STRATEGI GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM MENULIS RANGKUMAN ISI BUKU. Oleh: Pritha Rizka Iriani, S.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

RINGKASAN * Pengertian Ringkasan * Tujuan Membuat Ringkasan * Cara Membuat Ringkasan

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Mas ud Zein dan Darto, pemahaman ( comprehension ) adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan yang menuntut seseorang terampil menulis, misalnya

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. termasuk keterampilan menulis (Abidin, 2012:6). keterampilan tersebut diantaranya keterampilan menyimak, keterampilan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 242

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) B. KOMPETENSI DASAR 5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2013 PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

BAB II KAJIAN TEORI. paling tinggi. Kemampuan mengarang membutuhkan penguasaan materimateri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas kemampuan menulis seseorang, termasuk dalam menyusun paragraf

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

MERARIK; ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KESETARAAN PAKET C PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI PARIWISATA

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar TABEL ILUSTRASI TABEL TABEL. Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan ditulis?

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Yanti, 2013

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat dari digunakannya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB II KAJIAN TEORI. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

Transkripsi:

STRATEGI GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM MENULIS RANGKUMAN ISI BUKU Oleh: Pritha Rizka Iriani, S.Pd. 1. Keterampilan Menulis Menurut Byrne (Syamsi, 1999: 4), pada hakikatnya menulis bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut aturan tertentu, tetapi menulis adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Dengan demikian, menulis dapat diartikan sebagai kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis dapat didefinisikan sebagai kecakapan melahirkan pikiran dan tulisan dengan tulisan secara cermat, tepat, dan cepat. 2. Modal Dasar Menulis Nursisto (2000: 9) menyatakan bahwa modal adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan berbagai macam hal yang membawa keberuntungan. Dalam hal menulis, sedikitnya ada lima hal yang menjadi modal utama dan harus dikuasai. Kelima modal tersebut ada dalam penjelasan berikut. Pertama, menguasai struktur kalimat. Kalimat merupakan rangkaian kata yang mengungkapkan suatu pikiran lengkap. Dalam bahasa Indonesia terdapat dua unsur kalimat yang harus ada untuk memenuhi persyaratan minimal sebuah kalimat, yaitu subjek dan predikat. Kedua, mampu menciptakan perluasan kalimat. Perluasan kalimat adalah penambahan terdapat unsur dasar pembentuk kalimat. Semakin banyak unsur yang ditambahkan maka akan semakin luas cakupan makna yang dikandung di dalamnya. Ketiga, mampu menentukan pilihan kata. Pilihan kata atau diksi memegang peranan penting dalam menulis. Arti penting penguasaan kata adalah agar dapat mengungkapkan makna yang dimaksud secara tepat. Untuk kepentingan menulis, modal perbendaharaan kata atau kosakata perlu diperkaya.

Keempat, menguasai ejaan. Ejaan mempunyai peranan penting dalam menulis. Dengan penguasaan ejaan yang baik, maksud tulisan dapat disampaikan dengan tepat dan jelas. Ejaan yang harus dikuasai sebagai modal untuk menulis sangat banyak. Mulai dari permasalahan yang sederhana, seperti: huruf kapital, penulisan gelar, kata ulang, pemisahan suku kata, sampai permasalahan yang rumit, seperti penulisan kata serapan. Kelima, menguasai pungtuasi. Pungtuasi adalah tanda baca. Bermacam-macam tanda baca yang perlu dikuasai adalah (.) titik, (;) titik koma, (:) titik dua, (,) tanda koma, ( ) petik tunggal, (!) tanda seru, dan (-) tanda sambung. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. 3. Menulis Rangkuman a. Pengertian Rangkuman Rangkuman atau sering disebut juga dengan istilah ringkasan merupakan salah satu jenis precis. Kata precis dalam pengertian yang dipakai ini mempunyai arti memotong atau memangkas. Sabarti (1996: 108) menyatakan bahwa precis adalah sari karangan yang ditinggal oleh hiasan keindahan gaya bahasa, ilustrasi, serta penjelasan-penjelasan yang terinci dihilangkan. Gould, dkk. (1989: 76) menyatakan bahwa a summary is a succinct account of a work. As a condensation or compression, a summary is shorter than the work it summarizes. Dari penyataan tersebut dapat dipahami bahwa ringkasan bertolak dari penyajian suatu karya asli secara singkat. Karena itu, ringkasan merupakan suatu keterampilan untuk mengadakan reproduksi dari hasil yang sudah ada. Seorang penulis atau pengarang ringkasan harus berbicara dalam suara pengarang asli. Ia harus langsung saja mulai dengan membuat ringkasan karangan tersebut dengan meringkas kalimat-kalimat, alinea-alinea, bagian-bagian, dan seterusnya. Ringkasan hendaknya dibedakan dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan bentuk penyajian yang singkat dari suatu karangan asli. Kenyataannya, kedua istilah itu sering dicampuradukkan, tetapi secara teknis kedua istilah itu dibedakan maknanya. Ringkasan

merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli. Dalam bentuknya yang singkat, ringkasan tetap mempertahankan perbandingan bagian atau bab dari karangan secara proporsional. Sebaliknya, ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu menggambarkan isi dari seluruh karangan secara proporsional. Ikhtisar langsung dikemukakan pokok masalah dan problematika pemecahannya. Untuk menjelaskan pokok masalah dapat diberikan ilustrasi beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, sementara bagian atau bab-bab yang kurang penting dapat diabaikan. b. Tujuan Membuat Rangkuman Membuat ringkasan berarti kita memelajari bagaimana seorang penulis yang baik menyusun karangannya, menyampaikan gagasannya melalui bahasa, bagaimana cara ia memecahkan suatu masalah dengan urutan yang logis, dan sebagainya. Latihan membuat ringkasan merupakan suatu cara yang efektif untuk mengembangkan ekspresi serta menghemat kata. Latihan-latihan yang intensif akan mengembangkan daya kreasi serta memberi kemungkinan dapat memahami karya asli secara mesra. Suatu ringkasan yang cermat dan teliti akan diperoleh bila apa yang dibaca atau didengar dan dipelajari dapat dipahami dengan baik. Karena tujuan membuat ringkasan adalah memahami dan mengetahui isi buku atau tulisan, maka latihan-latihan untuk mencapai maksud tersebut sangat diperlukan. Latihanlatihan akan menuntun siswa agar dapat membaca karangan atau tulisan dengan cermat, dan bagaimana menuliskan kembali dengan tepat. Siswa tidak akan dapat membuat ringkasan dengan baik bila ia kurang cermat membaca. Ia harus dapat membedakan gagasan utama dari gagasan-gagasan tambahan. Kemampuan siswa dalam membeda-bedakan tingkat-tingkat gagasan akan membantu untuk melihat dan menentukan gagasan pokok dari tulisan yang dibacanya. c. Cara Membuat Rangkuman Menurut Sujanto (1988), membuat sarian atau summary adalah memadatkan informasi semaksimal mungkin, dengan jalan hanya menyebutkan pokok pikiran serta inti-inti penjelasannya. Berikut ini beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur menurut Keraf (1971: 263-269). 1) Membaca naskah asli

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis ringkasan adalah membaca naskah asli beberapa kali untuk mengetahui kesan umum tentang karangan secara menyeluruh. Penulis ringkasan perlu juga mengetahui maksud pengarang dan sudut pandangan pengarang. 2) Mencatat gagasan utama Pada langkah ini tindakan yang harus dilakukan ialah membaca kembali karangan tersebut bagian demi bagian atau paragraf itu. Pencatatan ini dilakukan dengan tujuan; pertama, untuk pengamanan agar memudahkan penulis meneliti kembali mengenai apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan yang telah dibuat akan menjadi landasan bagi penulisan selanjutnya. Tujuan terpenting dari pencatatan tersebut adalah agar tanpa ikatan karangan asli penulis mulai menulis dan menyusun sebuah ringkasan berdasarkan pokok-pokok yang telah dicatat tadi. 3) Mengadakan reproduksi Pada saat mengadakan reproduksi hendaknya teks (karangan) asli tidak dipergunakan lagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan penggunaan kalimat-kalimat pengarang asli. Namun, bila di antara gagasan pokok yang telah dicatat ada yang masih kabur atau kurang jelas, maka penulis ringkasan dapat melihat kembali karangan aslinya. Perlu diingat dalam menyusun ringkasan atau precis, kalimat pengarang asli hanya boleh dipergunakan bila kalimat tersebut dianggap sangat penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat. 4) Ketentuan tambahan Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik, yaitu. a) Sebaiknya menggunakan kalimat yang pendek, jangan menggunakan kalimat majemuk yang terlalu panjang. b) Jumlah alinea tergantung dari jumlah topik utama yang dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dan sebagainya dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting. c) Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang; kadang-kadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan

umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan, atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah. d) Pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaskanlah gagasan-gagasan itu dalam urutan seperti naskah asli. Urutan topik sebagaimana dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat penulis ringkasan. Dalam usaha merumuskan kembali karangan itu, penulis ringkasan harus menjaga agar tidak boleh ada hal baru yang dimasukkan atau tanpa sadar penulis memasukkan pikirannya sendiri. e) Untuk membedakan ringkasan atau sebuah tulisan biasanya (bahasa tak langsung) yang mempergunakan sudut pandangan Orang Pertama Tunggal atau Jamak, maka ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan Orang Ketiga. Bila diminta membuat ringkasan atau suatu karangan yang mengandung dialog (oration directa, bahasa langsung) maka dialog itu harus diringkas juga dalam bntuk bahasa tak langsung (oratio indirecta). f) Biasanya untuk suatu ringkasan ditentukan pula panjang ringkasan finalnya. 4. Strategi Group Mapping Activity (GMA) Group Mapping Activity (GMA) merupakan strategi yang diperkenalkan oleh Jane Davidson (1982). Strategi ini ditujukan untuk mengembangkan pemahaman ketika pembelajar memadukan dan mensintesis informasi, gagasan, dan konsep (Davidson via Ruddell, 2005: 111). Kegiatan ini sangat efektif setelah pembelajar membaca sebuah teks dan dapat menggunakan apa yang telah mereka pelajari untuk membuat peta pikir. Strategi ini mengundang pembelajar untuk membuat representasi grafis yang menggambarkan penafsiran pribadi mereka tentang hubungan di antara berbagai gagasan dan konsep yang ada dalam teks. Representasi ini dapat berbentuk peta atau diagram yang menunjukkan berbagai bentuk atau bangunan seperti lingkaran, garis, persegi panjang atau kata-kata yang melukiskan pemahaman mereka tentang teks tersebut. Pembelajar dapat mengungkapkan dengan bebas gagasan atau konsep dalam peta. Tidak ada satu cara khusus untuk melakukan hal itu. Setelah mereka selesai membuat peta, mereka dapat menunjukkan peta itu kepada kelompok kecil atau kepada seluruh pembelajar, dan pada saat itulah gagasan dan konsep dikembangkan atau diperluas.

Dalam menggunakan strategi ini, guru harus menyiapkan langkah-langkah berikut ini. 1. Menyiapkan sebuah peta pikir sederhana untuk diperlihatkan kepada pembelajar. 2. Setelah membaca teks yang berupa buku ilmu pengetahuan populer dan sebelum berdiskusi dengan teman, setiap pembelajar harus memetakan konsep dan gagasan dari teks yang mereka anggap penting. 3. Pembelajar harus diingatkan bahwa peta pikir mereka akan digunakan selama pelajaran berlangsung dan harus menunjukkan semua informasi yang mereka rasakan penting. 4. Pembelajar diminta untuk memperlihatkan peta pikir kepada pembelajar lain, baik kepada kelompok kecil maupun perorangan. 5. Pembelajar juga harus diingatkan untuk menjelaskan apa yang mereka masukkan ke dalam peta pikir, bagaimana mereka melakukannya, dan mengapa mereka menentukan pilihan-pilihan tertentu. 6. Pembelajar harus diminta untuk bekerjasama dengan pembelajar lain atau dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan peta pikir mereka. 7. Pembelajar diminta untuk membaca kembali teks untuk memperjelas pertanyaan atau informasi. 5. Peta Pikir (Mind Mapping) sebagai Dasar Strategi Group Mapping Activity (GMA) Strategi Group Mapping Activity (GMA) menggunakan konsep peta pikiran (mind mapping) sebagai dasar pelaksanannya. Peta pikir mulai ada pada tahun 1970 yang lebih dikenal dengan istilah peta pikir (mind mapping). Tony Buzan adalah psikolog yang mengembangkan ini sebagai cara untuk membantu belajar lebih efektif. Karyanya berdasarkan penelitian Roger Wolcott Sperry pada tahun 1968 yang meneliti tentang kerja otak kanan dan otak kiri. Kemudian disempurnakan oleh Robert Ornstein pada tahun 1977, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa otak manusia merespon sangat baik untuk kata kunci, gambar, warna, dan asosiasi langsung. Menurut Buzan, ide-ide ini menjadi seperangkat aturan yang sederhana dan dapat diikuti untuk menciptakan suatu labirin informasi, yang dikenal sebagai peta pikir. Dalam beberapa tahun terakhir, peta pikir banyak diminati orang sebagai cara yang efektif untuk membuat catatan, merencanakan suatu proyek atau presentasi, brain storming, serta aplikasi lainnnya (Tucker, 2009: 2).

Menurut Putra (2008: 257) peta pikir (mind mapping) merupakan bentuk pencatatan yang berbeda dengan pencatatan konvensional. Peta pikir melibatkan bentuk pencatatan dengan struktur dua dimensi, sehingga dapat mengakomodinir bentuk keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta hubungan relatif antarmasing-masing komponen dan mekanisme penghubungannya. Menurut Buzan (2009: 4), mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran kita. Mind mapping juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, yang memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Hal ini menunjukkan bahwa mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional. Dengan mind mapping, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, mudah diingat, dan yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. Masih menurut Buzan (2009: 12) mind mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada dalam otak yang menakjubkan. Senada dengan pendapat Windura (2009: 16) yang menyatakan bahwa mind mapping adalah satu teknik grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar. Dengan demikian, mind mapping dapat membantu belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang kita inginkan, dan mengelompokkannya dengan cara yang alami, memberi akses yang mudah dan langsung (ingatan yang sempurna) seperti yang kita inginkan. Dengan mind mapping, setiap potong informasi yang baru kita masukkan ke dalam otak secara otomatis dikaitkan dengan semua informasi yang sudah ada. Semakin banyak ingatan yang melekat dalam otak kita, akan semakin mudah kita mengingat kembali informasi yang kita butuhkan. Mind mapping juga mendorong untuk mencari kaitan (asosiasi) informasi dan membantu memilah dengan benar. Inilah sebabnya mind map memudahkan otak untuk mengingat segalanya. Akan lebih baik lagi ketika peserta didik sudah menyusun peta pikir (mind mapping) maka peserta didik akan mempunyai semua informasi dalam satu halaman kertas, sehingga tidak perlu disibukkan oleh banyak kertas. 6. Pengajaran Menulis Rangkuman dengan Strategi Group Mapping Activity (GMA)

Proses menulis pada hakikatnya memindahkan suatu objek yang dilihat dan dirasakan ke dalam bentuk tulisan, begitu juga menulis rangkuman isi buku. Teknik mind mapping dalam pembelajaran menulis rangkuman isi buku membantu siswa dalam proses belajarnya. Pemahaman yang memadai dalam menentukan hubungan atau keterkaitan antara suatu pikiran dengan pikiran yang lain saling berhubungan melalui teknik mind mapping membantu siswa dalam menyusun isi rangkuman. Struktur kognitif seseorang dapat dibangun secara hirarkis dengan pikiran dan preposisi-preposisi dari yang bersifat umum ke khusus. Belajar akan lebih bermakna bila siswa menyadari adanya kaitan-kaitan pikiran di antara pikiran-pikiran atau preposisi yang saling berhubungan. Menurut Wycoff (Hernowo, 2005: 141), pemetaan pikiran adalah cara yang baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum mulai menulis. Menuliskan tema utama sebagai turunan yang keluar dari titik tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema turunan. Setiap kali orang mempelajari atau membaca sesuatu maka fokus diarahkan pada tema utamanya, poin-poin penting dari tema utama yang sedang dipelajarinya, pengembangan dari setiap poin penting tersebut, dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini orang bisa mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah diketahuinya dan hal apa saja yang masih belum dikuasainya dengan baik. Berikut ini langkah-langkah strategi Group Mapping Activity (GMA) menurut Davidson yang dikaitkan dengan menulis rangkuman isi buku. 1) Menyiapkan kertas, pena, buku ilmu pengetahuan populer sebagai sumber rangkuman, dan alat tulis atau mewarnai yang dapat membantu peserta didik membuat peta pikir yang berwarna dan indah. 2) Berilah tugas pada peserta didik untuk memetakan pikiran isi sebuah buku yang mereka baca. Tunjukkan pada mereka untuk memulai peta pikir mereka dengan menggunakan gambar yang menggambarkan judul atau tema buku yang mereka baca. 3) Berilah peserta didik semangat untuk membagi-bagi seluruh isi buku ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil. Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar dan menggunakan sedikit mungkin kata-kata. 4) Menulis atau menggambar judul buku yang akan dirangkum di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain. Misalnya, peta pikiran dilingkupi oleh gambar bohlam.

5) Menambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap bab buku. Jumlah cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah bab atau subbab. Gunakan warna yang berbeda-beda untuk tiap cabang. 6) Menuliskan kata kunci atau frase pada tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan ingatan, pastikanlah bahwa mengenal singkatan-singkatan tersebut sehingga dengan mudah segera mengerti artinya. 7) Menambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik. 8) Memberikan waktu yang cukup bagi peserta untuk mengembangkan peta pikir mereka. Doronglah mereka untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide kreatif dalam mencatat poin-poin penting dari buku yang akan dirangkum. 9) Meminta peserta didik untuk saling membagi mind mapping-nya. Lakukanlah diskusi tentang nilai cara kreatif untuk mencatat poin-poin penting. 10) Langkah terakhir adalah mengubah mind mapping buku yang akan dirangkum menjadi sebuah rangkuman menggunakan bahasa mereka sendiri.