BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Sifat Tanah Vertisol Sub Grup Ustic Epiaquerts dengan Pemberian Pasir, Sabut Kelapa, dan Sabut Batang Pisang 1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Kapur Berdasarkan Al dd : 1 me Aldd/100 g tanah : 1.57 me CaCO 3 /100 g tanah

JURNAL OLEH SADLI MOHAMAD NIM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

Zulham Husein 1, Nurdin 2 dan Fauzan Zakaria 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2.Daftar Sidik Ragam Bulk Density Tanah (g/cm 3 )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84

DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Bagan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

Lampiran 3. Analisis AwalLimbah Padat Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji. 14,84 IK.01.P.

Hendra Tantu, Nurdin, Fauzan Zakaria ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisol merupakan tanah awal yang berada di wilayah humida yang

Lampiran 1 Hasil analisis tanah sawah Babakan Dramaga (SBD), University Farm Institut Pertanian Bogor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang. Tekstur

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis Awal Contoh Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Lampiran 2. Hasil Analisis Limbah Pabrik Industri Tempe

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Lampiran 1. Flow chart penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

Lampiran 1. Biodata PeneUti dan Usulan Biaya. Biodata Peneliti. : Koko Baskoro Siahaan NIM : Tempat/Tangga/ laht : Medan/27 Mei 1984

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

Transkripsi:

5.1 Sifat fisik tanah vertisol BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tanah menunjukkan bahwa sifat fisik tanah : tekstur tanah merupakan liat 35 %, pasir 27 % dan debu 38 % dengan permeabilitas tanah yang lambat 1,59% dengan kadar air 8,47 %. Sifat kimia tanah merupakan C organik sangat rendah 0,69 %, N total sangat rendah 0,06 %, P 2 O 5 tersedia 3,80 ppm, K 2 O dapat ditukar 0,24me/100g, ph agak masam, H 2 O 6,48 %, ph KCl 5,64 %, KTKsangat tinggi 29,95 (me/100 g), K + 0,24 % sangat rendah, Ca 2 14,90 % sangat tinggi, Mg 2+ 6,0 5% sangat tinggi, Na + 0,50 % sedang, Kejenuhan Basa 70,08% sangat tinggi (Tabel 3). Dengan demikian, berdasarkan kriteria status kesuburan tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983), maka status kesuburan tanah setempat tergolong sedang. Tabel 3. Sifat-sifat tanah Vertisol (Endoaquerts Ustic) di lokasi penelitian No Sifat-Sifat Tanah Sebelum Penelitian Nilai Kriteria* 1 Fisik Tanah : - Tekstur: Pasir (%) Liat (%) Debu (%) - Permebilitas Tanah (cm/jam) - Nilai Cole - Kadar Air Tersedia 27 35 38 1,59 0,98 8,47 Lempung Berliat Lambat Kembang-kerut nyata 2 Kimia Tanah - C-Organik (%) - N total (%) - P 2 O 5 tersedia (ppm) - K 2 O dapat ditukar (me/100 g) - ph: H 2 O ph KCl - KTK (me/100 g) - Kation Basa (me/100 g): K + Ca 2+ Mg 2+ Na + - Kejenuhan Basa (%) 0,69 0,06 3,80 0,24 6,48 5,64 29,95 0,24 14,90 6,05 0,50 70,08 Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Agak Masam Sangat Sangat Rendah Sedang

Merujuk pada sifat-sifat tanah dan status kesuburan tanah sedang, maka upaya pemberian bahan amelioran ini dapat memperbaiki sifat-sifat tanah Vertisol ini. Dengan demikian diharapkan produktifitas tanah Vertisol meningkat. 5.2 Tanaman Data hasil pengamatan tinggi tanaman padi pada Endoaguert Ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir sungai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi hanya pada umur 28 hari setelah tanam (HST). Sementara untuk umur 14, 42, dan 56 HST tidak berpengaruh nyata. Rata-rata tinggi tanaman padi pada Endoaquert Ustic hasil uji BNT (0,05) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan tinggi tanaman hasil padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Perlakuan Pasir (S) 0% (S 0 ) 25% (S 1 ) 50% (S 2 ) Sabut kelapa (C) 0 ton ha -1 (C 0 ) 10 ton ha -1 (C 1 ) 20 ton ha -1 (C 2 ) Sabut batang pisang (B) 0 ton ha -1 (B 0 ) 10 ton ha -1 (B 1 ) 20 ton ha -1 (B 2 ) tanaman I 14,94 tn 13,91 14,49 14,37 tn 14,82 14,14 14,78 tn 14,53 14,02 tanaman II 22,38 a 19,30 b 21.38 a 20,13 tn 21,99 20,94 21,36 tn 21,07 20,62 tanaman III 28,80 tn 28,14 28.00 27,85 tn 27,94 29,14 29,99 a 27,24 b 27,71 b tanaman IV 27,70 tn 30,97 30.22 29,56 tn 30,01 29,31 30,95 tn 29,29 28,65 Interaksi tn tn tn tn BNT 0,05 2,07 2,46 KK (%) 18,14 18.12 16.02 21.14 Superskrip yang sama pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf BNT 0,05 tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05 Walaupun hanya pada umur 28 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian pasir sungai pada setiap pengamatan telah menunjukkan peningkatan tinggi tanaman. Pada pengamatan tinggi tanaman umur 14 HST, pemberian 0% pasir justru meningkatkan tinggi tanaman sebesar 7,40% dibanding perlakuan 25% penambahan pasir sungai dan 3,10% dibanding

penambahan 50% pasir sungai. Kondisi tersebut terjadi pula pada pengamatan 28 dan 42 HST, tetapi tidak berlaku pada pengamatan 56 HST karena justru mengalami penurunan sebesar 10,56% dibanding perlakuan 25% pasir sungai dan 8,34% dibanding perlakuan 50% pasir sungai. Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan tinggi tanaman membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah (Gambar 3). Gambar 3. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan pasir sungai Sementara itu, hasil sidik ragam menunjukan pada pemberian sabut kelapa tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 14 hari setelah tanam pada perlakuan 0 ton ha -1 mengalami penurunanan 3,03% dibandingkan dengan perlakuan sabut kelapa 10 ton ha -1 mengalami kenaikan 3,13%, sedangkan pada perlakuan 20 ton ha -1 sabut kelapa mengalami penurunan

4,58%. Hal ini diduga pemberian sabut kelapa dapat mengikat air lebih banyak sehinga tidak ada perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman(gambar 4). Pemberian sabuk batang pisang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi hanya pada umur 42 hari setelah tanam (HST). Sementara untuk umur 14, 28, dan 56 HST tidak berpengaruh nyata. Walaupun hanya pada umur 42 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian sabut batang pisang pada setiap pengamatan telah menunjukkan peningkatan tinggi tanaman. Gambar 4. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan sabut kelapa Pada pengamatan tinggi tanaman umur 42 HST, pemberian 0 ton ha -1 sabut batang pisang justru meningkatkan tinggi tanaman sebesar 10,09% dibanding perlakuan 10 ton ha -1 dan meningkat sebesar 8,23% dibanding perlakuan sabut batang pisang sebanyak 20 ton ha -1. Sementara pemberian sabut batang pisang sebanyak 20 ton ha -1 hanya mengalami peningkatan tinggi tanaman sebesar 1,72%. Keragaan tinggi tanaman dengan pemberian sabut kelapa disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan sabut batang pisang Hal ini diduga disebabkan karena ketersediaan air yang cukup pada media tumbuh tanaman, juga karena pada umur ini sudah memasuki fase perkembangan generatif. Selain itu, diduga hal ini disebabkan oleh kelebihan air pada perlakuan yang mendapat penambahan sabut batang pisang. Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. 5.3 Panjang Daun Data hasil pengamatan panjang daun tanaman padi pada Endoaguert Ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil sidik ragam menunjukan bahawa pemberian pasir sungai berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman padi hanya pada umur 56 hari setelah tanam (HST). Sementara untuk umur 14, 28, dan 42 HST tidak berpengaruh nyata. Rata-rata panjang daun tanaman padi pada Endoaquert Ustic dengan hasil uji BNT (0,05) disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan panjang daun padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Perlakuan Panjang daun I Panjang daun II Panjang daun III Panjang daun IV Pasir (S) 0% (S 0 ) 25% (S 1 ) 50% (S 2 ) Sabut kelapa (C) 0 ton ha -1 (C 0 ) 10 ton ha -1 (C 1 ) 20 ton ha -1 (C 2 ) Sabut batang pisang (B) 0 ton ha -1 (B 0 ) 10 ton ha -1 (B 1 ) 20 ton ha -1 (B 2 ) 11,l72 tn 10,53 11,65 11,32 tn 11,72 10,85 11,45 tn 11,54 10,91 15,66 tn 14,73 15,40 14,71 tn 16,04 15,04 16,11 a 15,62 ab 14.05 b 21,10 tn 21,14 20,72 20,72 tn 20,96 21,27 21,59 tn 20,60 20,77 20,27 b 24,04 a 23,01 a 21,99 tn 22,55 22,78 23,89 tn 21,43 21,99 Interaksi tn tn tn tn BNT 0.05 1,70 2,78 KK (%) 20.65% 20.59% 19,87% 19,87% Superskrip yang berbeda pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0.05

tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0.05 Walaupun hanya pada umur 56 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian pasir sungai pada setiap pengamatan telah menunjukan peningkatan panjang daun tanaman. Pada pengamatan panjang daun tanaman umur 14 dan 28 HST mempunyai pola yang relatif sama yang mana pemberian 0% pasir sungai meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 11,30% dan 6,31% dibandingkan dengan penambahan pasir sungai sebesar 25%, sedangkan terhadap penambahan pasir sungai sebesar 50% hanya meningkatkan panjang daun yang masing-masing sebesar 0,60% dan 1,69% saja. Sementara tinggi tanaman pada umur 42 HST dan 56 HST cenderung relatif sama, yaitu justru pada penambahan 25% pasir sungai yang meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 0,19% dan 18,59% terhadap perlakuan kontrol, sedangkan terhadap pemberian pasir sungai 50% hanya mengalami peningkatan masingmasing sebesar 2,03% dan 4,47%. Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan panjang daun membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah (Gambar 6).

Gambar 6. Keragaan panjang daun pada perlakuan pasir sungai Hasil sidik ragam menunjukan bahawa pemberian sabut kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman padi. Pada umur 14 HST dan 28 HST cenderung menunjukkan pola yang sama. Perlakuan 10 ton ha -1 sabut kelapa meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 3,53% dan 9,04% dibanding perlakuan 0 ton ha -1 dan meningkatkan panjang daun sebesar 8,01% dan 6,65% pada penambahan 20 ton ha -1 sabut kelapa. Sementara pada umur 42 HST dan 56 HST juga menunjukkan pola yang sama. Perlakuan 10 ton ha -1 sabut kelapa meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 1,15% dan 2,55% dibanding perlakuan 0 ton ha -1 dan meningkatkan panjang daun sebesar 1,48% dan 1,02% saja pada penambahan 20 ton ha -1 sabut kelapa (Gambar 7). Hal ini diduga karena pada perlakuan 10 ton ha -1 kandungan kandungan air lebih banyak. Gambar 7. Keragaan panjang daun pada perlakuan sabut kelapa Sementara itu, hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut batang pisang hanya berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman padi pada umur 28 HST. Walaupun hanya pada umur 28 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian sabut batang pisang telah menunjukan peningkatan panjang daun tanaman.

Pada pengamatan panjang daun tanaman umur 28, 42 dan 56 HST pada pemberian 10 ton ha -1 sabut kelapa mempunyai pola yang relatif sama yang mana justru menurunkan panjang daun masing-masing sebesar 3,04%., 4,58% dan 10,29% dibanding perlakuan 0 ton ha -1. Sementara pada pemberian 20 ton ha -1 sabut kelapa hanya pada umur 42 HST dan 56 HST yang berpola sama, yaitu meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 0,83% dan 2,16% terhadap penambahan 10 ton ha -1 sabut kelapa. Sementara pada umur 14 HST dan 28 HST cenderung relatif sama dengan pemberian 20 ton ha -1 sabut kelapa. Hal ini diduga disebabkan karena sabut batang pisang memiliki daya serap air yang tinggi sehinga tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan 0 ton ha -1 penembahan sabut batang pisang, 10 ton ha -1 penembahan sabut batang pisang dan 20 ton ha -1 penembahan sabut batang pisang (Gambar 8). Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. Lebih lanjut wulandari et al. (2011) menyatakan bahwa dalam batang pisang terdapat unsur unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Gambar 8. Keragaan panjang daun pada perlakuan sabut batang pisang 5.4 Jumlah Anakan Data hasil pengamatan jumlah anakan tanaman padi pada Endoaguert Ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir sungai tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan

padi. Rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada Endoaquert Ustic dengan hasil uji BNT (0,05) disajikan pada Tabel 6. Pada pengamatan jumlah anakan menunjukan bahwa pemberian pasir sungai pada perlakuan 0% dan 50% mempunyai pola relatif sama dimana pemberian 0% pasir sungai meningkat 38,11%, dan pemberian 50% pasir sungai 34,83% dibandingkan dengan penambahan pasir sungai 25% menurun 2,37%, Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan panjang daun membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah (Gambar 9). Tabel 6. Rataan jumlah anakan padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Perlakuan Jumlah anakan Pasir (S) 0% (S 0 ) 2.44 tn 25% (S 1 ) 3.37 50% (S 2 ) 3.29 Sabut kelapa (C) 0 ton ha -1 (C 0 ) 10 ton ha -1 (C 1 ) 20 ton ha -1 (C 2 ) Sabut batang pisang (B) 0 ton ha -1 (B 0 ) 10 ton ha -1 (B 1 ) 20 ton ha -1 (B 2 ) 2.74 tn 3.29 3.07 2.55 tn 3.55 3.00 Interaksi tn KK (%) 20.59% tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0.05

Sementara itu hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut kelapa tidak berbeda nyata terhadap jumlah anankan tanaman padi. pada perlakuan 0 ton ha -1 sabut kelapa meningkatkan jumlah anakan 20,07%, pada perlakuan 20 ton ha - 1 sabut kelapa meningkatkan jumlah anakan tanaman padi 12,04 % dibandingkan pada perlakuan 10 ton ha -1 sabut kelapa meningkatkan jumlah anakan tanaman padi 6,68%.Hal ini menunjukan bahwa pemberian sabut kelapa dapat mengikat air yang dengan baik. Sementara itu,hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut batang pisang tidak berpengaruh nyata pada jumlah anakan tanaman padi namun dengan pemberian sabut batang pisang telah menunjukan peningkatan jumlah anakan pada tanaman padi, pada perlakuan 0 ton ha -1 sabut batang pisang 39,21% dan pada perlakuan 20 ton ha -1 sabut batang pisang 17,64% dibanding dengan penambahan pada perlakuan 10 ton ha -1 sabut batang pisang 15,49%. Hal ini diduga disebabkan pada perlakuan 0 ton ha -1 lebih baik karena kandungan liat yang banyak dapat menyimpan air lebih banyak sehinga membuat tanaman lebih mudah menyerap air. Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. Lebih lanjut wulandari et al. (2011) menyatakan bahwa dalam batang pisang terdapat unsur unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) 4 3,5 Jumlah Anakan Pengamatan 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 0% (S0) 25% (S1) 50% (S2) 0 ton (C0) 10 ton (C1) 20 ton (C2) 0 ton (B0) 10 ton (B1) 20 ton (B2) Perlakuan

Gambar 9. Ragaan Jumlah anakan padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa, dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic 5.5 Jumlah Daun Data hasil pengamatan jumlah daun tanaman padi pada endoaguert ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil sidik ragam menunjukan bahawa pemberian sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman padi hanya pada perlakuan 0 ton ha -1, sementara pada penambahan10 ton ha -1 dan 20 ton ha -1 tidak berpengaruh nyata.rata-rata hasil tanaman padi pada Endoaquert Ustic dengan hasil uji BNT (0,05) disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Rataan jumlah daun hasil padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Perlakuan Pasir (S) 0% (S 0 ) 25% (S 1 ) 50% (S 2 ) Sabut kelapa (C) 0 ton ha -1 (C 0 ) 10 ton ha -1 (C 1 ) 20 ton ha -1 (C 2 ) Sabut batang pisang (B) 0 ton ha -1 (B 0 ) 10 ton ha -1 (B 1 ) 20 ton ha -1 (B 2 ) Jumlah daun 10.29 tn 14.18 14.03 11.88 tn 13.19 13.33 9.88 b 16.37 a 12.25 a Interaksi tn BNT 0.05 4.78 KK (%) 68.62% Superskrip yang sama pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 0.05 tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0.05

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir sungai tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman padi namun telah menunjukan peningkatan disetiap pengamatan Pada perlakuan 0% pasir sungai dan 50% pasir sungai dengan masing-masing 37,80% dan 36,34%, dibandingkan dengan penembahan 25% pasir sungai 1,05%. Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan panjang daun membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut kelapa tidak berbeda nyata pada jumlah daun tanaman. Pada perlakuan 0 ton ha- 1 sabut kelapa dan pada perlakuan 20 ton ha- 1 sabut kelapa masing-masing meningkat 11,02 % dan 12,20% di bandingkan pada perlakuan 10 ton ha- 1 sabut kelapa 1,06%. Hal ini diduga sabut kelapa memiliki kemampuan untuk mengikat air dan menjaga kelembaban tanah. Sementara itu, hasilsidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut batang pisang berpengaruhn yata terhadap jumlah daun tanaman padi. Walaupun hanya pada perlakuan 0 ton ha- 1 sabut batang pisang 65,68% yang berpengaruhnyata akan tetapi secara keseluruhan menunjukan peningkatan jumlah daun tanaman padi. Pada pengamatan 10 ton ha- 1 dan 20 ton ha- 1 sabut batang pisang masing masing menunjukan peningkatan 25,16% dan 23,98%. Hal diduga disebabkan sabut batang pisang memiliki daya serap air yang tinggi. Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. Lebih lanjut wulandari et al. (2011)

menyatakan bahwa dalam batang pisang terdapat unsur unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K)(Gambar 10). Pengamatan 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Jumlah Daun 0% (S0) 25% (S1) 50% (S2) 0 ton (C0) 10 ton (C1) 20 ton (C2) 0 ton (B0) 10 ton (B1) 20 ton (B2) Perlakuan Gambar 10. Jumlah daun padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa, dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic