III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODELOGI PENELITIAN. Bandar Lampung, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTURAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG. Jurnal MUHAMMAD INDRA KURNIAWAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Dapat berupa angket,

III. METODOLOGI PENELITIAN. antara daya ledak otot tungkai dan koordinasi mata-tangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Riduwan (2005 : 207) metode deskriptif korelasional yaitu studi yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. validitas dan reliabilitas. Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN, PANJANG LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR KAYANG. (Jurnal Skripsi) Oleh SATRIA WIJAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) Metodologi penelitian adalah cara

KONTRIBUSI KELENTUKAN TUBUH, KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN KAYANG. (Skripsi) Oleh RESTU TRIWIJAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode deskriptif korelasional, dengan tujuan ingin mengetahui ada

` III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENLITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 160) Metode penelitian adalah cara

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.

METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto Suharsimi (2006:160) Metodologi penelitian adalah cara

III. METODELOGI PENELITIAN. berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan reaksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara

III. METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENLITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Padepokan Angkat Besi dan Angkat Berat Gajah

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode korelasional. Dijelaskan oleh Arikunto (1998) penelitian korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. 2002: 108). Sedangkan menurut (Sudjana, 1996: 6) populasi adalah totalitas

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Penelitian ini

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet PPLP Panahan Jawa Barat sebanyak 12 orang atlet.

METODOLOGI PENELITIAN. dengan tujuan penelitian. Menurut (Kartini Kartono,1980:16) menyatakan :

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan antara panjang

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan dalam proses penelitiannya, sebab metode penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352).

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Hal ini sesuai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

Y Keterampilan Mengiring Bola

METODOLOGI PENELITIAN. sendiri (Suharsimi Arikunto, 1998:131). Berdasarkan tujuan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan Kesehatan (FPOK) dan Gelanggang Olahraga Stadion Bumi Siliwangi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Rusli Lutan (2007:199) menjelaskan mengenai metode korelasional

III. METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode

METODOLOGI PENELITIAN. sendiri (Suharsimi Arikunto, 1998:131). Berdasarkan tujuan dalam penelitian

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG GAYA BEBAS. (Jurnal Skripsi) Oleh NEVY ANGGRAENI

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

III. METODOLOGI PENELITIAN. percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan faktafakta

III. METODE PENELITIAN

KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, KEKUATAN LENGAN DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP SIKAP LILIN. Jurnal. Oleh.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh dalam mencapai suatu

BAB III METODOLOGI. kemudian dilihat pengaruhnya. Kedua kelompok tersebut dibagi berdasarkan hasil tes awal,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pembangunan Surakarta pada tanggal April 2015 jam WIB selesai.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang didapat selanjutnya diolah dan digambarkan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Trenggalek, 16 Januari Penulis

MAKALAH SENAM LANTAI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ilmiah yang digunakan sebagai metodologi penelitian harus tepat

HUBUNGAN KELENTUKAN TOGOK DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SIKAP LILIN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kekuatan power tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai. tujuan tertentu.dalam Muhajir (2006: 88)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban.

HUBUNGAN KEKUATAN LENGAN, TUNGKAI, BERAT BADAN, KESEIMBANGAN, DAN KOORDINASI DENGAN KEMAMPUAN MERODA. Jurnal. Oleh WINDY ANUGRAH KURNIAWAN

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot tungkai, power otot lengan, kelentukan dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991) Penelitian deskriptif korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2008:131) Penelitian deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan (kontribusi) variabel bebasnya (dependent variable) atau X terhadap variabel terikat (independent variable) atau Y. Peneliti menduga bahwa unsur power tungkai, power lengan, kelentukan, dan keseimbangan memberikan kontribusi yang berarti dengan hasil belajar kayang.

28 B. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Suharsimi Arikuto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat. 1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu power ott tungkai (X 1 ) power otot lengan (X 2 ), kelenturan (X 3 ), dan keseimbangan (X 4 ) 2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu hasil belajar kayang (Y). C. Definisi Operasional Variabel Penelitian Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut: 1. Kontribusi adalah sumbangan, sokongan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 520) Dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan kontribusi dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai faktor pendukung, tetapi terkadang juga sebagai unsur utama. 2. Power otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Power otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula power yang dihasilkan otot tersebut.

29 3. Pengertian otot, otot merupakan suatu organ/alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat bergerak. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk, dimana pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benangbenang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi), Rahmat Hermawan (2002:45) 4. Pengertian lengan adalah anggota badan dari pergelangan sampai ke bahu (Poerwadarminta, 2005:585). Lengan adalah anggota tubuh penggerak bagian atas yang terdiri dari tulang-tulang, sendi penggerak dan otot-otot yang melindunginya. 5. Menurut Roji (2006:110) senam adalah olahraga dengan gerakan gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis 6. Kelenturan diartikan sama dengan keleluasaan atau kemudahan gerakan, terutama pada otot-otot persendian, latihan kelenturan atau fleksibilitas bertujuan agar otot-otot pada sendi tidak kaku dan dapat bergerak dengan leluasa, tanpa ada gangguan yang berarti. 7. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan, bergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, pusat keseimbangan (kanalis semi sirkulasis ditelinga dan reseptor pada otot). 8. Kayang adalah salah satu teknik dasar dalam senam yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP. Menurut Roji (2006:119)

30 gerakan kayang adalah sikap badan terlentang seperti busur dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus. D. Populasi dan Sampel 1) Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek suatu penelitian (Arikunto, 1988:155), sedangkan menurut Riduwan (2005:3) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X yang berjumlah 220 orang. 2) Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto, 1998:117). Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini, penulis berpedoman terhadap pendapat (Arikunto, 2002:112) yang mengemukakan Apabila subjek penelitian kurang dari 100 maka lebih baik di ambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika populasi subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44 orang maka penulis mengambil semua populasi tersebut. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes power otot tungkai (leg dynamometer), (2) tes power lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk mengukur power otot lengan dalam menarik dan mendorong, (3) tes duduk jangkau, (4) tes keseimbangan dan didistribusikan dengan tabel norma tes.

31 1) Mengukur Power Otot Tungkai Tes untuk mengukur kekuatan otot tungkai adalah dengan menggunakan alat Leg Dynamometer. Alat ini valid karena sudah ditera oleh BMG dan terdapat di laboratorium Penjaskes FKIP Universitas Lampung. Tujuan Fasilitas Pelaksanaan : Untuk pengukuran kekuatan otot tungkai. : Blangko hasil pengukuran : Berdiri di atas papan dinamometer kaki. Tapak kaki selebar ± 15 cm. Kedua tapak tangan berpegangan pada pegangan dinamometer kaki/tapak tangan hadap ke belakang. Kedua lutut bengkok, sedangkan punggung tegak. Testee dengan kepala tegak dan punggung tetap lurus berusaha meluruskan kedua lutut semaksimal mungkin sebagai pertanda/upaya mendapatkan kekuatan otot-otot kaki maksimal, seperti terlihat pada jarum penempatan terakhir. Penilaian : Angka yang ditunjukkan pada dynamometer saat melakukan pelurusan kedua lutut. Gambar 3. Leg Dynamometer.

32 Tabel 1. Norma tes power otot tungkai putra No Klasifikasi Standar Nilai 1 Sangat baik > 241 2 Baik 214-240 3 Sedang 160-213 4 Kurang 137-159 5 Kurang sekali <137 (Sumber).Pelatihan Kesehatan Olahraga, (2000:74) Tabel 2. Norma tes power otot tungkai putri No Klasifikasi Standar Nilai 1 Sangat baik > 136 2 Baik 114-135 3 Sedang 66-113 4 Kurang 49-65 5 Kurang sekali <49 (Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga, (2000:74) 2) Mengukur Power Otot Lengan Tes untuk mengukur kekuatan otot lengan menggunakan pull and push dynamometer. Satuan dalam instrumen push dynamometer ini adalah kilogram (Depdiknas, 2000). Memiliki indeks validitas sebesar 0.63 dan reliabilitas 0,63. Tujuan Alat Petugas Pelaksanaan : Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam mendorong. : Pull and Push dynamometer. : Pemandu tes dan pencatat skor : Peserta ters berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu dan pandangan lurus ke depan. Tangan memegang pull push dynamometer dengan kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Dorong alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat mendorong, alat tidak

boleh menempel pada dada, sedangkan tangan dan siku tetap sejajar bahu. Tes dilakukan sebanyak tiga kali. 33 Penilaian : Skor kekuatan dorong terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg, dengan tingkat ketelitian 0,5 kg. Tabel 3. Norma tes power otot lengan putra No Klasifikasi Standar Nilai 1 Sangat baik > 44 2 Baik 34-43 3 Sedang 25-33 4 Kurang 18-24 5 Kurang sekali <17 (Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga, (2000:74) Tabel 4. Norma tes power otot lengan putri No Klasifikasi Standar Nilai 1 Sangat baik > 39 2 Baik 30-38 3 Sedang 22-29 4 Kurang 15-21 5 Kurang sekali <14 (Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga, (2000:74) 3) Mengukur Kelentukan Dijelaskan dalam Nurhasan (1986: 2.44) bahwa tes untuk mengukur flexi dari pantat/pinggul dan punggung, juga elastisitas otot-otot hamstring untuk pria dan wanita usia 10 tahun hingga tingkat mahasiswa, dapat menggunakan tes duduk jangkau (The Modified Sit and Reach Test). Dengan tingkat reliabilitas 0,92 dengan prosedur retest pada hari yang berbeda. Validitas tes tergolong face validity.

34 Tujuan Petugas : Untuk mengukur kelentukan sendi pinggul. : (1) Pemandu tes dan (2) Pencatat skor. Fasilitas/ alat : (1) Lantai padat dan rata, serta (2) Fleksometer/ mistar. Pelaksanaan : Peserta tes duduk di lantai dengan kedua kaki dan lutut lurus ke depan selebar bahu. Di antara kedua kaki terdapat fleksometer/ mistar dengan skala cm dan posisi 0 berada pada ujung tumit. Selanjutnya pelan-pelan peserta tes membungkukkan badan dengan posisi lengan lurus ke depan sejauh-jauhnya menempel mistar. Peserta tes diberi kesempatan tiga kali. Penilaian : Skor terjauh dari tiga kali percobaan di catat sebagai skor dalam satuan cm. Gambar 4. The Modified Sit and Reach Test. Sumber : Nurhasan (1986) Tabel 5. Norma tes duduk dan jangkau No Klasifikasi Standar Nilai 1 Sangat baik > 19 2 Baik 11,5-19 3 Sedang -1.5-11.5 4 Kurang (-6.5)-(-1.5) 5 Kurang sekali < (-6.5) (Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga, (2000:79)

35 4) Mengukur Keseimbangan Untuk mengukur keseimbangan seseorang dapat menggunakan tes stork stand, yaitu tes berdiri di ujung satu kaki (jinjit) pada kaki yang dominan (Nurhasan, 2000). Memiliki reliabilitas 0,87 yang diperoleh dari retest dan validitas tergolong face validity. Tujuan Petugas : Untuk mengukur keseimbangan statis. : Pemandu tes dan pencatat skor Pelaksanaan : a. Siswa berdiri dengan satu kaki, pada kaki yang dominan b. Kaki yang lain diletakkan di lutut bagian dalam dari tungkai tumpu. c. Kedua tangan diletakkan di pinggang d. Dengan aba-aba ya, siswa mengangkat tumit kaki tumpu, sehingga hanya bertumpu pada bola kaki (jinjit) e. Pertahankan posisi selama mungkin, tanpa menggeser posisi kaki tumpu, dan tumit tidak menyentuh lantai. f. Pencatat waktu mulai dihidupkan pada saat siswa mulai mengangkat tumit kaki tumpu (jinjit) hingga ia kehilangan keseimbangan. g. Setiap siswa diberi kesempatan sebanyak 3 kali. Penilaian : Setelah kesempatan ketiga, waktu terlama yang akan dicatat sebagai hasil akhir.

36 Tabel 6. Norma Keseimbangan Statis. No. Norma Detik 1 Baik Sekali 51 ke atas 2 Baik 37 50 3 Sedang 15 36 4 Kurang 5 14 5 Kurang Sekali 0 4 (Sumber : Depdiknas, 2000) 5) Mengukur Kayang Adapun penilaian dari kemampuan kayang dapat dilihat dari kemampuan tubuh membentuk sikap busur yang sempurna (Roji, 2006). Semakin baik kelentukan siswa, maka nilai yang didapat akan semakin baik (sempurna). Tahap Aspek (Indikator) Kriteria Gerak (Deskriptor) Nilai Persiapan 1. Posisi Berdiri tegak, kedua kaki dibuka selebar badan bahu, tangan di samping badan. 5 Berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan, tangan di samping badan. 4 Berdiri tegak, kedua kaki dibuka bahu terlalu lebar/ lebih dari bahu, tangan di 3 samping badan. Tidak berdiri tegak, kedua kaki dibuka selebar bahu, tangan di samping badan. 2 Tidak berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan, tangan di samping badan. 1 Pelaksanaan 1. Posisi Kaki Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang dibuka selebar 5 bahu. Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang dirapatkan 4 Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang dibuka terlalu lebar 3 dari bahu. Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang salah satu kaki di 2 depan tidak sejajar Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang menekuk dan 1 terbuka lebar 2. Saat melakukan membentuk busur, Posisi 5

Gerak Akhir Gerakan badan 1. Posisi badan 37 badan setimbang karena titik berat badan (tbb) jatuh pada tumpuan kakinya. Saat melakukan membentuk busur, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik 4 berat badan (tbb). Saat melakukan membentuk busur, Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala 3 menengadah lebih tinggi dari posisi badan. Saat melakukan membentuk busur, tidak ada lentingan tubuh bagian bawah. Tbb 2 jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin dapat bangun. Tidak dapat melakukan lentingan kayang. 1 Berdiri tegak kembali dengan menarik badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua 5 kaki dibuka selebar bahu, tangan di samping badan. Berdiri tegak kembali dengan menarik badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua 4 kaki dirapatkan, tangan di samping badan. Berdiri tegak kembali dengan menarik badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua 3 kaki dibuka bahu terlalu lebar/ lebih dari bahu, tangan di samping badan. Badan dijatuhkan dulu ke lantai, kemudian baru berdiri tegak, kedua kaki dibuka 2 selebar bahu, tangan di samping badan. Badan dijatuhkan dulu ke lantai, kemudian baru tidak berdiri tegak, kedua kaki 1 dirapatkan, tangan di samping badan. (Sumber: Roji, 2006) Keterangan Pelaksanaan : Gambar 5. Kemampuan Kayang.

38 Nilai 5 : Sikap kayang sempurna. Posisi badan setimbang karena titik berat badan (tbb) jatuh pada tumpuan kakinya. Nilai 4 : Sikap kayang baik, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik berat badan (tbb). Nilai 3 : Sikap kayang cukup. Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala menengadah lebih tinggi dari posisi badan. Nilai 2 : Sikap kayang kurang. Karena tidak ada lentingan tubuh bagian bawah. Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin dapat bangun. Nilai 1 : Tidak dapat melakukan kayang. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson. Sehubungan penelitian ini adalah penelitian sampel, maka diperlukan uji persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Uji persyaratan yang diperlukan adalah uji normalitas. Secara lebih jelas pengujian analisis data dari uji prasyarat hingga pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas menggunakan SPSS 16 rumus Kolmogrov Smirov.

39 2. Pengujian Hipotesis a. Mencari Koefisien Korelasi Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menurut Sudjana (2005: 369) Koefisien korelasi antara variabel X 1 dengan Y, dan X 2 dengan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson : r X i n X n 2 i - X i X - i 2 X n i 2-2 Keterangan: r = Koefisien korelasi X i n X Y = Jumlah sampel = Skor variabel X = Skor variabel Y X = Jumlah skor variabel X Y = Jumlah skor variabel Y X 2 Y 2 = Jumlah kuadrat skor variabel X = Jumlah kuadrat skor variabel Y Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna, artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada

40 variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif sempurna. Artinya ada hubungan yang positif antara variabel, dan kuat atau tidaknya hubungan ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat hubungan. Tabel 7. Interpretasi koefisien korelasi nilai r. Interval Koefisien Korelasi 0,80-1,00 0,60-0,79 0,40-0,59 0,20-0,39 0,00-0,19 Interpretasi Hubungan Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%). Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung r tabel, maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005:369). Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut: KP = r 2 x 100 % Keterangan : KP = Nilai koefisien determinasi r 2 = Koefisien korelasi dikuadratkan