BAB 6. RENCANA AKSI. 6.1. Manajemen Kota Pusaka



dokumen-dokumen yang mirip
BAB 7. PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI HINGGA TAHUN

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Penyelenggara Program Kegiatan 1. Pengisian Kepala Daerah 2 Program 2 Kegiatan Badan Perpustakaan dan Program peningkatan kualitas pelayanan informasi

Visi Misi Gubernur DIY: Rancangan Cascade RPJMD DIY

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB III DESKRIPSI MENGENAI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. 1. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB I PENDAHULUAN I - 1

RANCANGAN RKPD DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2017

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas P3KP - Pengelolaan secara internal

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

1.1 Latar belakang Sebagai daerah istimewa, Yogyakarta mendapat dana keistimewaan yang

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

4.1.5 URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

Renja ( Rencana kerja ) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasaman Barat Tahun Indikator Kegiatan

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

PENGELOLAAN KOTA PUSAKA INDONESIA

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

RANCANGAN RKPD DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

Pendahuluan. Latar Belakang

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Arah Kebijakan Pembangunan Pemerintahan DIY

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Transkripsi:

BAB 6. RENCANA AKSI 6.1. Manajemen Kota Pusaka Pemahaman akan arti pentingnya posisi Kota Yogyakarta sebagai sebuah kota pusaka telah mengarahkan upaya yang cukup signifikan dalam berbagai tingkatan dan kewenangan pemerintah maupun berbagai stakeholder. Penataan dan pelestarian pusaka di Kota Yogyakarta secara umum menjadi tanggung jawab pemerintah. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, Kota Yogyakarta mendasarkan kehidupannya pada tiga pilar, yaitu sektor pendidikan, sektor pariwisata yang berbasis budaya serta pelayanan jasa dan perdagangan yang terkait dengannya. Karena itu dibutuhkan suatu kelembagaan yang bersinergi dan kuat terhadap sektor pariwisata, kebudayaan dan pendidikan du mengelola kebudayaan sebagai sendi dari kehidupan kotanya. Gb.6.1. Diagram Keterkaitan sektor Budaya, Pariwisata dan Pendidikan di Kota Yogyakarta Pemerintah Kota Yogyakarta bersinergi dengan Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Pusat dalam menata dan melestarikan pusaka di Kota Yogyakarta, sebagai contoh yaitu regulasi yang dipergunakan tidak semata regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta namun juga regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DIY maupun Pemerintah pusat. Manajemen sinergis tersebut terbagi dalam 2 (dua) tata kelola yang umum sesuai dengan bentuk pusaka yang ditata atau dikelola, yaitu pusaka ragawi dan pusaka non ragawi. Berikut adalah pola umum pengelolaan pusaka di Kota Yogyakarta. Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-1

A. Pusaka Ragawi Pengelolaan dan penatalaksanaan secara umum oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dimana peran lebih kepada aspek fasilitasi dan regulasi. Sedangkan pembangunan fisik didukung oleh SKPD Pemerintah Kota Yogyakarta maupun SKPD Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai contoh gedung fasilitas pendidikan dan fasilitas umum lain dilaksanakan oleh Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta ataupun Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Meski demikian, Kota Yogyakarta belum memiliki regulasi untuk pengelolaan pusaka pada tingkat kota, sementara menggunakan Perda D.I. Yogyakarta No. 11/2005 tentang Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya. Untuk melaksanakan Perda tersebut, antara lain dikeluarkan SK Gubernur DIY No. 186/KEP/2011 tentang Penetapan Kawasan Cagar Budaya, dimana ditetapkan 6 Kawasan Cagar Budaya di Kota Yogyakarta, yaitu: 1) Kawasan Kotabaru, Kawasan Pakualaman, Kawasan Keraton, Kawasan Kotabaru, Kawasan Kotagede dan Kawasan Malioboro. 2) 1 KCB lainnya adalah Kawasan Imogiri di Kabupaten Bantul. B. Pusaka Non-Ragawi Pengelolaan pusaka non-ragawi sudah dilakukan dengan berbagai jalan melalui pelaksanaan berbagai program pemerintah maupun masyarakat sendiri. Hal ini dimulai dari pendidikan di sekolah formal, lembaga pendidikan non formal hingga lembaga masyarakat. Inventarisasi Pusaka Budaya Tak Ragawi juga sudah mulai dibina melalui hubungan dengan sekitar 500 paguyuban kesenian yang aktif. Pada tahun 2012, Pemerintah Kota berencana menginventarisasi Benda Pusaka Bergerak (Immovable Heritage), seperti Keris, Kendi dan Tombak. Sebagai Kota yang mempunyai budaya plural, semua kekayaan budaya diangkat dalam dalam posisi yang seimbang, seperti penyelenggaraan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) pada awal Tahun Baru Cina, hingga tahun 2011 sudah pelaksanaan yang ke-6. Sehingga demikian faktor koordinasi dan penyesuaian antara kebijakan yang dikeluarkan provinsi dan kota merupakan isu yang penting, salah satunya adalah aturan tata ruang. Hingga saat ini Kota Yogyakarta baru memiliki regulasi tata ruang yang bersifat makro, belum dapat memberikan arahan dan aturan yang lebih teknis tentang penataan dan pelestarian Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-2

kawasan cagar budaya meskipun telah ditetapkan lokasinya secara definitif. Diperlukan aturan yang lebih mendalam dan operasional, terutama pada tataran Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) atau Urban Design Guideline. Hal ini disebabkan RTBL mengatur pada kedalaman kawasan yang lebih baik, sebagai contoh pada aspek kulit dan penampilan bangunan (building skin and performance) membutuhkan aturan detail mengenai komponen bangunan apa saja yang diperkenankan dan tidak, bentuk massa bangunan dan ruang luar yang direkomendasikan hingga aspek lansekap berupa softscape dan hardscape dimana hal tersebut belum diatur dalam regulasi pada tataran yang lebih tinggi yaitu Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Dalam RDTR telah diatur mengenai amplop bangunan, yang saat ini sedang dalam penyusunan dan proses legislasi, telah diatur mengenai regulasi amplop bangunan yang antara lain meliputi GSB (Garis Sempadan Bangunan), KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien Luas Bangunan) hingga KDH (Koefisien Dasar Hijau) dan arsitektur bangunan secara makro, namun demikian untuk tiap kawasan cagar budaya masih membutuhkan RTBL tersebut. Sinergisme antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Pemerintah Provinsi tersebut terwujud pula pada pengendalian pembangunan pada BCB atau KCB dilakukan melalui mekanisme perijinan, dimana pemilik bangunan pusaka yang mengurus IMB harus berkonsultasi dengan Dinas Kebudayaan dan mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya Provinsi DIY (DP2WB). Sebagaimana amanat dari UU No.11/2010, maka saat ini juga sedang dalam proses pembentukan DP2WB Kota Yogyakarta untuk menekankan kepada lingkup Kota Yogyakarta. Selain itu terdapat pula kebijakan-kebijakan yang berasal dari nilai budaya masyarakat lokal sangat dominan, misalnya penataan Rumah Jawa yang sehat sesuai nilai hastagrata. 6.1.1. Kelembagaan dan Peran Pemangku Kepentingan Selain berupa fasilitasi oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah sebagai stakeholder utama, peran masyarakat dalam pelestarian aset pusaka cukup besar, baik dari perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat maupun kelompok-kelompok masyarakat. Di Kota Yogyakarta masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam pengelolaan sebagaimana telah dilakukan oleh masyarakat Kotagede yang telah membentuk sebuah forum yang bertindak sebagai Organisasi Pelestari Kawasan Cagar Budaya (OPKCB), yaitu sebuah organisasi masyarakat yang menjadi pengelola dan mitra/partner pemerintah dalam melaksanakan berbagai program pelestarian di masing-masing Kawasan Cagar Budaya. Secara embrional di Kota Yogyakarta telah terbentuk kelompok masyarakat pada 45 kelurahan yang meskipun saat ini masih merupakan kelompok penggiat kesenian, namun Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-3

siap untuk menjadi OPKP. Hal ini mengingat potensi cagar budaya yang tersebar di seluruh Kota Yogyakarta sehingga apabila dicermati maka wilayah Kota Yogyakarta akan terbagi habis dalam KCB-KCB dan wilayah pendukungnya (buffer zone) OPKCB/forum tersebut dapat pula merupakan gabungan dari berbagai kelompok masyarakat yang sudah terbentuk dahulu sesuai dengan masing-masing minat dan keberpihakan untuk kemudian melebur. Selain masyarakat, OPKCB/forum tersebut secara komprehensif melibatkan partisipasi pemerintah dan swasta sehingga program pun dapat berjalan secara sinergis dan komprehensif pula. Gambaran dari forum/opkcb sebagai pengelola KCB adalah sebagai berikut : Pemerintah Masyarakat Perencanaan Pelaksanaan Pengelola KCB Tata sosial- Tata Ekonomi Tata Ruang Lingkungan & Bangunan KCB LESTARI (terlindungi, berkembang & bermanfaat) Swasta Pendanaan Pengendalian Gb. 6.2. Diagram Konsep Pengelola KCB. Sumber : Forum Joglo Kotagede Pengelola KCB ini bertugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat, menyerap aspirasi, untuk kemudian menyusun rencana aksi yang akan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri secara swadana, oleh Pemerintah melalui mekanisme musrenbang maupun oleh swasta melalui investasi atau mekanisme donor/hibah. SOSIALISASI PENGELOLA KCB RENCANA AKSI Lembagalembaga masyarakat Komunitas Masyarakat Swadana MusRenBang Donor/ Investor Masyarakat Pemerintah Swasta Gb. 6.3. Mekanisme kerja Pengelola KCB. Sumber : Forum Joglo Kotagede Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-4

Dalam tingkatan kota, dibutuhkan lembaga pengelola Kota Pusaka yang mampu mensinergikan tiga pilar stakeholder Pemerintah, Masyarakat dan Swasta. Pengelola ini tidak harus berupa lembaga formal melainkan sebuah forum dimana masing-masing stakeholder dapat duduk bersama untuk pengelolaan Kota Pusaka. Sebagai bentuk dari lembaga pengelola pada tingkat kota, berupa sebuah badan koordinasi yang berisikan stakeholder terkait meliputi SKPD terkait, perguruan tinggi serta elemen masyarakat. Badan ini bernama Badan Koordinasi Pengelolaan Kota Pusaka (BKPKP) Yogyakarta yang ditetapkan dengan SK Walikota sebagaimana BKPRD pada Kota/Kabupaten dan Provinsi. PEMERINTAH WANDIK WANBUD WANPAR MASYARAKAT LSM BUDAYA BADAN KOORDINASI PENGELOLAAN KOTA PUSAKA YOGYAKARTA SWASTA KONSULTAN PENGARAH/ PENDAMPING Gb. 6.4. Lembaga Pengelola Kota Pusaka, sumber : Forum Joglo Kotagede 6.1.2. Inventarisasi, Analisis dan Penetapan Pusaka Inventarisasi, analisis dan penetapan pusaka di Kota Yogyakarta sudah mulai dilakukan meskipun belum semua aset dan potensi aset dapat terinventarisasi, oleh karena itu perlu dan harus segera dilakukan. Dikarenakan sudah diidentifikasi 2 (dua) Kawasan Cagar Budaya baru, maka prioritas pertama adalah penetapan kedua kawasan itu, yaitu KCB Jetis dan KCB Pengok. Kemudian upaya inventarisasi, analisis dan penetapan pusaka yang terdapat dalam masing-masing KCB dilakukan secara komprehensif dan simultan menggunakan inventarisasi yang sudah dilakukan dan survey baru. Sebaran benda cagar budaya dan kawasannya di Kota Yogyakarta bervariasi dan jenisnyapun cukup kompleks. Baik cagar budaya yang bergerak maupun yang tidak Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-5

bergerak tersebar tidak merata pada keempatbelas kecamatan. Sebaran tersebut dapat digolongkan kedalam 3 katagori yaitu BCB berdiri sendiri, BCB berkelompok memusat dan BCB menyebar tak berorientasi dalam satu bentang lahan lahan. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode stratifiet sampling. Metode ini berdasarkan tingkatan nilai kepentingan maupun keunikan BCB yang terdapat pada seluruh Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui survei data primer (survei lapangan) dan data sekunder (instansional) : 1) Survei data primer merupakan kegiatan pengumpulan posisi Benda Cagar Budaya melalui survei lapangan dengan GPS. Selain itu juga mengambil data tentang kondisi terakhir Benda Cagar Budaya tersebut melalui foto dengan pemotretan langsung menggunakan kamera digital. 2) Survei data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data angka dan peta serta tulisan tentang hasil-hasil penelitian atau laporan tentang Benda Cagar Budaya di Kota Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang kemungkinan telah tersedia pada berbagai instansi terkait di Kota Yogyakarta maupun Propinsi D. I. Yogyakarta. 3) Pengolahan data menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga memungkinkan untuk dilakukan langkah-langkah pengambilan, penyimpanan, pemeriksaan, pengintegrasian, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan data yang berreferensi secara spasial dengan bumi dan memudahkan dalam melakukan analisis. 4) Inventarisasi dan pemetaan benda cagar budaya memerlukan data yang bersifat spasial (berwujud peta). Namun data peta tersebut haruslah juga terintegrasi dengan data tabular (tabel) dimana memuat informasi-informasi yang terkait dengannya. 6.1.3. Informasi, Edukasi dan Promosi Upaya informasi, edukasi dan promosi terkait dengan pelestarian dan pengelolaan kota pusaka yang antara lain dilakukan melalui : 1. Diseminasi, lokakarya dan workshop pengelolaan maupun pelestarian pusaka 2. Memasukkan materi pusaka sebagai muatan lokal kurikulum di sekolah mulai dari usia TK, SD hingga SMA. 3. Mengadakan festival secara tematis di masing-masing KCB misalnya festival seni atau festival kuliner di KCB Kotagede. 4. Mengadakan event-event pariwisata di KCB, seperti Jogja Java Carnival (JJC) di KCB Malioboro. Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-6

5. Mengenalkan dan meningkatkan promosi tematis KCB melalui BP2KY dan Java Promo sebagai wadah promosi pariwisata Kota Yogyakarta. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan dalam program dan kegiatan tahunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. 6.1.4. Pengelolaan resiko bencana untuk pusaka /PRBP Menurut catatan sejarah, resiko bencana yang menjadi ancaman terhadap pusaka di Kota Yogyakarta adalah gempa bumi, dan letusan gunung merapi. Sedangkan bencana banjir lebih banyak mengancam daerah aliran sungai Winongo, Code dan Gajah Wong. Pengelolaan resiko bencana telah disinergiskan dalam rencana tata ruang (RTRW dan RDTRK) serta Rencana Aksi Penanggulangan Bencana. 6.2. Perencanaan pembangunan terkait Kota Pusaka 6.2.1. Perencanaan dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Kota Dokumen perencanaan pembangunan di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Yogyakarta tahun 2012-2016. Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan Makna dari Pariwisata berbasis budaya adalah : Kegiatan pariwisata di Kota Yogyakarta dikembangkan dengan dasar dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat maupun Kadipaten Pakualaman, kearifan lokal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Menyempurnakan dan meningkatkan jaringan kerjasama wisata dengan pihak lain Menjadikan daerah tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara Peningkatan kegiatan pariwisata dilaksanakan dengan menciptakan inovasi-inovasi yang tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata pendidikan, wisata konvensi dan wisata belanja Visi pembangunan dilaksanakan melalui 4 misi sebagai berikut : 1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih Memperkuat tata kelola pemerintahan Kota Yogyakarta yang baik, bersih, berkeadilan, demokratis, dan berlandaskan hukum Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-7

2. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas Mewujudkan pendidikan untuk semua (inklusif) Mewujudkan Kota Yogyakarta Sehat Memperkuat pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas dan aksesibel bagi seluruh warga Yogyakarta termasuk warga yang mempunyai perbedaan kemampuan (difabel) 3. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Segoro Amarto Mengembangkan ekonomi kerakyatan Memperkuat masyarakat Kota Yogyakarta yang toleran, inklusif, bermoral, beretika, beradab dan berbudaya Memasyarakatkan dan membudayakan gerakan Segoro Amarto 4. Mewujudkan daya saing daerah yang kuat Memperkuat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan yang berkualitas, berkarakter, dan inklusif Memperkuat dan mengembangkan keterpaduan Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, Kota Budaya dan Kota Perjuangan Memperkuat daya saing Kota Yogyakarta yang unggul dalam pelayanan jasa Memperkuat Kota Yogyakarta yang nyaman dan ramah lingkungan Memperkuat Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan damai Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-8

Tabel 6.1. Matriks Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD terkait dengan Kota Pusaka Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Misi : Mewujudkan Pelayanan Publik yang Berkualitas Meningkatkan Terwujudnya sarana Peningkatan ruang Meningkatkan cakupan kualitas pelayanan dan prasarana yang sesuai dengan rencana rinci tata ruang publik perkotaan yang peraturan yang dan kawasan strategis memadai berlaku kota Mengembangkan kawasan citra kota Mengoptimalkan penataan kawasan sungai Misi : Mewujudkan Daya Saing Usaha yang Kuat Menguatkan daya Terwujudnya Pengembangan Meningkatkan promosi saing daerah untuk perekonomian pariwisata berbasis dan kerjasama memajukan Kota daerah yang kuat budaya pariwisata Yogyakarta Mengembangkan ODTW dan wisata MICE Mengembangkan gerakan sadar wisata berbasis komunitas Melestarikan nilai-nilai budaya kraton Yogyakarta sebagai modal sosial masyarakat Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-9

Tabel 6.2. Matriks Sasaran, Strategi dan Program Pembangunan pada Misi Mewujudkan Daya Saing Daerah yang Kuat Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Kondisi Kondisi Pembangunan Awal Akhir Menguatkan daya saing daerah untuk memajukan Kota Yogyakarta Terwujudnya perekonomian daerah yang kuat Pengembangan pariwisata berbasis budaya Meningkatkan promosi dan kerjasama pariwisata Mengembangkan ODTW dan wisata MICE Melestarikan nilai-nilai budaya Kraton Yogyakarta sebagai modal sosial masyarakat Mengembangkan gerakan sadar wisata berbasis komunitas Meningkatya jumlah kunjungan wisatawan Meningkatnya lama tinggal wisatawan Meningkatnya jumlah nilai budaya yang dikelola dan dilestarikan 2,5 juta orang 2,5 hari 437 BCB /BWB 3,041 juta orang 2,75 hari 600 BCB / BWB Program Pengembangan Promosi dan Kerjasama Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Program Pembinaan, Pelestarian dan Pengembangan Nilai-nilai, Seni dan Cagar Budaya Bidang Urusan Pariwisata Pariwisata Kebudayaan SKPD Penanggung Jawab SKPD Pengampu Pariwisata SKPD Pengampu Pariwisata SKPD Pengampu Kebudayaan Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-10

Tabel 6.3. Penataan Ruang Program Pengembangan Rencana Rinci dan Infrastruktur Kawasan Kebudayaan Program Pembinaan, Pelestarian dan Pengembangan Nilai-nilai, Seni dan Cagar Budaya Peningkatan cakupan rencana rinci tata ruang dan kawasan strategis kota Pengelolaan keragaman budaya pada kelompok/organisasi seni dan budaya Cakupan kajian seni Cakupan fasilitasi seni Cakupan gelar seni Cakupan misi kesenian Cakupan SDM kesenian Cakupan tempat kesenian Tersosialisasinya dan teraktualisasinya nilai-nilai budaya di masyarakat Jumlah kekayaan budaya yag ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya/Benda Warisan Budaya menjadi 600 BCB/BWB SKPD Pengampu penataan ruang SKPD pengampu kebudayaan Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-11

6.2.2. Matriks Rencana Aksi Kota Pusaka Berdasarkan rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka, direkapitulasi dalam matriks sebagai berikut : Tabel 6.4. Matriks Rekapitulasi Rencana Aksi Kota Pusaka No. Program/Kegiatan Lokasi SKPD Sumber Dana 1. Pembentukan BKPKP Kota Yogyakarta 2. Penetapan 2 KCB baru Kec. Jetis & Gondokusuman 3. Inventarisasi, Pemetaan & Dokumentasi Aset Pusaka se Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta 4. Sosialisasi Program Kota Pusaka Kota Yogyakarta 5. Pembentukan OPKP pada masing-masing KCB 6. Peningkatan kapasitas & Pemberdayaan OPKP 7. Pembuatan Rencana Rinci Tata Ruang untuk masing-masing KCB Waliktoa Gubernur DIY/ Walikota Yogyakarta DisParbud Yk /Disbud DIY/ BPCB DisParbud Yk /Disbud DIY 8 KCB DisParbud Yk /Disbud DIY & Bappeda Yk/DIY 8 KCB DisParbud Yk /Disbud DIY DisKimpraswil Yk /Dis PUP ESDM DIY APBD I/APBD II APBD I/APBD II APBD I/APBD II APBD I/APBD II Tahun Pelaksanaan 2013 2014 2015 APBD I/APBD II APBN/APBD I/II 1) Kotagede 2) Malioboro 3) Kraton 4) Kotabaru 5) Pakualaman 6) Jetis 7) Pengok Keterangan Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-12

8. Penyelenggaraan festival tematis pada masing-masing KCB 9. Revitalisasi/pengembangan fisik masing-masing KCB 8 KCB DisParbud Yk /Disbud DIY DisKimpraswil Yk /Dis PUP ESDM DIY APBN/APBD I/II 1) Kotagede 2) Malioboro 3) Kraton 4) Kotabaru 5) Pakualaman 6) Jetis 7) Pengok Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-13

6.3. Perancangan/Olah Disain Kota Pusaka Dimulai tahun 2013 6.3.1. Pengembangan karakter dan kehidupan 6.3.2. Pengembangan ekonomi pusaka 6.3.3. Olah Disain Bangunan dan Ruang Terbuka 6.3.4. Rencana Tata Ruang dan Lingkungan Alam - Rencana Perlindungan - Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan - Rencana Tata Ruang - Rencana Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta RENCANA AKSI 6-14