CERMAT MEMILIH KEMASAN PANGAN UNTUK MENGHINDARI KERACUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
Penyimpangan mutu adalah penyusunan kualitatif dimana bahan mengalami penurunan mutu sehingga menjadi tidak layak dikonsumsi manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN

PERATURAN KEMASAN DAN PEDOMAN UMUM PELABELAN. 31 Oktober

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid.

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KEMASAN PANGAN

terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hidrokinon dalam Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

Sosis ikan SNI 7755:2013

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

Identitas Responden. Lampiran 2: Kuesioner Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penggunaan plastik sebagai pengemas telah mengalami perkembangan

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

PENGARUH PERENDAMAN DENGAN KERTAS KORAN DALAM AIR PANAS TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) PADA IKAN ASIN

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

SKRIPSI DISUSUN OLEH IKA SUSWANTI NIM:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

Pengemasa Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, mendefenisikan Makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

PERATURAN-PERATURAN DALAM KEMASAN PANGAN

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

Siomay ikan SNI 7756:2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

AMANKAH PANGAN ANDA???

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

Air mineral alami SNI 6242:2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Manfaat Minum Air Putih

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

PAPER BIOKIMIA PANGAN

Roadmap Pengawasan Kemasan Pangan. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 2015

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

Air mineral SNI 3553:2015

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

Air demineral SNI 6241:2015

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B T M = ZAT BERACUN? Oleh : Estien Yazid, M.Si Dosen Biokimia Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

Transkripsi:

CERMAT MEMILIH KEMASAN PANGAN UNTUK MENGHINDARI KERACUNAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis, manusia membutuhkan pangan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, industri pangan juga mengalami perkembangan, serta mudah ditemukan di seluruh pelosok tanah air. Dengan munculnya berbagai macam jenis pangan, baik untuk di konsumsi langsung maupun yang dapat bertahan lama, ada satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan industri tersebut yaitu perkembangan kemasan pangan untuk mengemas produk pangan. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi pangan adalah asupan gizi yang seimbang serta bebas dari cemaran mikroba, kimia, dan fisik, karena faktor keamanan pangan juga merupakan syarat universal bagi mutu pangan yang baik. Dengan kata lain, suatu produk pangan, walaupun memiliki citarasa, nilai gizi, atau pun sifat fungsional yang bagus, tetap tidak cukup berarti jika produk tersebut tidak aman untuk dikonsumsi. Salah satu faktor yang terkait dengan keamanan pangan adalah keamanan bahan kemasan pangan/pembungkusan produk pangan (foodgrade). Kemasan Pangan Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. Kemasan pangan ditujukan untuk memberi perlindungan pada pangan, misalnya untuk mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti permeasi gas, kelembaban/uap air, gesekan, benturan dan getaran, gangguan kimia seperti oksidasi dan sinar ultra violet, juga gangguan biologik seperti bakteri dan kapang. Dari segi promosi, kemasan berfungsi sebagai daya tarik pembeli. Berdasarkan eksistensinya, kemasan pangan dapat dibedakan menjadi kemasan primer, sekunder dan tersier. Yang paling penting diperhatikan adalah kemasan pangan sebagai kemasan primer, karena kemasan ini bersentuhan langsung dengan pangan, sehingga memiliki potensi perpindahan (migrasi) zat/komponen dari kemasan pangan ke dalam pangan paling besar. Dalam proses pengolahan pangan dapat terjadi perubahan-perubahan fisik maupun kimiawi, baik yang dikehendaki atau tidak dikehendaki. Setelah melalui proses pengolahan tersebut, pangan tidak tetap stabil, melainkan dapat terus mengalami perubahan, sehingga 1

diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat agar masa simpan produk pangan dapat ditingkatkan dengan nilai gizi masih dapat dipertahankan. Saat ini terdapat banyak negara yang semakin memberikan perhatian khusus pada keamanan kemasan pangan yang beredar, karena adanya potensi komponen dari kemasan bermigrasi ke dalam pangan. Sebagian komponen kemasan pangan tersebut dapat menimbulkan efek buruk dan membahayakan kesehatan. Komponen berbahaya tersebut dapat berasal dari residu bahan baku (starting material) kemasan misalnya monomer, katalis yang digunakan untuk mempercepat laju reaksi, hasil urai bahan dasar dan bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan kemasan pangan. Berbagai negara telah mengeluarkan peraturan terkait keamanan kemasan pangan, misalnya Indonesia mengatur dengan menerbitkan Peraturan Kepala Badan POM tentang Bahan Kemasan Pangan nomor: HK 00.05.55.6497 tahun 2007, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 Tentang Pengawasan Kemasan Pangan; Amerika Serikat mengatur kemasan pangan melalui FDA (Food Drug Administration), dengan mengeluarkan 21 CFR (Code of Federal Regulations) section 175-178 tahun 1995, yang diperbaharui tahun 2008, CFR ini memuat antara lain jenis plastik beserta batasan migrasinya, spesifikasi dan batas migrasi bahan tambahan, tipe pangan dan kondisi penggunaan, jenis stimulan, waktu dan suhu pengujian; Uni Eropa mengatur kemasan pangan antara lain melalui: European regulation/ec No. 1935/2004 on materials and articles intended to come into contact with food dan Commission Directive 2002/72/EC on relating to plastic materials and articles intended to come into contact with foodstuff, sedangkan di Jepang melalui: Japanesse food sanitation law tahun 1989, diatur batas migrasi logam berat, jenis dan batas migrasi kemasan pangan, dan di Malaysia melalui food regulation tahun 1985 diatur batas migrasi monomer vinil klorida (VCM) dari kemasan PVC dan logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd). Jenis Kemasan Pangan Kemasan pangan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar kemasan pangan dapat berupa plastik, logam/paduan logam, kertas/karton, karet/elastomer, keramik, selofan dan kaca. Khusus plastik, dalam pembuatannya menggunakan monomer (unit kecil molekul penyusun) yang direaksikan menggunakan katalis, disamping berbagai bahan tambahan misalnya penstabil, pemlastis, pewarna, pelincir, pemutih, perekat, antikorosi, antistatik, antiblok, dan lain-lain. Bahan tambahan 2

tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan, antara lain memperpanjang daya tahan, merubah bentuk, memperbaiki tampilan kemasan, dan lain sebagainya. Pada setiap jenis kemasan, ada persyaratan tertentu yang harus diikuti supaya dihasilkan kemasan yang aman bagi kesehatan. Setiap jenis bahan pengemas ini memiliki keunggulan tertentu, antara lain jenis kemasan tertentu cocok untuk jenis pangan tertentu, misalnya pangan padat, setengah padat (pasta) dan cair (minuman). Tidak semua bahan pengemas aman untuk pangan dan terhadap kesehatan. Syarat keamanan kemasan pangan adalah sebagai berikut: Kemasan pangan tidak boleh bersifat toksik dan tidak meninggalkan residu terhadap pangan, harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan pangan; Senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan pangan terkemas; Bentuk, ukuran dan jenis kemasan dapat memberikan efektifitas; dan bahan kemasan tidak mencemari lingkungan hidup. Beberapa Bahan Kemasan Pangan dan Pengaruh Negatifnya Bagi Kesehatan 1. Kemasan Plastik Plastik adalah campuran yang mengandung polimer, filler, pemlastis/plasticizer, pengawet/retard, nyala, antioksidan, lubrikan, penstabil/stabilizer panas dan pigmen warna. Jenis polimer yang banyak digunakan adalah polietilen, polipropilen, polivinil klorida dan polistirina. Risiko yang dapat ditimbulkan akibat campuran senyawa tersebut diantaranya: senyawa kimia toksik, yang merupakan akibat bermigrasinya plastik dengan produk pangan, yang dipengaruhi oleh tingginya suhu dan lamanya waktu kontak. Namun pada artikel kali ini, kemasan plastik dan turunannya seperti melamin yang terbuat dari resin dan formalin, tidak dibahas lebih lanjut, karena sudah pernah dibahas khusus pada artikel sebelumnya, serta telah di upload pada website Badan POM. 2. Kemasan Logam Kemasan kaleng dapat terbuat dari berbagai jenis logam misalnya seng, aluminium, dan besi. Dalam kadar rendah alumunium dan seng tidak beracun bagi tubuh manusia. Namun perlu diperhatikan bahwa logam akan bereaksi dengan asam, yang menyebabkan logam tersebut melarut. Banyak bahan pangan yang bersifat asam, sehingga kontak antara asam dengan kemasan logam dapat melarutkan kemasan logam yang bersangkutan. Waktu kontak berkorelasi positif dengan banyaknya logam yang terlarut, artinya semakin lama waktu kontak, maka semakin banyak logam yang terlarut. Oleh karena itu perlu dipilih jenis pangan yang layak dikemas dengan kaleng atau kemasan logam, agar kualitas produk 3

pangan tetap terjaga. Perlu pula diperhatikan penggunaan bahan tambahan pada pembuatan kaleng seperti: cat, serta bahan pelapis kaleng organik epoksi fenol dan organosol. Kaleng ataupun kemasan logam lainnya tidak boleh mengandung logam timbal, kromium, merkuri, dan kadmium karena dapat mengakibatkan efek negatif terhadap kesehatan manusia. 4. Kemasan Kertas dan Sejenisnya Bahan pengemas yang berasal kertas dan sejenisnya sudah lama dikenal masyarakat, termasuk kertas tisu, koran bekas, ataupun kertas bekas lainnya yang telah diputihkan. Struktur dasar kertas adalah bubur kertas (selulosa) dan felted mat. Komponen lain adalah hemiselulosa, fenil propan terpolimerisasi sebagai lem untuk merekatkan serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. Pada pembuatan kertas terkadang digunakan klor sebagai pemutih, adhesive aluminium, pewarna dan pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam kertas, yang dapat bermigrasi kedalam pangan antara lain adalah tinta dan klor. Mengingat penggunaan kemasan kertas dapat memberikan ancaman bagi kesehatan, maka pemilihan bahan pangan yang dikemas, dan penggunaan kertas sebagai pengemas harus diperhatikan. Kertas bertinta seharusnya tidak digunakan untuk membungkus bahan pangan secara langsung. Migrasi bahan kimia berbahaya dari kemasan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan ataupun akumulasi bahan toksik. Bahaya Menggunakan Kertas Bekas Salah satu bahaya penggunaan kertas bekas sebagai pengemas pangan adalah adanya kontaminasi mikroorganisme, sehingga dapat merusak produk pangan dan menimbulkan penyakit. Apabila kertas bekas yang mengandung tinta digunakan untuk membungkus produk pangan yang berminyak seperti gorengan, maka minyak dalam keadaan panas dapat melarutkan timbal (Pb) yang terkandung pada tinta dan bermigrasi ke produk pangan. Mengkonsumsi produk pangan yang terkontaminasi timbal dapat membahayakan kesehatan, karena dapat menyebabkan keracunan akut yang ditandai dengan munculnya rasa haus dan rasa logam. Gejala lain yang dapat muncul adalah sembelit, kram perut, mual, muntah, kolik, dan tinja berwarna hitam, dapat pula disertai dengan diare atau konstipasi. Terhadap susunan saraf pusat, timbal anorganik dapat menyebabkan paraestesia, nyeri dan kelemahan otot, anemia berat dan hemoglobinuria akibat hemolisis. Selain itu 4

keracunan timbal berat, dapat pula menimbulkan kerusakan ginjal, gagal ginjal akut, dan kematian yang terjadi dalam 1-2 hari. Apabila keracunan akut teratasi, umumnya akan terlihat gejala keracunan Pb kronik. Terpapar timbal kronik diketahui bersifat neurotoksik (menyerang saraf) dan akumulatif, bahkan dapat menyebabkan kanker, gangguan fungsi ginjal (nefrotoksik), sistem hemopoietik, saluran pencernaan, pada laki-laki dapat menyebabkan penurunan kualitas sperma sehingga dapat menyebabkan kemandulan, menurunkan fertilitas, dan berpotensi menurunkan kecerdasan (IQ) pada anak - anak. Kertas bekas yang diputihkan dengan cara menambahkan klor (chlorine), bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin yaitu suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan karena bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Pada konsentrasi yang tinggi dioksin dapat menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista). Selain itu dioksin juga dapat menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis. Sedangkan pada wanita, dioksin dapat menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang tumbuh di luar rongga rahim 5. Kemasan Kaca/Gelas dan Porselen Kaca/gelas dan porselen merupakan kemasan yang paling tahan terhadap air, gas ataupun asam, atau memiliki sifat inert. Kemasan kaca juga dapat diberi warna, banyak digunakan untuk produk minuman yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga dapat menyaring cahaya yang masuk ke dalam kemasan kaca. Jenis kemasan ini dianggap kemasan yang paling aman untuk produk pangan. Porselen atau keramik, biasanya sering digunakan sebagai gelas atau peralatan makan. Selain ada yang dibuat dari tanah liat, ada pula porselen yang dibuat dari bahan dolomite dengan beberapa bahan campuran lainnya. Porselen cukup aman digunakan sebagai wadah makanan, terutama yang bersuhu tinggi. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan dari porselen antara lain suhu pembakaran pada saat pembuatan serta bahan bakunya. Porselen dibuat dengan cara dibakar pada suhu sangat tinggi yaitu di atas 1200 C. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat. Namun bila pembakaran kurang dari 800 C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik. Bila bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga kurang baik. Porselen dari bahan baku dolomite dengan pembakaran yang kurang sempurna, dapat 5

berpotensi terjadi migrasi senyawa kimia kalsium karbonat (CaCO 3 ) dan magnesium karbonat (MgCO 3 ) dari dolomite ke dalam bahan pangan. Dolomite merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan pertanian. Warna porselen umumnya putih, sedangkan bila dengan bahan dolomite akan berwarna agak kusam. Migrasi Pada Pangan Dapat Menimbulkan Keracunan Makanan Migrasi merupakan perpindahan bahan kimia baik itu polimer, monomer, ataupun katalisator kemasan (contoh formalin dari kemasan/wadah melamin) kedalam pangan. Migrasi bahan kimia tersebut memberikan dampak berupa penurunan kualitas pangan dan keamanan pangan, juga menimbulkan efek terhadap kesehatan. Jumlah senyawa termigrasi pada umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat berpengaruh fatal terutama pada jangka panjang (bersifat kumulatif dan karsinogenik). Faktor yang mempengaruhi migrasi adalah jenis serta konsentrasi bahan kimia yang terkandung, sifat dan komposisi pangan, suhu dan lama kontak serta kualitas bahan kemasan (jika bahan bersifat inert atau tidak mudah bereaksi maka potensi migrasinya kecil dan demikian pula sebaliknya). Migrasi bahan toksik merupakan masalah serius jangka panjang bagi kesehatan konsumen, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dalam pemilihan kemasan pangan. Menyikapi keberadaan jenis bahan kemasan yang mudah berimigrasi kedalam produk pangan, diperlukan kebijakan khusus yang efektif dan mencapai sasaran dalam pemilihan kemasan. 6

Kategori Pemilihan Bahan Pengemas Pangan Sejumlah kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kemasan pangan antara lain adalah: Sifat bahan kimia pangan serta stabilitasnya dalam hal komposisi kimia, biokimia, mikrobiologi, kemungkinan reaksi dan kecepatan reaksi terhadap bahan kemasan, pengaruhnya dengan suhu dan waktu. Sifat bahan kimia pengemas, kompatibilitasnya harus dinilai secara seksama. Apakah bahan kimia tersebut mudah termigrasi, misalnya pangan dengan kadar lemak tinggi atau pangan bersuhu tinggi, tidak boleh dikemas dengan plastik yang dapat berpeluang melepaskan monomer yang bersifat karsinogenik kedalam pangan, serta evaluasi terhadap pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap komposisi yang dikandung pengemas. Evaluasi terhadap faktor lingkungan ini diperlukan karena mengingat migrasi bahan toksik sangat dipengaruhi suhu, lama kontak dan jenis senyawa toksik dalam kemasan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan adalah : a. Sesuai derajat asam basanya (ph) Pangan memiliki kadar asam basa yang beragam. Ada pangan yang bersifat asam, netral dan ada pula yang basa. Pangan yang bersifat asam sebaiknya tidak dikemas dalam kemasan yang terbuat dari logam. Sedangkan pangan yang bersifat netral lebih banyak memiliki kecocokan dengan banyak jenis bahan pengemas. b. Suhu saat pengemasan dan penyimpanan. Pengemasan pangan ada yang dilakukan pada saat pangan bersuhu tinggi (diatas 60 o C), suhu kamar, ataupun suhu rendah. Pengemasan pangan pada suhu tinggi, ataupun penyimpanan pangan terkemas pada suhu tinggi dapat meningkatkan migrasi bahan kimia toksik, misalnya formaldehid dari kemasan melamin dapat bermigrasi kedalam pangan pada suhu tinggi. c. Kandungan bahan kimia dominan Bahan kimia yang dominan dalam pangan dapat berupa protein, lemak/minyak, garam dan sebagainya. Pemilihan kemasan sebaiknya disesuaikan dengan kandungan bahan kimia pada pangan. Sebaiknya kemasan yang dipilih adalah yang tidak bereaksi dengan bahan kimia pada pangan. Sebagai contoh: Pangan berkadar garam tinggi, akan dapat mendegradasi kemasan logam. 7

Tips Memilih dan Menggunakan Kemasan Pangan yang Aman: 1. Utamakan menggunakan kemasan yang terbuat dari kaca/gelas atau keramik. 2. Jika menggunakan kemasan plastik, pilih yang mencantumkan kode daur ulang. 3. Pilih kemasan yang mencantumkan tulisan aman (food safe/for food use/food grade) untuk makanan atau logo gelas dan garpu 4. Pilih kemasan yang warnanya tidak mencolok. 5. Ikuti petunjuk pemakaian yang disarankan oleh produsennya. 6. Pilih kemasan yang mencantumkan identitas produsen. 7. Tidak terkecoh dengan harga yang murah, utamakan menggunakan kemasan pangan yang terbuat dari kaca dan keramik, termasuk tembikar/gerabah. 8. Jangan sekali-kali menggunakan kantong plastik kresek berwarna hitam untuk mewadahi langsung makanan siap santap. 9. Sebaiknya mengurangi penggunaan kemasan pangan yang terbuat dari plastik PVC untuk makanan berminyak/berlemak atau mengandung alkahol terlebih dalam keadaan panas. 10. Jangan menggunakan kemasan pangan plastik dalam microwave kecuali atas anjuran produsen. (jenis plastik polipropilen/pp cocok digunakan untuk microwave). 11. Jangan menggunakan kemasan pangan yang rusak atau berubah bentuk untuk mewadahi makanan berminyak/berlemak apalagi dalam keadaan panas. 12. Hindari penggunaan plastik untuk membuat/merebus makanan seperti ketupat. 13. Jangan merebus botol susu untuk sterilisasi, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih. 14. Jangan membakar plastik terutama PVC karena berpotensi melepaskan dioksin yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. 8

Daftar Pustaka: 1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan Kemasan Pangan. 2. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Tanya Jawab tentang Kemasan Pangan. 2010. 3. Europian regulation (EC) N0. 1935/2004 on materials and articles intended to come into contact with food. 4. Commission Directive 2002/72/EC on relating to plastic materials and articles intended to come into contact with foodstuff. 5. S.S. Deshpande. 2002, Handbook of Food Toxicology, New York-Bassel: Marcel Dekker, Inc. 6. http://www.bbpp-lembang.go id (diunduh April 2012). 7. http://www.ecologycenter.org/factsheets/plastichealtheffects.html (diunduh April 2012). 8. http://www.thesite.org/healthandwellbeing/fitnessanddiet/food/foodpackaging (diunduh April 2012) 9