MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PADA JEMAAH HAJI DI INDONESIA TAHUN 2010 (Health Care Management of the Pilgrims in 2010, in Indonesia)

dokumen-dokumen yang mirip
PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Proses Pemberangkatan Jamaah Haji Tahun 1428 H MES dalam Foto

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2006 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1427 H/2006 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW) (INFORMAN 1)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1432H/2011M

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1435H/2014M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1436H/2015M

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1433H/2012M

LEMBAR PENGE SAHAN ARTIKEL ILMIAH

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN DI IGD PONEK RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSU HAJI MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan rumah sakit kinerja tenaga sumber

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENERBITAN IZIN SARANA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. terkendali biaya dan kualitasnya, seperti yang tercantum dalam Undang -

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI DAERAH

Analisis Posisi Produk Pelayanan Kesehatan dengan Menggunakan Jendela Pelanggan Berdasar Harapan dan Penilaian Pasien

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TESIS. Oleh RINI SRI AMINI /IKM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN WALIKOTA PALEMBANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI CALON JAMA AH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah. yang bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI


HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku. dan dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

DAFTAR PUSTAKA. Aditama, Tjandra Yoga, Manajemen Administrasi Rumah Sakit. UI Press, Jakarta.

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di dunia termasuk pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama

ABSTRAK MERRY TIFFANI

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSU. BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2012

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

Transkripsi:

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PADA JEMAAH HAJI DI INDONESIA TAHUN 2010 (Health Care Management of the Pilgrims in 2010, in Indonesia) Ratih Oemiati 1 dan Qomariah Alwi 2 ABSTACT Background: It needed manpower of health in health care management on qualification, to get optimalization in kinerja, to minimize mortality and morbidity of the pilgrims. There were many problems according to the pilgrims, i.e socioeconomics, behaviors, and so on, but the main problems were the providers themself. Objective: The aims of this study was to assess health care mangement based on workload in embarcasion and debarcation in 2010. This was a sub set qualitative study of the health care of the pilgrims in 2010. Methods: The variables that were analyzed, provider, health care management, and workload. Descriptive analyzed and tri angulation of providers, pilgrims, and informans were used in this study. Results: The result of this study showed that most of the providers were phycisians, nurses and midwives who came from health port offi ce, district health offi ce and CDC- Environmental Health Laboratory Offi ce Time schedule of health care the pilgrims were two hours for 300 400 pilgrims.physical examination of them were anamnesa. There were two differences of workload in the big embarcation and middle, but the costing both of them in the same system. Key words: management, health care, the pilgrims ABSTRAK Latar Belakang: Dalam pelayanan kesehatan jemaah haji di embarkasi dan debarkasi diperlukan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis, kualifi kasi yang sesuai, yang diharapkan mampu menampilkan kinerja yang optimal dalam menekan angka kesakitan dan kematian jemaah haji. Banyak masalah terjadi dalam pelayanan kesehatan jemaah haji, selain faktor jemaah haji dengan mayoritas tingkat social ekonomi yang rendah sehingga sulit diberi pengertian, faktor yang terpenting adalah dari tenaga kesehatan itu sendiri. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah agar tersedia kajian tentang manajemen pelayanan kesehatan jemaah haji berdasarkan beban kerja dalam rangka meningkatkan efektifi tas dan mutu pelayanan kesehatan haji di embarkasi dan debarkasi pada tahun 2010. Metode: Penelitian ini merupakan sub set dari penelitian kualitatif yang dilakukan pada tahun 2010 pada semua embarkasi dan debarkasi seluruh Indonesia (ada 15 embarkasi/ debarkasi). Variabel yang akan dianalisis yaitu SDM kesehatan, Manajemen pelayanan kesehatan, dan Beban kerja SDM kesehatan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan triangulasi antara petugas, jemaah dan peneliti. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa SDM kesehatan umumnya dokter, perawat dan bidan yang mayoritas berasal dari Kantor Kesehatan Pelabuhan, dinas kesehatan dan BTKL. Pelayanan kesehatan secara umum dilakukan selama satu setengah sampai dua jam untuk sekitar 300 400 jemaah haji. Untuk pelayanan kesehatan semua melakukan anamnesa, namun untuk pemeriksaan fi sik ada berbagai perbedaan antar embarkasi. Beban kerja agak berat pada embarkasi besar, namun cukup untuk embarkasi sedang, dengan pembiayaan yang diberlakukan sama. Kata Kunci: manajemen, pelayanan kesehatan, jemaah haji Naskah Masuk 19 Desember 2012, Review 1: 21 Desember 2012, Review 2: 21 Desember 2012, Naskah Layak Terbit: 4 Maret 2013 PENDAHULUAN Manajemen merupakan proses penyelenggaraan serangkaian kegiatan oleh sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu (Siagian,1989). Jika definisi 1 Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. 2 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Alamat Korespodensi: E-mail: ratihpp@yahoo.co.id 66

Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Jemaah Haji di Indonesia (Ratih Oemiati dan Qomariah Alwi) sederhana tersebut didalami, akan terlihat bahwa manajemen mengandung paling sedikit lima unsur, yaitu proses, serangkaian kegiatan, sekelompok orang, sarana dan prasarana serta tujuan. Produk jasa pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang mengutamakan nilai-nilai sosial namun pengelolaannya tidak terlepas dari prinsipprinsip manajemen sebuah industri. Namun ada perbedaannya dengan jasa industri umum, pada produk jasa kesehatan terdapat ketidakpastian, informasi tidak seimbang dan dampak luar (Aditama, 2002). Sebagaimana konsep dasar sebuah organisasi industri, maka produk jasa pelayanan kesehatan dituntut mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya yaitu memberi kebutuhan pelanggannya dengan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga penciptaan budaya mutu menjadi prasyarat mutlak agar dapat memenuhi tuntutan tersebut (Ekowati D, 2007). Kinerja (performance/p) menurut Ilyas (2001) adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi. Tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Setelah kriteria kinerja ditetapkan, selanjutnya adalah bagaimana melakukan pengukuran. Pengukuran kinerja dilakukan pada suatu periode waktu tertentu, dengan membandingkan terhadap standar kerja dalam periode tersebut yang telah ditetapkan sebelumnya. Seseorang dikatakan memiliki kinerja baik jika mampu memenuhi standar kerja yang diberlakukan kepadanya. Kinerja tenaga kesehatan dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebih, sementara beban kerja tersebut dipengaruhi oleh jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang belum memadai. Penelitian Ruwaedah (Siti Rahmah, 2003) di Makasar menyimpulkan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas 59,2% dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebihan. Beban kerja (Menpan, 1997) adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Simamora (1995: 57), analisis beban kerja bertujuan mengidentifikasi baik jumlah karyawan maupun kualifikasi karyawan (Kebutuhan Tenaga kerja). Analisis beban kerja biasa dilakukan untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja, kualifikasi tenaga kerja, dan jam kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Melalui analisis beban kerja, diharapkan tercipta satu standar pekerjaan yang mampu dilaksanakan tenaga kerja dalam suatu periode waktu tertentu, dalam kondisi kerja yang normal. Dalam menghitung berapa jumlah tenaga kerja yang harus dilibatkan agar pekerjaan dapat selesai tepat waktu dengan hasil yang baik, seringkali ada benturan-benturan, seperti kesanggupan dalam pembiayaan. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang diperlukan, maka biaya akan menjadi semakin besar. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah mengurangi upah untuk dapat menambah tenaga kerja, namun langkah ini menghasilkan masalah baru, yaitu upah kerja yang tidak sesuai dengan beban kerja yang diterima. Karenanya, strategi manajemen selalu mengarahkan kepada tercapainya titik temu antara kebutuhan kerja dengan kemampuan organisasi. Tetapi kebutuhan riil tenaga kerja selalu diperlukan, sehingga ketika memutuskan untuk menambah tenaga kerja, lebih terarah jumlah jenis dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Dalam pelayanan kesehatan jemaah haji di embarkasi dan debarkasi diperlukan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis, kualifikasi yang sesuai, yang diharapkan mampu menampilkan kinerja yang optimal dalam menekan angka kesakitan dan kematian jemaah haji. Banyak masalah terjadi dalam pelayanan kesehatan jemaah haji, selain faktor jemaah haji dengan mayoritas tingkat social ekonomi yang rendah sehingga sulit diberi pengertian, faktor yang terpenting adalah dari tenaga kesehatan itu sendiri. Penelitian tentang kinerja petugas kesehatan haji sudah dilakukan pada tahun 2008 dan 2009 yang ditinjau dari persepsi jemaah terhadap kinerja petugas. Hasilnya lebih dari 80% jemaah menyatakan puas. Namun dalam pembahasan hasil ini diragukan karena disain penelitian kuantitatif dengan membagikan angket kurang sesuai untuk menjaring data tentang persepsi. Jemaah dengan mayoritas tingkat pendidikan rendah dan berasal dari desa cenderung tidak menjawab yang sebenarnya apalagi dalam situasi ibadah haji mereka cenderung 67

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 16 No. 1 Januari 2013: 66 72 tidak mau mengatakan tidak puas. Sampai saat ini belum ada penelitian atau kajian berkaitan dengan kinerja petugas kesehatan yang dilihat dari sudut petugas kesehatan sendiri. Berdasarkan alasan tersebut di atas dan adanya koordinasi dengan Pusat Kesehatan Haji maka penelitian ini dilakukan dengan mengamati langsung kinerja petugas kesehatan haji dan menanyakan segala sesuatu berkaitan dengan beban kerja dan tenaga kerja. Menurut rencana awal, kinerja dan kebutuhan petugas akan diteliti pada setiap tahap pelayanan kesehatan baik di tanah air maupun di Saudi Arabia tetapi karena dana, waktu, tenaga tidak memungkinkan maka kinerja hanya diteliti di tingkat embarkasi debarkasi saja. TUJUAN Tersedianya kajian tentang manajemen pelayanan kesehatan jemaah haji berdasarkan beban kerja dalam rangka meningkatkan efektivitas dan mutu pelayanan kesehatan haji di embarkasi dan debarkasi pada tahun 2010. METODE Disain penelitian ini adalah kualitatif. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah petugas haji dan jemaah haji yang ada di embarkasi. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah petugas dan jemaah yang ada di embarkasi saat pengambilan data dilakukan. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan empat cara: a. Pertama dengan cara observasi yaitu mengamati langsung proses pelayanan kesehatan pada jemaah haji mulai dari jemaah masuk embarkasi sampai dengan jemaah diberangkatkan ke Arab Saudi. b. Kedua, wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan pada setiap jenis petugas kesehatan pada saat sebelum jemaah masuk embarkasi dan setelah selesai pelayanan dokumen jemaah. c. Ketiga, dengan fokus grup diskusi terhadap beberapa jenis petugas kesehatan yang sedang berkumpul pada waktu agak lowong. d. Keempat, studi dokumen yaitu menelaah dokumen yang diperoleh antara lain alur pelayanan jemaah, SK petugas, laporan, tupoksi dan sebagainya. Lokasi dan waktu penelitian: seluruh embarkasi/ debarkasi di Indonesia sebanyak 15 embarkasi (12 embarkasi + 3 embarkasi antara) dilakukan pada tahun 2010 yaitu: 1. Embarkasi Aceh 2. Embarkasi Padang 3. Embarkasi Medan 4. Embarkasi Batam 5. Embarkasi Palembang 6. Embarkasi Antara Lampung 7. Embarkasi Jakarta Bekasi 8. Embarkasi Jakarta Pondok Gede 9. Embarkasi Surakarta 10. Embarkasi Surabaya 11. Embarkasi Antara Mataram 12. Embarkasi Balikpapan 13. Embarkasi Banjarmasin 14. Embarkasi Ujungpandang 15. Embarkasi Antara Gorontalo Variabel yang akan dianalisis: a) SDM Kesehatan b) Manajemen Pelayanan Kesehatan antara lain: Pelayanan dokumen dari jemaah masuk embarkasi sampai selesai (termasuk pelayanan dokumen kesehatan) Pelayanan dokumen jemaah yang akan diberangkatkan Pelayanan dokumen jemaah yang datang dari haji sampai diperbolehkan pulang ke rumahnya Pelayanan kesehatan lanjutan di poliklinik bagi yang sakit c) Beban kerja SDM Kesehatan Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan triangulasi antara petugas, jemaah dan peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN SDM Kesehatan Tenaga Kerja Jumlah tenaga kesehatan embarkasi debarkasi bervariasi antara: 40 93 orang. Jenis tenaga: dokter, perawat/bidan, sanitasi, survailan, adminitrasi, supir. Asal tenaga dari: KKP-Kantor Kesehatan Pelabuhan (mayoritas), Dinas Kesehatan Kabupaten Kota 68

Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Jemaah Haji di Indonesia (Ratih Oemiati dan Qomariah Alwi) Provinsi, RS, Lab, BTKL. Mekanisme kerja, ada yang menggunakan shift ada yang tidak. Jumlah SDM pada Embarkasi (Besar) Keadaan matriks di atas terjadi pada embarkasi yang besar. Perbedaan jumlah SDM kesehatan antara embarkasi besar dengan embarkasi kecil atau antara sangat tipis sedangkan beban kerja jelas sangat berbeda sekali. Mereka mengusulkan bahwa pada tahun-tahun mendatang didiskusikan dulu sebelum menetapkan jumlah SDM di setiap embarkasi agar pelayanan kesehatan jemaah haji dapat berjalan lancar. Secara umum tenaga kesehatan berasal dari Kantor Kesehatan Pelabuhan, ditambah dari Dinas Kesehatan Provinsi (tidak semua embarkasi), Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam hal ini Dokter, Perawat ataupun Bidan Puskesmas, BTKL (beberapa embarkasi), RS (tujuannya untuk memudahkan pelayanan rujukan bagi jemaah haji), laboratorium kesehatan daerah (untuk pemeriksaan kehamilan) ada juga yang melibatkan UPF Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Banda Aceh). Kerja sama lintas sektor maupun program selama ini baik, hanya beberapa masalah kecil yang ada sedikit masalah misal hubungan internal sesama petugas kesehatan, ada embarkasi yang mengeluh karena dokter puskesmas yang jaga sering tidak tepat waktu bahkan kadang tidak datang saat jaga dengan berbagai alasan, padahal di awal perekrutan telah dijelaskan jam kerja dan tupoksi masing-masing bagian. Namun beberapa embarkasi sudah sangat kuat semangat kerja samanya sehingga meskipun ada penundaan pesawat sehingga jemaah menumpuk, mereka tidak merasakan sebagai beban kerja yang berat. Sementara itu hubungan external dengan kantor Departemen Agama, Imigrasi, Pemda ataupun sektor lain secara umum sangat baik dan saling melengkapi. Keputusan untuk pembatalan, penundaan dan masalah-masalah lain yang menyangkut jamaah diputuskan secara bersama-sama. Secara umum saat debarkasi petugas haji yang ada hanya berasal dari KKP saja, ada beberapa embarkasi memang yang masih melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS, namun karena keterbatasan anggaran yang ada tidak semua debarkasi menggunakan tenaga di luar KKP. Selama ini hubungan internal berjalan sangat baik demikian pula hubungan external antar lembaga berjalan dengan baik. Manajemen Personalia Waktu kerja: Waktu kerja keseluruhan: 24 jam. Waktu kerja pelayanan dokumen jemaah secara serentak: 1,5 2,5 jam untuk sekitar 300 400 jemaah. Tupoksi: Semua Petugas Kesehatan Haji di embarkasi dan debarkasi menyatakan mengetahui tupoksi masing-masing sesuai dengan yang telah disusun dari Pusat Kesehatan Haji, namun petunjuk tupoksi tidak jelas dan tidak rinci. Dalam pelaksanaannya tupoksi dijalankan secara bervariasi pada setiap embarkasi debarkasi sesuai dengan penterjemahan masing-masing embarkasi atau petugas dan untuk penyederhanaan atau penyempurnaan disesuaikan dengan beban kerja dan tenaga yang ada. Dalam pelayanan kesehatan ada yang memeriksa kondisi fisik seluruh jemaah, ada yang selektif hanya yang dianggap bermasalah. Pemeriksaan hamil ada yang palpasi dulu baru seleksi tes urine tapi ada yang tes urine dulu. Petugas sanitasi ada yang melakukan pemeriksaan bakteriologis pada sampel makanan ada yang tidak. Pelaksanaan siskohat ada yang menayangkan secara statistik ada yang tidak, ada juga yang merasa tidak efektif dengan metode siskohat yang baru sehingga sering terjadi kesalahan/menghambat pekerjaan karena lambatnya sistem. Persepsi terhadap beban kerja: 69

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 16 No. 1 Januari 2013: 66 72 Hampir semua petugas embarkasi menyatakan beban kerja mereka di embarkasi menjadi berat karena kinerja petugas pemeriksa kesehatan haji di tingkat 1 (Puskesmas) maupun di tingkat 2 (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota). Metode yang baru di mana di tingkat 2 hanya diperiksa yang risti saja membuat hasil pemeriksaan di kedua tingkat itu makin tidak jelas sehingga memberatkan di embarkasi. Ada yang menyatakan beban kerja di embarkasi juga menjadi makin berat karena adanya ketidakadilan dalam manajemen di Pusat Haji/DepKes tentang SK jumlah petugas di setiap embarkasi, dan jumlah insentif yang tidak disesuaikan dengan beban kerja (jumlah kloter dan jemaah). Ada yang menyatakan beban kerja di embarkasi menjadi berat karena Koordinasi dengan RS rujukan dan dengan Departemen Agama yang kurang harmonis. Ada yang menyatakan kebutuhan kerja terkait fasilitas masih kurang seperti: alat fogging, thermal scanner, ambulan. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Model Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Matrik 1 di atas terlihat seluruh embarkasi melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh jemaah dengan cara anamnese. Tetapi tidak semua embarkasi melakukan pemeriksaan fisik kepada seluruh jemaah berupa auskultasi, pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium bila perlu. Dalam pedoman tupoksi pemeriksaan fisik memang hanya bagi jemaah sakit dan jemaah risti karena jemaah yang baru datang dari daerahnya perlu segera istirahat dari kelelahan di perjalanan dan persiapan tenaga untuk berangkat esoknya. Namun Embarkasi Medan, Padang, Lampung dan Makasar melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh jemaah meski dilakukan secara cepat/terburu-buru. Alasan yang dikemukakan petugas karena ingin lebih teliti memeriksa jangan sampai dibohongi jemaah yang mengatakan tidak menderita sakit karena takut dibatalkan keberangkatan ke Saudi Arabia. Menurut petugas adanya peraturan baru dimana pemeriksaan kesehatan di Tingkat 2 hanya bagi jemaah risti maka besar kemungkinan jemaah menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama menunggu keberangkatan setelah pemeriksaan di Tingkat 1. Untuk menghindarkan terjadinya aborsi dan persalinan maka pada seluruh jemaah WUS (Wanita Usia Subur 15 50 tahun) dilakukan tes/pemeriksaan kehamilan di semua embarkasi. Pemeriksaan kehamilan di embarkasi dilakukan oleh bidan dan atau perawat. Apabila dalam pemeriksaan urine atau palpasi dicurigai hamil maka petugas embarkasi akan merujuk jemaah ke rumah sakit untuk dilakukan USG untuk menentukan berapa minggu kehamilannya. Matrik 1. Kinerja pelayanan kesehatan haji dalam pemeriksaan kesehatan jemaah Embarkasi Jenis Pemeriksaan: Anamnese (apakah ada keluhan) Jenis Pemeriksaan: Fisik (tensi, lab kalau perlu) Petugas Kesehatan yang terlibat Palembang Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Dokter Medan Seluruh jemaah Seluruh jemaah Dokter, perawat Padang Seluruh jemaah Seluruh jemaah Dokter, perawat Batam Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Dokter, perawat Lampung Seluruh jemaah Seluruh jemaah Dokter, perawat Makassar Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Dokter, perawat Banda Aceh Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Dokter Balikpapan Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Perawat/dokter Banjarmasin Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Dokter/perawat Solo Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Dokter, perawat, bidan, TKHI Kloter Surabaya Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Perawat/dokter Bekasi Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Dokter Mataram Seluruh jemaah Seluruh jemaah Perawat/dokter Pondok Gede Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Perawat, dokter, bidan, petugas lab Gorontalo Seluruh jemaah Selektif jemaah sakit/risti Perawat, dokter, bidan, petugas lab 70

Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Jemaah Haji di Indonesia (Ratih Oemiati dan Qomariah Alwi) Matrik 2. Pelayanan kesehatan haji dalam pemeriksaan kehamilan Embarkasi Palembang Medan Padang Batam Lampung Makassar Banda Aceh Balikpapan Banjarmasin Solo Surabaya Bekasi Mataram Pondok Gede Gorontalo Jenis Pemeriksaan dicurigai di palpasi WUS: Anamnese, urine, palpasi WUS: Anamnese, urine, palpasi dicurigai di palpasi WUS: Palpasi, bila dicurigai baru tes urine WUS: Anamnesa palpasi, bila dicurigai tes urine dicurigai di palpasi dicurigai palpasi dicurigai palpasi WUS: Tes urine, bila dicurigai Palpasi WUS: Anamnesa tes urine, bila dicurigai Palpasi WUS: Tes urine, bila dicurigai Palpasi WUS: Anamnesa Palpasi, bila dicurigai Tes Urine WUS: Anamnesa Palpasi, bila dicurigai Tes Urine WUS: Anamnesa palpasi, bila dicurigai tes urine Petugas Positif hamil (Batal/ Rujukan Kesehatan Tunda) Perawat/bidan bila + ke RSU (USG 1 orang batal, hamil untuk usia kehamilan) < 14 mg Perawat/bidan bila + (ke RSU USG) --- Perawat/bidan bila + (ke RS Haji USG) 1 orang (masih di RS Haji) Perawat/bidan bila + ke RS Haji USG 3 orang batal (hamil < 14 minggu) Bidan/perawat bila + (ke RS - USG) 2 orang hamil 14 26 mg (bisa berangkat) Bidan/perawat bila + ke RSI USG 3 orang batal (< 14 mg dan > 26 mg) 1 orang tidak terdeteksi/ lolos - abortus di Mekkah Perawat bila + (ke RSU USG) --- Bidan bila + (ke RSU USG) 4 orang batal (< 14 mg dan > 26 mg) Bidan bila + (ke RSU USG) 7 orang batal (< 14 mg dan > 26 mg) Bidan bila + (ke RSU USG) 1 orang melahirkan di Madinah Bidan bila + (ke RSU USG) 1 orang batal (< 14 mg) Bagi jemaah yang hamil usia di bawah 14 minggu dan di atas 26 minggu diperbolehkan berangkat, tetapi kehamilan usia antara 14 26 minggu tidak diperbolehkan. Pada Matrik 2 di atas terlihat pemeriksaan hamil di embarkasi ada dua metode yang jenisnya sama tetapi urutannya berbeda. Sepuluh embarkasi yaitu Palembang, Medan, Padang, Batam, Banda Aceh, Balikpapan, Banjarmasin, Solo, Surabaya, dan Bekasi setelah anamnese singkat tentang kehamilan maka dilakukan tes urine, setelah itu baru dilakukan palpasi bagi yang hasil urinenya positif. Tetapi lima embarkasi yaitu Lampung, Makassar, Mataram, Pondok Gede dan Gorontalo setelah dilakukan anamnese singkat lalu palpasi, bila ada yang dicurigai hamil baru dilakukan tes urine. Alasan dari 5 embarkasi tersebut untuk melakukan palpasi dulu baru tes urine adalah supaya tidak semua jemaah dilakukan tes urine yang cukup merepotkan karena harus antri panjang ke kamar mandi dan dalam kesempatan itu sering dimanfaatkan oleh jemaah yang hamil untuk mengganti urinenya dengan urine orang lain. Beban Kerja SDM Kesehatan Beban Kerja SDM Kesehatan Embarkasi/Debarkasi Dari 15 embarkasi 2 menyatakan sangat berat, 6 menyatakan berat, 3 sedang dan selebihnya ringan dalam membahas persepsi beban kerja. Hal tersebut dapat dimaklumi karena yang menyatakan sangat berat adalah embarkasi besar yaitu Solo dan Surabaya 71

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 16 No. 1 Januari 2013: 66 72 yang beban kerjanya sangat tinggi karena kloternya banyak, demikian pula yang menyatakan berat. Secara umum para petugas kesehatan menyatakan bahwa ini merupakan tugas negara sehingga beban kerja yang berat pun memang harus dilakukan, beberapa menyatakan merupakan ibadah berkaitan dengan melayani jemaah haji, ada juga yang menyatakan bahwa ini merupakan tuposki KKP sehingga mau tidak mau memang harus dikerjakan. Hanya beberapa yang menyatakan bahwa ini adalah mengisi waktu luang. Fasilitas kerja dinyatakan lumayan oleh para informan, hanya beberapa yang menyatakan bahwa fasilitas kerja kurang. Sebaiknya di masa mendatang dilakukan dulu need assessment dalam rangka menetapkan jumlah SDM per embarkasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan agar pelayanan kesehatan haji dapat dilakukan secara optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan SDM kesehatan umumnya dokter, perawat dan bidan yang mayoritas berasal dari Kantor Kesehatan Pelabuhan, Dinas Kesehatan dan BTKL pada embarkasi (pemberangkatan jemaah). Sedangkan untuk debarkasi semua berasal dari KKP karena anggaran yang terbatas. Manajemen pelayanan kesehatan secara umum pelayanan dilakukan selama satu setengah sampai dua jam untuk sekitar 300 400 jemaah haji. Hal ini dilakukan sesuai dengan permintaan dari Departemen Agama. Untuk pelayanan kesehatan semua melakukan anamnesa, namun untuk pemeriksaan fisik ada berbagai perbedaan antar embarkasi yaitu ada yang dilakukan pada semua jemaah ada yang untuk pasien risiko tinggi saja. Beban kerja agak berat pada embarkasi besar namun cukup untuk embakarsi sedang, dengan pembiayaan anggaran yang diberlakukan sama. Saran Perlunya dibuatkan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang sesuai menurut embarkasi/debarkasi berbasis jumlah jemaah haji, demikian pula dalam sistem penganggaran kegiatan, sehingga tidak bisa disamakan antara embarkasi yang besar dengan embarkasi yang sedang. Untuk embarkasi antara perlu juga dibuatkan petunjuk teknis yang jelas siapa yang bertanggung jawab jika jemaah harus dirawat inap/jalan. Peningkatan customer service bagi jemaah wajib dilakukan karena mereka membayar dalam jumlah besar untuk biaya haji. Koordinasi yang lebih baik perlu ditingkatkan antara Departemen Kesehatan dan Departemen Agama sehingga jemaah haji yang layak pergi sesuai dengan ketentuan internasional yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tjandra Yoga, Manajemen Administrasi RS, UI, Jakarta: xxii + 371 hal. Ekowati, Dian, Pengaruh Implementasi Quality Management System ISO 9001:2000 terhadap Kinerja RS Duren Sawit. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2(3): 127 135. Ilyas. Manajemen Personalia, Jakarta: Erlangga, 2001. Kementrian PAN, Analisa Beban Kerja PNS, 1997. Rahayu, Sri dan Harmani, Nanny. Analisis Kinerja Petugas dalam Administrasi Pasien Rawat Inap RS Tugu Ibu Cimanggis Depok, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 5(4): 181 189. Siagian, Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Simamora, Manajemen SDM. Gaya Media,1995. 72