SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN"

Transkripsi

1 SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan merupakan kegiatan pengamatan/surveilans yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam suatu siklus musim haji dengan menggunakan sistem komputerisasi, meliputi pengumpulan data-data tentang kejadian yang berhubungan dengan status kesehatan jemaah haji baik di Indonesia maupun di Arab Saudi, yang diikuti dengan kegiatan pengolahan dan analisis data serta penafsiran dan penyebarluasan hasil analisis tepat waktu kepada stakeholder untuk pencegahan dan pengendalian. Hasil surveilans kesehatan haji pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa masalah kecepatan, ketepatan (validitas) dan kelengkapan data kesehatan haji merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan cepat dalam rangka penanggulangan berbagai masalah kesehatan haji. Beberapa masalah yang timbul antara lain banyaknya formulir yang harus dilengkapi diberbagai tingkat dirasakan menghambat waktu pelayanan kepada jemaah, sementara disisi lain catatan yang dibuat menunjukkan kinerja para petugas, masalah lain adalah duplikasi pada pencatatan yang dilakukan diberbagai tempat menyebabkan persepsi yang tidak sama dan multiinterpretasi terhadap data yang ada, ketidak seragaman dalam menegakkan diagnosis, analisis surveilans yang sangat sederhana dan lambat sehingga kerap tidak mampu memenuhi kebutuhan pengambil kebijakan. Departemen agama sebagai koordinator penyelenggaraan haji dan subdit kesehatan haji departemen kesehatan yang bertanggung jawab terhadap bidang kesehatan telah melakukan banyak perbaikan, tidak hanya dalam hal penyediaan sarana pelayanan kesehatan kepada jemaah haji tetapi juga perbaikan dalam ketepatan diagnosis, serta sarana alat pencatatan dan pelaporan serta cara analisis, dengan mempertimbangkan berbagai faktor antara lain regulasi kesehatan internasional dan dengan memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi. Buku manual surveilans kesehatan haji ini diharapkan menjadi acuan bagi semua petugas kesehatan berkaitan dengan mekanisme data kesehatan haji.

2 BIMBINGAN TEKNIS PENCATATAN DAN PELAPORAN MELALUI APLIKASI SISKOHATKES Tujuan yang diharapkan dengan adanya Siskohatkes adalahtersedianya data dan informasi epidemiologi kesehatan haji sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan haji dalam mewujudkan kemandirian jemaah haji pada bidang kesehatan. Adapaun tujuan khusus yang hendak dicapai adalah : A. Terkumpulnya data individual jemaah haji Indonesia meliputi data demografi, status kesehatan, data kesakitan, dan kematian di Indonesia. B. Terkumpulnya data kesakitan, kematian dan data ingkungan di kloter. C. Terkumpulnya data kesakitan dan kematian di sector dan BPHI. D. Terlaksananya pengolahan dan penyajian data epidemiologi kesehatan haji dalam bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lanjut menurut variabilitas data. (di semua lini). E. Terdesiminasinya hasil pengolahan dan penyajian data epidemiologi beserta hasil analisis epidemiologi lanjut dan rekomendasi kepada program terkait di berbagai jenjang birokrasi, pusat riset/kajian serta sektor terkait lainnya. A. Aplikasi SISKOHATKES Tujuan dari aplikasi ini adalah membantu petugas untuk mengetahui laporan harian dan kejadian-kejadian penting yang dialami oleh jemaah haji sehingga pelaporan dan pemantauan jemaah haji dapat lebih cepat dan akurat. Teknologi yang digunakan untuk pengembangan aplikasi ini, pengembang menggunakan Gammu. Gammu adalah sekumpulan script programming yang berisi utilitas dan library untuk dapat bekerja dengan handphone dari berbagai merk dan jenis. Mendukung berbagai macam model tetapi fungsi dasar tetap dapat berjalan dengan baik. Dapat digunakan untuk phonebook, pesan (SMS, MMS,dll) calender, radio serta kamera. Pada intinya aplikasi ini berlaku pada semua tingkatan, mulai dari pusat, propinsi, kota dan Puskesmas. Menggunakan versi gammu , aplikasi dapat diinstal ke server/pc yang berplatform Linux ataupun Windows.

3 PENCATATAN DAN PELAPORAN MELALUI APLIKASI SISKOHATKES Alur Kegiatan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan Berdasarkan atas konsep surveilans, maka alur kegiatan surveilans kesehatan haji pada prinsipnya mengikuti siklus tidak terputus sepanjang tahun, berbagai definisi, perubahan terhadap risk factor dan risk groups akan terus dilakukan penyesuaian mengikuti perkembangan, begitu pula teknik analisis dan cara diseminasi akan selalu di up date mengikuti teknologi terkini. Berikut merupakan bagan alur kegiatan Siskohatkes dalam penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia. A. Pengumpulan Data 1. Jenis Data Awal dari kegiatan surveilans kesehatan haji adalah melakukan pengumpulan data tentang masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Secara garis besar data yang harus dikumpulkan meliputi: a. Data Rutin : adalah data yang secara berkala dikumpulkan untuk kepentingan deteksi masalah kesehatan dan laporan eksekutif untuk kepentingan penanggulangan masalah kesehatan haji. Data rutin terdiri dari : 1) Data dasar (baseline data) : merupakan set data karakteristik individu jemaah haji berdasarkandata siskohat Depag terdiri dari : nama, no porsi, no paspor, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, BB, TB, pendidikan, pekerjaan, asal provinsi, asal kabupaten, gol. darah, data risti berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan di puskesmas/rumah sakit di kab/kota, hasil pemeriksaan terakhir di embarkasi, nomor kloter, embarkasi, tanggal berangkat, no maktab, no rumah/pondokan. 2) Data harian : data yang dikumpulkan dan dilaporkan perhari di setiap tingkat administratif. Data harian yang dikumpulkan meliputi :

4 a) Embarkasi : Data risti berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan di puskesmas/rumah sakit di kab/kota, data kumulatif jumlah pemeriksaan kesehatan di embarkasi, data waktu dan jumlah jemaah saat pemberangkatan dan pemulangan, data rawat jalan, rawat inap dan jemaah wafat di embarkasi/deb haji berdasarkan provinsi dan kab/kota. b) Kloter : Data kunjungan rawat jalan berdasarkan jenis penyakit, bila ada jemaah di kloter meninggal dunia dilakukan pengisian verbal otopsi dan penentuan CoD oleh dokter kloter c) Sektor : Jumlah populasi at risk, kondisi faktor risiko tingkat kloter, proporsi penyakit rawat jalan dikloter berdasarkan kunjungan harian, data individu jemaah rawat jalan dan rawat inap di sektor. d) Daker : Laporan harian pelayanan kesehatan kantor daerah kerja terdiri dari : ringkasan eksekutif sesuai standar disertai lampiran Jumlah jemaah haji (populasi at risk) jumlah kunjungan rawat jalan sektor, data individu rawat inap di BPHI dan RSAS, data individu jemaah haji meninggal dan verifikasi verbal otopsi. e) PPIH Bidang Kesehatan Arab Saudi : Laporan harian penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi. f) Sekretariat Tim penyelenggaraan kesehatan haji Depkes : Laporan harian penyelenggaraan kesehatan haji. b. Data tidak rutin : Data yang dikumpulkan untuk kepentingan penanggulangan cepat dan audit terhadap masalah kesehatan diberbagai level. Data tidak rutin terdiri dari data laporan kasus dan KLB sesuai standar pelaporan penanggulangan kasus dan KLB pada jemaah haji Indonesia, data kematian dan pengisian form verbal otopsi, data kehamilan

5 dan kelahiran, data jemaah yang harus divaksinasi ulang, data jemaah yang harus diganti lembar K3JH-nya dll. c. Data Faktor Risiko dan Lingkungan : Data proporsi jemaah berisiko dan kondisi lingkungan yang dikumpulkan 1 kali saja oleh petugas kloter diberbagai etape perjalanan haji dan petugas sansur diwilayah kerjanya masing-masing. (see. Lamp 2). Data yang dikumpulkan meliputi proporsi usila di kloter, proporsi jemaah dengan penyakit Kronik tertentu (Hipertensi, DM, PJK, MCI, Asma, PPOK, Obesitas/kahexia, CRF, Kanker, Hepatitis Kronik) data jarak pondokan dll (see. Lamp ). d. Data Kajian Epidemiologi : Data yang dikumpulkan secara sistematis dengan melalui metoda tertentu untuk kepentingan evaluasi dan penentuan kebijakan kesehatan haji. 2. Waktu Pengumpulan Data Pengumpulan data surveilans kesehatan haji bersifat zero reporting (dilaporkan walau tidak ada kasus), segera, harian, dan mingguan. Beberapa data faktor risiko dan penyakit yang potensial menyebabkan terjadinya KLB membutuhkan waktu pelaporan yang cepat dan tepat. Meningitis adalah contoh kasus yang membutuhkan informasi yang cepat dan tepat karena memerlukan tindakan yang cepat untuk mengatasi penyebaran dan demikian juga penanggulangan segera karena sangat fatal (berbahaya). Untuk membuat persepsi yang sama tentang waktu maka dibuatlah definisi sebagai berikut : a. Tahun pada musim haji dihitung berdasarkan tahun hijrah dimana 9 Zulhijjah sebagai hari wukuf terjadi, atau tahun masehi ketika hari wukuf. b. Rentang Masa Operasional Kesehatan Haji adalah : Waktu yang dihitung mulai dari hari pertama jemaah masuk ke asrama haji sampai dengan hari terakhir jemaah meninggalkan debarkasi haji. c. Hari : Terdapat 2 definisi hari yang berbeda antara Indonesia dan Arab Saudi : 1) 1 hari (24 jam) di Arab Saudi dihitung sejak jam WAS sampai dengan jam WAS hari berikutnya.

6 2) 1 hari (24 jam) di Indonesia dihitung sejak jam WIB sampai dengan jam WIB hari berikutnya. Untuk menyamakan definisi tentang waktu, maka waktu pengumpulan data ditentukan sebagai berikut : a. Data Rutin : 1) Data dasar (baseline data) : di kumpulkan dan dimasukkan ke dalam sistem komputerisasi 1 kali setiap tahun pada bulan Jumadil Akhir dan di up-date secara berkala sampai dimulainya operasional penyelenggaraan haji. 2) Data harian : a) Embarkasi : Dikumpulkan sejak jemaah masuk ke asrama haji embarkasi, dientry segera setelah dikumpulkan, dianalisis dan dilaporkan setiap hari pada jam WIB. b) Kloter : Dikumpulkan setiap hari dan dilaporkan setiap jam WAS, dientry dan analisis oleh sansur sektor pada jam WAS. c) Sektor : Data agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam WAS. d) Daker : Data agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam WAS. TUH : Data Agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam WAS. b. Data tidak rutin : Dilapokan maksimal 24 jam sejak kasus pertama KLB dan kematian terjadi. c. Data faktor risiko dan lingkungan : dilaporkan maksimal 24 jam setelah berada di wilayah/lingkungan tertentu. d. Data kajian epidemiologi : Mengikuti time-schedule yang direncanakan. Berikut definisi operasional beberapa data yang dikumpulkan berdasarkan waktu: a. Rawat jalan di embarkasi/deb, kloter, sektor dan BPHI : kunjungan jemaah untuk melakukan pengobatan pada petugas kesehatan di poliklinik emb/deb, kloter, sektor dan BPHI.

7 b. Rawat inap di RS Rujukan emb/deb, sektor, BPHI dan RSAS : Perawatan yang dilakukan pada jemaah haji Indonesia sekurangnya 6 jam. c. Rujukan jemaah haji : perawatan yang dilakukan pada jemaah haji Indonesia sekurangnya 2 jam dan dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. d. KLB dan musibah massal : Kondisi diluar situasi normal yang menimbulkan korban sakit ataupun meninggal dilaporkan selambatnya 24 jam dari kasus pertama. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data surveilans kesehatan haji melalui sms, , fax atau telephon. menjemput langsung data ke lapangan. 4. Sarana pelayanan kesehatan Sarana pelayanan kesehatan selama operasional haji merupakan sumber data surveilans kesehatan haji. Jenis pelayanan kesehatan haji secara bertingkat sebagai berikut : a. Embarkasi/debarkasi : Tim pemeriksa kesehatan, poliklinik embarkasi/deb, Rumah Sakit rujukan di emb/deb. b. Kloter/penerbangan : TKHI dan TKHD terdiri dari minimal 1 dokter dan 2 perawat. c. Sektor : Klinik rawat jalan dan rawat inap terdiri dari setidaknya 20 tempat tidur di klinik sektor. d. Daker : Balai Pengobatan Haji Indonesia, Rumah Sakit Arab Saudi Di Indonesia terdapat 12 embarkasi haji dan 2 embarkasi antara serta Rumah Sakit Rujukan haji. Di Arab Saudi Terdapat kloter pada setiap masa operasional haji, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia adalah pelayanan kesehatan dasar dan pemantauan faktor risiko. Pada level diatasnya terdapat 20 sektor terdiri dari 5 sektor di Madinah dan 15 sektor di Mekkah dan pada tingkat wilayah kerja terdapat 3 daerah kerja terdiri dari Daker Mekkah, Madinah dan Jeddah. Kesemua pelayanan kesehatan di Arab Saudi dibawah koordinasi Teknis Urusan Haji bertempat di Jeddah.

8 Pengumpulan data rutin berasal dari setiap kloter, sementara pelayanan kesehatan tingkat sektor dan Daker dilengkapi dengan laporan dan pengamatan tentang kasus rujukan dan kunjungan rawat inap. Data yang dikumpulkan pada tingkat kloter, di rekap di sektor dan kemudian data dari masing -masing sektor direkap sebagai laporan daker oleh petugas surveilans di daker. (lihat bagan 2) 5. Sarana Alat Pencatatan Sarana dan alat pencatat terdiri dari berbagai formulir sebagaimana terlampir. Seluruh status Kesehatan dan diagnosis ditegakkan dengan menggunakan ICD X sebagai standar diagnosis kesakitan dan kematian untuk beberapa penyakit terbanyak berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Telah dilakukan penyesuaian template system komputerisasi terhadap formulir yang tersedia. Untuk mempercepat pengumpulan data dan analisis, subdit kesehatan haji melakukan persiapan dengan memberikan pelatihan komputer bagi seluruh tenaga surveilans, sehingga sistem surveilans dapat dikerjakan dengan berbasis komputer, artinya data cleaning (data yang sudah bersih ) hanya dientri ke komputer yang telah dilengkapi dengan program template dan juga tampilan analisis sederhana yang dapat segera muncul. Data kunjungan kloter akan dikirimkan melalui SMS 1 kali sehari pada jam WIB WIB melalui template yang diinstall pada handphone petugas kesehatan kloter. 6. Pelaksanaan Siskohatkes Penjelasan berikut ini merupakan pekerjaan yang secara operasional dilakukan oleh berbagai unsur dalam surveilans : a. Embarkasi / Debarkasi Haji, pada saat jemaah masuk asrama haji embarkasi/deb dilakukan rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan jemaah lalu dilakukan pemeriksaan dokumen BKJH dan kartu ICV. Keseluruhan data rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan, hasil pemeriksaan BKJH berupa diagnosis dan status kelayakan, data faktor risiko dan lingkungan asrama embarkasi/deb jemaah yang berobat ke poliklinik embarkasi/deb, data jemaah

9 yang dirujuk ke RS Rujukan serta data jemaah yang meninggal dunia dilakukan pencatatan dan pengisian verbal otopsi dimasukkan ke dalam sistem. b. Kloter 1) Data faktor risiko dan lingkungan : Laporan Assessement Kondisi awal kloter dilaporkan kepada unit PRL KKP embarkasi/deb, sansur sektor di Madinah dan sansur sektor di Mekkah. 2) Data harian : Laporan Harian, Kloter bertanggung jawab terhadap rekapitulasi kunjungan di kloter (KHAKK) Lembar tersebut dilaporkan setiap hari paling lambat pada jam WAS kepada sansur sektor dimana kloter berada. Pada kondisi armina terutama Arafah dan Muzdalifah laporan KHAKK diberikan pada sansur di BPHI Mina. Data kumulatif kunjungan harian kloter dapat dikirimkan melalui SMS. 3) Bila terjadi KLB/musibah massal petugas kloter harus melaporkan kejadian tersebut kepada petugas sansur selambatnya 12 jam dari kasus pertama dan langsung melakukan penanganan sementara. (KHAIn). 4) Bila terjadi kematian maka petugas kloter harus mengisi lembar otopsi verbal dan COD ketentuan dan cara pencatatan terlampir. (KHAVA) dan (KHACOD). c. Sansur dan perawat daker melakukan entry terhadap jemaah Rawat Inap di BPHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, data kematian jemaah yang terjadi di wilayahnya. Data Rawat inap dapat dientry melalui SMS yang templatenya diinstall pada handphone petugas. d. Petugas Perbekalan Farmasi melakukan entrain terhadap data pemakaian obat.

10 HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor risiko kesehatan. Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H. Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas Juwangi dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1.

11 HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor risiko kesehatan. Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H. Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas Juwangi dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1. Grafik

12 Berdasarkan jenis kelamin proporsi jamaah pria 362 orang (49%) lebih sedikit dibandingkan jamaah haji wanita 383 orang (51%) dan 68% adalah wanita usia subur (WUS). Kemudian dari penyebaran jamaah haji menurut golongan umur bahwa golongan umur tahun (48%) memiliki proporsi tertinggi, disusul golongan umur 60 tahun (41%), dan terendah golongan umur 40 tahun (11%). Dilihat dari jenis pekerjaan bahwa jamaah haji Kabupaten Boyolali tahun % adalah PNS/ABRI, 17% wiraswasta/pengusaha, dan 57% pekerjaan lainnya. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 2,3,4, dan 5.

13 Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah haji. meliputi : - Jemaah haji lanjut usia. - Jemaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku. - Jemaah haji wanita hamil. - Jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau penyakit tertentu lainnya. Jemaah haji mandiri (M) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain. Jemaah haji observasi (O) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat. Jemaah Haji Pengawasan (P) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan / obat dan orang lain.

14 Jemaah haji tunda (T) adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji. Dari hasil pemeriksaan tahap pertama didapatkan hasil 65,23% jamaah haji mandiri, 33,83% observasi, dan 0,94% jamaah haji dalam kategori pengawasan. Pada pemeriksaan tahap pertama juga ditemukan resiko tinggi sebanyak 285 jemaah dengan rincian antara lain 37% jamaah haji adalah usila (umur > 60 th), 9,99% hypertensi, 7,4% penyakit endokrin dan juga ditemukan risti lainnya. Selanjutnya lihat pada grafik 6 dan 7.

15

PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH

PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH 1. Calon Jamaah Haji (CJH) tiba di halaman depan Poliklinik Bidang Kesehatan PPIH. 2. CJH menyerahkan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M SISTEMATIKA PENYAJIAN 1. Kondisi Jemaah Haji tahun 1436 H/2015 M 2. Ketersediaan dan kesiapan layanan kesehatan 3. Hasil dan evaluasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016 SISTEMATIKA 1.Evaluasi Pelayanan Kesehatan Haji Tahun 2016: a.penyelenggaraan Kesehatan Haji b.tantangan c.capaian d.upaya Peningkatan 2.Kesiapan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI A. PENDAHULUAN Amanat UU nomor 13 tahun 2008, pasal 3 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2017 PUSKESMAS SEMAWUNG DALEMAN A. PENDAHULUAN

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2017 PUSKESMAS SEMAWUNG DALEMAN A. PENDAHULUAN KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2017 PUSKESMAS SEMAWUNG DALEMAN A. PENDAHULUAN Amanat UU nomor 13tahun 2008, pasal 3 tentang Penyelenggaraan Ibdah haji bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan

Lebih terperinci

HASIL PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENYELENGGARAAN ISTITHA AH KESEHATAN HAJI

HASIL PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENYELENGGARAAN ISTITHA AH KESEHATAN HAJI HASIL PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENYELENGGARAAN ISTITHA AH KESEHATAN HAJI oleh : Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan RI Disampaikan dalam Pertemuan Evaluasi Nasional Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Lebih terperinci

PENCATATAN DAN PELAPORAN

PENCATATAN DAN PELAPORAN PENCATATAN DAN PELAPORAN I. DESKRIPSI SINGKAT Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses kegiatan. Selama menjalankan tugas sebagai tim gerak cepat, petugas harus

Lebih terperinci

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Disampaikan pada Acara: Pelatihan Integrasi Petugas Kloter 1437 H/2016 M CURRICULUM VITAE

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan

Lebih terperinci

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT Visitasi pada Jemaah haji merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta adanya bimbingan kesehatan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra adalah bentuk khusus

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENUJU ISTITHAAH

PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENUJU ISTITHAAH PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENUJU ISTITHAAH MUCHTARUDDIN MANSYUR Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Rakerkesnas, Jakarta 27 Februari 2017 Pendahuluan 1. Indonesia merupakan negara terbesar

Lebih terperinci

PERSYARATAN REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI 1431 H / 2010 M

PERSYARATAN REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI 1431 H / 2010 M Pusat Kesehatan Haji Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI PERSYARATAN REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI 1431 H / 2010 M PERSYARATAN UMUM 1. Warga Negara Indonesia yang beragama Islam baik PNS, TNI,

Lebih terperinci

MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT

MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT DESKRIPSI SINGKAT Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 442/MENKES/SK/VI/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 442/MENKES/SK/VI/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 442/MENKES/SK/VI/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

K E P U T U S A N MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 557/MENKES/SK/VII/2006 TENTANG PEDOMAN PEREKRUTAN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA

K E P U T U S A N MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 557/MENKES/SK/VII/2006 TENTANG PEDOMAN PEREKRUTAN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA K E P U T U S A N MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 557/MENKES/SK/VII/2006 TENTANG PEDOMAN PEREKRUTAN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Proses Pemberangkatan Jamaah Haji Tahun 1428 H MES dalam Foto

Proses Pemberangkatan Jamaah Haji Tahun 1428 H MES dalam Foto 1 Proses Pemberangkatan Jamaah Haji Tahun 1428 H MES dalam Foto Setelah menjalani proses di bagian penerimaan jamaah, seluruh CJH diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatannya di poliklinik Kesehatan Setelah

Lebih terperinci

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter DESKRIPSI SINGKAT

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter DESKRIPSI SINGKAT DESKRIPSI SINGKAT Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu, kesehatan fisik dan ataupun keuangan. Ibadah haji merupakan

Lebih terperinci

Inovasi Pelayanan Jemaah Haji

Inovasi Pelayanan Jemaah Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI Inovasi Pelayanan Jemaah Haji Innovation in Public Services Through Open Data: Learning from Indonesian Cross Sectoral Champions

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba No.550, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan. Jemaah Haji. Istithaah. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA OPERASIONAL (RKO)

RENCANA KERJA OPERASIONAL (RKO) RENCANA KERJA OPERASIONAL (RKO) NAMA PETUGAS : MUHAIL,AMK JENIS TUGAS : TKHI KLOTER : 16 GELOMBANG : I BERANGKAT TANGGAL : 14 SEPTEMBER DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksana

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksana No.549, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Penyelenggaraan Kesehatan Haji. Pengadaan Tenaga Pendukung Kesehatan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2016 PUSAT KESEHATAN HAJI SEKRETARIS JENDERAL - KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada : Pembekalan

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2016 PUSAT KESEHATAN HAJI SEKRETARIS JENDERAL - KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada : Pembekalan KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2016 PUSAT KESEHATAN HAJI SEKRETARIS JENDERAL - KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada : Pembekalan Integrasi Petugas Haji Kloter Tahun 2016 SISTEMATIKA

Lebih terperinci

PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA

PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Pasal 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.898, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Haji. Penyelenggaraan. Reguler. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI REGULER

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PALEMBANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI CALON JAMA AH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN WALIKOTA PALEMBANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI CALON JAMA AH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, 1 WALIKOTA PALEMBANG PERATURAN WALIKOTA PALEMBANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI CALON JAMA AH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MODUL I. Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M

MODUL I. Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M MODUL I Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH JAKARTA KATA

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KEPALA PUSAT KESEHATAN HAJI

PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KEPALA PUSAT KESEHATAN HAJI PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KEPALA PUSAT KESEHATAN HAJI PERTEMUAN KOORDINASI KESEHATAN HAJI HOTEL CROWN JAKARTA, 1 S/D 3 FEBRUARI 2018 PENYELENGGARAAN OPERASIONAL KESEHATAN HAJI 1. MENGACU KEPADA PERMENKES

Lebih terperinci

SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN

SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 706/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA SISTEMATIKA BAB I BAB II PENDAHULUAN PERSYARATAN PKHI A. Persyaratan

Lebih terperinci

Curriculum Vitae. Nama: Dr. Mawari Edy, M.Epid Alamat: Bella Cassa Residence, Depok Jawa Barat Pendidikan:

Curriculum Vitae. Nama: Dr. Mawari Edy, M.Epid Alamat: Bella Cassa Residence, Depok Jawa Barat Pendidikan: Curriculum Vitae Nama: Dr. Mawari Edy, M.Epid Alamat: Bella Cassa Residence, Depok Jawa Barat Pendidikan: Pekerjaan: Dokter, FK Undip, 1998 M.Epid, FKM UI, 2009 Pusat Kesehatan Haji, Sekretaris Jendral

Lebih terperinci

ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI

ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI haji. UU No. 13 Tahun 2008 Bab III Pasal 6 Bab VIII Pasal 31 Pembinaan yang dimaksud dalam UU tersebut adalah serangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

Sistem Informasi Kesehatan

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Definisi Sistem : Sekumpulan komponen yang bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan Sistem Informasi : Sekumpulan komponen yang bekerja sama untuk menghasilkan suatu informasi

Lebih terperinci

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif

Lebih terperinci

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS MAKALAH ASKEB V TENTANG SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS D I S U S U N OLEH : RIZKY RAHMADHANI 0112042 DOSEN PEMBIMBING : YULIARNI S.SIT. MPH PRODI DIII

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA HAJI KHUSUS DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang

Lebih terperinci

ISTITHAAH KESEHATAN DALAM PENYEMPURNAAN IBADAH HAJI

ISTITHAAH KESEHATAN DALAM PENYEMPURNAAN IBADAH HAJI ISTITHAAH KESEHATAN DALAM PENYEMPURNAAN IBADAH HAJI OLEH: DR. H.M ALI TAHER, SH, M.Hum KETUA KOMISI VIII DPR RI (Disampaikan dalam Evaluasi Nasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1438 H/ 2017, Hotel

Lebih terperinci

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP)

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP) PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP) DR.dr.H.RACHMAT LATIEF, SPpD-KPTI.,M.Kes., FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGANGKATAN DAN PELAKSANAAN TUGAS TIM PEMANDU HAJI DAERAH DAN TIM KESEHATAN HAJI DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.698, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Petugas Kesehatan. Haji. Rekrutmen. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Istit{a ah Kesehatan Jemaah Haji merupakan kemampuan Jemaah Haji

Istit{a ah Kesehatan Jemaah Haji merupakan kemampuan Jemaah Haji BAB III KEBIJAKAN MENTERI KESEHATAN TERHADAP KEBERANGKATAN CALON JAMAAH HAJI YANG SAKIT A. Deskripsi Kebijakan Menteri Kesehatan Terhadap Keberangkatan Calon Jamaah Haji Sakit Sebagaimana kita ketahui,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH 1. PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun No.534, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji Reguler. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA RI

KEMENTERIAN AGAMA RI KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH Jalan Lapangan Banteng Barat 3-5 Jakarta KETERANGAN PERS PERKEMBANGAN INFORMASI ATAS PERISTIWA MINA 1. Pada sore hari tadi telah

Lebih terperinci

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Reguler Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Reguler Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Reguler Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M Assalamu alaikum wr.wb. Alhamdulillah wa syukru lillah, kami telah menyelesaikan Buku Panduan Asuransi Jemaah Haji Reguler

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP )

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP ) Kerangka Acuan Acute Flacid Paralysis ( AFP ) A. Pendahuluan Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly tahun 1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah menyepakati

Lebih terperinci

2011, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2011, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.258, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Petugas Kesehatan Haji Indonesia. Rekrutmen. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 706/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG REKRUTMEN

Lebih terperinci

BAB III PELAYANAN JAMA AH HAJI KOTA SEMARANG TAHUN 2009

BAB III PELAYANAN JAMA AH HAJI KOTA SEMARANG TAHUN 2009 BAB III PELAYANAN JAMA AH HAJI KOTA SEMARANG TAHUN 2009 A. Persyaratan Pelaksanaan ibadah haji yang diselenggarakan oleh Departemen Agama sering disebut sebagai haji mandiri. Pelayanan yang ada di dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 706/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 706/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 706/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1775, 2015 KEMENKES. Penyakit Tidak Menular. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK

Lebih terperinci

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes Pengertian Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus

Lebih terperinci

MODUL MATERI INTI 6 PENCATATAN DAN PELAPORAN MANUAL DAN ELEKTRONIK

MODUL MATERI INTI 6 PENCATATAN DAN PELAPORAN MANUAL DAN ELEKTRONIK 2014 Pusdiklat Aparatur dan Pusat Kesehatan Haji- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia MODUL MATERI INTI 6 PENCATATAN DAN PELAPORAN MANUAL DAN ELEKTRONIK MODUL PELATIHAN TIM KESEHATAN HAJI INDONESIA

Lebih terperinci

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Sutjipto PKMK FK UGM Disampaikan pada Kursus Kebijakan HIV-AIDS 1 April 216 1 Landasan teori 2 1 EPIDEMIOLOGY (Definisi ) 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Petunjuk Umum BAB I PENDAHULUAN A. Petunjuk Umum 1. Modul ini menyajikan Uraian Tugas Panitia Penyelenggara lbadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang menjelaskan 4 (empat) bahan ajar, yaitu: Bahan Ajar 1 uraian tugas Misi

Lebih terperinci

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI (Penjelasan ttg MERS CoV) Tanggal 27 Agustus 2013 Pengertian MERS CoV MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory

Lebih terperinci

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh;

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh; 6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh; 7. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Tenaga Musim. Bidang Kesehatan. Arab Saudi. Pengadaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PENCATATAN PELAPORAN BERBASIS ANDROID SISKOHATKES MOBILE. Petugas Kloter

PENCATATAN PELAPORAN BERBASIS ANDROID SISKOHATKES MOBILE. Petugas Kloter PENCATATAN PELAPORAN BERBASIS ANDROID SISKOHATKES MOBILE Petugas Kloter PERSIAPAN (PEMASANGAN SIM CARD) Sebelum dapat digunakan, pastikan SIM Card telah terpasang pada HP / Tablet, petugas kloter akan

Lebih terperinci

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1436 H / 2015 M

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1436 H / 2015 M Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1436 H / 2015 M Assalamu alaikum wr.wb. Alhamdulillah wa syukru lillah, Kami telah menyelesaikan Buku Panduan Asuransi Jemaah dan Petugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SISTEM SURVEILANS KESEHATAN HAJI DI DINAS KESEHATANKOTA SURABAYA

PELAKSANAAN SISTEM SURVEILANS KESEHATAN HAJI DI DINAS KESEHATANKOTA SURABAYA PELAKSANAAN SISTEM SURVEILANS KESEHATAN HAJI DI DINAS KESEHATANKOTA SURABAYA Implementation of Haji Health Surveillance System in The Health City of Surabaya Krisnita Dwi Jayanti Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pada BAB IV tugas dan tanggung jawab pasal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Abstrak Dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan jamaah haji Indonesia diperlukan Tim Tenaga Keseahatan Haji. Penunjukkan anggota Tim tenaga kesehatan Haji tersebut diatur melalui Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM PETUGAS HAJI DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016

Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016 Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat 10420 Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016 KOMISIONER KETUA Drs. H. M Samidin Nashir, MM WAKIL KETUA Drs. H. Imam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/396/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) EMBARKASI/ DEBARKASI BIDANG KEKARANTINAAN KESEHATAN TAHUN 2016 M/1437 H DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)

MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS) Modul Puskesmas 1. SIMPUS MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS) I. DESKRIPSI SINGKAT Sistem informasi merupakan bagian penting dalam suatu organisasi, termasuk puskesmas. Sistem infomasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pradiabetes merupakan kendala yang terjadi jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Orang dengan

Lebih terperinci

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21 BULLETIN KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Subdit Kejadian Luar Biasa Direktorat Imunisasi dan Karantina, Ditjen PP dan PL Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 156 Telp. (21)42665974, Fax. (21)4282669 e-mail:

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR) POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR) Pengertian Regulasi Referensi Peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan factor resiko PTM yang dilakukan secara terpadu, rutin dan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER

RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER NO URAIAN TUGAS TPHI PENANGGUNG JAWAB TPIHI TKHI TPHD

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JAMAAH HAJI KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JAMAAH HAJI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JAMAAH HAJI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN SURVEILANS KESEHATAN HAJI TAHUN 2013DI EMBARKASI HAJI ANTARA PALANGKARAYA

EVALUASI KEGIATAN SURVEILANS KESEHATAN HAJI TAHUN 2013DI EMBARKASI HAJI ANTARA PALANGKARAYA EALUASI KEGIATAN SUREILANS KESEHATAN HAJI TAHUN 203DI EMBARKASI HAJI ANTARA PALANGKARAYA Evaluation of health surveillance activities of hajj 203 in the hajj embarkation Palangkaraya Elvan irgo Hoesea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya bagi kesehatan manusia, bagi penderita penyakit risiko tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya bagi kesehatan manusia, bagi penderita penyakit risiko tinggi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam agama Islam, ibadah haji mempunyai kekhususan dibandingkan dengan ibadah ibadah lainnya, karena ibadah haji hanya dapat dilakukan pada waktu dan tempat

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.760, 2015 KEMENAG. Ibadah Haji Khusus. Penyelenggaraan.Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deman Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat gigitan nyamuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Definisi Rumah Sakit a. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN Jalan : A. Yani Galiran ( 80811 ) (0363) 21065 Fax. (0363) 21274 AMLAPURA LAPORAN PENYELIDIKAN KLB CAMPAK DI DUSUN BELONG DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN

Lebih terperinci