SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH



dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

Penilaian Cepat Perubahan Lingkungan Pasca Kejadian Bencana dengan Wahana Udara Tanpa Awak

Ilustrasi: Proses Produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Abstract. Keywords: Aerial Photo, EAGLE, Orienteering, UAV

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat


BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

PENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STEREOSKOPIS PARALAKS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PENGGUNAAN FOTO UDARA FORMAT KECIL MENGGUNAKAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DALAM PEMETAAN SKALA BESAR

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

9. PEMOTRETAN UDARA. Universitas Gadjah Mada

TEKNOLOGI PEMETAAN DENGAN SENSOR RADAR DI TENGAH TAWARAN SISTEM PEMETAAN BERBIAYA RENDAH. Abstrak

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget

SURVEYING (CIV -104)

RIMS Ra pid Imaging and Mapping System Teknologi Karya Kr eatif Anak Bangsa

PEMANTAUAN PERTAMA PUNCAK MERAPI SETELAH ERUPSI 2010 MENGGUNAKAN PESAWAT NIR AWAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

"We know Exactly What You Need"

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

simplifying Survey PROPOSAL TEKNIS RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEM Delivery GeoInformation and co nsulting

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

Pemanfaatan Data LSA (LAPAN Surveillance Aircraft) untuk Mendukung Pemetaan Skala Rinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

MAPPING THE OUTERMOST SMALL ISLANDS UTILIZING UAV- BASED AERIAL PHOTOGRAPHY OUTLINE

PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GEOMETRIK CITRA LAPAN-TUBSAT PADA APLIKASI SURVEILEN

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK ANALISIS POTENSI BANJIR. Indah Prasasti*, Parwati*, M. Rokhis Khomarudin* Pusfatja, LAPAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)

BAB 2 STUDI LITERATUR

DRONE UNTUK PERCEPATAN PEMETAAN BIDANG TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Suharyadi 1, Yudhistira Tri Nurteisa 2. Dosen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Austin, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG)

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

PEMBUATAN PETA ORTOFOTO DENGAN UAV UNTUK RENCANA PENYUSUNAN PETA DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AERIAL PHOTOGRAMETRY POTENSI KERUNTUHAN LAHAN GAMBUT (PEAT FAILURE) DI DESA MESKOM

Image scale aid. Scale. Big. Small. Big. Spatial coverage. Small. PoRS Dr. Norman Kerle

APLIKASI UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) UNTUK MENDUKUNG PEMANTAUAN TATA RUANG

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Isfandiar M. Baihaqi

III. METODE PENELITIAN

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Citra Satelit IKONOS

I. BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH Catur Aries Rokhmana email: caris@ugm.ac.idv; website: http://www.potretudara.com/ Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281, ABSTRAK Idealnya, kegiatan pemantauan terha dap perkembangan Tata Ruang Kota dila kukan secara berkala. Kenyataannya kendala dana dan sum ber data manusia menjadi penghalang untuk melaksanakan kegiatan pemantaun wilayah. Fakta lain, umumnya perubahan pada wilayah Kota hanya terjadi pada sebagian wila yah dengan luas lebih kecil dari 3000 Ha. Keberadaa n foto udara skala besar yang murah, cepat, dan akurat untuk diproduksi da pat me njadi jawaban bagi kebutuhan sistem pemantauan wilayah. Tulisan ini menjelaskan potensi penggunaan wahana udara nir-awak untuk menyediakan foto udara murah sebagai sis tem pemantaua n tata ruang kota. Sistem pemotretan udara murah dihasilkan dengan memanfaatkan wahana aeromodeling dan kamera digital yang banyak dipasaran. Pemrosesan ter hadap data hasil pemotretan udara dila kukan dengan teknologi fotogrametri digital. Sistem dapat menghasilkan citra orto-m osaik kota yang detail, model kota 3D, dan mengukur dimensi obyek yang terekam dalam Foto Udara. Kualitas geometrik dari sistem pema ntauan ini dapat memenuhi akurasi peta skala 1/1000. Pada kasus pemantauan wilayah, keberadaan data spasial yang lama sangat diperlukan untuk mereferensikan data baru yang dihasilkan oleh sistem pemantauan wilayah. Kata kunci: Foto udara detail, wahana udara nir-awak, fotogrametri, tata ruang kota PENDAHULUAN Kombinasi antara luas wilayah Indonesia, karakteristik kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan tantangan dan pekerjaan yang besar bagi kegiatan survey-pemetaan. Sampai tahun 2006, dari sekitar 195 juta Ha wilayah Indonesia (Sumarto, dkk. 2008) hanya kurang dari 10 persen dari luas tersebut telah tergambar dalam peta skala besar pada skala 1:1000 dan 1:2500. Luas wilayah pemukiman total 10 Juta Ha, tersebar di 70.000 lokasi desa/kelurahan. Sehingga apabila dibagi maka luas satuan pemukiman per lokasi desa + 140 Ha. Fakta lain, umumnya perubahan pada wilayah Kota/Pemukiman hanya terjadi pada sebagian wilayah dengan luas lebih kecil dari 3000 Ha. Penggunaan teknologi pemotretan udara dengan standar kamera tidak akan ekonomis, sebab pekerjaan minimal harus 20.000 Ha untuk dapat nilai yang efisien. Sehingga dibutuhkan teknologi tepat guna untuk percepatan penyelesaian kebutuhan survey-pemetaan di wilayah perkotaan. Dari sisi teknologi perlu dikembangkan sistem pemetaan lahan/persil yang bercirikan: biaya rendah, mudah dioperasikan, cepat dalam proses produksi, dan kualitas yang memadai. Penggunaan teknologi wahana udara nir-awak menjadi efisien untuk kisaran luasan 500 Ha. Tulisan ini menjelaskan potensi penggunaan wahana udara nir-awak (UAV: Unmanned Aerial Vehicle) untuk menyediakan foto udara murah sebagai sistem pemetaan atau pemantauan tata ruang kota. Hasil foto udara dari wahana nir-awak dapat diproses dengan fotogrametri digital untuk produksi berbagai jenis data spasial seperti citra mosaik wilayah perkotaan, model elevasi digital, Peta Foto, dan model 3D. Hasil pemrosesan data juga dapat digunakan untuk keperluan pengukuran bentuk, dimensi dan volume suatu obyek yang terekam dalam citra foto udaranya.

CITRA FOTO UDARA VS CITRA SATELIT Saat ini citra satelit resolusi sangat tinggi seperti citra satelit IKONOS dan QUICKBIRD semakin banyak diminta untuk keperluan terkait Tata Ruang Perkotaan. Citra satelit memiliki kelemahan utama adanya liputan awan yang menghalangi pandangan obyek di bumi. Disamping itu, citra satelit tidak dapat digunakan untuk produksi Peta dengan skala yang lebih besar dari 1/2500. Di lain pihak, citra foto udara menjadi substitusi yang melengkapi kebutuhan pengguna untuk produksi skala 1/5000 1/1000. Penggunaan foto udara terkendala pada keterbatasan dana, karena biaya pengadaannya jauh lebih mahal dibandingkan citra satelit. Tabel 1 mengilustrasikan perbandingan praktis antara citra satelit dengan citra foto udara. Tabel 1. Perbandingan praktis karakter citra satelit dengan citra foto udara Citra Satelit Citra Foto Udara Citra Satelit IKONOS Resolusi Spasial: IKONOS (1m); QuickBird (0.6m); WorldView (0.5m); GeoEye (0.45m) Cotra Foto Udara dengan Wahana Nir-Awak Resolusi Spasial: 5cm 25cm Produksi Peta skala 1/10.000 1/5.000 Produksi Peta skala 1/5.000 1/1.000 Akurasi posisi terbaik > 1m Biaya pengadaan Citra per Ha: Rp. 2.800 4.000 Ada luas pemesanan minimal Tidak bebas awan Akurasi posisi terbaik < 1m (Sub-meter) Biaya pengadaan citra per Ha: Rp. 20.000 40.000 Tidak ada batas luas minimal pemesanan Dapat bebas awan (terbang dibawah awan) Penggunaan wanaha udara nir-awak untuk pemotretaan udara menjadi lebih fleksibel untuk memenuhi kebutuhan pemotretaan wilayah perkotaan pada lokasi tertentu dengan biaya yang jauh lebih murah. Sistem pemotretan dengan wahana udara nir-awak memiliki tingkat portabilitas yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan pesawat udara standar. Penggunaan wahana udara nir-awak dapat mereduksi kebutuhan biaya sewa pesawat yang mahal. Sehingga pada luasan < 100Ha pun dapat efisien untuk dilakukan pemotretan udara.

SISTEM PENCITRAAN DENGAN WAHANA NIR-AWAK Saat ini telah ada sejumlah riset tentang penggunaan wahana nir-awak untuk kegiatan surveipemetaan pada skala besar (lihat Rokhmana, 2007, Rokhmana, 2008, Rokhmana, 2009). Salah satunya dikembangkan di Laboratorium Fotogrametri dan Inderaja Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada yang disebut UAV-Based Fotogrametri (lihat http://www.potretudara.com). Arsitektur sistem dapat dilihat pada Gambar 1. Hakekat dari sistem ini adalah penggunaan suatu wahana udara (model aeromodelling) sebagai platform pembawa kamera digital (sensor pencitraan) untuk melakukan pekerjaan pemotretan dari udara pada posisi eksposur yang telah direncanakan (jalur terbang). Selanjutnya dari foto udara tersebut dapat diproses secara fotogrametrik menjadi data spasial seperti citra ortofoto, data elevasi digital, pengukuran bentuk dan dimensi, dll. Wahana Aeromodelling Membawa Video Sender untuk mengirimkan data ke ground station secara real time. Daya pancar sistem kontrol wahana ini mencapai 1 6 km Kamera Digital dan GPS Navigasi Gambar 1. Ilustrasi salah satu sistem wahana nir-awak untuk pemotretan udara. Hamper seluruh tipw kamera digital jenis pocket camera dapat digunakan sebagai sensor pencitraan. Kelemahan utama dari kamera ini adalah kualitas geometric akibat distorsi lensa yang tidak stabil. Penggunaan fotogrametri digital untuk proses kalibrasi kamera ataupun teknik self-callibration pada saat pemrosesan data dapat mereduksi kesalahan ini. Pada umumnya kesalahan 2 (dua) piksel dapat dicapai dari hasil pemrosesan fotogrametri ini. Sehingga apabila pemotretan udara menghasilkan citra dengan resolusi spasial 5cm, maka produk akhir dapat memiliki kualitas geometrik 10cm. Hasil pengujian untuk aplikasi pemetaan persil di bidang pertanahan memberikan hasil yang memuaskan (lihat Rokhmana, 2009). PRODUKS DASAR DAN APLIKASINYA UNTUK TATA RUANG Sistem UAV-Based fotogrametri memiliki kemampuan produksi yang hampir sama dengan penggunaan citra foto udara standar. Perbedaannya terletak pada kemampuan cakupan volume luas wilayah yang terbatas. Batasan cakupan wilayah sesuai dengan kemampuan jangkauan sistem kendali jarak jauhnya yang umumnya < 3km. Tabel 2 memberikan ilustrasi kemampuan produk dasar dari sistem UAV-Based fotogrametri. Jadi skenario aplikas i sistem ini pada aplikasi tata ruang sebagai berikut:

1. Liput seluruh wilayah perkotaan di Indonesia (10 juta Ha) dengan arsip citra satelit resolusi tinggi. Sebagai prioritas adalah wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi. Sumber citra satelit dapat diambil dari Google Earth yang relatif murah. Citra ini selanjutnya perlu di koreksi geometrik dengan sejumlah titik kontrol tanah. Hasil akhir berupa citra terkoreksi yang memenuhi tingkaat akurasi Peta Skala 1/10.000. Hasil ini selanjutnya akan berperan sebagai data acuan (dasar) bagi kepentingan pemantauan perubahan wilayah di masa mendatang. 2. Liput sebagian wilayah perkotaan yang dianggap berubah atau perlu dipantau saja dengan UAV-based fotogrametri. Luas liputan efektif untuk sistem ini < 1000Ha. Pilihan produk yang dihas ilkan dapat dipilih sesuai seperti dalam Tabel 2. Tabel 2. Ilustrasi kemampuan produk dasar dari sistem UAV-Based Fotogrametri Ilustrasi Keterangan Produk citra panorama dari udara merupakan pandangan miring (oblique) dari udara wilayah perkotaan. Pada citra ini dapat dilakukan pengukuran bentuk dan dimensi dari obyek yang taampak dalam citra. Produk citra pandangan vertikal atau nearortogonal dari udara. Pada citra ini posisi (X,Y) dan luas obyek di bumi dapat diukur. Produk Peta Foto yang dilengkapi dengan garis kontur ketinggian terrain. Produk ini layaknya Peta yang menunjukkan posisi bentuk dan dimensi obyek.

Produk model 3D realitas virtual (v irtual reality) banyak digunakan untuk kepertingan visualisasi wilayah. PENUTUP Tulisan ini memberikan gambaran tentang penggunaan wahana udara nir-awak (UAV-based Fotogrametri) untuk menghasilkan citra foto udara yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan tata ruang perkotaan. Karakteristik sistem yang portable dan fleksibel menyebabkan sistem ini efisien untuk diterapkan sebagai substitusi dari citra satelit relolusi tinggi yang selama ini telah digunakan. Sistem ini dapat menghasilkan berbagai produk yang memenuhi tingkat akurasi peta skala 1/5.000 1/1.000. Pada kasus pemantauan wilayah, keberadaan data spasial yang lama yang bersumber dari citra satelit resolusi tinggi diperlukan untuk mereferensikan data baru yang dihasilkan oleh sistem pemantauan wilayah ini. DAFTAR PUSTAKA Rokhmana. C.A.. and Soetaat. 2004. The Critical Review of Us ing Small Format Aerial Photogrammetry for Municipality Mapping in Indonesia. Proceeding Map Asia 2004. Jakarta. Rokhmana. C.A.. 2007. The Low-Cost Monitoring System For Landslide And Volcano With Digital Photogrammetry, Proceeding Joint Convention HAGI, IAGI, IATMI Rokhmana. C.A.. 2008. Some Notes on Using Balloon Photography For Modeling The Landslide Area, Proceeding Map Asia 2008 Rokhmana. C.A.. 2009. THE POTENTIAL APPLICATIONS OF BALLOON PHOTOGRAMMETRY FOR CADASTRE MAPPING, Proceeding outh East Asia Surveying Congress SUMARTO Irawan, W.R.IDRUS, Virgo ERESTA JAYA, R. EKO, D. K. GINDOW, B. Adhi, E. PUTRANTY, E. PINTADI, P. HADI, Y. AZIZ, A. GIYANTO, RAHARDJO, F. H. FERYANDI, I. HERAWATI, Firman AS and S. YUSRA, 2008, Cadastral Base Mapping Activity in Indonesia, FIG Working Week 2008, Stockholm, Sweden 14-19 June 2008