESIAN TROUGHFLOW

PERTEMUAN KE-5 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN SIRKULASI MASSA AIR (Bagian 2) ASEP HAMZAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Potensi Arus Lintas Indonesia Sebagai Sumber Energi Terbarukan Di Wilayah Kabupaten Halmahera Timur

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Resiko MODUL TRAINING

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: ISSN

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok

2 TINJAUAN PUSTAKA. Ikan cakalang (sumber : http//

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 El Niño-Osilasi Selatan (ENSO-El Niño Southern Oscillation).

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Primer Cahaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

I. INFORMASI METEOROLOGI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu

BAB I PENDAHULUAN. terpanjang di dunia) memiliki potensi perairan yang sangat besar (KKP, 2011;

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN 1) oleh Dr. Ir. Mukti Zainuddin, MSc. 2)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Umum Perairan Mentawai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA

Pemimpin baru dan tantangan krisis ikan era perubahan iklim

Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arlindo (Arus Lintas Indonesia) Arlindo adalah suatu sistem di perairan Indonesia di mana terjadi lintasan arus yang membawa membawa massa air hangat dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia yang relatif lebih dingin. Massa air Pasifik tersebut terdiri atas massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan (Wyrtki 1961, Fieux et al. 1996). Terjadinya Arlindo terutama disebabkan oleh bertiupnya angin pasat tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin tersebut mengakibatkan permukaan bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian timur. Akibatnya terjadi perbedaan tinggi permukaan laut dimana bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian timur. Sehingga terjadi gradien tekanan yang mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia (Wyrtki 1987). Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan selatan. Perairan Selat Makasar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi oleh massa air laut Pasifik Utara sedangkan Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik Selatan. Struktur massa air perairan Indonesia umumnya dipengaruhi karakteristik massa air Lautan Pasifik dan sistem angin muson (Wyrtki 1961). Pada Musim Barat (Desember- Februari) bertiup angin muson barat laut di bagian selatan khatulistiwa dan timur laut di utara khatulistiwa, karakteristik massa air perairan Indonesia umumnya ditandai dengan salinitas yang lebih rendah, sedangkan pada Musim Timur (Juni- Agustus) bertiup angin muson tenggara di selatan khatulistiwa dan barat daya di utara khatulistiwa, perairan Indonesia memiliki karakteristik dengan nilai salinitas yang lebih tinggi (Gordon 1986). Menurut Gordon et al. (1994) jalur Arlindo sendiri dibagi menjadi 2 jalur yaitu jalur barat dan jalur timur. Jalur barat dimana massa air masuk melalui Laut 6

7 Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir melalui Selat Lombok dan berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah timur terus ke Laut Flores (Gordon 2001) hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui Laut Timor. Jalur timur dimana massa air masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku terus ke Laut Banda. Dari Laut Banda, massa air akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute (Gordon et al. 1994). Rute utara Pulau Timor melalui Selat Ombai (Potemra et al. 2002), antara Pulau Alor dan Pulau Timor, masuk ke Laut Sawu dan Selat Rote, sedangkan rute selatan Pulau Timor melalui Basin Timor dan Selat Timor, antara Pulau Rote dan paparan benua Australia (Gambar 1). Gambar 1. Arus Lintas Indonesia (Sumber : Gordon 1997) Arlindo memiliki keragaman yang tinggi baik secara musiman maupun tahunan. Keragaman musiman berkaitan dengan adanya pergantian arah angin di Indonesia. Menurut Wyrtki (1987), Gordon dan Susanto (2003), laju transport Arlindo tertinggi ditemukan pada saat Muson Tenggara, yaitu selama bulan Juni- Agustus, sedangkan aliran lintasan terendah pada saat muson barat laut yaitu pada bulan Desember-Februari. Selanjutnya, Gordon dan Susanto (2003) juga menyebutkan keragaman tahunan Arlindo antara lain berkaitan dengan fenomena

8 ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang mempengaruhi iklim dunia secara global. Sehingga Arlindo terjadi secara musimam berdasarkan perubahan angin dan juga secara tahunan berdasarkan fenomena ENSO. Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat). Dalam kondisi normal, di perairan Pasifik di sebelah Utara Irian terdapat kolam Air Hangat (Warm Water Pool) yang disebabkan oleh menumpuknya air yang terbawa oleh Katulistiwa Selatan karena hembusan Angin Pasat (trade winds) di Pasifik. Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi oleh adanya El Niño dan La Niña. Menurut Gordon (1996) transport Arlindo lebih besar terjadi selama La Nina dan melemah pada saat terjadi El Nino. Kemudian menurut Susanto (1999) dan Sudjono (2004) kekuatan arlindo pada saat terjadinya El Nino akan mengalami penurunan sedangkan pada saat terjadinya La Nina kekuatan arusnya akan mengalami peningkatan. Gambar 2 merupakan variasi suhu permukaan laut dimana pada tahun 2008 menunjukkan terjadinya fenomena La Nina. Gambar 2. Variasi Suhu Permukaan Laut (Sumber : http://tucsoncitizen.com/wryheat) Lebih lanjut Gordon (2001) menyatakan bahwa selama terjadinya El Nino transport Arlindo mengalami pelemahan, bahang dan massa air dan salinitas jauh lebih sedikit ditransfer ke Samudra Hindia. Walaupun pada saat terjadinya El Nino terjadi penurunan volume massa air yang bergerak dari Samudra Pasifik ke

9 Samudra Hindia. Kosongnya massa air di wilayah perairan Indonesia tadi kemudian mendorong munculnya up welling dan meningkatkan jumlah klorofil sehingga di perairan Indonesia akan panen ikan. 2.2 Keadaan Umum Perairan Selat Lombok Lombok merupakan pulau di provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Lombok terletak di 8 33 54 LS-8 o 56 50 LS dan 116 o 21 04 BT- 116 o 35 10 BT. Lombok memiliki luas wilayah laut yang mencapai 1.0743,33 km 2 yang merupakan 40,09% dari luas wilayahnya. Perairan Lombok sangat unik karena perairan ini mendapat pengaruh dari massa air laut yang berbeda yaitu dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Secara Oseanografis Lombok memiliki selat yang dinamakan Selat Lombok yang terletak disebelah barat dari Pulau Lombok itu sendiri. Selat Lombok adalah perairan yang sangat dinamis. Dari utara mengalir Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang membawa massa air hangat dari Samudera Pasifik menuju Hindia sepanjang tahun. Hanya pada masa peralihan musim di bulan April/Mei dan November/Desember arus yang bergerak ke selatan berbalik ke utara karena pengaruh masuknya gelombang Kelvin dari ekuator Samudera Hindia (Sprintall et al. 2000). Daerah yang dilalui oleh Arlindo merupakan daerah yang subur akan nutrien karena di daerah tersebut terjadi percampuran massa air dari dua samudra yang berbeda sehingga daerah tersebut sangat cocok untuk organisme laut untuk hidup. 2.3 Klorofil-a dan Produktivitas Primer di Perairan Laut Fitoplakton merupakan nama untuk plankton tumbuhan. Fitoplankton adalah tanaman yang diklasifikasikan ke dalam kelas alga. Ukurannya sangat kecil, tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2-200 mikro meter (1 mikro meter = 0,001 mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi ada juga yang membentuk rantai. Meskipun fitoplankton membentuk sejumlah besar biomassa di laut, kelompok ini hanya diwakili oleh beberapa filum saja. Klorofil-a merupakan jenis pigmen terbesar yang terkandung dalam fitoplankton. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya

10 fitoplankton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Klorofil-a fitoplankton merupakan salah satu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai peran penting di dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan. Konsentrasi klorofil tersebut dapat dianalisis menggunakan algoritma OC3M (O Reilly et al. 2000) yaitu: OC3M : Ca = 10 0,283-2,753R+1,457R2+0,659R3-1,403R4 R=log 10 Rrs (443) Rrs (490) > Rrs (550) Rrs (550) Dimana : Ca = Konsentrasi klorofil-a (mg/m 3 ) R = Rasio reflektansi Rrs = Remote sensing reflectance Selain klorofil, salah satu yang mempengaruhi produktivitas primer adalah suhu. Suhu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas primer di laut. Secara langsung, suhu berperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Kemudian Tomascik et al. (1997) mengatakan bahwa faktor utama yg mempengaruhi produktivitas primer di laut adalah cahaya matahari, nutrien, dan suhu. Selain itu menurut Susilo (2000) suhu permukaan laut sangat penting untuk diketahui karena sebaran suhu permukaan laut dapat memberikan informasi mengenai arus, daerah tangkapan ikan, cuaca/iklim, pencemaran minyak, dan pencemaran panas. Oleh karena itu, pengaruh suhu cukup besar dalam indikator produktivitas di laut. Analisis kondisi suhu permukaan laut (SPL) dengan menggunakan Algoritma SPL (Pathfinder), yaitu sebagai berikut: SPL = a0 + a1t1 + a2 (T1-T2) Tb + a 3(sec(q) -1) * ( T1-T2) Dimana : ai = koefisien (konstanta) Ti = suhu kecerahan Tb = suhu air q = sudut zenit satelit

11 Disamping suhu, fitoplankton juga sangat tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. 2.4 Karakterisitik dan Distribusi Ikan Cakalang Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species Katsuwonus pelamis. Ikan ini hidup bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wouthuyzen et al. (1990) makanan utama ikan cakalang yaitu Stomatopoda dan udang laut dari famili Pandalidae (krustasea), cumi-cumi (moluska), dan berbagai jenis larva atau juvenil ikan. Cakalang dikenal sebagai perenang cepat di laut zona pelagik. Suhu yang ideal untuk ikan cakalang antara 26 o -32 o C, dan suhu yang ideal untuk melakukan pemijahan 28 o -29 o C dengan salinitas 33 o / oo. Menurut Jones dan Silas (1962) cakalang hidup pada suhu antara 16 o -30 o C dengan temperature optimum 28 o C. Salinitas perairan yang disukai ikan cakalang yaitu berkisar 32-35 o / oo. Pada Gambar 3 merupakan klasifikasi ikan cakalang yaitu sebagai berikut : Filum : Vertebrata Kelas : Telestoi Ordo : Perciformes Famili : Scombridae Genus : Katsuwonus Spesies : Katsuwonus pelamis Gambar 3. Ikan Cakalang (Sumber : http://mb52.net/) Menurut Uktolseja et al. (1989), penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra Hindia (perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat Makassar) dan Samudra Pasifik (perairan Utara

12 Irian Jaya). Musim penangkapan cakalang di perairan Indonesia bervariasi. Musim penangkapan cakalang di suatu perairan belum tentu sama dengan perairan yang lain. Menurut Nikijuluw (1986), penangkapan cakalang dan tuna di perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Ikan cakalang adalah ikan bernilai komersial tinggi, dan dijual dalam bentuk segar, beku, atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering, atau ikan asap. Dalam bahasa Jepang, cakalang disebut katsuo. Ikan cakalang diproses untuk membuat katsuobushi yang merupakan bahan utama dashi (kaldu ikan) untuk masakan Jepang. Di Manado, dan juga Maluku, ikan cakalang diawetkan dengan cara pengasapan, biasa disebut oleh warga setempat cakalang fufu (cakalang asap). 2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) SIG merupakan suatu sistem informasi geografis menggunakan sistem komputer. Fungsi dari SIG sendiri yaitu untuk mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menampilkan semua bentuk informasi secara spasial. SIG digunakan sebagai alat bantu dalam pengelolaan informasi yang terjadi di muka bumi dan bereferensi pada keruangan (spasial). SIG tidak hanya untuk pembuatan peta, akan tetapi juga digunakan sebagai alat analisis. Keuntungan alat analisis adalah memberikan kemungkinan untuk mengidentifikasi hubungan spasial diantara feature data geografis dalam bentuk peta (Prahasta 2004). Daerah penangkapan ikan bersifat dinamis, yaitu selalu berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami ikan akan memilih habitat yang sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi kondisi oseanografi perairan. Kegiatan penangkapan ikan akan lebih efektif dan efisien apabila daerah penagkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu. Salah satu cara untuk mengetahui daerah potensial penangkapan ikan adalah melalui studi daerah penangkapan ikan dan hubungannya dengan fenomena oseanografi secara berkelanjutan (Priyanti 1999). Faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat serta cakupan daerah yang

13 luas dengan menggunakan teknologi indraja. Pemanfaatan SIG dalam perikanan tangkap dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan dan penghematan waktu dalam pencarian fishing ground yang sesuai (Dahuri 1996). SIG dapat menyajikan gejala perubahan lingkungan berdasarkan ruang dan waktu, tentunya dengan dukungan berbagai informasi data, baik survei langsung maupun melalui citra satelit.