Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN MATA KULIAH...

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM BIDANG BERHITUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini banyak bahasa salah satunya adalah Bahasa Isyarat. Tetapi. dewasa ini kata-kata dalam Bahasa Isyarat yang digunakan untuk

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

TEKNIK KOMUNIKASI KUNCI KESUKSESAN

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENGGUNAAN MEDIA BERMAIN BINGO PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KESAMAAN NILAI PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU.

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

STRATEGI PEMBELAJARAN KOSAKATA ABSTRAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU USIA DINI. Oleh: Hermanto 1. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

Transkripsi:

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan khusus atau sering disingkat ABK adalah mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata anak seusianya. Perbedaan ini terjadi dalam beberapa hal, seperti proses pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional (Ramadhan, 2012). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, dari total 237.641.326 jiwa penduduk Indonesia, 4,74% atau sekitar 11.264.199 jiwa mengalami kesulitan disabilitas, yang terdiri dari kesulitan melihat/ tuna netra 7.248.060 jiiwa (3,05%), kesulitan berjalan atau naik tangga/ tunadaksa 3.849.789 jiwa (1,62%), kesulitan mendengar/ tunarungu 3.754.733 (1,58%), kesulitan mengingat atau konsentrasi/ tungrahita ringan 3.422.035 jiwa (1,44%), kesulitan mengurus diri sendiri/ tunagrahita sedang dan berat 2.542.762 jiwa (1,07%) (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester II, 2014). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tunarungu adalah istilah lain dari tuli yaitu tidak dapat mendengar karena rusak pendengaran. Secara etimologi, tunarungu berasal dari kata tuna dan rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Jadi, seseorang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu atau kurang mampu mendengar suara. Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) dalam Wasita (2012), tunarungu merupakan istilah bagi orang yang kurang dapat atau kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat. Mayoritas masyarakat, bahkan mayoritas guru untuk ABK, sering memandang tunarungu adalah kondisi kehilangan indera yang tidak terlalu berat, dan lebih ringan dibandingkan ketunaan yang lain. Kehilangan pendengaran pada tunarungu tidak terlihat secara kasat mata, sehingga terkadang jenis ketunaan ini dianggap ketunaan yang tidak membutuhkan penanganan serius seperti ketunaan yang lain. Padahal hilangnya fungsi pendengaran akan berdampak serius pada proses memahami sesuatu. Informasi yang diperoleh sering adalah informasi yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan konteks dan konten sebenarnya. Hermanto (2014) memberikan analogi seperti menonton film, namun volume atau suaranya tidak dihidupkan (di-off-kan). Tentu saja walau mata dapat melihat seluruh gerakan dalam film tersebut, namun apa isi percakapan yang terjadi sesungguhnya 1

tidak dapat ditangkap. Itulah yang dialami mereka para tunarungu. Di sekolah, siswa tunarungu akan mengalami keterlambatan dalam kemampuan akademis. Bukan karena perkembangan kognitif dan tingkat intelegensi yang lebih rendah dari anak mendengar, namun akibat proses pencapaian target belajar yang pada anak tunarungu terkendala atau terhambat akibat dari keterbatasan kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi dan daya abstraksi anak sebagai dampak dari kehilangan pendengaran (Wasita, 2012). Kemampuan Berbahasa Anak Tuna Rungu Bahasa adalah alat penutur ataupun simbol dan unsur utama dalam komunikasi, menjadi dasar bagi seseorang untuk mengekspresikan, dan berkembangnya berbagai informasi atau pengetahuan mereka. Berbicara tentang kemampuan berbahasa, harus dipahami terlebih dahulu bagaimana sebenarnya proses perolehan informasi kebahasaan itu sendiri. Menurut Hermanto (2014), pemrosesan informasi dimulai dari adanya input melalui indera, baik itu melalui penglihatan, pendengaran atau indera lainnya. Input yang masuk kemudian diteruskan ke short term memory (memori jangka pendek). Proses ini juga sering disebut sebagai working memory, yaitu memori yang sedang bekerja atau yang sedang berada dalam kesadaran saat ini. Proses ini tentu dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, kesehatan dan kesempurnaan indera sebagai pintu masuk informasi. Dari short term memory inilah kemudian diteruskan ke long term memory (memori jangka panjang). Proses ini lama kelamaan akan tersimpan dan akhirnya dimengerti baik cara pengucapan ataupun maknanya. Dengan demikian, proses panjang yang telah dilakukan itu menjadi satu pengertian atau informasi bagi individu yang melakukan proses. Anak akhirnya mendapatkan bahasa atau kosakata dalam kehidupannya. Contoh untuk penjelasan di atas adalah bagaimana seorang bayi mendapatkan katakata pertamanya. Ketika seorang bayi melihat benda yang disebut buku, maka buku itu hanyalah benda atau objek melalui amatan yang belum berarti. Seorang bayi belum bisa mengatakan kalau itu buku bila sebelumnya ia belum pernah mendapatkan informasi bahwa itu namanya buku. Bahkan orang dewasa sendiri sangat mungkin tidak mengetahui nama dari suatu benda atau peralatan yang baru dilihat bila sebelumnya tidak diberitahu namanya. Seiring perjalanan waktu, ketika semua orang di sekeliling sang bayi terus menerus menyebutkan buku dan bayi tersebut pun terus menerus mendengar kata buku, maka pengertian buku bergeser dari short term memory menjadi long term memory yang membentuk persepsi dan pengertian tentang buku. Dan seperti inilah, kosa kata dibangun 2

dan disimpan dalam pengertian manusia. Dan disinilah, di proses perolehan informasi inilah, anak tunarungu mengalami kesulitan karena mereka tidak mendengar kata-kata diucapkan. Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak Anak Tunarungu Pentingnya penguasaan kosakata terhadap kemampuan berbahasa anak tunarungu merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian para guru. Penguasaan kosakata termasuk salah satu prasyarat untuk menguasai bermacam pelajaran yang lebih tinggi. Karena tanpa penguasaan kosakata yang baik, anak tunarungu akan kesulitan untuk memahami penjelasan-penjelasan guru selanjutnya. Menurut Hermanto (2014), kosakata adalah semua kata yang dipahami oleh seseorang dalam bahasa tertentu baik yang sifatnya reseptif atau produktif. Proses pemerolehan kosakata dapat bersifat spontan (proses belajar alamiah dari lingkungan) dan melalui pembelajaran spesifik (pembelajaran bahasa lewat proses belajar yang disengaja, dan bertujuan mempercepat proses belajar alamiah. Kosakata terbagi atas dua jenis, yaitu kosakata kongkrit dan kosakata abstrak. Kosakata kongkrit adalah kelompok kata yang mudah untuk divisualisasikan dengan gambar atau ditunjukkan dengan peragaan. Sebagai contoh kelompok kata ini adalah nama-nama benda (buku, bola, mata) dan kata kerja (cuci, makan, minum). Kosakata abstrak adalah kelompok kata yang sulit untuk divisualisasikan dengan gambar atau ditunjukkan dengan peragaan. Contoh kosakata abstrak adalah kosakata yang berhubungan dengan keagamaan, sikap moral dan budi pekerti. Dalam mengajarkan kosakata yang kongkrit, apalagi yang abstrak, masih banyak ditemukan kendala di lapangan. Selain itu berbagai strategi pembelajaran kosakata pada tunarungu masih belum banyak dilakukan di sekolah. Masih banyak dijumpai guru yang mengajarkan kosakata seperti mengajar untuk anak mendengar yang menuntut hafalan dan ingatan semata. Padahal, sebagaimana yang dikemukakan oleh Stahl (1999) dalam Hermanto (2014), bahwa dalam mengajarkan kosakata, akan menjadi sangat efektif, bila siswa mendapatkan informasi baik secara deskriptif dan kontekstual, siswa mampu bekerja secara aktif menggunakan kosakata baru tersebut, siswa dikondisikan agar menjumpai kosakata tersebut dalam situasi yang bervariasi. Senjaya (2008) dalam Hermanto (2014) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Disinilah, dibutuhkan kreativitas guru untuk merancang strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami pelajaran dengan lebih baik. Beberapa strategi yang biasanya dilakukan guru untuk mengajarkan kosakata abstrak adalah menggunakan bantuan warna atau kertas-kertas warna, 3

gambar atau serial gambar yang menarik, yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Untuk kata abstrak yang berhubungan dengan ibadah, maka guru diharapkan mengajarkannya lewat praktek ibadah dan diskusi berkelanjutan tentang kata-kata abstrak yang terdapat di ibadah tersebut. Merayakan Ulang Tahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, dan Tahun) Masih menurut Hermanto (2014), tahapan awal dari strategi pembelajaran kosakata abstrak anak tunarungu adalah dengan melakukan identifikasi jenis kata-kata yang paling penting untuk diajarkan terlebih dahulu. Seorang guru harus sadar betul bahwa kosakata yang akan diajarkan memiliki derajat kemanfaatan yang sangat tinggi. Pertimbangan ini dilakukan agar guru tidak terlalu banyak waktu untuk materi kosakata yang tidak sering digunakan karena keterbatasan waktu dan banyaknya standar kompetensi dalam kurikulum. Sebagaimana dikemukakan oleh Willems (2012) bahwa kriteria untuk mengidentifikasi katakata yang penting untuk diajarkan adalah dengan membuat beberapa pertanyaan sebagai berikut: Pertama, seberapa umum sifat kata-kata tersebut, apakah siswa akan menemui katakata tersebut dalam teks-teks lainnya? Apakah kata-kata tersebut berguna bagi siswa untuk mendeskripsikan pengalaman mereka sendiri? Kedua, apakah kata-kata itu yang benar-benar belum diketahui maknanya oleh siswa secara keseluruhan dan akurat? Ketiga, bagaimana kata-kata tersebut berhubungan dengan kata-kata lainnya, apakah kita juga berpikir bahwa siswa pernah tahu kata tersebut atau pernah mempelajarinya sebelumnya? Apakah kata-kata yang akan diajarkan berhubungan langsung dengan topik pelajaran di dalam kelas? Atau kata-kata itu mungkin ditujukan untuk menambah dimensi ide-ide untuk dikembangkan? Keempat, apa kata-kata tersebut sering ada dalam teks-teks atau situasi-situasi tertentu? Apa peran kata-kata tersebut dalam mengkomunikasikan makna kontekstual? Apa peran kata-kata tersebut dalam hubungannya dengan mood dan alur sebuah cerita atau pengalaman? Kosakata tanggal, bulan dan tahun adalah kosakata yang memenuhi seluruh kriteria tersebut di atas. Penguasaan terhadap konsep tanggal, bulan dan tahun adalah sangat penting untuk memahami banyak pengetahuan lainnya, karena merupakan kata keterangan yang menerangkan waktu dan menentukan makna sebuah kalimat. Penggunaan kalender dan 4

penjelasan tentang nama-nama 12 bulan dalam 1 tahun yang biasanya digunakan untuk mengajarkan tentang konsep ini, menurut pengalaman penulis tidak memberikan pemahaman bagi anak tunarungu. Mereka hanya akan bingung dan cenderung tidak peduli dengan tanggal, bulan dan tahun karena merasa bahwa pengetahuan tentang itu tidak bermanfaat dan tidak berhubungan dengan kehidupannya. Nah, di poin inilah merayakan ulangtahun memberikan sentuhan bagi personal/ pribadi anak tunarungu. Konsep ulangtahun bagi anak tunarungu (bahkan yang belum sekolah) adalah konsep yang menyenangkan, karena ada kue, lilin, kado, pesta dan banyak orang yang berbahagia, apalagi bila itu adalah ulangtahunnya sendiri. Sikap positif anak tunarungu terhadap perayaan ulangtahun ini dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan konsep tanggal, bulan dan tahun, karena setiap ulangtahun pastilah pada tanggal, bulan dan tahun tertentu. Strategi pembelajaran ini ingin menambah pengetahuan siswa bahwa bukan hanya kue, lilin, kado dan pesta yang ada di ulangtahun, tapi juga tanggal, bulan dan tahun yang berbeda untuk setiap orang, dan juga mendapatkan bonus pengetahuan tentang umur, lebih tua, lebih muda atau sebaya/ seusia. Strategi pembelajaran merayakan ulangtahun relatif mudah untuk dilakukan. Guru hanya harus menyediakan tabel data hari ulangtahun seluruh penghuni kelas (guru dan siswa), kemudian kue dan lilin untuk pesta ulangtahun, dan pengulangan kosakata (membaca dan mengucapkan) setelah pesta ulangtahun dilaksanakan untuk mengikat pengetahuan terhadap kosakata tersebut. Strategi ini memang memerlukan waktu setahun penuh mengingat ulangtahun setiap siswa berbeda. Namun waktu yang lama ini malah sangat efektif untuk menunjukkan kepada anak bahwa setiap bulan dalam 1 tahun sangat bermakna bagi setiap orang dan guru dapat menunjukkan dengan sangat jelas keberadaan setiap bulan itu lewat strategi pembelajaran merayakan ulang tahun ini. Dokumentasi ulangtahun seluruh penghuni kelas selama setahun berjalan dapat dirangkum lewat sebuah video pembelajaran yang akan diputar kembali/ dipertontonkan ke siswa di akhir semester kedua tahun ajaran. Video pembelajaran ini akan memberikan penjelasan lebih mendalam tentang tanggal, bulan dan tahun bagi anak tunarungu. Penutup Mengajarkan kosakata yang kongkrit saja sulit, apalagi mengajarkan kosakata abstrak kepada anak tunarungu. Namun demikian, upaya mengajarkan kemampuan kosakata abstrak harus tetap diajarkan sepanjang kosakata itu sangat penting dalam kehidupan anak, karena kepemilikan kosakata adalah modal dalam melakukan komunikasi atau memahami sesuatu. 5

Bagaimana mengajarkan kosakata abstrak itulah yang harus dipecahkan dan dilakukan oleh guru untuk anak-anak yang belum memiliki kemampuan berbahasa seperti anak tunarungu tersebut. Strategi pembelajaran khusus untuk mengajarkan kosakata abstrak kepada anak tunarungu dapat dilakukan dengan berbagai cara bergantung kepada kreativitas guru. Kosakata tanggal, bulan dan tahun termasuk kosakata abstrak yang sulit diajarkan kepada anak tunarungu. Padahal penguasaan terhadap konsep ini sangatlah penting untuk memahami banyak pengetahuan lainnya, karena merupakan kata keterangan yang menerangkan waktu dan menentukan makna sebuah kalimat. Penggunaan kalender dan penjelasan tentang nama-nama 12 bulan dalam 1 tahun yang biasanya digunakan untuk mengajarkan tentang konsep ini, menurut pengalaman penulis tidak memberikan pemahaman bagi anak tunarungu. Mereka hanya akan bingung dan cenderung tidak peduli dengan tanggal, bulan dan tahun karena merasa bahwa pengetahuan tentang itu tidak bermanfaat dan tidak berhubungan dengan kehidupannya. Merayakan ulangtahun sebagai strategi pembelajaran kosakata abstrak kepada anak tunarungu dapat menjadi salah satu strategi yang kreatif untuk mempermudah pemahaman terhadap tanggal, bulan dan tahun. Konsep ulangtahun yang menyenangkan dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan konsep tanggal, bulan dan tahun, karena setiap ulangtahun pastilah pada tanggal, bulan dan tahun tertentu. Strategi ini memang memerlukan waktu setahun penuh mengingat ulangtahun setiap siswa berbeda. Namun waktu yang lama ini malah sangat efektif untuk menunjukkan bahwa setiap bulan dalam 1 tahun sangat bermakna bagi setiap orang dan guru dapat menunjukkan dengan sangat jelas keberadaan setiap bulan itu. Dokumentasi ulangtahun seluruh penghuni kelas selama setahun berjalan dapat dirangkum lewat sebuah video pembelajaran yang akan diputar kembali/ dipertontonkan ke siswa di akhir semester kedua tahun ajaran. Video pembelajaran ini akan memberikan penjelasan lebih mendalam tentang tanggal, bulan dan tahun bagi anak tunarungu. 6

Daftar Pustaka Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Hermanto. 2014. Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Usia Dini. http://journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/viewfile/2818/2345 diakses tanggal 1 Mei 2016 pukul 23:16 WIB Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester II Tahun 2014. Jakarta Ramadhan, M. 2012. Pendidikan Keterampilan dan Kecakapan Hidup Untuk ABK. Yogyakarta: Penerbit Javalitera Wasita, A. 2012. Seluk Beluk Tunarungu dan Tunawicara Serta Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Penerbit Javalitera 7