BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol simbol

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada daya tariknya. Endorser yang kredibel adalah orang yang. bisa dipercaya dan mempunyai keahlian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pesat, hampir bagi para wanita kosmetik merupakan kebutuhan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

Karunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. objek memiliki arti yang personal dan penting, berkaitan dengan diri atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan senjata ampuh milik mereka yang berprofesi sebagai public relations

Nuke Farida ÿ. UG Jurnal Vol. 7 No. 09 Tahun Kata Kunci: Semiotika Pierce, Iklan, Hedonisme

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dituntut untuk menjaga penampilannya melainkan kaum pria telah mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dalam keindahan dan keserasian berbusana, cara komunikasi, kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau kebutuhan untuk mempertahankan hidup merupakan alasan yang mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecantikan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup wanita. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. cantik dihadapan public telah membuat para produsen kosmetik berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memanfaatkan teknologi dan internet. mencapai 63 juta orang ( diakses pada 7 September

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

I. PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu dan era globalisasi, saat ini dapat terlihat fenomena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan ketatnya persaingan bisnis di Era globalisasi seperti sekang ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antarpribadi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Gaya hidup modern yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

I. PENDAHULUAN. dapat mengatur kehidupan dunia dengan memanfaatkan teknologi sebagai. sarana meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia yang semakin modern, menuntut masyarakat untuk mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja bisa diatur dengan fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika produksi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin

I. PENDAHULUAN. Setiap wanita menganggap rambut sebagai mahkotanya, karena itu rambut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah perusahaan. Saat ini, hampir semua perusahaan telah

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah. Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator. 1 Komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, yang berupa simbol baik verbal maupun nonverbal. Dimana simbol yang digunakan bersifat manasuka atau arbitrer. Komunikasi yang efektif terjadi apabila individu mencapai pemahaman bersama, merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berpikir dengan cara baru. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan menambah produktifitas yaitu hasil dan nilai, baik individu yang bersangkutan maupun organisasinya, sehingga dapat mengantisipasi masalah, membuat keputusan secara efektif, mengkoordinasikan arus kerja, serta mensupervisi orang lain. Kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang, dimanapun ia berada, bukan hanya dalam dunia organisasi. Informasi yang akurat, benar dan lengkap menjadi unsur utama untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Persepsi yang akurat menghasilkan komunikasi yang efektif. Citra juga dibangun oleh informasi. Persepsi, komunikasi, informasi, merupakan unsur-unsur penting untuk membangun citra. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita tidak lepas dari komunikasi nonverbalnya yang diperlihatkan oleh lawan bicara. Sering kali, pesan yang disampaikan oleh bahasa nonverbal justru mengandung makna yang sebenarnya dari pembicaraan itu karena bahasa tubuh 1 Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi : suatu pengantar. Bandung : Rosdakarya. 2007

2 tidak dapat dihindari. Secara tidak sadar bahwa gerak-gerik seseorang telah mengkomunikasikan dirinya sendiri kepada orang lain. Bahkan pada saat kita diam sekalipun, sebenarnya kita sudah melakukan aktivitas komunikasi. Tidak hanya gerak-gerik saja yang dapat dikomunikasikan, ekspresi wajah, nada suara, gaya rambut serta pakaian sekalipun juga mengkomunikasikan sesuatu. Berbicara mengenai pakaian sebenarnya berbicara tentang sesuatu yang erat kaitannya dengan diri kita. Seperti yang dikatakan oleh Jhon Berger (1984) bahwa pakaian, model rambut, dan seterusnya adalah sama tingkatannya dan digunakan untuk menyatakan identitas. 2 Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan dari pada yang tidak. Pakaian yang dikenakan oleh seseorang menampilkan berbagai fungsi komunikatif. Dalam bentuk komunikasi, pakaian, busana, kostum dan dandanan dapat menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat nonverbal. Komunikasi artifaktual biasanya diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung melalui pakaian dan penataan berbagai artefak, seperti pakaian, dandanan, perhiasan, atau bahkan furniture dirumah rumah. Selain itu, dalam setiap era, penampilan tubuh manusia melalui pakaian, dandanan, dan tingkah laku membuat pernyataan yang kuat tentang kelas, status, dan gender. Hal ini dapat diperkuat oleh pendapatnya J.G. Taylor yang berkata perubahan perubahan dalam penampilan tubuh tersebut memberikan petunjuk bagi transformasi sosial yang luas. 3 Pakaian merupakan alat semiotik, mesin komunikasi. Dimana pakaian mencerminkan citra diri seseorang, indentitas, status sosial, gender, hubungan 2 Idy Subandy Ibrahim. Budaya Populer Sebagai Komunikasi : Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontenporer. Yogyakarta : Jalasutra. 2007 3 Idy Subandy Ibrahim, op.cit.,245.

3 kekuasaan, serta perbedaan sosial, politik, ekonomi, dan keagamaan. Disamping itu pula pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi. Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadianya, apakah ia orang yang konservatif, religius, modern, atau berjiwa muda. Pakaian dapat diibaratkan sama dengan rumah, kendaraan, dan perhiasan, digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang diinginkan pemakainya. Pembedaan kelas sosial dapat dikenal melalui struktur konsumsi seperti dalam hal penampilan, makanan, dan budaya. Pakaian sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Tidak ada yang tahu kapan tepatnya manusia telah mengenakan pakaian. Akan tetapi, manusia mungkin mulai mengenaikan pakaian lebih dari 100.000 tahun yang lalu. Hampir sejak awal sejarah, manusia telah mengenakan pakaian bukan hanya untuk manusia zaman awal sejarah mungkin mengenakan pakaian untuk melindungi diri, untuk memperbagus penampilan, dan untuk memberitahu orang lain tentang diri mereka. Tetapi manusia mengenakan pakaian bukan hanya untuk perlindungan saja, tetapi juga untuk mengidentifikasi jati diri mereka. Sebelum abad pertengahan, hanya para individu yang kaya dan berkuasa yang memperhatikan gaya berpakaian mereka. Namun sistem sosial berkembang pesat, kesekuruhan populasi mulai bersaing untuk meraih posisi dalam masyarakat. Penampilan menjadi satu sarana untuk melakukan hak tersebut. Kelompok dari kelas sosial yang tinggi cenderung menunjuk selera yang bebeda dengan kelas sosial yang lebih rendah. Tidak hanya penampilan saja, aksesoris pun merupakan sebagai pelangkap tubuh, dimana kebanyakan dari wanita menggunakan aksesoris aksesoris untuk mempercantik keindahan penampilan mereka. Seperti para eksekutif baik pria maupun wanita sebaiknya mengenakan aksesoris dengan model sederhana namun elegan, sehingga dapat tampil dengan citra anggun dan

4 eksklusif. Pada waktu ke kantor atau menghadiri acara-acara resmi para eksekutif sebaiknya mengenakan asesoris secukupnya saja. Lain halnya jika hendak ke pesta atau acara-acara informal lainnya. Khusus untuk para eksekutif perusahaan periklanan, kosmetik, garmen, penerbitan, perfilman, dapat mempergunakan berbagai jenis aksesoris trendi dan unik, namun tetap pada batas-batas yang wajar. Wanita cantik, berkulit putih lembut, mempunyai tinggi semampai, berambut hitam panjang tergerai dengan penampilan seksi menawan dan tatapan mata tajam menantang sering kita jumpai di kota besar metropolitan jakarta. Banyak wanita yang peduli akan penampilan, mereka sangat selektif sekali dalam memilah milih model-model busana dan aneka macam bentuk aksesoris, hal ini dapat terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Banyak wanita berlombalomba untuk tampil cantik dan seksi, dapat dilihat dengan banyaknya mall-mall yang menjual berbagai macam model-model busana dari yang sopan hingga busana seksi sekalipun serta banyak di bukannya perawatan tubuh seperti salon, spa, dan perawatan muka. Wanita berpenampilan cantik, menarik dan seksi tujuannya karena kebanyakan dari wanita ingin mendapatkan citra yang baik dari orang lain. Tetapi tidak semua wanita yang peduli akan penampilannya, ada juga beberapa wanita yang cenderung cuek akan penampilannya. Seperti wanita tomboi yang biasa kita berpenampilan menyerupai laki-laki, serta ada juga wanita rock and roll yang berpenampilan seperti anak punk. Dalam ungkapan Chaney, penampakan luar menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. Lebih jauh Chaney mengingatkan bagaiman para selebriti, artis pertunjukan, dan figurfigur publik lainnya akan terus berusaha memanipulasi penampakan luar citra mereka (gaya hidup mereka) untuk merekayasa kesepakatan dan mendapatkan dukungan. 4 4 Idy Subandy Ibrahim. LIFESTYLES : Sebuah Pengantar Komprehensir, DAVID CHANNEY. Yogyakarta : Jalasutra. 2011

5 Kajian tentang penampilan khususnya pakaian sangat menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Karna pakaian masuk di dalam kontek komunikasi khususnya komunikasi nonverbal. Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti melihat banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan mengenai penampilan. Banyak wanita yang ingin tampil cantik dalam setiap penampilannya, hal ini dilakukan karena mereka ingin mendapatkan citra yang baik dari orang lain. Ada juga beberapa wanita dalam setiap penampilannya selalu terlihat sexy dan menarik, hal ini dikarenakan adanya tuntutan pekerjaan yang membuat seseorang harus berpenampilan sexy, tetapi ada juga yang berpenampilan cantik dan elegant, ternyata adalah dari kalangan menengah kebawah. Hal ini membuktikan bahwa penampilan dapat memanipulasi diri seseorang. Hal ini dapat dilihat dilapangan, peneliti menemukan beberapa fenonema yang terjadi. Yaitu, pada saat peneliti sedang berkumpul bersama teman-teman di salah satu mall di jakarta, ada salah satu teman sudah bekerja. Ia bekerja di salah satu perusahaan swasta di jakarta, dalam setiap penmapilannya ia selalu kelihatan sexy dan menarik. Hal ini membuat peneliti bertanyatanya, apa yang melatarbelakangi ia selalu berpenampilan sexy dan menarik. Ia pun menjawab bahwa mengapa selalu berpenampilan sexy, karena adanya tuntutan pekerjaan yang mengaharuskan ia untuk selalu berpenampilan sexy. Tidak hanya itu saja, ada juga yang berpenampilan yang memanipulasi diri seseorang. Ada teman peneliti yang dalam setiap penampilannya selalu terlihat cantik dan elegant. Barang yang digunakannya pun bermerek semua, mulai dari pakaian hingga aksesoris-aksesoris yang digunakan. Awalnya peneliti melihat kalau ia adalah anak dari kalangan menengah keatas, namun seiring berjalannya waktu ternyata ada yang memberi tahu kepada peneliti bahwa ia adalah anak dari kalangan menengah kebawah. Ia selalu berpenampilan cantik dan elegant karena ia ingin mendapatkan citra yang baik dari orang lain, ia tidak mau kalau orang lain

6 menilai kalau ia berasal dari orang tidak mampu. Barang-barang yang sering ia gunakan, baik pakaian maupun aksesoris-aksesoris yang bermerek semua ia dapatkan dari hasil kerjanya sebagai wanita nakal. Tidak fenomena itu saja yang peneliti temui dilapangan, ada juga wanita yang setiap penampilannya sellau terlihat tomboi atu menyerupai seperti laki-laki, namun karena adanya tuntutan pekerjaan yang membuat ia harus tampil canik seperti lakayknya perempuan biasannya. Seiring berjalannya waktu, ia pun sekarng sudah tidak pernah berpenampilan seperti laki-laki lagi, hal ini dikarenakan ia sudah mulai terbiasa berpenampilan seperti perempuan kebanyakan. Untuk itu, peneliti merasa tertarik terhadap penelitian ini. Karena peneliti ingin membutikan dan mendapatkan jawaban, apakah melalui penampilan khusunya dalam berpakaian dapat memberikan citra terhadap sieh pemakai. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan suatu kasus yang terkait dengan penelitian yang diangkat yaitu wanita aktif yang ada di kota jakarta. Berbicara mengenai penampilan erat kaitannya dengan seorang Public Relations (PR). Public Relations adalah fungsi manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi dan punliknya; PR melibatkan manajemen problem atau manajemen isu; PR membantu manajemen agar tetap responsif dan mendapat informasi terkini tentang opini publik; PR mendifinisikan dan menekankantanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; PR membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan (trends); dan PR menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai utamanya. 5 5 Rex. F. Harlow, Building a Public Relations Definition, Public Relations Review 2, No. 4 (Winter, 1976) :36

7 PR dituntut tidak hanya mempunyai skill saja, tetapi PR juga dituntut harus mempunyai kepribadian yang baik, baik itu dari penampilannya maupun dari gaya berbicaranya. Karena itu semua sebagai pendukung seorang PR untuk mendapatkan citra yang baik dan postif dari publik. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pencitraan dalam penampilan melalui pakaian di jakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini adalah kegiatan ilmiah yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang hendak di capai oleh peneliti yang tidak lepas dari perumusan masalah yang telah ditentukan. Tujuan penelitian ini sendiri merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai jawaban atas permasalahan yang hendak dihadapi dan juga untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan perorangan. Dimana tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui citra diri seseorang melalui pakaian. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperkaya kajian kajian komunikasi yang menyangkut komunikasi nonverbal, terutama menyangkut komunikasi artifaktual dalam penampilan. Serta dapat menambah khasanah kajian komunikasi dan dapat memberikan data dan informasi mengenai citra diri di dalam penampilan.

8 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian in dapat memberikan data yang lebih kaya mengenai pengaruh penampilan terhadap citra diri seseorang dengan memperoleh data yang subjektif yang terinci. Serta untuk memberikan kajian-kajian informasi mengenai pentingnya personal image kepada seorang public relations dalam berpenampilan.