RENCANA TINDAKAN KEPEMIMPINAN SEBUAH UPAYA MENGASAH KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN CALON KEPALA SEKOLAH. Oleh: Yuli Cahyono Korwi LPPKS



dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH

PELAPORAN RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN (RTK) DAN OBSERVASI GURU YUNIOR DALAM KEGIATAN ON THE JOB LEARNING

PENJELASAN TENTANG OJL DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH. Oleh: Yuli Cahyono-Korwi LPPKS

Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING

PENILAIAN PESERTA DIKLAT

Petunjuk Teknis Pelaksanaan OJL Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

ON THE JOB LEARNING. Oleh. Drs. Lasiman, M.Pd. Dosen Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka Bandar Lampung (UPBJJ-UT Bandar Lampung)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tuntutan dari pascapelaksanaan In Service Learning 1, maka peserta berkeharusan menindaklanjutinya dengan

PANDUAN KEGIATAN PEMBEKALAN TIM PENDAMPING SELEKSI AKADEMIK DAN DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH

DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH/MADRASAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10

PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH MELALUI SELEKSI AKADEMIK DAN DIKLAT. Oleh Andi Muliati AM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) Jl. Parangkusumo No.51 Purwosari Surakarta Jawa Tengah Telp & Fax (0271)

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. lingkup, output yang diharapkan serta jadwal pengawasan dituangkan dalam program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

Susta Hirawati Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan

PEDOMAN PELAKSANAAN. PERMENDIKNAS Nomor 28 Tahun (Tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah)

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

Instrumen AKPK Kepala Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

LAKIP LPPKS TAHUN 2016 SEMESTER 2. i P a g e

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

ISSN No Media Bina Ilmiah 31

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) Kp. Dadapan RT 06/07, Desa Jatikuwung Gondangrejo Karanganyar, Jawa Tengah - INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU-GURU SD PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA MATARAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati

BAB I PENDAHULUAN. sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan

PEMBIMBINGAN BERKELANJUTAN MENYUSUN PROGRAM SUPERVISI BAGI KEPALA SEKOLAH SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK MELALUI PENDAMPINGAN DAN SUPERVISI MANAJERIAL

Seleksi Calon Kepala Sekolah Dinas Pendidikan Kota Surabaya Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014, selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 6 Januari sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN BADAN PSDMP DAN PMP KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru menjelaskan PTK adalah suatu

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka

Bidang keuangan terbukti dengan transparansi dalam penganggaran, pengelolahan, penggunaan dan pengawasan keuangan. Dalam hal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas

Oleh: Dwi Atmini NIP

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

10 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

GURU PEMBELAJAR. Budi Kusumawati. Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III. MATRIKS IDENTIFIKASI RENCANA TINDAK LANJUT

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di SDNegeri Cimanggu yaitu

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

LAPORAN EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SUPERVISI AKADEMIK. Bahan Pembelajaran Diklat Penyiapan Calon Kepala Sekolah

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO

DESKRIPSI PELAKSANAAN PENGGABUNGAN LS DAN PTK OLEH MAHASISWA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN

RUANG LINGKUP MATERI DAN ALOKASI WAKTU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH DASAR TAHUN 2015

Transkripsi:

RENCANA TINDAKAN KEPEMIMPINAN SEBUAH UPAYA MENGASAH KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN CALON KEPALA SEKOLAH Oleh: Yuli Cahyono Korwi LPPKS I. PENDAHULUAN Jalan baru membuka harapan baru. Harapan baru adalah kondisi baru. Kondisi baru memerlukan pemimpin baru. Pemimpin baru membutuhkan penguasaan masalah persekolahan, pengalaman bertindak dan kematangan potensi kepemimpinan dan kompetensi sebagai pendidik dan kepala sekolah. Penguasaan masalah persekolahan dicapai melalui pengkajian 9 aspek manajerial. Pengalaman bertindak dicapai melalui rencana tindakan kepemimpinan dan peningkatan kompetensi di sekolah lain. Kematangan potensi dan kompetensi pendidik dan kepala sekolah dicapai melalui penyusunan perangkat pembelajaran dan supervisi akademik. Semuanya harus dilakukan dengan satu tujuan besar memperkuat potensi kepemimpinan, mempertajam kemampuan mengelola sekolah dan mengasah keterampilan melakukan supervisi akademik. II. LANDASAN KONSEPTUAL Rencana Tindakan Kepemimpinan adalah sebuah upaya untuk memberikan pengalaman kepemimpinan kepada calon kepala sekolah di sekolah sendiri. Rencana tindakan kepemimpinan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada calon kepala sekolah menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan terhadap seluruh atau sebagian warga sekolah.

Dalam rencana tindakan kepemimpinan, seorang calon kepala sekolah diharapkan mampu menentukan masalah yang harus diatasi, menentukan tujuan dan indikator pencapaian yang harus dicapai, menyusun program kegiatan yang akan efektif untuk mengatasi masalah, menggambarkan skenario kegiatan dalam penanganan masalah, menggunakan berbagai bentuk metode pengumpulan data dan menggunakan hasil temuan data hasil kegiatan sebagai refleksi untuk kmenentukan upaya tindakan selanjutnya. Secara komprehensif, rencana tindakan kepemimpinan dimaksudkan untuk melatih seorang calon kepala sekolah belajar mengatasi berbagai masalah di sekolah, dari masalah ketidak sempurnaan kompetensi dan potensi yang telah dimiliki calon serta ketidakmapanan kinerja sekolah yang mencakup pencapaian delapan standar nasional pendidikan. Dengan rencana tindakan kepemimpinan maka seorang calon kepala sekolah terlatih untuk menhadapi dan mengatasi masalah dan ke depan tidak lagi ada kepala sekolah yang melakukan pembiaran ataupun menghindari masalah yang terjadi di sekolah. III. MATRIKS RENCANA TINDAKAN KEPEMIMPINAN (RTK) Rencana tindakan kepemimpinan seorang calon kepala sekolah dibuat berdasarkan AKPK dan disebut sebagai RTK AKPK. RTK AKPK disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan keprofesian (AKPK) yang paling rendah skornya. Sebelum lebih jauh membahas tentang RTK AKPK, mari kita bahas terlebih dahulu tentang AKPK. AKPK adalah sebuah instrumen evaluasi diri yang disusun berdasarkan 5 kompetensi kepala sekolah (Permendiknas 13 Tahun 2007). AKPK bagi Calon Kepala Sekolah didasarkan pada lima dimensi kompetensi profesional calon kepala sekolah/madrasah, yaitu: Para calon kepala sekolah/madrasah didorong untuk menggunakan patokan kompetensi yang ada di dalam AKPK ini untuk: Mengidentifikasi bagian-bagian dari kompetensi kepala sekolah yang sudah dimiliki oleh calon kepala sekolah. Bagian-bagian ini merupakan KEKUATAN. Mengidentifikasikan bagian-bagian dari kompetensi kepala sekolah yang belum dimiliki oleh calon kepala sekolah. Bagian-bagian ini merupakan BAGIAN-BAGIAN YANG MEMERLUKAN PENGUATAN.

AKPK dirancang untuk membantu calon kepala sekolah/madrasah untuk mengidentifikasi sejauh mana ia telah mencapai kompetensi tersebut sesuai dengan peran kepemimpinannya sebagai calon kepala sekolah. Instrumen AKPK yang sudah diisi oleh calon kepala sekolah dan entry datanya ke software pengolahan data AKPK menghasilkan gambaran potensi dan kompetensi seorang calon kepala sekolah sebagai mana contoh berikut: Dari gambar dan distribusi data berupa skor di setiap dimensi kompetensi di atas maka kita bisa dapatkan informasi sebagai berikut: 1. Dimensi kompetensi yang paling berkembang dari diri calon adalh dimensi kepribadian dan manajerial, 2. Dimensi yang masih memerlukan perbaikan, penguatan dan peningkatan adalah dimensi kompetensi kewirausahaan, supervisi dan sosial. 3. Dimensi kompetensi yang paling rendah perkembangannya adalah dimensi kompetensi supervisi akademik.

Berdasarkan informasi terakhir No. 3 bahwa dimensi kompetensi yang paling rendah perkembangannya adalah dimensi kompetensi supervisi akademik, maka calon bisa membuat judul RTK AKPK, yakni Upaya peningkatan kompetensi supervisi akademik. Judul tersebut lalu dikembangkan menjadi program kegiatan di sekolah yang dirancang implementasinya dengan mengacu ke prinsip peningkatan kinerja calon kepala sekolah berkesinambungan dalam bentuk PLAN-DO-CHECK-ACTION. Rancangan program kegiatan dituliskan dalam sebuah matriks, yakni Matriks Rencana Tindakan Kepemimpinan (RTK). Matriks RTK adalah sebuah rancangan tindakan kepemimpinan yang disusun secara sistematis sebagai persiapan seorang calon kepala sekolah untuk melakukan tindakan kepemimpinan. Matriks RTK terdiri 6 kolom, yakni 1) tujuan, 2) indikator, 3) program kegiatan, 4) skenario kegiatan, 5) sumber daya, 6) metode pengumpulan data, dan 7) refleksi. Untuk mengisi matriks RTK bisa mengacu pada contoh sebagai berikut: NO TUJUAN INDIKATOR PROGRAM KEGIATAN SKENARIO SUMBER DAYA METODE PENGUMPULAN DATA REFLEKSI 1. MENGACU KE JUDUL (DIRI CALON BERDASARKAN AKPK) KONDISI YANG DIHARAPKAN TERJADI SBG PENANDA KETERCAPAIAN TUJUAN MENGACU KE: PLAN DO CHECK ACTION DAN MEMPENGARUHI MENGGERAKKAN MENGEMBANGKAN MEMBERDAYAKAN ALUR KEGIATAN DARI AWAL - AKHIR UNSUR: MAN MATERIAL MONEY YANG TERLIBAT DALAM KEGIATAN MONEV KEGIATAN METODE DAN INSTRUMEN MENGACU KE SIKLUS 2 BERDASARKAN HASIL REFLEKSI DAN MONEV IV. SIKLUS RENCANA TINDAKAN KEPEMIMPINAN a. Pelaksanaan RTK siklus 1 1) Persiapan Berisikan persiapan yang harus dilakukan seorang calon kepala sekolah dalam melaksanakan program-program kegiatannya. Pada hakekatnya, matriks RTK adalah persiapan itu sendiri. Sehingga bagian ini sebenarnya bisa tinggal memindahkan isi dari matriks RTK yang sudah dibuat oleh calon. Namun demikian juga perlu ditambahkan hal-hal berkenaan dengan landasan hukum atau regulasi-regulasi terkait dengan kegiatan dan referensi sebagai kajian teori akademiknya. Misalnya untuk supervisi akademik calon kepala sekolah landasan hukumnya adalah Permendiknas 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah. Sedangkan referensi sebagai kajian terotik akademiknya misalnya Metode dan Teknik supervisi menurut Sahertian, Glickman atau PMPTK.

2) Pelaksanaan Berisikan gambaran kegiatan per kegiatan secara detil dan lengkap. Biasanya mencakup apa kegiatannya, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan, dimana kegiatan dilaksanakan, dan kapan kegiatan itu dilaksanakan. Jadwal kegiatan OJL menjadi acuan dalam menceritakan atau menggambarkan isi kegiatan. Biasanya juga dilengkapi dengan deskripsi materi kegiatan, foto kegiatan, dan daftar hadir kegiatan. 3) Monev Berisikan hasil-hasil pengumpulan data berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan pendekatan kualitatif misalnya dengan pengamatan (observasi), atau wawancara dan atau diskusi dengan orang-orang terlibat pada kegiatan. Tentu perlu disipakan borang observasinya dan pertanyaan untuk wawancaranya. Bisa juga dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, misalnya dengan membuat instrumen monitoring dan evaluasi dengan penilaian dari orang-orang yang terkait sebagai respondennya. Instrumen monev bisa dikembangkan dari program kegiatan di kolom 3 dan bisa juga dari skenario kegiatan di kolom 4. Misalnya: di kolom 3 tertulis kegiatannya adalah Menyusun program supervisi akademik, maka indikator di monev bisa dituliskan Kemampuan saya menyusun program supervisi akademik. Sehingga setelah akhir kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan akan didapatkan 2 hal berikut: 1. Kegiatan mana saja yang sudah baik atau sangat baik, 2. Kegiatan mana saja yang masih kurang atau cukup. 4) Refleksi Berisikan hal-hal yang masih kurang baik atau cukup baik berdasarkan hasil monev sebelumnya. Kegiatan mana saja yang dinilai masih kurang baik itu harus dicarikan upaya tindakan perbaikkan untuk peningkatan dan atau pengembangannya. Misalnya: pada indikator Kemampuan saya menyusun program supervisi akademik dinilai cukup baik. Maka bagaimana upaya selanjutnya bisa ditempuh dengan, 1 konsultasi dengan dengan kepala sekolah mentor dan 2) diskusi dengan guru-guru yang disupervisi untuk mencari masukan dan saran untuk perbaikkan. Dua hal ini yang menjadi inti dari sebuah refleksi yang baik, yakni ditemukannnya halhal yang masih belum baik dan bagaimana tindak lanjut perbaikkan atau pengembangannya kemudian. 5) Hasil Berisikan hal-hal yang sudah baik dilaksanakan oleh calon kepala sekolah. Misalnya: Berisikan hal-hal yang sudah baik dilaksanakan oleh calon kepala sekolah. Bisa berupa hasi-hasil yang positif dari hasil pengamatan atau wawancara. Misalnya: Calon mampu melakukan koordinasi dan mengkonsolidasikan kepanitiaan kegiatan. Bisa juga berupa skor pencapaian kinerja yang diberikan kepala sekolah dan guru yang terlibat sebagai respondennya. Misalnya: kemampun melakukan koordinasi dan mengkonsolidasikan kepanitiaan kegiatan dinilai sangat baik dan skor total pencapaian kinerjanya 90%.

B. Pelaksanaan RTK siklus 2 1. Persiapan Pada hakekatnya, matriks RTK pada siklus 2 adalah persiapan untuk melaksanakan tindakan kepemimpinan hasil refleksi yang sudah disusun pada siklus 1. Namun demikian jika diperlukan, perlu ditambahkan juga hal-hal berkenaan dengan landasan hukum atau regulasi-regulasi terkait dengan kegiatan dan referensi sebagai kajian teori akademiknya. Intinya adalah tinndakan perbaikkan atau pengembangan yang sudah disusun di kegiatan refleksi pada siklus 1 disiapkan disini. Misalnya jika upaya selanjutnya yang akan ditempuh adalah dengan: 1) konsultasi dengan kepala sekolah mentor dan 2) melakukan diskusi dengan guruguru yang disupervisi untuk mencari masukan dan saran untuk perbaikkan, maka kedua kegiatan ini yang nanti harus dipersiapkan dan menjadi program kegiatan dan disusun skenarionya. Tujuan, indikator, sumber daya, metode pengumpulan data dan refleksi demikian juga harus disesuaikan dengan program dan skenarionya. 2. Pelaksanaan Berisikan gambaran kegiatan per kegiatan secara detil dan lengkap. Biasanya mencakup apa kegiatannya, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan, dimana kegiatan dilaksanakan, dan kapan kegiatan itu dilaksanakan. Jadwal kegiatan OJL menjadi acuan dalam menceritakan atau menggambarkan isi kegiatan. Biasanya juga dilengkapi dengan deskripsi materi kegiatan, foto kegiatan, dan daftar hadir kegiatan. Misalnya kedua kegiatan tersebut, yakni 1) konsultasi dengan kepala sekolah mentor dan 2) diskusi dengan guru-guru yang disupervisi. 3. Monev Berisikan hasil-hasil pengumpulan data berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan pendekatan kualitatif misalnya dengan pengamatan (observasi), atau wawancara dan atau diskusi dengan orang-orang terlibat pada kegiatan. Tentu perlu disiapkan borang observasi dan pertanyaan untuk wawancara. Bisa juga dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, misalnya dengan membuat instrumen monitoring dan evaluasi dengan penilaian dari orang-orang yang terkait sebagai responden. Instrumen monev bisa dikembangkan dari program kegiatan di kolom 3 dan bisa juga dari skenario kegiatan di kolom 4. Misalnya: di kolom 3 tertulis kegiatannya adalah Melakukan diksusi membahas tentang program supervisi akademik, maka indikator di monev bisa dituliskan Kemampuan saya dalam melakukan diskusi membahas tentang program supervisi akademik. Sehingga setelah akhir kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan akan didapatkan 2 hal berikut: 1. Kegiatan mana saja yang sudah baik atau sangat baik, 2. Kegiatan mana saja yang masih kurang atau cukup. 4. Refleksi Berisikan hal-hal yang masih kurang baik atau cukup baik berdasarkan hasil monev sebelumnya. Kegiatan mana saja yang dinilai masih kurang baik itu harus dicarikan

upaya tindakan perbaikkan untuk peningkatan dan atau pengembangan. Misalnya: pada indikator Kemampuan saya melakukan wawancara pada kegiatan post observasi dinilai masih cukup baik. Maka bagaimana upaya selanjutnya bisa ditempuh, misalnya dengan melakukan tutorial dengan kepala sekolah mentor, menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan kompetensi yang masih kurang. Dua hal ini yang menjadi inti dari sebuah refleksi yang baik, yakni ditemukannnya hal-hal yang masih belum baik dan bagaimana tindak lanjut perbaikkan atau pengembangan di siklus selanjutya (siklus 3 dan seterusnya). 5. Hasil Berisikan hal-hal yang sudah baik dilaksanakan oleh calon kepala sekolah. Bisa berupa hasi-hasil yang positif dari hasil pengamatan atau wawancara. Misalnya: Calon mampu melakukan koordinasi dan mengkonsolidasikan kepanitiaan kegiatan. Bisa juga berupa skor pencapaian kinerja yang diberikan kepala sekolah dan guru yang terlibat sebagai respondennya. Misalnya: kemampun melakukan koordinasi dan mengkonsolidasikan kepanitiaan kegiatan dinilai sangat baik dan skor total pencapaian kinerjanya 90%. Jika digambarkan, siklus rencana tindakan kepemimpinan sebagai sebuah upaya meningkatkan kompetensi kepemimpinan calon kepala sekolah sebagai berikut: SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 PERSIAPAN PERSIAPAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN MONEV MONEV MONEV REFLEKSI REFLEKSI REFLEKSI HASIL HASIL HASIL UNTUK CALON KEPALA SEKOLAH DIBATASI 2 SIKLUS SAJA

V. PENUTUP Sebagai kesimpulan, rencana tindakan kepemimpinan adalah sebuah upaya untuk memberikan pengalaman kepemimpinan kepada calon kepala sekolah di sekolah sendiri. RTK memberikan mengasah keterampilan dan sikap dalam menerapkan 4 M, yakni mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan terhadap seluruh atau sebagian warga sekolah. Dengan pendekatan berpola PLAN-DO-CHECK-ACTION dan siklus peningkatan kinerja calon secara berkelanjutan maka harapan akan adanya calon kepala sekolah yang makin kompeten dan harapan adanya kondisi baru dalam pendidikan kita di sekolah-sekolah yang makin baik akan terwujud. Washback effect dari tindakan ini diharapkan menjadi langkah nyata mewujudkan kedua harapan tersebut. Fajar Indah, solo, 10 November 2013. YOEL